Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

NUR ASYIA, S.Kep

2019032064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA


PALU

2020

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
DM adalah kumpulan gejala, kelainan metabolik dan heterogen yang
disebabkan karena tingginya kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia bisa
disebabkan karena kekurangan insulin atau akibat insulin yang tidak bekerja
secara maksimal. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini akan tidak
terkendali dan berujung komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan.
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu :

1. Diabetes melitus tipe 1. Disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang
tidak mampu menghasilkan insulin akibatnya insulin tubuh berkurang
sehingga tubuh bergantung pada insulin. Jika tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan komplikasi ketoadosis diabetik yang berujung kematian.
Adapun beberapa faktor yaitu : infeksi virus, autoimun dan idiopatik.

2. Diabetes melitus tipe 2. Dm tipe ini menjadi yang paling sering terjadi pada
kalangan masyarakat saat ini. Disebabkan karena resistensi insulin sehingga
menghasilkan insulin yang bekerja tidak maksimal dan menyebabkan
kegemukan. Faktor genetik menjadi peranan penting penyebab resistensi
insulin dan Pola hidup yang tidak sehat menjadi salah penyebab dari Dm tipe
ini.

3. Diabetes kehamilan, adalah diabetes melitus yang terjadi pada masa


kehamilan yang sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal dan akan
normal kembali setelah melahirkan. Diabetes ini terjadi karena beberapa
hormon terbentuk secara berlebihan sehingga menjadi resisten insulin, hal ini
perlu diwaspada karena bisa jadi mengarah DM tipe 2 sehingga diperlukan
pemeriksaan agar tidak berlanjut dan menimbulkan kompilkasi.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


4. Diabetes tipe lain ini sering di sebut dengan diabetes sekunder disebabkan
karena adanya penyakit lain yang menyertai sehingga menggangu produksi
insulin dan kerja insulin dalam tubuh defek dan sindrom genetik lain yang
berhubungan dengan diabetes mellitus dapat menjadi penyebab dari diabetes
mellitus sekunder ini.

B. Anatomi Fisiologi

1. Sistem Endokrin
Sistem endokrin merupakan sistem yang bekerja untuk membantu dan
mengatur aktivitas metabolik tubuh (bersama dengan sistem saraf) yang terdiri
dari 3 komponen utama yaitu : kelenjar, hormone dan reseptor.
a. Kelenjar
Tersusun dari kumpulan sel atau organ khusus yang mensekresikan
hormon secara langsung ke dalam aliran darah dan mengatur fungsi tubuh.
Kelenjar utama dalam tubuh yaitu : kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid,
kelejar paratiroid, kelenjar adrenal, pancreas, timus, kelenjar pineal dan
gonad (ovarium dan testis)

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b. Hormon
Suatu zat kimia dalam tubuh yg disekresikan oleh kelenjar sebagai respon
rangsangan sehingga memicu dan mengatur aktivitas suatu organ dan
kelompok sel. Adapun hormon diatur oleh mekanisme umpan balik yang
melibatkan hormon, zat kimiawi, dan metabolit darah serta sistem saraf
sehingga dapat mengatur produksi dan seksresi hormon untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Sistemnya sendiri bersifat sederhara dan kompleks
Klasifikasi hormon yaitu:
1) Polipeptida, terbuat dari banyak asam amino yang dihubungkan oleh
ikatan peptida, adapun hormone yang didalamnya termasuk :
a) Hormon hipofisis anterior ( GH, TSH, FSH, LH dan Prolaktin)
b) Hormon hipofisis posterior ( ADH dan Oksitosin)
c) Hormon Paratiroid (PHT)
d) Hormon Pankreas (Insulin dan glukagon)
2) Steroid, turunan kolestrol dan hormon didalamnya termasuk :
a) Hormone adrenokortikal (aldosterone dan kortisol)
b) Hormon seks (estrogen dan progesterone pada wanita dan
testosterone pada pria)
3) Amina, turunan tirosin dan hormon didalamnya termasuk :
a) Hormon tiroid (T4 dan T3 )
b) Katekolamin (epinferin, norepinerfrin, dan dopamine)
c. Reseptor
Molekul protein yang terikat secara spesifik dengan molekul lain (seperti
hormon) untuk memicu perubahan fisiologis pada sel target. Sensitivitas
dalam sel target bergantung pada beberapa banyak reseptor yang ia punya
untuk suatu hormone karena makin banyak lokasi reseptor, makin sensitif
sel target tersebut.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


C. Etiologi
1. DM Tipe 1 (insulin dependent diabetes mellitus [IDDM])
Secara proses diabetes tipe 1 ini disebakan karena hancurnya sel-sel beta
pankreas, faktor keturunan, gangguan imun dan lingkungan yg menjadi
penyebab kerusakan sel beta.
a. Faktor keturunan :
Penderita diabetes tipe I itu memiliki faktor keturunan dan cederung
kearah terjadinya diabetes tipe I. Hal ini dapat terjadi pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)  tertentu.
Dimana HLA adalah gen yang bertanggung jawab sebagai antigen
tranplantasi untuk proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I bisa terjadi karena respon kekebalan tubuh yang
menyerang tubuh itu sendiri. Dimana kondisi ini menimbulkan abnormal
pada antibodi pada jaringan tubuh yang normal sehingga timbul reaksi
dan seolah-olah dianggap sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal seperti adanya virus, bakteri ataupun toksis dapat memicu
terjadinya proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β
pankreas.
2. DM Tipe 2 (Non-insulin dependent diabetes mellitus [NIDDM])
Mekanisme yang tepat dan menyebabkan resistensi insulin serta sekresi
insulin pada DM tipe II ini belum diketahui tetapi faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) mempunyai pola
familiar yang kuat. ditandai dengan adanya kelainan sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor sehingga berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


penggabungan abnormal dan komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II dapat terjadi terutama pada orang dewasa,
dan terkadang bisa juga terjadi pada masa kanak-kanak.
Adapun faktor risiko yang menyebabkan proses terjadinya DM tipe II,
adalah:
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. Patofisiologi
Hiperglikemia yang dialami penderita diabetes disebabkan beberapa faktor
sesuai dengan tipe dari diabetes itu sendiri. Pada diabetes tipe satu terdapat
defisiensi atau ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. akibatnya produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Diabetes ini paling sering berkembang pada anak-anak kemudian
bermanifestsi pada masa pubertas dan memburuk sejalan dengan bertambanya
usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini memerlukan insulin eksogen seumur
hidupnya .
Diabetes tipe II terdapat dua penyebab yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Kondisi tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor
yaitu genetik, gaya hidup, dan diet yang dapat menyebabkan obesitas. Resistensi
dan gangguan sekresi insulin akan menyebabkan glukosa dalam tubuh terganggu

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


yang menjadi awal dari kondisi DM tipe 2 yang berujung terjadinya
hiperglikemia.
Hiperglikemia pada pasien DM dapat menimbulkan 3 gejala khas yaitu 3 P
( Poliuri, Polidipsi, dan Polifagia). Poliuri (sering berkemih) terjadi akibat
reabsopsi ginjal sehingga menimbulkan glukosuria selanjutnya menyebabkan
diuresis osmotik dan timbul gejala sering berkemih. Polidipsi (sering merasa
haus) terjadi akibat banyaknya pengeluaran cairan tubuh melalui ginjal yang
menimbulkan kondisi tubuh mengalami hyperosmolar, kondisi tersebut terjadi
akibat meningkatnya glukosa dalam tubuh sehingga cairan intrasel mengalami
penurunan. Selanjutnya menyebabkan stimulasi osmoreseptor pusat haus pada
otak sehingga penederita diabetes mellitus menjadi sering haus.
Polifagia (nafsu makan meningkat) terjadi di sebabkan insulin menurun
yang mengakibatkan penggunaan glukosa dalam sel menurun. Kondisi tersebut
menimbulkan pembentukan glukosa non karbohidrat yaitu dari protein dan lemak
(lipolysis). Meningkatnya lipolysis dan katabolisme protein dalam tubuh akan
menyebabkan keseimbangan energy negative sehingga terjadi peningkatan nafsu
makan.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Autoimun dan idiopatik Genetik dan gaya Tipe lain ( kehamilan, infeksi, penyakit lain
hidup yang menggangu produksi insulin )
E. Pathway
Stimulasi pembentukan
autoantibodi
Kerusakan sel reseptor
Resistensi Gangguan sekresi insulin
Kegagalan produksi Kerusakan sel B insulin insulin
insulin Langerhans pankreas
Penurunan sesitifitas reseptor
insulin teradap insulin
Glukosa tidak
Reseptor insulin tidak Glukosa terjebak Intoleransi glukosa
dapat masuk sel
berikatan dengan insulin dalam vaskuler terganggu
Resistensi insulin

Penggunaan glukosa oleh


DM Tipe 1 DM Tipe 2
Keletihan sel menurun

Intoleransi
Glukoneogenesisis : HIPERGLIKEMIA
liposis & proteolisis
Aktivitas

Ambang reabsopsi Defisiensi insulin absolut


Peningkatan nafsu Hyperosmolar
keseimbangan energy glukosa di ginjal tinggi dan relative
makan ( polifagia)
negative dalam tubuh

Penurunan cairan lipolisis


Dehidrasi Diuresis osmotik Glukosuria Peningkatan
intrasel
glukoneogenesis di hepar
Asam lemak bebas dan
Defisisensi volume Merasa haus terus Stimulasi osmoreseptor Glikogen otot pecah gliserol meningkat
cairan ( polydipsia) pusat haus di otak secara terus -menerus

Ketidakseimbangan Nutrisi Terjadi penurunan berat Peningkatan


kurang dari kebutuhan badan Masa otot menurun glukoneogenesis di hepar
tubuh

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Ketonuria ketoasidosis Napas berbau
keton

Demilielinisasi saraf Terjadi hiperglikosilasi Gangguan metabolisme LDL Dan VLDL membawa Ketidakseimbangan
perifer protein protein lemak masuk ke sel elektrolit tubuh
endotel arteri

Perlambatan hantaran saraf Pertumbuhan jaringan Asidosis metabolik


berkurangnya sensivitas, Neuropati diabetik terhambat Oksisdasi kolestrol
hilangnya sensasi suhu dan dan trigliserida
nyeri Ketonemia
Luka jadi lambat sembuh
Membentuk radikal
Resiko cedera bebas Kompensasi
Resiko infeksi takipnea

Kerusakan Merusak sel endotel


Nyeri akut integritas kulit
Gagal
jantung
Gagal Ginjal Terbentuk Reaksi imun dan
Terjadi edema Terbentuk Ulkus jaringan parut inflamasi
intertisial jaringan parut Infark
pada retina Nefropati miokard
Kulit gampang Terbentuk plak Lumen pada Resistensi
Tekanan rapuh aterosklerosis vaskuler perifer
intraocular Ginjal jantung meningkat
Hemoragik menyempit
meningkat
Perubahan Terjadi Penyempitan
kulit /atropi serta menyumbat Hipertensi
retinopati Peningkatan TD
Terjadi glukoma Makrovasikuler pembulu darah
hingga Kebutaan Terjadi Penurunan
Angiopati Aterosklerosis peningkatan aliran darah
Mikrovasikuler
viskositas
darah
Iskemik pada Ketidakefektifan
jaringan perfusi jaringan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


F. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Kekurangan cairan
3. Polidipsia
4. Membran mukosa kering
5. kelenturan kulit buruk
6. Penurunan berat badan
7. Lemah, letih dan lesuh
8. Terjadi gangguan penglihatan
9. Terjadi infeksi pada kulit dan saluran kencing
10. Kulit menjadi kering dan gatal
11. Masalah seksual
12. Terjadi kesemutan dan sakit pada tangan dan kaki
13. Mual dan begah setelah makan
14. Diare
Pada tipe 1 : Gejala berkembang dengan cepat
Pada tipe 2 : Gejala terlihat samar dan berkembang secara bertahap

G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronis. Adapun komplikasi akut meliputi:
1. Ketoasidosis diabetik (KAD), terjadi akibat gangguan sekresi hormon insulin,
kerja insulin dan kerusakan sel beta pada pulau Langerhans pada pasien DM.
Pada pasien kondisi ini akan terjadi hiperglikemia yg berakibat penurunan
uptake glukosa didalam sel yang diikuti peningkatan lipolisis,
glukoneogenesis, dan pemecahan protein di hati.
2. Sindrom hiperosmolar non ketotik (HNK), termasuk komplikasi yg sering
dijumpai pada pasien DM tipe 2, dimana terjadi peningkatan glukosa darah yg
dapat mengakibatkan hiperglikemia berat. Peningkatan glukosa ini akan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


menyebabkan ambang batas ginjal untul memfiltasi glukosa sehingga muncul
glukosuria disertai diuresis osmotic.
3. Hipoglikemia, terjadi akibat menurunya glukosa darah dalam tubuh, jika tidak
ditangani dengan serius bisa menimbulkan terjadinya gejalan neuroglikopenik
hingga penurunan kesadaran. Pada pasien yg memiliki kesadaran yg penuh
dapat diberikan makanan yg mengandung karbohidrat serta minuman yg
mengadung glukosa dan berkalori. Sedangkan pada pasien yg tidak sadar
sementara dapat diberikan cairan dextrose 40% secara intravena sebagai
tindakan darurat sebelum dapat dipastikan penyebab menurunya kesadaran.
Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik meliputi :
4. Penyakit Makrovaskular (Makroangiopati ) yang terjadi pada pembulu darah
besar terjadi seperti jantung, darah tepi dan otak.
5. Penyakit Mikrovaskular (Mikroangipati) terjadi pada pembuluh darah kecil
seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal
6. Penyakit Neuropatik, terjadi akibat pengaruh saraf sensorik dan motoric serta
otonom yang berperan memunculkan sejumlah masalah salah satunya adalah
neuropati diabetik
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboraturium
a. Kadar glukosa plasma puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dL
( normal : 70- 110 mg/dL)² pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan.
b. Kadar glukosa darah sewakti ≥ 200 mg/dL (normal : <140 mg/dL)²
c. Gula darah postprandial ≥ 200 mg/dL
d. Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) meningkat
e. Urinalisis dapat menunjukan aseton atau glukosa
2. Prosedur diagnostic
a. Pemeriksaan oftalmik menunjukan aseton atau glukosa

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


I. Penatalaksanaan
Tujuan dari terapi diabetes mellitus adalah mencoba untuk menormalkan
kembali insulin dan kadar glukosa dalam tubuh serta upaya untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi berlanjut. Adapun 5 komponen dalam penatalaksanaan
diabetes, yaitu :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi insulin dan obat hiperglikemia
5. Health Education/ pendidikan kesehatan
J. Pencegahan
1. Pencegahan Primer:
Pencegahan primer adalah upaya untuk meminimalkan terjadinya DM
pada orang – orang yg memiliki faktor risiko serta berpotensi untuk mendapat
DM. Perlu adanya Self-care atau perawatan diri untuk mencegah terjadinya
komplikasi dimulai dari merubah pola hidup yang sehat seperti : melakukan diet,
berolaraga, istirahat yang cukup dan selalu memantau kondisi gula darah secara
teratur.
2. Pencegahan Sekunder Terhadap Komplikasi Diabetes Melitus
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi bagi pasien yang telah terdiagnosis DM. Tindakan
dilakukan untuk mengendalian kadar glukosa sesuai terapi yang diberikan serta
dengan pemberian program pengobatan yang optimal dan tindakan ini berperan
penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan yang disesuiakan dengan kondisi pasien. Melakukan deteksi dini
merupakan bagian dari pencegahan sekunder.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya rehabilitasi yang ditujukan pada
penderita diabetes untuk mencegah terjadinya kekambuhan serta meningkatkan
kualitas hidup.. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada
pasien dan keluarga. Penyuluhan ini dilakuka agar kualitas hidup yang optimal
dapat tercapai. Perlu adanya pelayanan kesehatan secara komprehensif serta
untuk menunjang upaya dari pencegahan tersier ini.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERWATAN

A. Pengkajian
Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan pertama kali adalah pengkajian. Dalam
pengkajian diperlukan biodata dan data menunjang diagnosa. Data yang didapatkan
harus langsung dari pasien dan keluarga pasien itu sendiri. Data yang diperlukan berupa
nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama, dan lain sebagainya.
Keluhan utama : keluhan yang dikatakan pasien yg menjadi alasan klien masuk RS.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Saat masuk ke RS biasanya klien akan mengatakan dengan keluhan nyeri
dan mati rasa pada kaki dan tangan, terdapat luka yang sulit sembuh,
merah, dan bola mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, lemah otot,dan gangguan kesadaran.
b. Riwayat kesehatan lalu
Selain DM klien memiliki penyakit yang menyertai seperti hipertensi dan
gagal ginjal.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sulit sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria. risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan
dengan nefropati.
j. Koping toleransi
Selama perawatan, klien memiliki perasaan tidak berdaya dan sangat
bergantung yang menyebabkan menimbulkan respon psikologis negatif
seperti marah, cemas, mudah tersinggung, yang cenderung mengarah pada
mekanisme koping maladaptif.
k. Nilai kepercayaan
Pada keadaan ini, klien yang menderita DM disertai luka pada kaki
seringkali menjadi hambatan pada klien sehingga mempengaruhi dan tidak
terpenuhi dalam hal spiritual klien.
3. Pemeriksaan Head To Toe
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b. Sistem Integumen
Elastisitas kulit menurun, kelembapan berkurang terdapat luka dan
membekas kehitaman, bahkan terjadi ulkus dan gangren.
c. Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan perifer pada jaringan nadi perifer lemah atau  
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, dan aritmia
e. Sistem Gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f. Sistem Perkemihan
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
g. Sistem Muskuloskeletal
Penyebaran lemak, atropi otot, kekakuaan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas.
h. Sistem Neurologis
Terjadi penurunan kesadaran hingga berujung koma.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis
2. Kerusakan integritas kulit Berhubungan Dengan Gangguan Sirkulasi
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan Dengan Diabetes
Melitus.
4. Defisiensi Volume Cairan Berhubungan Dengan Kehilangan cairan secara
aktif
5. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan
Dengan Ketidakmampuan menggunakan glukose
6. Resiko infeksi Berhubungan Dengan Supresi respon inflamasi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Nyeri Akut NOC : NIC : 1. Nyeri merupakan
Berhubungan  Tingkat nyeri Manajemen nyeri : pengalaman subyektif dan
Dengan Agen  Nyeri terkontrol 1. Lakukan pegkajian harus dijelaskan oleh
Cedera Biologis  Tingkat nyeri secara pasien. Identifikasi

kenyamanan komprehensif karakteristik nyeri dan

Setelah dilakukan asuhan termasuk lokasi, faktor yang berhubungan

keperawatan selama 3 x karakteristik, durasi, merupakan suatu hal yang

24 jam, klien dapat frekuensi, kualitas dan amat penting untuk

mengatasi nyeri dengan ontro presipitasi. memilih intervensi yang

Kriteria Hasil : 2. Pertahankan tirah cocok dan untuk

1. Mengontrol nyeri, baring dan posisi yang mengevaluasi keefektifan

dengan indikator : nyaman dari terapi yang diberikan.

a.Mengenal faktor- 3. Ajarkan teknik 2. dengan adanya tirah baring

faktor penyebab relaksasi napas dalam akan mengurangi nyeri

b. Mengenal onset 4. Monitor Tanda – 3. teknik relaksasi dapat

nyeri tanda vital mengurangi rasa nyeri dan

c.Tindakan 5. Kolaborasi untuk membuat relaks

pertolongan non pemberian analgetik 4. Mengetahui perkembangan

farmakologi kesehatan pasien

d. Menggunakan 5. pemberian analgetik untuk

analgetik mengurangi nyeri yang

e.Melaporkan gejala- dirasakan pasien

gejala nyeri kepada


tim kesehatan
f. Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat
nyeri, dengan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


indikator :
a.Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri
c.Lamanya episode
nyeri
d. Ekspresi nyeri;
wajah
e.Perubahan respirasi
rate
f. Perubahan tekanan
darah
g. Kehilangan nafsu
makan
2 Kerusakan integritas NOC : NIC : 1. Meningkatkan aliran darah
kulit Berhubungan Label Label :: Skin kesemua daerah
Dengan Gangguan :: Tissue Integrity    Surveillance 2. Menghindari tekanan dan
Sirkulasi Integrity :: Skin Skin meningkatkan aliran darah
1. Anjurkan untuk
& Mocous Membranes 3. Menghindari tekanan yang
melakukan latihan
Tujuan : Klien mampu berlebih pada daerah yang
ROM (range of
mempertahankan menonjol
motion) dan mobilisasi
keutuhan kulit Setelah 4. Menghindari kerusakan-
jika mungkin
dilakukan asuhan kerusakan kapiler-kapiler
2. Rubah posisi tiap 2
keperawatan selama 3 x 5. Hangat dan pelunakan
jam
24 jam, klien dapat adalah tanda kerusakan
3.  Gunakan bantal air
mengetahui dan jaringan
atau pengganjal yang
mencegah dari luka 6. Mempertahankan
lunak di bawah
dengan keutuhan kuli
daerah-daerah yang
Kriteria hasil :
menonjol
- Klien mau
4. Lakukan massage pada
berpartisipasi terhadap

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


pencegahan luka daerah yang menonjol
- Klien mengetahui yang baru mengalami
penyebab dan cara tekanan pada waktu
pencegahan luka berubah posisi
- Tidak ada tanda-tanda 5.  Observasi terhadap
kemerahan atau luka eritema dan kepucatan
dan palpasi area
sekitar terhadap
kehangatan dan
pelunakan jaringan
tiap merubah posisi
6. Jaga kebersihan kulit
dan seminimal
mungkin hindari

T3 Ketidakefektifan NOC : NIC : 1. Sirkulasi perifer dapat


Perfusi Jaringan  Circulation status Peripheral Sensation menunjukan tingkat
Perifer Berhubungan  Tissue Prefusion : Management keparahan penyakit
Dengan Diabetes cerebral (Manajemen sensasi 2. Pulsasi yang lemah
Mellitus Setelah dilakukan asuhan perifer) menimbulkan
keperawatan selama 3 x 1. Kaji secara kardiak output
24 jam, klien dapat komprehensif 3. Untuk meningkatkan venous
menunjukan perfusi sirkulasi perifer return
jaringan dengan 2. Evaluasi nadi perifer 4. Mencegah komplikasi
Kriteria Hasil : dan edema dekubitus
1. Mendemonstrasikan 3. Elevasi anggota badan 5. Menggerakan otot dan sendi
status sirkulasi 200 atau lebih agar tidak kaku
a. Tekanan systole 4. Ubah posisi pasien 6. Nilai laboratorium dapat
dan diastole dalam setiap 2 jam menunjukan komposisi darah
rentang yang 5. Dorong latihan ROM 7. Meminimalkan adanya

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


diharapkan sebelum bedrest bekuan dalam darah
b. Tidak ada ortostatik 6. Monitor laboratorium 8. Mengetahui status pasien
hipertensi (Hb, hmt)
c. Tidak ada tanda 7. Kolaborasi pemberian
tanda peningkatan anti platelet atau anti
tekanan intrakranial perdarahan
(tidak lebih dari 15 8. Kaji TTV
mmHg)
2. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan
:
a.Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c.Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan dengan
benar

4 Defisiensi Volume NOC: NIC : 1. Mengetahui dengan cepat

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Cairan Berhubungan  Fluid balance Fluid Managemen penyimpangan dari
Dengan Kehilangan  Hydration 1. Kaji keadaan umum keadaan normalnya.
cairan secara aktif  Nutritional klien dan tanda-tanda 2. Mengetahui balance cairan

Status : Food and vital. dan elektrolit dalam

Fluid Intake 2. Kaji input dan output tubuh/homeostatis

Setelah dilakukan cairan. 3. Agar dapat segera

tindakan keperawatan 3. Observasi adanya dilakukan tindakan jika

selama 3x 24 jam tanda-tanda syok terjadi syok.

defisiensi volume cairan 4. Anjurkan klien untuk 4. Asupan cairan sangat

teratasi dengan banyak minum. diperlukan untuk

Kriteria hasil: 5. Kolaborasi dengan menambah volume cairan

a. Mempertahankan dokter dalam tubuh

urine output sesuai pemberian cairan I.V. 5. Pemberian cairan I.V

dengan usia dan BB, sangat penting bagi klien

BJ urine normal, yang mengalami deficit

b. Tekanan darah, volume cairan untuk

nadi, suhu tubuh memenuhi kebutuhan

dalam batas normal cairan klien.

c. Tidak ada tanda


tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit
baik, membran
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
d. Orientasi
terhadap waktu dan
tempat baik
e. Jumlah dan irama
pernapasan dalam

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


batas normal
f. Elektrolit, Hb,
Hmt dalam batas
normal
g. pH urin dalam
batas normal
h. Intake oral dan
intravena adekuat

5. Ketidakseimbangan NOC : NIC


Nutrisi Kurang Dari  Nutritional Status : Nutrition Management
1. Pasien dengan DM pasti
Kebutuhan Tubuh Food and Fluid Intake 1. Kaji kebiasaan diet.
memiliki kebiasaaan pola
Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan 2. Auskultasi bunyi usus
makan yang buruk.
Ketidakmampuan keperawatan selama 3x 24 3. Berikan perawatan oral
2. Penurunan bising usus
menggunakan glukose jam Nutrisi klien dapat 4. Timbang berat badan
menunjukkan penurunan
terpenuhi dengan sesuai indikasi.
motilitas gaster
Kriteria Hasil : 5. Konsul ahli gizi
3. Rasa tidak enak, bau adalah
a. Intake makanan peroral
pencegahan utama yang dapat
yang adekuat
membuat mual dan muntah.
b. Intake NGT adekuat
4. Berguna menentukan
c. Intake cairan peroral
kebutuhan kalori dan evaluasi
adekuat
keadekuatan rencana nutrisi
d. Intake cairan yang
5. Kebutuhan kalori yang
adekuat
didasarkan pada kebutuhan
e. Intake TPN adekuat
individu memberikan nutrisi
maksimal
6. Resiko infeksi NOC : NIC : Infection 1. Mencegah terjadinya infeksi
Berhubungan Dengan  Infection Manegement 2. Mencegah terjadinya infeksi
supresi respon Tujuan : setelah dilakukan Nosokomial
1. Pertahankan teknik
inflamasi asuhan keperawatan 3. Merencanakan tindakan untuk

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


selama 3 x 24 jam aseptif menghambat tanda gejala
diharapkan resiko infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan infeksi
dapat dicegah dan teratasi. sesudah tindakan 4. Mencegah terjadinya
Kriteria Hasil : keperawatan kelemahan/ kelelahan pada
a. Pasien bebas dari tanda 3. Monitor tanda dan pasien
gejala infeksi gejala infeksi 5. Membersihkan luka,
b. Menunjukkan 4. Meningkatkan intake mencegah resiko infeksi
kemampuan untuk nutrisi 6. Mengetahui perkembangan
mencegah timbulnya 5. Berikan perawatan luka penyembuhan luka
infeksi pada area epiderma 7. Mengetahui kondisi luka
c. Jumlah lekosit dlam 6. Observasi kulit, 8. Merencanakan pencegahan
batas normal membrane mukosa bakteri patologi / anaerob
d. Menunjukkan perilaku terhadap kemerahan, menyerang pada insisi
hidup sehat panas , drainase pembedahan
7. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
8. Kolaborasi pemberian
antibiotik.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


DAFTAR PUSTAKA

Chindhy Wahyuni (2019). Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe
2 di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Ibnu Sina. Politenik Kesehatan
Kemenkes Padang.
Nanda International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-
2020 (10th ed). Jakarta: ECG

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia (2017). Buku Rencana Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Lyndon Saputra (2014). Ilustrasi Berwarna Anatomi dan Fisiologi. Jakarta :


BINARUPA AKSARA

Hasdianah HR., Sentot Imam Saprapto MM. (2014). Patologi & Patofisiologi
Penyakit. Yogyakarta : Nuha Medika.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai