Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERKEMBANGAN
HEWAN

OLEH:

NUR MARYAM HIDAYAH

18308144024

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
KEGIATAN 1

PENGAMATAN HISTOLOGIK OVARIUM DAN TESTIS

1. Preparat : Penampang histologik ovarium


Hewan : Rattus sp.
Perbesaran : 40 x 10

Keterangan

1. Folikel primer
2. Folikel sekunder
3. Folikel tersier
Pembahasan:

Ovarium adalah organ primer reproduksi pada betina. Ovarium dapat dianggap
bersifat endokrin atau sitogenik karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap
langsung ke dalam peredaran darah dan juga ovum yang dapat dilepaskan dari kelenjar
(Guyton dan Hall, 2007).

Folikel-folikel ovarium terdiri atas satu oosit dan suatu lapisan epitel yang
mengelilinginya. Kebanyakan folikel-folikel ovarium adalah primordial, dijumpai pada
bagian korteks ovarium yang terletak langsung di bawah tunika albuginea.

 Folikel primer merupakan sel-sel folikel primordial yang sedang tumbuh. Oosit
membesar dan sel-sel folikular yang gepeng berkembang menjadi kubus dan
menjadi kolumner.
 Setelah folikel berkembang, folikel akan berpindah ke lapisan yang lebih dalam
di korteks dan selanjutnya sel-sel stroma di sekelililngya tersusun menjadi
selubung yang konsentris yang disebut dengan teka folikuli. Folikel ovarium
dengan antrum yang berkembang penuh disebut folikel sekunder. Folikel ini
nantinya akan berkembang menajdi folikel de Graf yang matang, yang terdiri dari
ovum, stratum granulosum, teka interna, dan teka eksterna.
 Corpus luteum terbentuk beberapa jam sebelum ovulasi terjadi, lapisan sel
folikular dan teka interna akan memulai transformasi menjadi corpus luteum.
 Regresi dari corpus luteum akan menjadi corpus albicans, yang dihasilkan dari
stroma jaringan ikat yang menggantikan massa sel-sel lutein dari corpus luteum.
 Folikel tersier disebut sebagai folikel pre-ovulasi.

Kesimpulan:

Setelah dilakukan pengamatan secara mikroskopis terhadap preprat ovarium


Rattus sp., ditemukan beberapa struktur histologic yaitu folikel primer, folikel
sekunder, folikel tersier / folikel de Graaf, corpus rubium, corpus luteum, dan corpus
albicans sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Folikel primer
berkembang menjadi folikel sekunder yang di dalamnya terdapat cairan folikel, lalu
berkembang menjadi folikel tersier.

2. Preparat : Penampang histologik testis


Hewan : Rattus sp.
Perbesaran : 40 x 10

Keterangan

1. Sel leydig
2. Sel sertoli
3. Spermatogonium
4. Spermatosit primer
5. Spermatosit sekunder
6. Spermatid
7. Spermatozoa

Perbesaran:

Testis berada di rongga perut dan terletak di suatu kantong yang disebut skrotum.
Mencit memiliki alat kelamin luar yang berupa penis. Alat kelamin dalam yaitu testis
berjumlah dua buah dan terletak pada bagian kanan kelenjar bulbouretralis dan sebelah
kirinya. Epididimis melekat pada sisi posterior testis.

Testis tersusun atas tubulus seminiferous, dimana di tempat ini sperma terbentuk. Sel
leydig pada testis menghasilkan testosterone dan androgen lain, yang merupakan hormon
seks jantan. Setiap lobus testis juga terdapat sel interstisial (sel Leydig) yang berfungsi
mensekresikan testosteron. Setiap tubulus seminiferus merupakan suatu gelung berkelok
yang dihubungkan oleh suatu segmen pendek dan sempit, yaitu tubulus rektus, dengan
rete testis, yakni suatu labirin saluran berlapis epitel yang tertanam di mediastinum testis
(Mescher, 2011).
Kesimpulan:

Setelah dilakukan pengamatan secara mikroskopis terhadap preparat penampang


histologik testis Rattus sp., diketahui bahwa testis tersusun atas sel leydig, sel sertoli, lalu
terdapat spermatogonium yang merupakan cikal bakal dari spermatosit primer yang
nantinya berkembang menjadi spermatosit sekunder, spermatid, dan yang terakhir
spermatozoa.

3. Preparat : penampang histologik uterus


Hewan : Rattus sp.
Perbesaran : 10 x 10

Keterangan

1. Lumen
2. Endometrium
3. Myometrium
4. Sel-sel otot
5. Perimetrium

Pembahasan:

Secara histologis, uterus terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan perimetrium,
myometrium, dan endometrium.

 Perimetrium
Perimetrium adalah lapisan luar uterus atau serosa merupaka bagian dari
perimetrium visceral yang tersusun atas epitel squamous simpleks dan jaringan
ikat areolar.

 Myometrium
Myometrium adalah lapisan tengah uterus, terdiri atas 3 lapisan serat otot polos
yang tebal di daerah fundus dan menipis di daerah seviks, dipisahkan oleh untaian
tipis jaringan ikat teresterial yang mengandung banyak pembuluh darah.
Miometrium dapat merespon hormon oksitosin yang berasal dari hipofisis
fosterior (pada proses persalinan).

 Endometrium
Endometrium adalah lapisan dalam uterus, kaya akan pembuluh darah, memiliki
tiga komponen yaitu epitel kolumner simpleks bersilia dan bergoblet; kelenjar
uterine yang merupakan invaginasi dari epitel luminal yang meluas hamper ke
myometrium; dan stroma endometrium. Endometrium terbagi menjadi dua
lapisan, yaitu stratum fungsional yang melapisi rongga uterus dan luruh ketika
menstruasi dan stratum basalis yang merupakan lapisan permanen yang
membentuk sebuah lapisan fungsional yang baru setelah menstruasi (Guyton dan
Hall, 2007).

Kesimpulan:

Setelah dilakukan pengamatan secara mikroskopis terhadap preparat


penampang histologik uterus Rattus sp., diketahui bahwa uterus tersusun atas
endometrium, myometrium, sel-sel otot, perimetrium, serta lumen.
KEGIATAN 2

PENGAMATAN ORGAN REPRODUKSI DAN PENENTUAN SIKLUS BIRAHI BETINA

1. Struktur organ reproduksi betina


Hewan: Rattus sp.

Keterangan

1. Ovarium
2. Oviduct
3. Serviks
4. Uterus
Pembahasan:

Uterus

Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di
dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Dinding uterus
terdiri atas miometrium (lapisan otot pada rahim) yang keseluruhannya dapat
berkontraksi dan berelaksasi (melemas). Bagian paling luar uterus (yang merupakan
lapisan di luar dari miometrium dan bagian yang langsung bertemu dengan kavum uteri)
dilapisi selaput jaringan ikat yang kaya dengan sel-sel epitel kuboid, kelenjar-kelenjar
penghasil lendir, dan pembuluh-pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang disebut
sebagai lapisan endometrium. Lapisan endometrium uteri yang terdapat pada korpus uteri
sangat licin, tetapi di bagian serviks uteri menjadi berkelok-kelok. Bagian uterus yang
paling dalam yang langsung berhubungan dengan rongga abomen (perut tubuh) adalah
lapisan perimetrium uteri (Dellman and Brown, 1992).

Ovarium

Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan


perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel) (Yuwanta, 2004). Ovarium selain
menghasilkan oosit, juga memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon kelamin betina, yakni estrogen dan progesteron. Estrogen terutama dihasilkan
oleh sel-sel teka interna menjadi estrogen. Progesteron terutama dihasilkan oleh sel-sel
lutein besar selama metestrus, diestrus dam kebuntingan, di samping dihasilkan pula oleh
plasenta (Dellman and Brown, 1992).

Oviduct
Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-
kadang disebut tuba uterina. Saluran ini ada pada setiap sisi uterus dan membentang dari
kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis (Farrer, 1996). Tuba uterina (oviduktus) bersifat
bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornu uteri dan
menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga segmen tuba uteri dapat dibedakan,
yakni infundibulum (berbentuk corong besar), ampulla (bagian berdinding tipis yang
mengarah ke belakan dari infundibulum, dan isthmus (segmen berotot yang berhubungan
langsung dengan uterus (Dellman and Brown, 1992).

Serviks

Serviks merupakan bagian terendah dari uterus yang menonjol ke vagina bagian
atas. Bagian atas vagina berakhir mengelilingi serviks sehingga serviks terbagi menjadi
bagian (supravaginal) dan bagian bawah (portio). Bagian vaginal dari uterus biasanya
ditutupi oleh epitel gepeng berlapis non keratin. Epitel tersebut mengalami perubahan-
perubahan oleh hormon-hormon steroid ovarium sehingga terus menerus terjadi
penambahan, pematangan, dan pelepasan sel epitel. Dengan demikian seluruh ketebalan
epitel biasanya dalam keadaan normal akan digantikan seluruhnya dalam 4-5 hari (Yatim,
1994).

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil pengamatan pada organ reproduksi betina Rattus sp., sistem
organ reproduksi betina terdiri dari  ovarium, oviduct, uterus, serviks. Serviks merupakan
leher uterus yang berbatasan langsung dengan vagina. Ovarium sebagai organ eksokrin
yang menghasilkan sel telur. Oviduct terdiri atas lapisan bagian luar yang merupakan
jaringan pengikat dasar (tunica serosa) dan lapisan bagian dalam yang terdiri atas sel-
sel epitel bersilia dan epitel sekretoris (tunica mukosa). Uterus terdiri
dari endometrium (tunika mukosa), miometrium (tunika muskularis), perimetrium (tunika
serosa).

2. Penetuan fase-fase siklus birahi

Hewan : Rattus sp.

Fase : Proestrus

Keterangan
2
1. Epitel biasa
1 2. Leukosit
3. Sitoplasma

Hewan : Rattus sp.


Fase : Estrus
Keterangan

1 1. Epitel tanpa inti


2. Epitel tanduk
3. Sitoplasma

3 2

Pembahasan :

Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus, estrus,
metestrus dan diestrus. Siklus ini dapat dengan mudah diamati dengan melihat perubahan
sel-sel penyusun lapisan epitel vagina yang dapat dideteksi dengan metode apusan vagina
pewarnaan metylen blue.  Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi
perubahan –perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh hormon yang berpengaruh di
dalam tubuhnya. 

Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel de Graaf. Pada apusan
vagina akan terlihat sel –sel epitel yang berinti yang telah mulai kehilangan inti
(cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel –sel cornified ini terbentuk akibat adanya
pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel
yang baru belum terbentuk sempurna bahkan belum terbentuk inti. Fase ini terjadi selama
12 jam. Setelah fase ini berakhir, selanjutnya fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan
berulang Mencit yang mengalami fase estrus, pada preparat apusan vaginanya terlihat ada
banyak sel –sel epitel yang mengalami kornifikasi (sel epitel menanduk). Pada tahap
estrus, vagina mencit akan bengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit
terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel –sel epitel
sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal,
tahap ini terjadi selama 12 jam. Tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya
berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap
tersebut akan berpindah pada tahap metestrus. Pada fase estrus, vagina mirip dengan pada
saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan agak kasar
(Yatim, 1994).

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengamatan fase apusan pada hewan Rattus sp. betina, terdapat
fase proestrus yang ditandai dengan adanya sel epitel yang berbentuk bulat, yang tidak
memiliki leukosit atau leukositnya sedikit. Selain itu, terdapat pula fase estrus yang
ditandai dengan adanya sel-sel epitel yang menunduk dan sangat banyak dan inti selnya
telah berdegenerasi. Pada pengamatan ini, fase metestrus dan diestrus tidak ditemukan.
KEGIATAN 3

PENGAMATAN ORGAN REPRODUKSI DAN EVALUASI SEMEN

1. Struktur organ reproduksi jantan


Hewan : Rattus sp.

Pembahasan :

Testis

Testis adalah organ kelamin jantan yang berfungsi sebagai tempat sintesis hormon
androgen (terutama testosteron) dan tempat berlangsungnya proses spermatogenesis.
Kedua fungsi testis ini menempati lokasi terpisah di dalam testis. Biosintesis hormone
androgen berlangsung dalam sel Leydig di dalam jaringan interlobular, sedangkan proses
spermatogenesis berlangsung di sel-sel epitel tubulus seminiferus (Junqueira, 2007).
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar
4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm, bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum
yang merupakan sebuah kantung ekstra abdomen tepat di bawah penis (Sheerwood,
2009).

Epididimis

Epididimis adalah suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas


posterolateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak
teratur yang disebut duktus epididimis. Duktus epididimis memiliki panjang sekitar 600
cm. Duktus ini berawal pada puncak testis yang merupakan kepala epididimis. Setelah
melewati jalan yang berliku-liku, duktus ini berakhir pada ekor epididimis yang
kemudian menjadi vas deferens. Epididimis terletak pada 9 bagian dorsal testis,
merupakan suatu struktur memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ
ini terdiri dari kaput, korpus, dan kauda epididymis. Epitel epididimis memiliki dua
fungsi.Pertama, menskresikan plasma epididimis yang bersifat kompleks tempat sperma
tersuspensi dan mengalami pematangan. Kedua, mengabsorbsi kembali cairan testikuler
yang mengangkut sperma dari tubulus seminiferus dan sperma yang sudah rusak
(Sheerwood, 2009).

Vas deferens

Vas deferens adalah saluran yang menghubungkan antara epididimis dengan


uretra. Letak vas deferens dimulai dari ujung kauda epididimis yang ada di dalam
kantung skrotum, lalu naik ke bagian atas lipat paha. Pada bagian ujungnya, vas deferens
dikelilingi oleh suatu pembesaran kelenjar-kelenjar yang disebut ampula. Sebelum masuk
ke uretra, vas deferens in bergabung terlebih dahulu dengan saluran ekskresi vesika
seminalis membentuk duktus ejakulatorius. Pada saat ejakulasi sperma dari epididimis
diangkut melalui vas deferens dengan suatu seri kontraksi yang dikontrol oleh saraf
(Sheerwood, 2009). Vas deferens akan melalui kanalis inguinalis masuk ke dalam rongga
tubuh dan akhirnya menuju uretra penis. Uretra penis dilalui oleh sperma dan urin.
Sperma akan melalui vas deferens oleh kontraksi peristaltik dindingnya. Sepanjang
saluran sperma terdapat beberapa kelenjar yang menghasilkan cairan semen. Sebelum
akhir vas deferens terdapat kelenjar vesika seminalis. Bagian dorsal buli-buli, uretra
dikelilingi oleh kelenjar prostat. Selain itu terdapat kelenjar ketiga yaitu kelenjar Cowper.
Keluar dari saluran repreduksi pria berupa semen yang terdiri dari sperma dan sekresi
kelenjar-kelenjar tersebut (semen plasma). Semen plasma berfungsi sebagai medium
sperma dan dipergunakan sebagai buffer dalam melindungi sperma dari lingkungan asam
saluran reproduksi wanita (Ganong, 2008).

Penis

Penis merupakan organ yang berbentuk silindris tempat lewatnya uretra. Penis
terdiri dari jaringan erektil spongiosa yang kaya akan pembuluh darah. Penis tergantung
dan lemas ketika dalam keadaan relaksasi. Sistem saraf otonom, ruangan darah menjadi
membengkak, menyebabkan kekakuan, perbesaran, dan ereksi ketika terdapat rangsangan
mental dan fisik. Glans penis merupakan struktur pada bagian ujung distal ditutupi
dengan kulit yang melipat dua kali untuk membentuk selubung yang disebut foreksin atau
prefisium (Ganong, 2008).

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pengamatan pada organ reproduksi jantan Rattus sp., sistem
organ reproduksi jantan terdiri dari penis, testis, epididymis, dan vas deferens. Testis
terdiri dari 3 bagian, yaitu tubulus seminiferus, sel leydig, dan sel sertoli. Epididimis
terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian kepala (caput epididimis), bagian badan (corpus
epididimis), dan bagian ekor (cauda epididimis). Epididimis berfungsi sebagai tempat
untuk pemasakan spermatozoa sampai pada saat spermatozoa dikeluarkan dengan
ejakulasi.  Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis
menuju vesikula seminalis dan terdiri atas 3 lapisan, yaitu lamina propria, lamina
muskularis, dan tunika serosa. Penis merupakan salah satu organ reproduksi bagian
eksternal dan merupakan selain sebagai organ ekskresi, penis juga berfungsi sebagai
organ kopulasi.

2. Pengamatan sperma
Hewan : Bos sp.
Pembahasan :

Spermatogenesis adalah suatu proses pembelahan dan diferensiasi sel-sel


spermatogonia A yang memiliki inti lonjong dan nucleus di pinggir menjadi
spermatogonia B yang memiliki inti bundar dan nucleus di tengah kemudian bermitosis
menjadi spermatosit I atau spermatosit sekunder.

Tahap berikutnya adalah spermatosit I mengalami meiosis yang terdiri dari


meiosis I dan meiosis II. Meiosis I dan II menempuh beberapa fase yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Tetapi, pada meiosis I, fase profase dibagi menjadi lima
sub-fase yaitu leptoten (L), zigoten (Z), pakhiten (P), diploten (D), dan diakinesis (Di).
Setelah fase meiosis I selanjutnya terbentuk spematosit II , dan selesai meiosis II maka
terbentuklah spermatid.

Tahap terakhir adalah spermiogenesis yang disebut juga tahap transformasi yaitu
tahap perubahan bentuk dan komposisi spermatid yang bundar menjadi berbentuk mirip
kecebong yang memiliki kepala, leher, ekor serta kemampuan untuk bergerak (motil).

Kesimpulan:

Sperma yang berhasil diamati pada praktikum ini adalah sperma sapi (Bos sp.) yang
memiliki bagian kepala, leher, serta ekor serta motil.
DAFTAR PUSTAKA

Dellman dan Brown. 1992. Histologi Veteriner II. Jakarta: UI Press.


Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku. 
Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
Mescher, A. L. 2011. Histologi Dasar Junqueira. Jakarta: EGC.
Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai