Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI SISTEM REPRODUKSI DAN SIKLUS MENSTRUASI

Disusun Oleh :

KARTIKA DWI RACHMAWATI (202202202)

Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Gombong 2022/2023


A. REPRODUKSI MANUSIA

ORGAN-ORGAN YANG BERPERAN DALAM REPRODUKSI

1. Struktur/Anatomi organ reproduksi laki-laki

Secara anatomi organ reproduksi

laki-laki terdiri dari organ

reproduksi eksternal yaitu

skroturn dan penis, dan organ

reproduksi internal yaitu testis

( menghasilkan sperma dan

hormone), kelenjar aksesoris

(mensekresikan produk

esensial bagi pergerakan sperma),

dan sekurnpulan duktus yang

membawa

sperma dan kelenjar.

SKROTUM

Skrotum merupakan pembungkus testis, dimana. penurunan testis

kedalam skrotum (Decensus testikulorum) terjadi semenjak didalam

O
kandungan , Suhu testis lebih rendah 2 C dari suhu tubuh. Ada beberapa

mekanisme untuk mempertahankan suhu testis:

 Terdapatnya kelenjar keringat

 Terdapatnya pleksus pampiniform berupa anyarnan-anyaman vena dari

testis

 Terdapatnya otot dartos berupa otot-otot halus.


Dinding skrotum terdiri dari beberapa lapisan yaitu:

 Bagian luar yaitu berupa kulit tipis relative tanpa bulu, mengandung

kelenjar keringat

 Tunika dartos : bagian yang melekat pada kulit yaitu berupa otot-otot

halus

 Lapisan jaringan keringat

 Membran serous merupakan dasar dari dinding skrotum

TESTIS

Merupakan saluran-saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh

jaringan ikat yang disebut Tubulus seminiferus (tempat terbentuknya

sperma). Di tubulus seminiferus juga terdapat sel-sel leydig yang tersebar

, dimana sel ini akan menghasilkan testosteron dan androgen yang

merupakan hormone seks pria. DUKTUS EFERENS

Tubulus serniniferus dibagian atas lobus membentuk tubulus lurus

(tubulus rectus) dan masuk kebagian testis yang disebut Rete testis dan keluar

sebagai duktus eferens.

EPIDIDIMIS

Saluran ini menempel pada testis. Saluran epididimis merupakan duktus

eferens bersatu yang berkelok-kelok. Sperma membutuhkan waktu 20 hari di

epididimis yang panjangnya hampir mencapai 6 meter. Selama perjalanan

sperma di epididimis, sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan

untuk membuahi. Lapisan otot saluran ini, makin tebal kearah ekor, ini sesuai

dengan fungsi epididimis untuk mendorong sperma menuju ke vas deferens.


VAS DEFERENS

Merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor epididimis menuju ke

uretra, tetapi sebelum sampai di uretra, terjadi pelebaran saluran yang disebut

ampula, diakhir saluran ampula akan bersatu dengan saluran vesika seminalis

membentuk saluran kecil yang disebut duktus ejakulasi, duktus ini

masuk kedalam prostate dan bermuara pada uretra. Saluran uretra disamping

merupakan saluran eksresi juga sebagai saluran reproduksi .

KELENJAR AKSESORIS

Kelenjar Vesikula Seminalis

Kelenjar ini menyumbang 60% total volume semen. Cairan dari

vesika sernininalis mempunyai sifat kental kekuning-kuningan dan alkalis

(basa). Cairan ini mengandung mucus, gulaftuktosa (sumber energi bagi

sperma), enzim pengkoagulasi, asam askrobat, dan prostaglan

Kelenjar Prostat

Kelenjar pensekresi semen cukup besar, mensekresikan secara

langsung melalui saluran-saluran kecil. Cairan ini mempunyai sifat encer

seperti susu dan sedikit asam, serta mengandung enzim antikoagulan

(seminin), sitrat ( nutrient bagi sperma) . Kelenjar ini merupakan

permasalahan bagi laki-laki yang berumur diatas 40 th keatas, karena

pada umumnya terjadi pembesaran kelenjar prostat (non kanker).

Biasanya diatasi dengan pembedahan atau dengan obat-obatan

mengandung gonadotropin yang dapat menghentikan aktivitas dan ukuran

kelenjar prostat.
Kelenjar Bulbouretralis / Cawper

Secara langsung tidak terlibat dalam sekresi semen, merupakan

sepasang kelenjar kecil, mensekresikan mukus bening sebelum ejakulasi,

gunanya untuk menetralkan setiap urin asam yang masih tersisa dalam

uretra, juga mengandung enzim spermin (bau khas). Kadang-kadang

cairan ini juga membawa sebagian sperma yang dibebaskan sebelurn

terjadinya ejakulasi. Ini merupakan alasan tingginya kegagalan kontrol

kelahiran menggunakan metode menarik penis sebelum terjadinya

ejakulasi ( KB angkat).
PENIS

Penis manusia terdiri dari 3 silinder jaringan erektil yang mirip spon

yang terdiri dari ruang-ruang dimana pembatasnya disebut trabekula.

Jaringan erektil ini berasal dari vena dan kapiler yang dimodifikasi. Ke-tiga

jaringan erektil ini adalah: a. 2 (dua) buah corpus cavernosum dari penis,

pada bagian dorsal dan b. 1 (satu) buah corpus cavernosum dari uretra

(corpus spongiosum).

Selama kebangkitan gairah seks, maka jaringan ini akan terisi penuh

oleh darah, dimana akan terjadi penutupan vena oleh peningkatan tekanan

sehingga penis penuh dengan darah yang menyebabkan terjadinya ereksi.

Ereksi sangat penting artinya untuk memasukkan penis ke dalam vagina saat

terjadi kopulasi.

Setiap laki-laki normal akan mengejakulasikan semennya sebanyak 2-5

ml, dan setiap 1 ml mengandung sperma 50-150 juta sperma

(normozoospermia : ≥ 20 juta/ml). Pada saat semen berada di saluran wanita,

prostaglandin dalam semen mengencerkan mukus pada permukaan uterus dan

menggerakan otot uterus serta merangsang untuk membantu masuknya semen

ke uterus. Semen yang bersifat alkalis akan membantu menetralkan suasana

lingkungan vagina yang sedikit asam, sehingga melindungi sperma dan

meningkatkan motilitasnya. Saat pertama kali diejakulasikan , semen

berkoagulasi sehingga memudahkan untuk digerakan oleh kontraksi uterus,

sampai diuterus antikoagulan mencairkan semen guna membantu sperma

untuk bisa berenang melalui saluran perempuan menuju sel telur.


2. Anatomi Organ Reproduksi

Perempuan

Secara anatomi organ reproduksi

perempuan terdiri dari : 1) organ

reproduksi ekstemal yaitu klitoris, dua

pasang labia yang mengelilingi

klitoris, dan lubang vagina. 2) Organ

reproduksi internal yaitu sepasang

ovarium, duktus dan ruang untuk

menghantarkan sperma serta

menampung embrio dan fetus (uterus).

OVARIUM (Ovary)

Terletak di dalam rongga abdomen, menggantung dan bertautan melalui

mesenterium ke uterus. Setiap ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung yang

keras dan mengandung banyak folikel. Tiap folikel mengandung satu sel telur dan

dikelilingi oleh satu atau lebih sel-sel folikel, yang memberikan makanan dan

melindungi sel telur yang sedang berkembang. Seorang perempuan memiliki

kira-kira 400.000 buah folikel yang dibawanya sejak lahir dan folikel ini sudah

terbentuk sebelum kelahirannya. Dari jumlah folikel tersebut, hanya beberapa,

ratus ribu saja yang dapat membebaskan sel telur selama tahun-tahun reproduksi

seorang perempuan, mulai dari pubertas sampai tercapainya masa menopause.


Umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus

menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormon seks utama yaitu ; estrogen.

Ovulasi terjadi apabila sel telur yang matang didorong keluar dari folikel,

sedangkan sisa jaringan folikel akan berkembang di dalam ovarium membentuk

massa yang padat yang disebut korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan

tambahan estrogen dan progesteron yaitu hormon yang mempertahankan dinding

uterus selama kehamilan. Apabila sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan lisis

dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan selama siklus berikutnya.

Sistem reproduksi wanita tidak sepenuhnya tertutup, sel telur dilepaskan

kedalam rongga abdomen dekat pembukaan oviduk atau saluran telur atau tuba

falofi. Oviduk mempunyai pembukaan yang mirip corong dan silia yang terdapat

pada epitelium bagian dalam yang melapisi duktus akan membantu menarik sel

telur dengan cara menarik cairan dari rongga tubuh kedalam duktus tersebut. Silia

(rambut getar) juga mengirimkan sel telur tersebut menuruni duktus tersebut

sampai ke uterus atau rahim. Uterus adalah organ tebal dan berotot yang dapat

mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot 4 kg.

Lapisan bagian dalam uterus yang disebut endometrium dialiri oleh pembuluh

darah yang sangat banyak.

Leher uterus disebut serviks, yang membuka ke dalam vagina. Vagina

merupakan ruangan berdinding tebal yang membentuk saluran kelahiran yang

dilalui bayi saat lahir, dan juga merupakan tempat singgah bagi sperma selama

kopulasi. Himen merupakan membran bervaskuler yang menutupi sebagian

lubang vagina mulai saat kelahiran , dan umumnya sampai pada saat pertama kali
hubungan kelamin atau kegiatan fisik yang dapat merobeknya. Lubang vagina dan

lubang uretra, yang terpisah terletak didalam daerah yang disebut vestibula, yang

dibatasi oleh sepasang lipatan kulit tipis yaitu labia minora dan satu pasang

tonjolan lagi yang berlemak dan tebal disebut labia mayora yang merupakan

pembungkus dan pelindung dari labia minora dan vestibula. Dibagian ujung depan

dari vestibula terdapat klitoris yang terdiri atas batang pendek yang menyokong

sebuah gland atau kepala, yang bundar, dan ditutupi oleh tudung kulit kecil yang

disebut preputium.

Selama proses perangsangan seksual, klitoris, vagina, dan labia minora

dipenuhi dengan darah dan membesar. Sebagian besar dari tubuh klitoris terdiri

dari jaringan erektil. Klitoris merupakan salah satu titik paling sensitif dalam

perangsangan seksual dan diperkaya oleh saraf. Selarna proses perangsangan

seksual, kelenjar Bartholin yang terletak dilubang vagina, mensekresikan mukus

ke dalam vestibula yang menjaganya tetap terlumasi dan memudahkan hubungan

kelamin

SPERMATOGENESIS

Suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulus

seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah menjadi

spermatozoa. Spermatogenesis terdiri dari tiga fase:

 Fase spermatositogenesis : spermatogonium membelah menghasilkan generasi

sel baru yang nantinya akan menghasilkan spermatosit (pembelahan secara

mitosis)
 Fase meiosis : spermatosit mengalami 2x pembelahan secara berturutan dengan

mereduksi sampai ½ jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel dan

menghasilkan spermatid

 Fase Spermiogenesis : spermatid mengalami proses sitodiferensiasi sehingga

menghasilkan spermatozoa.

Spermatogenesis berlangsung di dalam tubulus seminiferus secara terus menerus

dan berkesinambungan sepanjang masa reproduksi dan selama fungsi

spermatogonia induk tidak terganggu oleh peranan hormon ( FSH, LH,

testosteron).
A. Spermatositogenesis

Peristiwa ini dimulai dari sel benih primitif yaitu spermatogonium Al

(stem cell atau sel induk) mengalami mitosis menjadi sepermatogonia A2,

A3,A4 , intermediet dan membelah lagi menjadi spermatogonia B kemudian

baru membentuk Spermatosit primer. Ciri-ciri dari spermatogonium ; dekat

lamina basalis, relatif kecil dan mengandung kromosom diploid.

B. Meiosis

Spermatosit primer memasuki tahapan profase dari pembelahan

meiosis I yang memiliki beberapa tahapan yaitu preleptoten, leptoten, zigoten,

pakiten, diploten dan diakinesis. Spermatosit primer memiliki 46 (44+XY)

kromosom dan

4 N DNA. Tahapan-tahapan dari profase dalam pembelahan meiosis adalah:

 Preleptoten : aktif dalam mensintesis DNA, struktur kromosom tidak jelas

 Leptoten : kromosom mengalami kondensasi dan terdiri dari 2 kromatid

 Zigoten terjadi penebalan kromosom dan sinapsis kromosom

 Pakiten sinapsis kromosom semakin sempurna dan kromosom semakin

menebal serta memendek, inti dan sitoplasma tumbuh dan merupakan sel

yang terbesar.

 Diploten : pasangan kromosom terpisah tetapi masih tetap, bergabung pada

bagian kiasma.

 Diakinesis : Kromosom semakin memendek dan 2 kromatid yang

menyusun tiap kromosom dapat terlihat

Metafase : kromosom dibidang equator

Anafase : masing-masing kromosorn dikutub yang berlawanan


Telefase : 2 anak inti baru dan terbentuklah sel baru yang disebut

Spermatosit sekunder.

Spermatosit sekunder : selnya lebih kecil, mempunyai 23 kromosom, sulit

diamati karena berumur pendek dengan cepat memasuki meiosis II. Pembelahan

spermatosit sekunder ini menghasilkan spermatid.

C. Spermiogenesis

Spermatid : mengandung 23 kromosom, berbatasan dengan lumen,

ukurannya kecil, inti dengan kromatid padat.

Spermatid mengalami perkembangan melalui proses spermiogenesis yang

terdiri atas 3 fase :

 Fase golgi: Sitoplasma spermatid mengandung kompleks golgi yang

menjolok dekat inti, juga terdapat mitokondria, sepasang sentriol, ribosorn

bebas dan tubulus retikulum endoplasma licin. Granula/butiran

proakrosom kecil berkumpul dalam komplek golgi dan kemudian menyatu

membentuk satu granula akrosom yang terdapat didalam vesikel akrosom

berbatasan membran. Granula ini melekat ke salah satu sisi inti yg bakal

jadi bagian depan spermatozoa. Granula akrosom bertambah besar, pipih

dan menuju bagian depan inti membentuk semacam tutup (cup

spermatozoa)

 Fase akrosomal : Vesikel dan granula akrosom menyebar untuk menutupi

belahan anterior dari inti yang memadat yang disebut akrosom. Kutub

anteriol sel yang mengandung akrosom akan berorientasi kearah basis

tubulus seminiferus. Inti menjadi lebih panjang dan lebih padat. Salah satu
dari sentriol tumbuh secara bersama membentuk flagelum. Mitokondria

berkumpul disekitar bagian proksimal flagelum membentuk bagian

menebal yaitu bagian tengah dimana pergerakan spermatozoa

dibangkitkan.

 Fase pematangan : sitoplasma residu dibuang dan difagositosis oleh sel

sertoli dan spermatozoa dilepas kedalam lumen tubulus.

Selama pembelahan spermatogonia , sel-sel yang dihasilkan tidak

memisahkan diri tetapi tetap berhubungan melalui jembatan sitoplasma /

jembatan intersel adalah komunikasi antar setiap spermatosit primer dan

spermatosit sekunder yang berkembang dari satu spermatogonium sehingga

urutan spermatogenesis terkoordinasi.

Spermatogenesis tidak berlangsung secara serentak dalarn semua tubulus

seminiferus tetapi secara bergelombang, siklus spermatogenesis

berlangsung selama lebih kurang 64 hari.

OOGENESIS

Oogenesis adalah perkembangan telur (sel telur dewasa yang belum

dibuahi) yang dimulai dengan mitosis sel germinal primordial dalam

embryo, menghasilkan oogonia diploid. Masing-masing oogonium

berkembang menjadi oosit primer, yang juga diploid.

Mulai pada saat pubertas, sebuah oosit primer umumnya

menyelesaikan meiosis pertama setiap bulan. Pembelahan meiosis melibatkan

sitokinesis yang tidak sama (unequal cytokinesis). Pembelahan meiosis I

menghasilkan sebuah sel besar yaitu oosit sekunder dan sebuah badan polar

yang lebih kecil. Pembelahan


meiosis II yang menghasilkan ovum dan badan polar kecil lainnya, hanya

terjadi jika sel sperma menembus oosit sekunder. Setelah meiosis selesai dan

badan polar kedua memisah dari ovum, nukleus haploid sperma dan ovum

matang menyatu dalam proses fertilisasi.

Di dalam ovarium, masing-masing oosit primer berkembang di dalam

sebuah folikel. Sebagai respon terhadap FSH, beberapa folikel tumbuh tapi

yang matang hanya satu. Dalam proses ovulasi, folikel pecah dan

membebaskan sebuah oosit sekunder, dimana jaringan folikuler sisanya

berkembang menjadi korpus

luteum yang mengalami disintegrasi ketika fertilisasi tidak


terjadi.

Gambar. Oogenesis
FISIOLOGI HORMON SEKS WANITA

Hormon seks wanita adalah estrogen dan progesteron, estrogen terutama

meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan dari sel-sel yang khusus di dalam

tubuh dan berperan dalam perkembangan karakteristik kelamin sekunder wanita,

sedangkan progesteron berkaitan hampir seluruhnya dengan persiapan akhir dari

uterus untuk menerima kehamilan dan persiapan payudara untuk menyusui.

Estrogen

Sekresi hormon estrogen terjadi akibat FSH mempengaruhi ovarium untuk

berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. Sedangkan LH, bersama-sama FSH

berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, dan merangsang terjadinya ovulasi.

Hormon estrogen merupakan hormon steroid yang sebagian besar dihasilkan oleh

ovarium (teka interna folikel) dan sebagian lagi oleh korteks adrenal dan plasenta.

Terhadap uterus hormon ini menyebabkan endometrium mengalami stadium

proliferasi yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi tebal diikuti

dengan lebih banyak kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Ada tiga

macam estrogen dalam plasma darah yaitu : 17 Beta–estradiol, estron dan estriol.

Hormon estrogen mempengaruhi karakteristik seks sekunder wanita, seperti :

 Pembesaran payudara, uterus, vagina

 Bahu sempit, panggul yang lebar dan paha yang menyatu

 Pertumbuhan rambut pada tempat tertentu

 Terjadi penimbunan lemak pada payudara dan bokong

 Penahanan garam dan air sehingga memperoleh berat badan tepat

sebelum haid
 Sekresi sel sebasea lebih encer sehingga kulit menjadi lebih halus,

menghambat komedo

Progesteron

Progesteron merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korpus

luteum (menjadi stadium sekresi), plasenta dan folikel. Uterus yang sudah

berkembang akibat pengaruh hormon estrogen, selanjutnya dipengaruhi hormon

progesteron. Progesteron di dalam darah 2% berada dalam keadaan bebas, 80%

terikat ke albumin dan 18% ke globulin.

Efek Progesteron :

- Perubahan siklik uteri (vaskularisasi endometrium), sehingga

memudahkan uterus untuk menerima ovum yang telah dibuahi

- Perubahan payudara, merangsang pembentukan lobulus dan sekresi

alveolus (terjadi akibat rangsangan prolaktin)

- Menghambat LH dan meningkatkan efek inhibin estrogen sehingga

ovulasi terhambat

FISIOLOGI HORMON SEKS PRIA

Kelenjar pituitari mensekresikan dua hormon gonadotropin dengan

pengaruh yang berbeda-beda pada testis. LH merangsang produksi androgen oleh

sel-sel leydig sedangkan FSH mempengaruhi tubulus seminiferus untuk

meningkatkan spermatogenesis. LH dan FSH diatur secara bergantian oleh

hormon hipotalamus (GnRH). Konsentrasi LH, FSH dan GnRH dalam darah
diatur melalui umpan-balik negatif oleh androgen, sedangkan GnRH dikontrol

melalui umpan-balik negatif dari LH dan FSH.

Gambar Kontrol Hormonal Pada Testis

Hormon seks pria yang utama adalah testosteron yang dihasilkan oleh sel-

sel leydig di dalam tubulus seminiferus testis. Disamping itu, testis juga

menghasilkan estrogen yang diproduksi oleh sel Sertoli di dalam tubulus

seminiferus. Selain mengontrol proses spermatogenesis, testosteron juga

berfungsi dalam karakteristik seks sekunder, seperti :

 Genitalia eksterna : penis memanjang dan melebar, skrotum menjadi

gelap dan melipat-lipat

 Genitalia interna : kelenjar aksesoris membesar dan mengeluarkan

sekret
 Suara : laring membesar, pita suara memanjang dan menebal,

suara berat

 Pertumbuhan rambut : muncul janggut, garis rambut kepala

mundur, tumbuh rambut dibagian tertentu

 Mental : tertarik pada lawan jenis

 Konformasi tubuh : bau melebar, otot membesar

 Sekresi sel sebasea mengentel dan meningkat (jerawat)


B. SIKLUS MENSTRUASI

I. Pengertian Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus menerus
dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan
dinding jika kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih
kemudian dirangsang agar menjadi matang. Endometrium pun harus
dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi (embrio) mncul
kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi dimulai
menjelang akhir pubertas.
Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel telur sebagai bagian dari
periode bulanan yang disebut dengan siklus reproduksi wanita atau siklus
menstruasi.
(verawaty & Rahayu, 2011)
Perdarahan menstruasi menandakan bahwa yang mengalaminya tidak
hamil. Namun, perdarahan ini tidak bisa dijadikan patokan pasti bahwa
kehamilan tidak terjadi, karena ada beberapa wanita yang mengalami
pendarahan di awal kehamilannya. Selama usia reproduksi, ketiadaan
menstruasi bisa menjadi indikasi pertama bahwa si wanita itu kemungkinan
hamil (Verawaty & Rahayu, 2011).
II. Proses Terjadinya Menstruasi
Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH)
dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis, mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk
memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan
menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk
memungkinkan terjadinya pembuahan (Sinaga et al., 2017)
Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur
dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka siklus menstruasi
akan teratur.
Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:
1. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi.
Berikut ini hal-hal yang terjadi selama fase folikuler :
a. Follicle Stimulating Hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan
Luteinzing Hormone (LH, Hormon pelutein) dilepaskan oleh otak
menuju ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20
sel telur di dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam
kantungnya masing-masing yang disebut folikel.
b. Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi esterogen
c. Peningkatan level estrigen menghentkan produksi FSH.
Keseimbangan hormon ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah
folikel yang matang.
d. Saat fase folikuler berkembanag, satu buah folikel di dalam salah
satu ovarium menjadi domain dan terus matang. Folikel dominan ini
menekan seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain
berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi
estrogen.
2. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler, fase
ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi
berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa di bawah
ini terjadi di fase ovulasi :
a. Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah
LH yang diproduksi oleh otak sehingga menyebabkan folikel
dominan melepaskan sel telur dari dalam ovarium.
b. Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan
ditangkap oleh ujung-ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan
(Fimbria). Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba
fallopi. Sel telur akan melewati tuba fallopi selama 2-3 hari setelah
ovulasi.
c. Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan
lendir serviks. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada
masa ini, lendir yang kental akan menangkap sperma pria,
memeliharanya dan membantunya bergerak ke atas menuju sel telur
untuk melakukan fertilisasi.
3. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di
bawah ini :
a. Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang
menjadi struktur baru yang disebut dengan corpus luteum.
b. Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah
yang mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
c. Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur
yang telah dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian
turun ke uterus untuk melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si
wanita sudah dianggap hamil.
d. Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus,
mengering, dan meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian
melalui vagina. Oleh kareana dinding uterus tidak dibutuhkan untuk
menopang kehamilan, maka lapisannya rusak dan luruh. Darah dan
jaringan dari dinding uterus pun (endometrium) bergabung untuk
membentuk aliran menstruasi yang umumnya berlangsung selama 4-
7 hari (Sinaga et al., 2017).

Selama menstruasi, erteri yang memasok dinding uterus


mengerut dan kapilernya melemah. Darah mengalir dari pembuluh
yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding uterus. Pelepasan
bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir
endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al.,
2017).

4. Hormon –Hormon Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi


Ada empat hormon yang mengendalikan siklus menstruasi yakni
estrogen, progesteron, FSH dan SH. Berikut adalah penjelasan masing-
masing hormon tersebut :
a. Estrogen adalah hormon yang secara terus menerus meningkat
sepanjang dua minggu pertama siklus menstruasi. Estrogen
mendorong penebalan dinding rahim atau endometrium. Esterogen
juga menyebabkan perubahan sifat dan jumlah lendir serviks.
b. Progesteron adalah hormon yang diproduksi selama pertengahan
akhir siklus menstruasi. Progesteron menyiapkan uterus sehingga
memungkinkan telur yang telah dibuahi untuk melekat dan
berkembang. Jika kehamilan tidak terjadi, level progesteron akan
turun dan uterus akan meluruhkan dindingnya, menyebabkan
terjadinya pendarahan menstruasi.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH) terutama berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan folikel ovarium, sebuah kista berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan folikel ovarium, sebuah kista kecil
di dalam ovarium yang mencengkram sel telur.
d. Luteinizing Hormone (LH) adalah hormon yang dilepaskan oleh otak
dan bertanggung jawab atas pelepasan sel telur dari ovarium, atu
ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah peningkatan
LH. Alat prediksi – ovulasi mengetes peningkatan level LH (Sinaga
et al., 2017).
5. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan siklus
menstruasi yakni :
a. Status gizi
b. Aktivitas fisik
c. Tingkat konsumsi
d. Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik di dalam tubuh, khususnya
sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin
yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan
luteinizing hormone (LH) yang menyebabkan amenorrhea.
e. Konsumsi Obat Hormonal
Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang
dapat meningkatkan hormon prolaktin sehingga menyebabkan
perubahan siklus menstruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi
siklus menstruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus
menstruasi karena hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh
untuk membentuk siklus buatan.
f. Gangguan Endokrin
Penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.
Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien
diabetes. Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih
lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid berhubungan dengan
polymenorrhea (Kusmira & Eny, 2011).
6. Cara Menghitung Siklus Menstruasi
Menstruasi yang normal berlangsung kurang lebih 4-7 hari. Jumlah darah
yang dikeluarkan sekitar 2-8 sendok makan. Sementara satu siklus
menstruasi rata-rata adalah 28 hari, tetapi panjang siklus 24-35 hari masih
dikategorikan normal. Sistem kerja tubuh wanita berubah-ubah dari bulan
ke bulan tapi ada beberapa wanita yang memiliki jumlah hari yang sama
persis setiap siklus menstruasinya (Verawaty & Rahayu, 2011).
Cara menghitung siklus menstruasi yaitu dengan menandai hari pertama
keluarnya darah menstruasi sebagai “siklus hari ke-1”. Panjang siklus
rata-rata wanita adalah 28 hari. Namun rata-rata panjang siklus
menstruasi berubah sepanjang hidup dan jumlahnya mendekati 30 hari
saat seorang wanita mencapai usia 20 tahun dan rata-rata 26 hari saat
seorang wanita mendekati masa menopause, yaitu di sekitar usia 50
tahun. Hanya sejumlah kecil wanita yang benar-benar mengalami siklus
28 hari (Verawaty & Rahayu, 2011).
7. Siklus Menstruasi
a. Eumenorrhea (Normal)
Eumenorrhea yaitu siklus menstruasi yang teratur dengan interval
perdarahan yang terjadi antara 21-35 hari.
b. Polimenorrhea
Polimenorrhea merupakan siklus menstruasi yang lebih pendek dari
biasanya (<21 hari) dan perdarahannya kurang lebih sama atau lebih
banyak dari normal.
c. Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah menstruasi jarang (atau sangat sedikit), atau
lebih tepatnya, periode menstruasi terjadi dengan interval yang lebih
lama dari 35 hari dengan jumlah menstruasi 4-9 kali saja dalam
setahun. Penyebabnya bisa bermacam-macam, seperti perubahan
hormon di masa perimenopause, prader-will Syndrome, PCOS,
gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa dan
lain-lain.
d. Amenorrhea
Amenorrhea adalah absenya periode menstruasi selama 3 bulan di
usia reproduksi, yaitu absennya menstruasi selama 3 bulan pada
wanita yang memiliki siklus menstruasi normal sebelumnya (Yani,
2016).

Anda mungkin juga menyukai