Anda di halaman 1dari 37

MATERI DAN PEMBELAJARAN IPA DI SD PDGK 4503

MODUL 5
PENDIDIKAN KEHIDUPAN BERKELUARGA

DISUSUN OLEH :

1. ISTIK

2. VONI
3. MAMAN
MODUL 5

KEGIATAN BELAJAR 1
Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Manusia
Organ reproduksi laki-laki di sebut testes dengan struktur dan fungsi fisiologinya berperan dalam
menghasilkan sperma. Organ reproduksi perempuan di sebut ovarium berperan dalam menghasilkan sel
telur kedua organ reproduksi dinamakan gonad. Sel telur yang telah di buahi sperma akan berkembang
menjadi zigot dan menjadi embrio di dalam rahim ( uterus )

A. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Laki-Laki.


1. Skrotum

Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma
terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh.

2. Testes
Testes menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH) juga hormon testosterone. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan
oleh sel interstial
3. Sel Sperma atau Spermatozoa
Sel sperma dihasilkan kira-kira 300 juta per hari. Sel sperma terdiri dari atas kepala,
bagian tengah, dan ekor. Pada bagian kepala terdiri materi inti dan akrosom yang berisi
enzim-enzim hyaluronidase dan proteinase.

4. Saluran-saluran
Sperma akan diangkut ke luar dari testis melaluisaluran-saluran tersebut :
a. Epididimis. Sel sperma akan ke luar testis melalui saluran-saluran efferent dalam
epididimis ke dalam satu saluran yang disebut saluran epididimis. Fungsi saluran ini
adalah sebagai tempat pematangan sperma. Sel sperma dapat berada pada saluran
epididimis sampai satu bulan. Setelah itu sperma tersebut akan diserap kembali.
b. Saluran (vas) deferens. Saluran ini menembus saluran inguinal dan masuk ke dalam
rongga pelvis kemudian turun ke sebelah permukaan posterior dari kantung kemih.
Fungsi saluran ini adalah untuk menyimpan sperma sampai beberapa bulan dan
mendorong sperma ke arah uretra selama ejakulasi melalui kontraksi peristaltik dari
otot-otot penutupnya.

c. Saluran ejakulasi. Saluran ini panjangnya kira-kira 2 cm dan dibentuk oleh gabungan
saluran dari seminal vesikel dan saluran deferens. Saluran ini akan mendorong sperma
ke dalam saluran uretra prostatik.

5. Kalenjar- kalenjar tambahan

Kalenjar- kalenjar tambahan ini berfungsi untuk menekresikan cairan sperma.


Berikut beberapa kalenjar tambahan:

a. Kalenjar prostat terletak di sebelah bawah kantung kemih dan mengelilingi uretra
bagian atas. Kalenjar ini hanya satu buah dan menghasilkan cairan alkalin yang
dimasukkan ke dalam uretra prostaltik. Cairan ini berperan menetralisasi asam-
asam di dalam uretra.
b. Kalenjar bulbourethral, yang berfungsi untuk menghasilkan lendir dan zat yang
bersifat untuk menetralisasi urine. Jumlah 1 pasang.

6. Cairan sperma
Cairan sperma sering juga disebut air mani merupakan campuran dari sperma dan sekresi.
Cairan sperma memiliki pH 7,35-7,50. Cairan ini bersifat basa. Cairan sperma ini juga
mengandung antibiotik yang disebut seminalplasmin yang berfungsi untuk menghancurkan
bakteri.
7. Penis

Penis (dari bahasa Latin phallus yang artinya ekor) adalah alat kelamin
jantan dan juga berfungsi sebagai organ eksternal untuk urinasi. Secara struktural, penis
tersusun atas tiga rongga berisi jaringan erektil yang berspons. Dua rongga yang terletak di
tengah dinamakan korpus kavernosa. Sedangkan satu rongga yang berada di bawah korpus
kavernosa dinamakan korpus spongiosum. Di dalam korpus spongiosum terdapat saluran
reproduksi yakni uretra. Di bagian ujung penis terdapat bagian yang dinamakan kepala
penis (gland penis). Kepala penis ini tertutup oleh lipatan kulit yang disebut
preputium.Penis terdiri atas tiga rongga yang berisi jaringan spons. Uretra pada penis
dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh
darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, maka rongga tersebut akan
terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi)

B. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Wanita


1. Ovarium

Ovarium disebut juga sebagai gonad wanita merupakan bagian yang berfungsi untuk
memproduksi sel telur haploid melalui proses pembelahan reduksi (meiosis).

Organ ini merupakan sepasang kelenjar yang berbentuk oval terletak di sebelah atas rongga pelvis
masing-masing satu buah di sisi uterus. Setiap ovarium memiliki hilus tempat masuknya pembuluh
darah dan syaraf.

Bagian-bagian yang terdapat pada ovarium di antaranya :

a. Epithelium germinatum lapisan epitel kuboiadl sederhana yang menutupi


permukaan ovarium. Lapisan ini berfungsi sebagai sumber folikel ovarium.
b. Tunica albugenia, merupakan pembungkus yang terbuat dari jaringan ikat
kolagen, terletek di sebelah bawah epithel germinatum.
c. Stroma, merupakan jaringan ikat yang terletak di sebelah bawah tunica albugenia.
Terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar disebut korteks dan lapisan dalam
disebut medula. Pada bagian kortektes terdapat folikel- folikel ovarium .
d. Folikel ovarium, adalah ovum dan jaringan-jaringan di sekitarnya yang terdapat
dalam bermacam-macam tingkat perkembangan.
e. Folikel graf , suatu kelenjar endokrin yang berasal dari ovum yang telah matang.
Bagian ini menghasilkan hormon estrogen.
f. Corpus luteum kelenjar tubuh yang berkembang dari folikel graff setelah
terjadinya ovulasi. Bagian ini menghasilkan hormon-hormon progesteron,
estrogen dan relaksin.
2. Saluran Uterin

Sel telur yang dihasilkan oleh ovarium akan diteruskan ke dalam uterus melalui
saluran uterin (fallopian) yang sering juga disebut saluran telur (oviduct). Saluran ini
panjangnya kira-kira 10 cm. Pada saluran telur ini terdapat bagian yang paling lebar dan
paling panjang disebut ampula, sedangkan bagian yang sempit pendek dan berdinding rapat
yang bersatu dengan uterus disebut isthmus. Secara histologis, saluran telur terdiri atas tiga
lapisan yaitu lapisan paling dalam disebut nurkosa yang disusun oleh sel-sel kolumnar
bersilia yang diduga berfungsi untuk membantu pergerakan dan nutrisi sel telur. Lapisan
tengah dinamakan muskularis, disusun oleh otot polos yang rapat melingkar di sebelah
dalam dan otot polos memanjang di sebelah luar.
Satu kali dalam sebulan sel telur akan lepas dari permukaan ovarium yang
berdekatan dengan infudibulum ini dinamakan ovulasi. Selanjutnya sel telur ini akan
didorong ke dalam saluran sel telur epithel bersilia dari infudibulum. Bila sel telur di buahi
oleh sel sperma, maka pembuahan ini biasanya terjadi di dalam saluran ampula.
Pembuahan dapat terjadi kapan saja sampai 21 jam setelah ovulasi. Sel telur yang dibuahi
disebut blastosis yang akan turun ke dalam uterus dalam waktu 7 hari. Sedangkan sel
telur yang tidak dibuahi akan mengalami disintegrasi.
3. Uterus
Uterus merupakan tempat implatansi sel telur yang telah dibuahi, bahkan
perkembangan fetus sampai saatnya dilahirkan juga terjadi di dalam uterus ini. Uterus
terletak di antara kantung kemih dan rektum, bentuknya menyerupai buah pir yang terbalik.
Secara anatomi uterus dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a. Fundus, merupakan bagian yang paling atas.
b. Badan, merupakan bagian utama dari uterus.
c. Cervix, merupakan bagian paling bawah yang langsung berhubungan dengan
vagina.

Di antara badan dan cervix terdapat suatu daerah sempit yang disebut isthmus,
rongga di dalam badan uterus disebut rongga uterus dan di dalam cervix disebut saluran
cervic. Persatuan antara isthmus dengan saluran servix dinamakan internal os, sedangkan
tempat di mana cervix terbuka ke dalam vagina disebut eksternal os. Uterus memiliki tiga
lapisan jaringan :

a. Perimetrium atau serosa, merupakan lapisan yang paling luar.


b. Myometrium, merupakan lapisan tengah yang membentuk dinding uterus menjadi
lebar. Lapisan ini terdiri atas tiga lapisan serabut otot yang sangat padat di bagian
fundus dan sangat tipis di bagian servix.
c. Endometrium, lapisan paling dalam berupa membran mukosa yang disusun oleh dua
lapisan dasar yaitu stratum functionalis dan stratum basalis. Stratum functionalis
merupakan lapisan yang paling dekat ke rongga uterus dan akan rusak selama masa
haid. Sedangkan stratum basalis bersifat permanen menghasilkan sel-sel
functionalis setelah haid.

Darah akan disuplai ke dalam uterus oleh cabang-cabang dari arteri iliacus yang
disebut arteri verus. Cabang-cabang arteri iliacusnya sendiri disebut arteri urcuatus
yang tersusun di dalam myometrium. Darah dari uterus akan dikembalikan melalui vena
uterus.
4. Vagina
Vagina merupakan tempat keluarnya aliran haid dan tempat menerima penis selama
terjadinya koitus. Selain itu vagina merupakan organ yang berotot, berbentuk tabung dan
dibatasi oleh selaput mukosa. Panjangnya kira-kira 10 cm yang memanjang dari cervix
sampai ke vestibula.
Daerah yang mengelilingi vagina, menempel pada cervix disebut fornix. Bagian
posterior letaknya lebih dalam dari fornix ventral dan dua buah fornix lateral. Fornix ini
memungkinkan untuk penggunaan atau pemasangan
kontraseptik. Mukosa vagina banyak mengandung glikogen melalui proses dekomposisi
dapat menghasilkan asam-asam organic. Asam-asam organic ini menyebabkan pH di
daerah vagina menjadi asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikro. Namun
keadaan ini juga merupakan hal yang tidak menguntungkan bagi sperma. Oleh karena itu
cairan sperma berperan dalam menetralkan keadaan asam tersebut.

5. Vulva
Vulva atau pudendum merupakan kumpulan dari beberapa organ, genitalia
eksternal wanita. Bagian-bagian tersebut meliputi :
a. Veneris ( mons pubis), suatu daerah yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan
yang kasar.
b. Labium mayor, terdapat dua buah merupakan lipatan longitudinal kulit yang
meluas kearah bawah dan ke arah belakang. Labium ini tidak memiliki
rambut dan lemak, hanya memiliki beberapa kelenjar keringat namun
banyak memiliki kelenjar minyak.
c. Klitoris, suatu masa kecil berbentuk silindris dari jaringan epitel dan syaraf.
Terletak sebelah anterior, bersatu dengan labium minor. Lapisan kulit
disebut prepuce dibentuk pada titik pertemuan labium minor dan menutupi
badan klitoris.
d. Vestibula, celah yang terdapat di labium minor. Di dalam vestibula ini
terdapat himen (selaput), lubang veginal uretra, dan lubang- lubang dari
beberapa saluran. Lubang vagina merupakan bagian yang paling besar pada
vestibula dan dibatasi oleh hymen

6. Kalenjar Payudara

Kelenjar ini terdapat satu pasang dan merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang
terletak di atas otot dada dan menempel pada otot tersebut oleh jaringan ikat. Masing-masing
kelenjar payudara memiliki kira-kira 15 – 20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan lemak.
Jumlah jaringan lemak ditentukan oleh besarnya payudara. Lobus memiliki beberapa lobulus
yang disusun oleh jaringan-jaringan ikat dengan kelenjar-kelenjar yang berbentuk seperti buah
anggur. Kelenjar-kelenjar ini mensekresikan air susu dan disebut alveoli. Di antara lobulus
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamen suspensoris payudara. Ligamen-ligamen ini
terletak di sepanjang kulit dan fascia sebelah dalam berfungsi untuk menunjang payudara.
Alveoli akan meneruskan air susu ke dalam sederetan tubulus sekunder dan selanjutnya akan
diteruskan ke dalam saluran payudara (ductus mamilaris). Ketika mendekati putting susu,
saluran tersebut melebar membentuk sinus yang disebut ampula. Ampula ini merupakan
tempat penyimpanan air susu yang berlanjut sebagai ductus lactiferus dan berakhir pada
putting susu (nipple).
7. Siklus Menstruasi

Pada suatu saat perkembangannya, seorang wanita mendapatkan menstruasi, yaitu


meluruhnya jaringan yang terdapat di dalam uterus. Peluruhan ini terjadi karena tidak terjadi
pembuahan atas ovum oleh sperma. Proses menstruasi ini melibatkan beberapa hormon dan
peristiwanya terjadi pada ovarium dan uterus. Periode siklus menstruasi ini pada umumnya
berkisar 28 hari, namun biasa 40 hari atau 21 hari. Pengendali peristiwa menstruasi adalah
bagian otak yang disebut hipotalamus yang antara lain berfungsi untuk mengendalikan proses
perkembangan ovum di dalam ovarium.

Karena siklus menstruasi berjalan terus-menerus, maka pembicaraan tentang


menstruasi biasanya dimulai pada hari pertama menstruasi. Fase dalam menstruasi ada 3 fase
yaitu:

• Fase Pertama - Menstruasi

Fase dalam siklus menstruasi yang pertama biasanya terjadi selama 3-7 hari. Pada
masa ini, lapisan dinding rahim luruh menjadi darah menstruasi. Banyaknya darah yang
keluar selama masa menstruasi berkisar antara 30-40 ml pada tiap siklus.

• Fase Kedua – Pra ovulasi dan Ovulasi

Pada fase pra ovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh akan mulai menebal
kembali. Lapisan dinding rahim tersebut cukup tipis, sehingga sperma dapat melewati
lapisan ini dengan mudah dan bisa bertahan kurang lebih selama 3-5 hari. Proses
penebalan rahim dipicu oleh peningkatan hormon.

• Fase Ketiga – Pra Menstruasi

Pada fase ini lapisan dinding rahim makin menebal. Hal ini dikarenakan folikel
yang telah pecah dan mengeluarkan sel telur, membentuk korpus luteum. Korpus luteum
kemudian memproduksi progesteron yang membuat lapisan dinding rahim makin tebal.

Jika tidak terjadi pembuahan, Anda akan mulai merasakan gejala pramenstruasi
(PMS), seperti perubahan emosi yang lebih sensitif dan perubahan kondisi fisik, seperti
nyeri pada payudara, pusing, cepat lelah, atau kembung

C. Penyimpangan-Penyimpangan Perilaku Seksual


1. sadismus, yaitu orang yang mencapai kepuasan seksual dengan cara menyakiti,
menghina atau menyiksa orang lain.
2. Homoseksual, yaitu laki-laki yang memiliki hasrat seksual atau melakukan hubungan
kelamin dengan jenis kelamin yang sama.
3. Masochismus, suatu kelainan yang mirip dengan sadismus, namun pada tipe ini selain
orang tersebut memperoleh kepuasan seksual dengan melihat penderitaan fisik maupun
mental orang lain, juga melalui penderitaan dirinya sendiri.
4. Masturbasi, suatu pencapaian kepuasan seksual melalui rangsangan genital baik dengan
tangan atau dengan mekanik lainnya.
D. Macam Macam Penyakit Seksual
1. Gonorea. Infeksi bakteri penyakit menular seksual ini biasanya menyerang selaput lendir.
Gonorea adalah penyakit melular seksual paling umum kedua di AS, setelah Chlamydia.
Bakteri yang sangat mudah menular berada di dalam rongga tubuh yang hangat dan basah.

Jika dibiarkan dan tidak diobati, wanita dapat mengembangkan penyakit radang panggul;
laki-laki dapat mengembangkan peradangan kelenjar prostat, uretra, atau epididimis.

Tanda dan Gejala :

• Terasa terbakar saat buang air kecil

• Nyeri testis atau pembengkakan

• Keluarnya cairan berwarna hijau, putih, atau kuning dari

kemaluan

• Pada wanita Pendarahan tidak teratur (antar periode)

• Mata merah (konjungtivitis)

2. Syphillis
Infeksi bakteri yang ditularkan lewat hubungan seksual. Dalam tahap awal penyakit ini
dapat disembuhkan, namun jika dibiarkan bertambah parah bukan tidak mungkin sang
penderita menjadi cacat, mendapatkan gangguan otak dan berujung pada kematian. Kasus
penyakit sipilis dikatakan cukup sering terjadi. Centers for Disease Control and
Prevention(CDC) mengatakan jika pada 2018 setidaknya 80 persen kasus hubungan seksual
sesama jenis oleh para lelaki bisa dipastikan akan mendapatkan penyakit ini.

Ciri-ciri sipilis : menimbulkan borok di tempat terjadinya kontak, terdapat luka berisi nanah,
pembengkakan kelenjar getah bening, dan demam

3. Herpes Genital
Disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV). Virus penyakit menular seksual ini
mempengaruhi kulit, leher rahim, alat kelamin, dan beberapa bagian lain dari tubuh. Virus ini
ada dua jenis:

• HSVp1, juga dikenal sebagai herpes tipe 1

• HSV-2, juga dikenal sebagai herpes tipe 2

Herpes adalah kondisi jangka panjang (kronis). Banyak orang yang terinfeksi tidak
pernah menunjukkan gejala dan tidak tahu tentang status herpes mereka.

• HSV mudah ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung. Paling
umum, penularan tipe 2 HSV terjadi melalui seks vaginal, oral, atau anal.

Ciri-ciri dan gejala yang terkait dengan herpes genital, meliputi:

• Lecet dan kudis pada serviks

• Keputihan

• Sakit saat buang air kecil

• Demam

• Umumnya merasa tidak sehat (malaise) Luka dingin

di sekitar mulut – untuk tipe 1 HSV

4. Trichomoniasis Penyakit. Penyakitnya sendiri disebut Trichomoniasis yang menyebabkan


peradangan atau luka didaerah selaput lendir vagina pada wanita dan saluran urethra pada laki-
laki. Gejala pada wanita dapat berupa gatal-gatal dan rasa sakit di daerah vagina, sedangkan
pada laki-laki kadangkadang tanpa gejala yang jelas, tetapi dapat ditularkan pada patner
seksualnya.
5. Radang Saluran Urethra yang bukan Gonorrhoea (NGU) Penyakit ini dikenal juga dengan
nama radang saluran urethra yang tidak spesifik (NSU). Peradangan ini bukan disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoea melainkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Biasanya orang
yang terinfeksi oleh bakteri ini akan mengalami pembengkakan dan penyempitan saluran
urethra, sehingga menghalangi aliran urin. Pengeluaran urin dapat disertai dengan rasa sakit
dan nanah.

KEGIATAN BELAJAR 2
Sel, Kromosom, dan Abnormalitasnya

S S e l merupakan unit terkecil dari suatu kehidupan. Kata "sel" itu sendiri dikemukakan
oleh Robert Hooke yang berarti "kotak-kotak kosong". Semua makhluk hidup memiliki sel
sebagai unit dasar kehidupannya, mulai dari yang paling sederhana, struktur sel
tunggal/prokariot seperti bakteria dan protozoa sampai dengan struktur yang lebih
kompleks/eukariot seperti tumbuhan dan hewan. Secara struktur, sel memiliki beberapa sub
struktur atau dikenal dengan sebutan organel sel (Gambar 1. 1). Inti sel merupakan organel
sel yang paling penting dan paling sering dijadikan objek penelitian dalam bidang pemuliaan
dan genetika karena memiliki fungsi sebagai
pengontrol pertumbuhan dan reproduksi pada tingkatan sel.
Gambar 1.1
Gambar Skematis Sel Dan Gen.
Modifikasi dari Stansfield, 1982 dan Reece, 2003.

Secara umum, bagian sel prokariot terdiri atas (1) membran sel, (2) sitoplasma (vakuola,
mitokondria, retikulum endoplasma, sentriol, badan
golgi) dan (3) inti sel dan anak inti. Informasi mengenai organel sel dan fungsinya disajikan
pada Tabel 1.1

Tabel 1.1
Organel Sel dan Fungsinya (Stansfield, 1982)

Organel Sel Fungsi


Membran sel Melindungi dan mengontrol keluar masuknya material dari
sel dan keluar sel, menjaga homeostasis
Sitoplasma Menjaga dan melindungi organel sel
Retikulum Memperluas area plasma membran, membawa material
Endoplasma dari dalam dan keluar plasma membran untuk proses
reaksi biokimia dan membantu pembuatan protein
Ribosom Mensintesa protein
Mitokondria Memproduksi energi (melalui siklus Kreb, transport rantai
elektron, oksidasi asam lemak dll.)
Lisosom Memproduksi enzim intraselular untuk menghilangkan
bakteri dan protein asing dan memecah sel-sel yang sudah
rusak.
Vakuola Tempat penyimpanan kelebihan air dan produk buangan
metabolisme.
Badan Golgi Mengatur sekresi intraseluler
Sentriol Memisahkan pasangan kromosom ketika mitosis
Inti sel Mengontrol aktivitas sel dan menyimpan
informasi heriditas pada kromosom

Kromosom merupakan bagian penting dari inti sel yang berfungsi sebagai pembawa sifat
keturunan. Pengujian menggunakan teknik pewarnaan pada tingkat sel menunjukkan bahwa
kromosom terdiri dari susunan DNA. Jumlah kromosom dalam satu sel tubuh (sel somatik)
berjumlah dua set atau dikenal sebagai diploid (2n), sedangkan pada sel kelamin (sel gamet)
jumlah kromosomnya satu set atau haploid (n). Satu set kromosom yang dimiliki oleh sel
somatik diturunkan dari tetua maternal dan set lainnya yang bersifat homolog diturunkan dari
tetua paternalnya. Satu set kromosom yang bersifat haploid (n) dalam sel disebut dengan
genom. Ilustrasi bentuk kromosom disajikan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Kromosom
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kromosom
Keterangan Gambar: (1) Kromatid. Salah satu dari dua bagian identik kromosom yang terbentuk setelah fase S pada
pembelahan sel. (2) Sentromer. Tempat persambungan kedua kromatid, dan tempat melekatnya mikrotubulus. (3) Lengan
pendek (4) Lengan panjang.

Jumlah kromosom pada individu yang berada dalam spesies yang sama memiliki jumlah
yang sama. Jumlah kromosom beberapa spesies disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Jumlah Kromosom pada Beberapa Spesies Hewan

Jumlah Jumlah
Jenis hewan Kromosom (2n) Jenis Hewan Kromosom (2n)
Sapi 60 Kelinci 44
Kuda 64 Anjing 78
Keledai 62 Kalkun 82
Kerbau Rawa 48 Ayam 78
Kerbau Sungai 50 Bebek 80
Kambing 60 Merpati 80
Domba 56 Tikus Asia 42
Babi 38 Mencit 38
Kera 48 Mentok 80
Sumber: Eldridge, 1985.
A. STRUKTUR KROMOSOM

Struktur kromosom dalam inti sel akan lebih mudah diamati jika sedang berada pada satu
tahapan pembelahan sel ketika kromosom membentuk gulungan. Masing-masing kromosom
dalam genom dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, di antaranya adalah ukuran
panjangnya, posisi dari suatu struktur protein yang disebut sentromer yang membagi kromosom
menjadi dua bagian lengan dengan panjang yang berbeda, keberadaan, dan posisi dari
kromosom yang membesar yang disebut kromomer, keberadaan tonjolan kecil dari material
kromatin yang disebut satelit, dan lain sebagainya.
Berdasarkan letak dari sentromernya (Gambar 1.3), kromosom dibedakan menjadi:
1. Metasentrik: sentromer berada tepat di tengah-tengah sehingga membagi kromosom menjadi dua lengan
dengan ukuran panjang yang sama (lengan p = lengan q).
2. Submetasentrik atau akrosentrik: sentromer di antara tengah dan ujung kromosom sehingga membagi
kromosom menjadi dua lengan dengan ukuran yang tidak sama panjang (lengan p < lengan q).
3. Telosentrik: Sentromer berada pada ujung atau sangat dekat dengan ujung pada sebuah lengan kromosom.

Gambar 1.3
Pengelompokan Kromosom Berdasarkan Letak Sentromer. Modifikasi dari Stansfield, 1982.
Masing-masing kromosom dalam suatu genom diberi nomor sesuai dengan ukurannya,
dimulai dari yang ukuran yang paling panjang menuju ke yang paling pendek, kecuali pada
kromosom seks (kromosom penentu jenis kelamin). Analisis kromosom yang mengurutkan foto
kromosom disebut analisis kariotipe. Individu berjenis kelamin jantan pada mamalia memiliki
kromosom seks dengan morfologi berbeda (heteromorfik). Pasangan kromosom tersebut diberi
nama kromosom X dan kromosom Y. Faktor genetik pada kromosom Y menentukan jenis
kelamin laki-laki atau jantan. Pada jenis kelamin betina, kromosom kelamin terdiri dari
sepasang kromosom X. Semua kromosom kecuali kromosom seks dalam genom disebut
kromosom autosom. Perbedaan antara kelompok mamalia dengan unggas adalah pemberian
nama kromosom seks dan kombinasinya, di mana pada unggas kromosom seks diberi nama
kromsom Z dan W. Pasangan kromosom ZZ merupakan jantan, sedangkan ZW menjadikan
individu berjenis kelamin betina. Contoh hasil analisis kariotipe pada sapi betina dan jantan
disajikan pada Gambar 1.4 dan Gambar 1.5.

Gambar 1.4
Kariotipe Sapi Betina (Eldridge, 1985).
Gambar 1.5
Kariotipe Sapi Jantan (Eldridge, 1985).

B. ABNORMALITAS KROMOSOM

Abnormalitas atau kelainan kromosom secara alami dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa
adanya stimulus dari lingkungan. Hal tersebut dapat dipahami melalui proses pembelahan sel
yang memungkinkan terjadinya pindah silang (crossing over), dan pautan (linkage) yang
menyebabkan terjadinya kehilangan, penambahan, pertukaran dan lain sebagainya. Secara
umum, kelainan pada kromosom dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelainan struktur dan
kelainan jumlah. Kelainan struktur di antaranya adalah delesi, duplikasi, inversi dan translokasi,
sedangkan yang termasuk ke dalam kelainan jumlah di antaranya adalah euploidi dan
aneuploidi.

1. Abnormalitas Struktur Kromosom


a. Delesi
Delesi merupakan kelainan kromosom yang terjadi ketika terjadi pengurangan sebagian dari
salah satu lengan kromosom sehingga menyebabkan hilangnya materi genetik. Berdasarkan
lokasi kehilangannya, delesi dibedakan menjadi delesi terminal jika delesi terjadi pada ujung
kromosom, dan delesi interstisial jika delesi terjadi pada bagian di antara
kedua ujung lengan kromosom. Kelainan genetik yang disebabkan akibat terjadinya delesi
kromosom di antaranya: sindrom DiGeorge (22q11.2) yaitu hilangnya sebagian fragmen
kromosom No.22 pada lengan q di posisi 11.2 menyebabkan menurunnya respon kekebalan dan
kelainan tulang. Pada sindrom Cri-Du-Chat Syndrome (5p-) sebagian fragmen kromosom No. 5
hilang pada bagian lengan p. Bayi yang menderita sindrom ini kalau menangis suaranya seperti
suara kucing, bobot lahir rendah, otot lidah lemah, tulang dagu kecil dan kecerdasan yang
lemah. Ilustrasi mengenai delesi dapat dilihat pada Gambar 1.6.

Gambar 1.6
Ilustrasi Terjadinya Delesi. Modifikasi dari Eldridge, 1985.

b. Duplikasi
Duplikasi merupakan kebalikan dari delesi, yaitu kelainan kromosom yang terjadi akibat
terjadinya penambahan susunan dari kromosom. Berdasarkan asal dari bagian yang
bertambahnya, duplikasi dibedakan menjadi duplikasi yang berasal dari kromosom homolognya
dan duplikasi yang bersal dari bukan kromosom homolognya. Ilustrasi mengenai duplikasi
dijasikan pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7
Ilustrasi Terjadinya Duplikasi. Modifikasi dari Eldridge, 1985.
c. Inversi
Inversi merupakan kelainan kromosom yang terjadi ketika bagian dari kromosom
mengalami patah, tetapi patahannya menempel kembali dengan urutan yang terbalik.
Berdasarkan keikutsertaan sentromer dalam proses inversinya, kelainan ini dapat digolongkan
menjadi inversi parasentrik jika inversi yang terjadi tidak melibatkan sentromer, dan sebaliknya
adalah inversi perisentrik jika inversi yang terjadi melibatkan sentromer. Ilustrasi proses
terjadinya inversi disajikan pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8
Ilustrasi Terjadinya Inversi. Modifikasi dari Eldridge, 1985.

d. Translokasi
Translokasi merupakan kelainan kromosom yang terjadi ketika terjadinya penempelan
bagian atau satu kromosom pada bagian kromosom yang lainnya. Translokasi dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu translokasi resiprokal yang terjadi akibat adanya pertukaran lengan
antara dua kromosom, dan translokasi Robertsonian yang terjadi akibat menempelnya satu
kromosom pada kromosom yang lainnya. Translokasi Robertsonian umum terjadi pada
kromosom dengan posisi sentromer akrosentrik. Contohnya Duchenne Muscular Distrophy
Xp21, Neurofibromatosis 17q, Retinoblastoma 13q14, dan lain sebagainya. Ilustrasi proses
terjadinya proses translokasi dapat dilihat pada Gambar 1.9.

Gambar 1.9. Ilustrasi Terjadinya Translokasi. Modifikasi dari Eldridge, 1985.


e. Abnormalitas Struktur Kromosom Lainnya
Abnormalitas kromosom yang lainnya yang jarang ditemukan seperti abnormalitas cincin
dan abnormalitas isokromosom. Contoh dari abnormalitas struktur kromosom lainnya dapat

dilihat pada Gambar 1.10.


Gambar 1.10
Ilustrasi terjadinya abnormalitas cincin (A) dan isokromosom (B). Modifikasi dari Eldridge, 1985.

2. Abnormalitas Jumlah Kromosom


a. Euploidi
Euploidi merupakan salah satu jenis kelainan jumlah kromosom yang tejadi ketika satu
individu memiliki kelebihan atau kekurangan satu set kromosom. Berdasarkan banyaknya set
kromosom, euploidi digolongkan menjadi haploid (n) jika memiliki satu set kromosom, triploid
(3n) jika memiliki tiga set kromosom, tetrapolid (4n) jika memiliki empat set kromosom, dan
lain sebagainya.

b. Aneuploidi
Aneuploidi merupakan kelainan kromosom yang terjadi akibat adanya pengurangan (2n –
X) atau penambahan jumlah kromosom (2n + X). Aneuploidi dapat dibedakan menjadi
nullisomi (2n – 1) jika terjadi pengurang jumlah kromosom sehingga ada kromosom yang tidak
memiliki pasangan homolognya, trisomi (2n + 1) jika terjadi penambahan jumlah pada salah
satu kromosom, tetrasomi (2n + 2), dan lain sebagainya.
C. ABNORMALITAS KROMOSOM PADA TERNAK

Abnormalitas struktur kromosom pada sapi telah banyak diketahui. Penelitian yang
dilakukan Gustavsson dan Rockborn pada tahun 1964, menemukan adanya abnormalitas
kromosom pada sapi yang mengalami leukimia limfa, yang dikenal dengan sebutan
abnormalitas translokasi Robertsonian kromosom 1/29. Sampai saat ini, jenis abnormalitas
translokasi Robertsonian 1/29 telah ditemukan pada 38 bangsa sapi dengan frekuensi kejadian
yang bervariasi pada masing-masing bangsa. Selain translokasi Robertsonian 1/29, terdapat 25
jenis translokasi lainnya yang ditemukan pada berbagai bangsa sapi (Eldridge, 1985). Contoh
hasil kariotipe yang mengalami translokasi Robertsonian 1/29 disajikan pada Gambar 1.11.

Gambar 1.11
Kariotipe sapi jantan yang mengalami kelainan 1/29 Robertsonian Translocation. Modifikasi dari Eldridge, 1985.

Selain abnormalitas struktur kromosom, kelainan pada jumlah kromosom seperti


penambahan satu kromosom nomor 17 ditemukan terjadi pada sapi Friesian Holstein (FH) di
Jepang dan Brown Swis di Amerika. Kelainan trisomi 17 tersebut menyebabkan sifat fenotip
yang dikenal sebagai lethal brachygnathia trysomy syndrome (LBTS). Kasus abnormalitas
kromosom seks XXY pada sapi jantan juga telah ditemukan dan memiliki gejala yang hampir
mirip dengan klinefelter syndrome pada manusia. Organ testis tidak berkembang dan steril.
Abnormalitas XXX pada sapi betina
menyebabkan ovari tidak berkembang, uterus berukuran kecil dan tidak menunjukkan tanda-tanda
terjadinya birahi. Gambar 1.12 menunjukkan adanya kelainan jumlah kromosom nomor 17. Fenotip
dari ternak yang mengalami kelainan trisomi 17 disajikan pada Gambar 1.13.

Gambar 1.12
Kariotipe sapi jantan yang mengalami kelainan kromosom trisomi-17.
Modifikasi dari Eldridge, 1985.

Gambar 1.13
Anak Sapi yang Mengalami Kelainan Kromosom Trisomi 1

A. STRUKTUR KIMIA DNA

Molekul deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA) merupakan molekul polimer
yang dibentuk dari rantai linier yang disebut dengan nukleotida. Setiap nukleotida memiliki tiga
komponen, yaitu: basa nitrogen, gugus gula pentosa, dan fosfat. Kombinasi gula dan basa nukleotida
disebut nukleosid. Basa nukleotida dapat merupakan basa dua lingkaran yang disebut purin atau satu
lingkaran yang dikenal pirimidin. Kelompok basa purin pada DNA dan RNA adalah adenin (A) dan
guanin (G), sedangkan kelompok pirimidin adalah sitosin (C) dan timin (T) pada DNA atau urasil
(U) pada RNA. Pada akhir tahun 1950-an, Erwin Chargaff melakukan penelitian terhadap komposisi DNA yang
menghasilkan kesimpulan bahwa jumlah masing-masing basa nukleotida tidak sama tetapi juga tidak acak. Jumlah
nukleotida adenin sama dengan jumlah nukleotida timin dan jumlah nukleotida guanin sama dengan nukleotida sitosin,
yang kemudian dkenal dengan teori Chargaff. Gambar struktur kimia basa nukleotida disajikan pada Gambar 1.14.
Gambar 1.14
Struktur Kimia Basa Nukleotida. Modifikasi dari Brown, 2006.

Sejak diketahui tentang bahwa DNA merupakan materi pewarisan sifat, para ilmuwan pada tahun
1940 – 1953 berlomba untuk dapat mengetahui struktur dari material tersebut. Metode difraksi
menggunakan sinar X yang sebelumnya digunakan untuk menentukan struktur protein merupakan
metode yang paling banyak digunakan dan dikembangkan. Hingga pada tahun 1950 – 1953,
Rosalind Franklin berhasil memperbaiki data sinar X dari sampel DNA yang sangat murni. Pada
awalnya Franklin tidak bertujuan untuk dapat menemukan struktur dari DNA, hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur DNA berbentuk untaian (helix). Pada tahun 1953, James Watson dan
Francis Crick menemukan struktur dari DNA berdasarkan pola difraksi sinar X milik Franklin dan
aturan Chargaff tentang DNA yang selalu berpasangan. Beberapa kesimpulan yang diperoleh Watson
dan Crick merupakan model struktur DNA yang digunakan hingga saat ini (Gambar 1.15), yaitu:
1. Struktur DNA berbentuk double helix (untai ganda).
2. Arah dari kedua untaian tersebut bersifat antiparalel (berlawanan).
3. Basa nitrogen yang berpasangan pada untaian yang berbeda dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
4. Pembacaan kode DNA dimulai dari ujung 5’ ke ujung 3’.
Gambar 1.15
Model Struktur DNA menurut Watson dan Crick. Modifikasi dari Brown, 2006.

B. STRUKTUR DNA DALAM SEL

Struktur DNA yang terdapat dalam genom suatu organisme kemungkinan sama atau berbeda
dengan organisme lainnya. Misalnya pada virus, ada yang memiliki DNA untai ganda, DNA untai
tunggal, bahkan ada yang berupa RNA. Genom pada organisme prokariot biasanya berupa DNA
berbentuk sirkular. Sedangkan kromosom pada organisme eukariot secara umum terdiri dari dua
untai (double strand) DNA yang berbentuk linier.
Pada masing-masing sel, terdapat DNA dalam jumlah yang sangat banyak, pada satu set
kromosom dalam genom manusia diperkirakan mengandung DNA sebanyak 3,2 × 109 pasang basa.
Jika dalam kondisi diploid, maka total DNA dalam satu sel tubuh manusia sebanyak 6,4 × 109.
Molekul DNA dalam sel berbentuk sangat padat terbungkus oleh beberapa jenis protein, yang
disebut dengan nukleosom. Pada tahap interfase saat pembelahan sel, material genetik tersebut
merenggang dan menyebar di
dalam inti sel yang dinamakan kromatin. Ketika proses pembelahan mitosis dimulai, struktur
kromatin menebal hampir sekitar 104 kali dari kondisi awal dan membentuk sesuatu yang dikenal
dengan sebutan kromosom. Ukuran genom diukur dengan panjangnya pasangan basa sebagaimana
disajikan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Ukuran Panjangnya Genom pada Beberapa Spesies (Lewin, 1997)

Spesies Ukuran genom (panjang basa/pb)


Bakteri (E.coli) 4,2 × 106 pb
Yeast (ragi) 2,0 × 107 pb
Fungi (kapang) 2,7 × 107 pb
Cacing 8,0 × 107 pb
Lalat buah 1,4 × 108 pb
Tikus 3,0 × 109 pb
Manusia 3,3 × 109 pb

C. DNA SEBAGAI UNIT PENGONTROL SIFAT

Pengetahuan tentang DNA sebagai unit yang membawa sifat pada suatu organisme dan
mewariskannya pada keturunannya merupakan suatu awal dari pengembangan ilmu genetika saat
ini. Pertanyaan selanjutnya yang masih harus dijawab adalah bagaimana cara DNA melakukan
tugasnya tersebut. Pada tahun 1866 Gregor Mendel melakukan penelitian pada tanaman kacang dan
menghasilkan kesimpulan bahwa ada suatu “faktor” yang menentukan beberapa sifat pada tanaman
kacang yang berhasil diamati, seperti warna biji, warna cangkang, posisi bunga dan lain sebagainya.
Sesuatu yang didefinisikan sebagai sesuatu “faktor” oleh Mendel tersebut sekarang dikenal dengan
sebutan gen. Saat ini gen didefinisikan sebagai unit pembawa dan pewarisan sifat terkecil atau
dengan kata lain gen merupakan unit atau segmen dari DNA yang membawa informasi genetik
(DNA fungsional) terletak dalam kromosom.
Kenyataan bahwa gen tersusun atas DNA, serta DNA terbentuk dalam suatu badan yang disebut
kromosom, maka kita dapat menyimpulkan bahwa gen berada dalam kromosom. Letak atau posisi
gen dalam kromosom dikenal dengan sebutan lokus. Jumlah gen pada mamalia diperkirakan sekitar
20.000
– 30.000 gen yang menyandikan sekitar 100.000 jenis protein. Stuktur gen pada mamalia secara
umum terdiri dari bagian promotor atau regulator, ekson dan intron. Bagian promotor berfungsi
mengontrol proses transkripsi (penyalinan untai DNA menjadi mRNA). Ekson merupakan bagian
dari gen yang ditranslasikan (pengkodean mRNA menjadi asam amino). Bagian intron merupakan
bagian antara yang memisahkan ekson satu dengan ekson lainnya. Hingga saat ini, fungsi dari bagian
intron pada mamalia belum diketahui secara pasti. Sebagai contoh struktur gen myostatin (gen
pengontrol pertumbuhan otot) diperlihatkan pada Gambar. 1.16. berikut ini.

Gambar 1.16
Struktur Gen Miostatin. Terletak pada Kromosom Nomor 2 pada Lokasi 2q14 – 2q15. Modifikasi dari Stansfield,
1982 dan Brown, 2006.

Jika melihat bahwa hanya bagian ekson yang akan ditranslasikan menjadi asam amino, maka
jumlah DNA ekson yang terdapat dalam total genom manusia hanya mencapai sekitar 1,5 % (48
Mb). Dari total genom manusia 3.200 Mb (mega basa), bagian gen hanya ± 1.200 Mb (37,5%).
Bagian DNA bukan gen dalam genom lebih besar dari bagian gen yaitu sekitar ± 2.000 Mb (62,5%),
diperlihatkan pada Gambar 1.17 berikut ini.
Gambar 1.17
Struktur DNA dalam Total Genom Manusia. Modifikasi dari Brown, 2006.

Tidak semua DNA berfungsi sebagai gen yang sering disebut dengan DNA bukan gen. Hingga
saat ini, fungsi secara fisiologis bagian dari DNA bukan gen belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi dapat dimanfaatkan untuk uji hubungan keeratan tetua dengan anak, bangsa ternak dan peta
genetik. Contoh DNA yang bukan gen yaitu mikrosatelit DNA. Mikrosatelit DNA di dalam sebagian
fragmennya mempunyai runutan berulang secara berurutan terdiri dari mono nukleotida misalnya
(aaaaa, tttt,ggg, ccccc) di nukleotida (at at at at, ag ag ag ag, ac ac ac ac atau ta ta ta ta, tg tg tg tg, tc
tc tc tc atau ca ca ca ca ca, cg cg cg cg cg dan terus berulang sesuai kombinasi dua basa dari a, t, g
dan c), tri nukleotida (act act act act dan terus berulang sesuai kombinasi tiga basa dari a, t, g dan c)
dan tetra nukleotida (actg actg actg actg dan seterusnya berulang sesuai kombinasi empat basa dari
a, t, g dan c). Motif berulang dalam bentuk kopi berdampingan/tandem dan ulangan nukleotida yang
paling sering ditemukan pada mamalia adalah GT/AC. Kegunaan Mikrosatelit DNA merupakan
penanda genetik yang sering digunakan untuk mempelajari pemetaan gen, analisis populasi, sistem
perkawinan dan struktur populasi serta identifikasi penetapan asal usul keturunan (Steffen et al. 1995
dan Silva et al., 1999).

D. REPLIKASI DNA

Proses pembelahan satu sel induk menjadi dua sel anak yang identik merupakan proses yang
sangat penting dalam pertumbuhan, perkembangan
dan perbaikan sel rusak pada suatu individu. Pada proses tersebut, semua organel sel berduplikasi
menjadi dua bagian yang sama. Hal tersebut diperlukan agar sel hasil pembelahan memiliki sifat
yang identik dengan sel tetuanya. Proses duplikasi yang terjadi pada DNA sebagai pembawa
informasi genetik disebut replikasi DNA.
Proses replikasi DNA dimulai dari peregangan ikatan hidrogen pada DNA double heliks. Ketika
masing-masing untai DNA terpisah dari untai DNA komplemennya, masing-masing untai DNA
tersebut dapat menjadi cetakan (template) bagi terbentuknya untai DNA baru, sehingga terbentuk
dua buah DNA double heliks yang identik. Berdasarkan DNA double heliks yang dihasilkannya,
terdapat tiga teori yang diajukan dalam proses replikasi tersebut, yaitu (1) teori konservatif: salah
satu dari DNA double heliks yang dihasilkan merupakan DNA tetua dan satu DNA double heliks
lainnya merupakan DNA baru. (2) teori semikonservatif: masing-masing dari dua buah DNA double
heliks yang dihasilkan memiliki satu untai dari tetua yang berpasangan dengan untai baru, dan (3)
teori dispersif: masing-masing dari dua buah DNA double heliks yang dihasilkan mengandung DNA
campuran tetua dan DNA baru pada masing-masing untai tunggalnya. Dari tiga teori yang diajukan,
Mathew Meselon dan Franklin Stahl pada tahun 1958 membuktikan bahwa teori semikonservatif
merupakan teori yang digunakan dalam proses replikasi DNA pada hampir semua organisme.
Ilustrasi teori semikonservatif pada proses replikasi DNA disajikan pada Gambar 1.18.

E. SINTESIS PROTEIN

Sintesis protein merupakan proses ekspresi gen. Proses sintesis protein secara umum
dikelompokkan menjadi dua proses utama, yaitu proses transkripsi yang menghasilkan mRNA dan
proses translasi yang menghasilkan asam amino. Proses translasi diawali dengan perubahan pada
DNA double heliks yang mengalami pemisahan bagian ikatan hidrogennya sehingga menjadi DNA
untai tunggal. Untai DNA dari ujung 3’ ke ujung 5’ dijadikan sebagai cetakan untuk proses
transkripsi DNA menjadi mesenger RNA (mRNA) oleh RNA polimerase, sehingga mRNA yang
terbentuk dari ujung 5’ ke ujung 3’. Ilustrasi proses translasi protein disajikan pada Gambar 1.19.
Pendidikan Keluarga Sejahtera dan Bahagia

A. Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera


1. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga menurut Undang – Undang No 10 tahun 1992 adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu
dan anaknya. Keluarga dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan serasi, selaras, seimbang, antara keluarga, dan antara anggota keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
2. Pengertian Keluarga Sejahtera
Beberapa pengertian mengenai keluarga sejahtera adalah :
a. Keluarga yang memiliki ketahanan, meliputi ketahanan fisik dan nonfisik yang
sekaligus memiliki kemampuan bagi persamaanpersamaan nilai- nilai luhur
budaya bangsa terutama sekali nilai-nilai agama.
b. Keluarga yang dimulai dengan adanya perkawinan yang sah dan mampu
melahirkan keturunan. Keturunan yang dilahirkan dipikirkan dan dipermasalahkan
bagaimana dia hidup selanjutnya.
c. Keluarga yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kondisi mental, fisik, dan
sosial keluarganya.
d. Keluarga yang sanggup memperbaiki kualitas pelajaran anggotanya serta
masyarakat dan memperkaya pengalaman untuk menunjang kebahagian
keluarganya.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) keluarga


sejahtera dapat diklasifikasikan menurut kelompok sebagai berikut:.

a. Keluarga Prasejahtera, keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya


secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang,
papan, dan kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera I, keluarga tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat sederhana, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
c. Keluarga Sejahtera II, keluarga selain yang dapat memenuhi kebutuhan dasar.
d. Keluarga Sejahtera III, keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di
lingkungan desa atau wilayah.
e. Keluarga Sejahtera III plus, keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus secara teratur
ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan
semacam itu dalam masyarakat.
3. Fungsi Keluarga

Kantor Menteri Negara Kependudukan /BKKBN (1993), mengemukakan bahwa


keluarga memiliki delapan fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Keagamaan. keluargalah yang pertama kali bertanggung jawab untuk


mengarahkan anggota keluarganya untuk menjadi orang-orang yang agamis.
Dengan demikian, keluarga diharapkan dapat berfungsi sebagai wahana untuk
menciptakan seluruh anggota menjadi insan- insan agamis yang penuh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya Sosial budaya merupakan salah satu kekayaan yang
dimiliki oleh setiap bangsa Budaya dapat merupakan ciri suatu bangsa atau
daerah, sehingga perlu dijaga dan ditumbuhkembangkan keberadaannya. Oleh
karena itu suatu keluarga sebagai unit terkecil diharapkan mampu berfungsi
untuk menggali, mengembangkan, dan melestarikan kekayaan sosial budaya
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
c. Fungsi cinta dan kasih sayang Keluarga harmonis merupakan keluarga yang
didambakan oleh semua orang.
d. Fungsi melindungi Sebagaimana halnya fungsi cinta dan kasih sayang, keluarga
hendaknya dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan yang memberikan rasa
aman, tenteram, lahir dan batin sejak janin dalam kandungan sampai lanjut usia
e. Fungsi Reproduksi Salah satu ciri makhluk hidup adalah mempertahankan
keturunannya, hal ini berlaku juga bagi manusia. Tujuan dari proses reproduksi
yang dilakukan manusia berencana agar keturunannya menjadi keturunan yang
sejahtera dan berkualitas sehingga dapat berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.
f. Fungsi mendidik dan Sosialisasi, diharapkan mampu berfungsi menjadi pendidik
yang pertama dan utama bagi anak dalam menumbuhkembangkan kekuatan
fisik, mental, sosial, dan spiritual secara serasi, selaras, dan seimbang.
g. Fungsi ekonomi Dalam menjalani kehidupannya, kebutuhan akan sandang,
pangan, dan papan meru-pakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi. Diharapkan
mampu berfungsi meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomi-produktif
sehingga tercapai upaya peningkatan pendapatan keluarga guna memenuhi
kebutuhan keluarga.
h. Fungsi Pelestarian Lingkungan, diharapkan suatu keluarga harus mampu untuk
menempatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang
dinamis secara serasi, selaras, dan seimbang.
B. Peranan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana

Proses pengontrolan kelahiran dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti peng-
angkatan gonad (testes dan ovarium) dan uterus, sterilisasi, dan kontrasepsi.

1. Pengangkatan gonad dan uterus Pengangkatan gonad dapat dibedakan atas pengangkatan testes
yang disebut kastrasi dan pengangkatan ovarium disebut oophorektomi. Sedangkan
pengangkatan uterus sendiri dinamakan histerektomi. Pengangkatan ini dilakukan melalui
operasi yang kesemuanya itu merupakan tindakan preventif agar tidak terjadi pembuahan
antara sel telur dengan sel sperma.
2. Sterilisasi Salah satu cara sterilisasi pada laki-laki adalah dengan cara memotong saluran
sperma (vas defferens) yang biasa disebut sebagai vasektomi. Operasi ini biasanya dilakukan
dengan cara mengikat kedua ujung saluran tersebut. Dengan demikian sperma yang diproduksi
di dalam testes tidak akan mencapai bagian eksterior.
3. Kontrasepsi adalah usaha pencegahan pembuahan tanpa merusak kesuburan. Kontra- sepsi
dapat dilakukan dengan cara alami, mekanis dan kimiawi.
a. Cara Alami Untuk mencegah terjadinya kehamilan secara alami dapat dilakukan
dengan beberapa cara misalnya saja dengan melakukan hubungan suami-istri pada saat
istri sedang tidak dalam masa subur atau sering disebut dengan istriba berkala
b. Cara Kimiawi, Kontrasepsi secara kimiawi meliputi metode spermisidal dan hormonal .
Dalam cara kimiawi ini, salah satu dari zat kimia seperti busa, cream, jellies,
suppostoria, dan tissue dimasukkan ke lubang kelamin sebelum melakukan hubungan
kelamin sehingga bagian vagina dan cervix tidak memungkinkan untuk hidupnya
sperma.
c. Cara mekanis, Kontrasepsi dengan cara mekanik meliputi pemakaian kondom oleh
seorang suami dan diafragma oleh istrinya. Kondom merupakan penutup penis yang
terbuat dari karet atau materi sejenisnya yang bersifat elastis dan tidak berpori untuk
mencegah masuknya sperma ke dalam saluran sistem reproduksi wanita. Sedangkan
diafragma dipasang pada bagian cervix vagina yang biasanya digabung dengan zat
kimia pembunuh sperma. Diafragma ini berfungsi untuk mencegah masuknya sperma
melalui cervix.

C. Proses Sosialisasi Keluarga Bahagia Dan Sejahtera


Proses sosialisasi nilai keagaman merupakan upaya agar dia dapat menjalani kehidupan
dunia akhirat secara benar. Nilai-nilai keagaman akan merupakan landasan bagi anak untuk kelak
menjadi orang yang dapat mengendalikan diri terhadap hal-hal yang bersifat negatif. Perlu
disadari bahwa nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari,
sebagian besar juga terkait dengan nilai keagaman. Sosialisasi lainnya selain keagamaan, adalah
sosialisasi nilai-nilai budaya yang mencakup :
1. Budi pekerti luhur. Setiap orang tua mengharapkan agar anaknya tidak suka berbohong, tidak
mengambil sesuatu yang bukan miliknya, patuh pada orang, berani membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan sendiri, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Itulah nilai-nilai budi
pekerti yang luhur.
2. Sikap merendah (bukan rendah diri), tidak sombong dan tidak pamer. Seorang anak hendaknya
dididik agar menjadi orang yang makin berisi, makin menunduk. Suatu sifat yang tidak
memamerkan atau menyombongkan diri.
3. Sikap sabar dan ulet. Sikap ini pun merupakan sikap yang harus ditanamkan sejak dini. Tanpa
kesabaran dan keuletan sulit rasanya dapat mencapai cita-cita di dunia yang penuh persaingan
ini.
4. Sikap teliti, rapi dan sempurna. Sikap ini juga merupakan sikap dasar yang harus dimiliki oleh
seorang anak. Karena sikap tersebut sejalan dengan sikap ilmiah yang senantiasa sangat
diperlukan bagi bangsa yang ingin maju.
5. Tata krama. Seorang anak harus dapat menghargai dan menghormati orang tua, orang yang
lebih tua darinya, para guru atau pihak-pihak lain yang dianggap perlu. Meskipun nilai-nilai
kebudayaan suatu bangsa sudah mengalami pergeseran namun sopan santun dalam hubungan
dengan sesama manusia lainnya hendaknya tetap dipertahankan.
6. Gotong royong, yang sebaik-baiknya tetap dibina orang tua dan ditanamkan kepada anak-
anaknya. Sikap gotong royong akan memupuk rasa kesetiakawanan sosial.

Anda mungkin juga menyukai