Anda di halaman 1dari 16

“PERKEMBANGAN OVARIUM DAN UTERUS”

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas induvidual pada mata kuliah
Perkembangan Hewan

Dosen Pengampu :
SYUKRIAH, M.Sc

Disusun Oleh :
Sem IV/Biologi III
Resti Puji (0704203064)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Perkembangan
Hewan : Syukriah, M.ScDan Alhamdulilah aya berhasil menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Dengan Judul “PERKEMBANGAN OVARIUM DAN UTERUS”

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita semua. Aamiinn..

Medan, 18 April 2022

Resti Puji
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. Reproduksi
dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium (Guyton dan Hall, 2006).
Ovum merupakan oosit sekunder yang belum melakukan pembelahan meiosis kedua.
Untuk dapat menjadi ovum yang matang, oosit (Sel Telur) memerlukan beberapa
tahapan yang dikenal dengan maturasi oosit (Sherwood, 2009). Maturasi oosit
merupakan permulaan dan penyelesaian tahap pembelahan meiosis pertama dari tahap
germinal vesicle sampai pada tahap metafase II yang diikuti dengan maturasi
sitoplasma yang diperlukan untuk fertilisasi dan perkembangan awal embrio. Maturasi
oosit terdiri dari dua proses yang saling tergantung satu sama lain, yaitu maturasi inti
dan maturasi sitoplasma (Krisher, 2004). Maturasi inti dan sitoplasma terjadi pada
waktu yang bersamaan. Karena jika sitoplasma masih immatur, maka hal tersebut
akan berdampak pada perkembangan embrio (Lasiene dkk, 2009).
Uterus merupakan organ muskular tempat berkembangnya fetus dan
mendapatkan nutrisi sampai pada akhirnya lahir. Uterus berbentuk seperti buah pir
terbalik yang berkedudukan di pelvis, dengan ovarium dan tuba uterine dikedua
sisinya, meluas ke bawah kedalam vagina. Uterus berfungsi sebagai jalur untuk
sperma mencapai tuba uterina agar bertemu dengan ovum. Apabila tidak terjadi
implantasi, uterus akan mengalami proses mentruasi. Uterus terletak diantara vesica
urinaria dan rectum, berbentuk seperti buah pir terbalik. Uterus pada wanita yang
belum pernah hamil biasanya berukuran sekitar 7,5 cm (panjang), 5 cm (lebar), dan
2,5 cm (tebal). Uterus terdiri dari fundus uteri, corpus uteri dan serviks uteri. Biasanya
uterus berada dalam posisi antefleksi.
B. Rumusan Masalah
1.Pengertian Ovarium Dan Uterus
2.Fungsi Ovarium Dan Uterus
3.Proses Perkembangan Ovarium dan Uterus

C. Tujuan Penulisan
Sebagai gagasan utama untuk mengetahui informasi,analisis yang akan membuat
pembaca terlibat dan berfikir kritis dalam pemahaman perkembangan ovarium dan
uterus.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkembangan Ovarium
Ovarium merupakan struktur berbentuk buah kenari dengan panjang sekitar 3
cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm. Setiap ovarium ditutupi epitel selapis kuboid,
permukaan (atau germinal) epitel, yang berlanjut dengan mesotel dan menutupi
selapis simpai jaringan ikat padat, yakni tunica albuginea, seperti simpai testis.
Sebagian besar ovarium terdiri atas korteks, suatu regio yang terisi dengan stroma
jaringan ikat yang banyak mengandung sel dan banyak folikel ovarium dengan ukuran
setelah menarke . Bagian terdalam ovarium adalah medula, yang mengandung
jaringan ikat longgar dan pembuluh darah yang memasuki organ melalui hilum dari
mesenterium yang menahan ovarium. Tidak ada batas yang tegas antara daerah
korteks dan medula ovarium.
Ovarium Juga merupakan organ yang berbentuk seperti buah almond berfungsi
untuk perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintesis hormon steroid dalam jumlah
besar. Ovarium secara normal terletak pada bagian atas rongga pelvis dan bersandar
di cekungan dangkal di dinding lateral pelvis. Fossa ovaria waldeyer terletak diantara
pembuluh darah iliaka internal dan eksternal yang menyebar. Ovarium terikat dengan
ligamentum latum oleh mesovarium. Ligamentum uteroovarian meluas dari bagian
lateral dan posterior uterus tepat di bawah insersi tuba ke kutub utara.
Ovarium ditutupi oleh peritoneum dan terdiri dari otot dan serat jaringan ikat
titik ligamentum infundibulopelvik atau ligamentum suspensorium ovarii meluas dari
bagian atas ke kutub tuba ke dinding pelvis; didalamnya terdapat pembuluh darah dan
syaraf. Permukaan ovarium bervariasi sesuai dengan usia pada wanita muda, organ
tersebut lunak dengan permukaan bola putih pudar yang berkilau oleh adanya folikel
kecil dan bening. Seiring dengan pertambahan usia ovarium wanita akan menjadi
berlekuk-lekuk dan pada wanita dengan lanjut usia permukaan ovarium bagian luar
semakin berlipat.

Perkembangan Awal Ovarium


Pada bulan pertama kehidupan embrio, sejumlah kecil populasi sel germinal
primordial bermigrasi dari kantong kuning telur (yolk sac) ke primordia gonad. Di
gonad, sel-sel ini membelah dan berdiferensiasi menjadi oogonia. Pada ovarium yang
berkembang pada embrio berusia dua bulan, terdapat sekitar 600.000 oogonia yang
menghasilkan lebih dari 7 juta sel pada bulan kelima. Pada awal bulan ketiga, oogonia
mulai memasuki profase dari pembelahan meiosis pertama tetapi terhenti setelah
menyelesaikan sinapsis dan rekombinasi, tanpa berlanjut ke tahap meiosis berikutnya
(lihat Bab 3). Sel-sel yang terhenti pada meiosis ini adalah oosit primer (Yun. oon,
telur, + kytos, sel). Setiap oosit primer dikelilingi oleh sel penyangga pipih yang
disebut selsel folikel di dalam suatu folikel ovarium. Menjelang bulan ketujuh
perkembangan, kebanyakan oogonia telah bertransformasi menjadi oosit primer di
dalam folikel.
Akan tetapi, banyak oosit primer akan lenyap melalui proses degeneratif perlahan
yang disebut atresia yang berlanjut melalui kehidupan reproduksi wanita. Pada masa
pubertas, ovarium mengandung sekitar 300.000 oosit.
Karena pada umumnya hanya satu oosit yang kembali menjalani meiosis di setiap
siklus menstruasi (rata-rata berlangsung 28 hari) dan masa reproduksi seorang wanita
berlangsung sekitar 30-40 tahun, hanya sekitar 450 oosit yang dibebaskan dari
ovarium melalui ovulasi. Semua oosit lainnya akan berdegenerasi melalui atresia.

A. Folikel Ovarium
Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi satu atau
lebih sel epitel dalam lamina basal. Folikel yang terbentuk selama kehidupan janin
—folikel primordial—terdiri atas sebuah oosit primer yang dibungkus selapis sel
folikel pipih. Folikel ini terdapat pada lapisan superfisial di daerah korteks. Oosit
dalam folikel primordial adalah suatu sel sferis berdiameter sekitar 25 µm dengan
inti yang besar dan kromosom yang kebanyakan bergelung pada profase meiosis
pertama. Organel dalam sitoplasmanya cenderung berkelompok di dekat inti dan
mencakup banyak mitokondria, beberapa kompleks Golgi, dan sisterna retikulum
endoplasma. Lamina basal mengelilingi sel folikular, dan menandai batas antara
folikel dan stroma bervaskular.
Gambar Perkembangan dan perubahan folikel di dalam ovarium.
Pertumbuhan Folikel
Pada awal pubertas dengan pelepasan hormon penstimulasi folikel (FSH) dari
hipofisis, sekelompok kecil folikel primordial memulai proses pertumbuhan setiap
bulannya. Hal ini melibatkan pertumbuhan oosit, proliferasi dan perubahan sel folikel,
serta proliferasi dan diferensiasi fibroblas stroma di sekitar setiap folikel. Pemilihan
folikel primordial yang mengalami pertumbuhan dan rekrutmen dini pada setiap
siklus dan folikel dominan yang ditakdirkan berovulasi pada bulan itu melibatkan
perubahan hormon kompleks dan perbedaan samar di antara folikel pada jumlah
reseptor FSH, aktivitas aromatase dan sintesis estrogen, dan variabel lain.
Dengan rangsangan FSH, sebuah oosit tumbuh paling cepat selama bagian pertama
perkembangan folikel dan mencapai diameter maksimum sekitar 120 µm. Diferensiasi
oosit meliputi:
 Pertumbuhan sel dan intinya membesar
 Mitokondria bertambah banyak dan distribusi tersebar merata
 Retikulum endoplasmanya membesar, dan kompleks Golgi membesar dan
bergerak ke perifer.
 Pembentukan granula sekresi khusus yang disebut granula kortikal yang
mengandung berbagai protease. Ini terletak hanya di dalam membran plasma
oosit dan melalui eksositosis awal pembuahan.
B. Atresia Folikel
Kebanyakan folikel ovarium mengalami proses degeneratif yang disebut
atresia, sel-sel folikel dan oositnya mati dan dibersihkan oleh sel-sel fagositik.
Folikel pada berbagai tahap perkembangan, termasuk folikel yang hampir matang,
dapat mengalami atresia. Atresia melibatkan apoptosis dan pelepasan sel
granulosa, autolisis oosit dan kolaps zona pelusida. Pada awal proses ini,
makrofag menginvasi folikel yang berdegenerasi dan memfagositosis debris,
kemudian diikuti oleh fibroblas. Meskipun atresia folikuli berlangsung dari
sebelum lahir sampai beberapa tahun setelah menopause, proses ini paling
mencolok sesaat setelah lahir, saat kadar hormon maternal cepat menurun, dan
selama pubertas dan kehamilan, ketika perubahan hormonal secara kualitatif dan
kuantitatif terjadi kembali. Pada setiap siklus menstruasi, biasanya satu folikel
tumbuh lebih besar dari folikel lain dan menjadi folikel yang dominan. Folikel
dominan tersebut mencapai tahap perkembangan folikel optimal dan dapat
mengalami ovulasi, sedangkan folikel primer dan antrum lainnya mengalami
atresia. Meskipun oosit itu tidak pernah digunakan secara langsung, pertumbuhan
besar pada folikel menghasilkan banyak estrogen sebelum menjadi folikel atretik
setiap bulan. Seperti dijelaskan kemudian, estrogen ini menstimulasi sediaan dari
saluran reproduksi untuk mengangkut dan menahan embrio jika oosit dari folikel
dominan dibuahi.
C. Ovulasi & Regulasi hormonal
Ovulasi adalah proses menstimulasi hormon oleh oosit dilepaskan dari
ovarium. Ovulasi normalnya terjadi pada pertengahan siklus menstruasi, yakni
sekitar hari keempat belas dari satu siklus 28 hari. Beberapa jam sebelum ovulasi,
folikel matur besar yang menonjol ke tunica albuginea membentuk area iskemik
keputihan atau translusen, yakni stigma, dengan pemadatan jaringan yang telah
menghambat aliran darah. Pada manusia, biasanya hanya satu oosit yang
dibebaskan ovarium selama satu siklus, tetapi terkadang tidak ada oosit yang
dibebaskan, atau dua atau lebih oosit dilepaskan secara bersamaan. Sesaat
sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertama, yang sudah
bermula dan terhenti pada profase selama masa janin. Kromosom terbagi rata di
antara kedua sel anak, tetapi salah satu darinya mempertahankan hampir semua
sitoplasmanya. Sel tersebut kini menjadi oosit sekunder dan lainnya menjadi
badan polar pertama, yakni sel yang sangat kecil dan tidak dapat hidup dengan inti
dan sedikit sitoplasma. Segera setelah badan polar pertama, dikeluarkan, inti oosit
memulai pembelahan meiosis kedua, yang terhenti saat ini pada metafase dan
tidak pernah menyelesaikan meiosis kecuali terjadi fertilisasi Seperti disebutkan
sebelumnya, perkembangan folikular tergantung pada FSH dari gonadotropik
hipofisis, sekresi yang distimulasi oleh gonadotropin membebaskan hormon
(GnRH) dari hipotalamus. merangkum interaksi hormonal utama yang meregulasi
pertumbuhan folikular serta ovulasi dan formasi dari korpus luteum. Perhatikan
bahwa umpan balik negatif dari estrogen dan progesteron pada hipotalamus dan
pituitari anterior diperkuat oleh hormon polipeptida, inhibin, juga diproduksi oleh
granulosa dan sel luteal. Dalam beberapa hari menjelang ovulasi, folikel dominan
vesikular mensekresi tingkat lebih tinggi dari estrogen yang menstimulasi lebih
cepat berdenyut membebaskan dari GnRH pada hipotalamus. Peningkatan level
dari GnRH menyebabkan lonjakan pada pembebasan LH dari kelenjar pituitari
yang secara cepat memicu serangkaian pada peristiwa utama dan di sekitar folikel
dominan:
■ Meiosis I lengkap oleh oosit primer, menghasilkan oosit sekunder dan dan
badan polar pertama yang berdegenerasi.
■ Sel granulosa terstimulasi untuk menghasilkan jumlah lebih besar dari kedua
prostaglandin dan hyaluronan ekstraseluler. GAG hidrofilik melonggarkan sel-sel
dan meningkatkan volume secara cepat, tekanan, dan viskositas dari cairan folikel.
■ Penggelembungan pada stigma, dinding ovarium melemah sebagai plasminogen
diaktifkan (plasmin) dari kapiler rusak mendegradasi kolagen dalam tunika
albuginea dan permukaan epitel.
■ Kontraksi otot polos dimulai pada eksterna theca, dipicu oleh prostaglandin
yang berdifusi dari cairan folikel.
Peningkatan tekanan cairan folikel dan pelemahan dinding folikel
menimbulkan penggelembungan dan lalu ruptur permukaan ovarium di stigma.
Oosit dan corona radiata, beserta cairan folikel dan sel dari cumulus, dikeluarkan
melalui lubang tersebut oleh kontraksi otot polos theca eksterna yang dipicu oleh
prostaglandin dari cairan folikel. Oosit sekunder terovulasi melekat longgar pada
permukaan ovarium karena cairan folikel koagulatif yang kaya-hialuronat yang
dilepaskan bersamanya dan, seperti dibahas kemudian, ditarik ke dalam
pembukaan tuba uterina tempat fertilisasi dapat terjadi. Jika tidak dibuahi dalam
sekitar 24 jam, oosit sekunder mulai berdegenerasi. Sel pada folikel ovulasi yang
tetap di dalam ovarium berdiferensiasi ulang di bawah pengaruh dari LH dan
menimbulkan ke korpus luteum.
D. Corpus Luteum
Setelah ovulasi, sel-sel granulosa dan theca interna folikel ovarium menyusun
diri membentuk suatu kelenjar endokrin sementara, corpus luteum (L., badan
kekuningan), pada korteks ovarium. Ovulasi menimbulkan kolaps dan pelipatan
lapisan granulosa dan theca di dinding folikel, dan darah dari kapiler yang ruptur
mengumpul sebagai bekuan di area yang dulu menjadi antrum. Bekas granulosa
diinvasi oleh kapiler. Sel granulosa dan sel theca interna mengalami perubahan
histologis dan fungsional dalam pengaruh LH, yang menjadi khusus untuk
produksi steroid progesteron selain estrogen. Ukuran sel granulosa sangat
bertambah (berdiameter 20-35 µm), tanpa membelah dan akhirnya menempati
sekitar 80% parenkim corpus luteum. Sel-sel ini disebut sel lutein granulosa dan
kini telah kehilangan banyak gambaran sel penyekresi-protein untuk menambah
perannya pada konversi aromatase androstenedion menjadi estradiol. Bekas theca
interna berperan menjadi komponen lain corpus luteum, yang menghasilkan sel
lutein theca. Sel-sel ini berukuran kurang dari separuh ukuran sel lutein granulosa
dan biasanya teragregasi pada lipatan dinding corpus luteum, yang memiliki
vaskularisasi baik seperti semua kelenjar endokrin. LH membuat sel-sel ini
menghasilkan sejumlah besar progesteron dan androstenedion. Nasib jangka
pendek corpus luteum bergantung pada ada tidaknya kehamilan. Setelah kadar LH
melonjak, corpus luteum terprogram menyekresi progesteron selama 10-12 hari.
Bila rangsangan stimulasi LH selanjutnya dan kehamilan tidak terjadi, kedua tipe
sel utama corpus luteum menghentikan produksi steroid dan mengalami apoptosis
sementara jaringan beregresi. Akibat penurunan sekresi progesteron adalah
menstruasi, yaitu pelepasan sebagian mukosa uterus. Estrogen yang dihasilkan
corpus luteum aktif menghambat pembebasan FSH dari hipofisis. Namun, setelah
corpus luteum berdegenerasi, konsentrasi steroid darah menurun dan sekresi FSH
meningkat lagi, yang merangsang pertumbuhan sekelompok folikel lain dan
memulai siklus menstruasi berikutnya. Corpus luteum yang bertahan sebagian dari
siklus menstruasi disebut corpus luteum menstruasi. Sisa sel dari degenerasi dan
regresinya difagositosis oleh makrofag. Setelah fagositosis tersebut, fibroblas
memasuki daerah ini dan membentuk parut jaringan ikat padat yang disebut
corpus albicans. Jika terjadi kehamilan, mukosa uterus tidak boleh mengalami
menstruasi karena embrio akan mati. Untuk mencegah penurunan kadar
progesteron, sel-sel trofoblas embrio yang berimplantasi menghasilkan suatu
hormon glikoprotein yang disebut human chorionic gonadotropin (HCG) dengan
mekanisme kerja yang serupa dengan LH. HCG bekerja pada corpus luteum
dengan mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan selanjutnya dari
kelenjar endokrin serta merangsang sekresi progesteron yang mempertahankan
mukosa uterus. Corpus luteum kehamilan ini menjadi besar dan dipertahankan
oleh HCG selama 4-5 bulan, selama waktu ini, plasenta sendiri menghasilkan
progesteron (dan estrogen) pada kadar yang adekuat untuk mempertahankan
mukosa uterus. tersebut lalu berdegenerasi dan digantikan oleh corpus albicans
yang besar.
Gambar Regulasi hormonal pada fungsi ovarium.
2. Perkembangan Uterus

Seperti diperlihatkan pada diatas uterus adalah organ berbentuk pir dengan dinding
otot yang tebal. Bagian terbesarnya, yaitu badan (korpus), dimasuki tuba uterina
kanan dan kiri dan area superior yang melengkung di antara kedua tuba disebut
fundus. Uterus menyempit di isthmus dan berakhir dengan suatu struktur silindris di
bawah, yakni serviks. Lumen serviks, canalis cervicis, memiliki bukaan
dikontraksikan yang di setiap ujung: ostium internal (L. os, mulut) membuka ke
lumen uterus utama dan ostium eksternal untuk vagina. Dengan sokongan serangkaian
ligamen dan mesenterium yang juga berhubungan dengan ovarium dan tuba uterina,
dinding uterus memiliki tiga lapisan utama :
■ Suatu lapisan jaringan ikat luar, perimetrium, yang bersambung dengan ligamen,
yang berupa lapisan adventisia di sejumlah area, tetapi kebanyakan berupa serosa
yang dilapisi mesotel.
■ Lapisan tebal otot polos yang memiliki banyak pembuluh darah, miometrium dan
■ Suatu mukosa, endometrium, yang dilapisi oleh epitel kolumnar selapis. Ketiga
lapisan tersebut bersambung dengan padanannya di tuba uterina. Ketebalan dan
struktur endometrium, yang bahkan melebihi ketebalan mukosa tuba, dipengaruhi
secara siklik oleh perubahan kadar hormon ovarium. Miometrium Miometrium (Yun.
myo, otot, + metra, uterus), yakni lapisan yang paling tebal di uterus, terdiri atas
berkas-berkas serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung
pleksus vena dan limfatik. Otot polos membentuk lapisan terjalin, dengan serat dari
dalam dan luar tersusun sejajar dengan sumbu panjang organ Selama kehamilan,
miometrium akan mengalami masa pertumbuhan pesat yang melibatkan hiperplasia
(bertambahnya jumlah sel otot polos), sel hipertrofi, dan peningkatan produksi
kolagen oleh sel-sel otot, yang memperkuat dinding rahim. Miometrium uterus ini
berkembang dengan baik kontrak sangat kuat selama proses kelahiran untuk
mengeluarkan bayi dari rahim. Setelah kehamilan, sejumlah besar sel otot polos
mengerut, dan banyak di antaranya mengalami apoptosis dengan penghancuran
kolagen yang tidak diperlukan, dan uterus kembali hingga hampir mencapai
ukurannya sebelum kehamilan. Endometrium Lamina propria atau jaringan ikat
stroma endometrium terutama mengandung serat kolagen tipe III dengan sejumlah
besar fibroblas dan substansi dasar. Sel-sel epitel kolumnar pelapisnya memiliki sel-
sel bersilia dan sekretoris, dan garis yang terakhir sejumlah besar kelenjar uterus
tubular dalam kelenjar, yang mempenetrasi ketebalan endometrium. Lapisan
endometrium dapat dibagi menjadi dua zona
■ Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium mengandung lamina propria
yang memiliki banyak sel dan ujung basal kelenjar uterus.
■ Lapisan fungsional superfisial mengandung lamina propria yang berspons dan
memiliki lebih sedikit sel, lebih banyak mengandung substansi dasar, sebagian besar
panjang kelenjar, dan epitel permukaan.
Lapisan fungsional mengalami perubahan drastis selama siklus haid, tetapi
lapisan basal relatif tidak berubah. Pembuluh darah yang mendarahi endometrium
terutama penting untuk pelepasan sebagian besar lapisan fungsional ini secara
periodik selama haid. Arteria arcuata di lapisan tengah miometrium memberi cabang
berupa dua set arteri kecil ke endometrium: arteri lurus, yang hanya menyuplai lapisan
basal, dan panjang, arteri spiral progesteron-sensitif, yang terbentang lebih jauh dan
mengalirkan darah melalui lapisan fungsional. Arteria spiralis bercabang dengan
banyak arteriol, yang menyuplai jalinan kapiler yang meliputi banyak pembuluh lebar
berdinding-tipis lacuna vascularis.
A. Siklus Haid
Di seluruh sistem reproduksi wanita, estrogen dan progesteron mengendalikan
pertumbuhan dan diferensiasi sel epitel dan jaringan ikat terkait. Bahkan sebelum
lahir, sel-sel ini dipengaruhi estrogen dan progesteron yang beredar dalam darah
ibu dan mencapai janin melalui plasenta. Setelah menopause, penurunan sintesis
hormon-hormon ini menyebabkan involusi umum jaringan pada organ reproduksi.
Dari saat pubertas hingga menopause pada usia sekitar 45- 50, gonadotropin
hipofisis menghasilkan perubahan siklik kadar hormon ovarium, yang
menyebabkan endometrium mengalami perubahan struktural siklik selama siklus
haid (Gambar 22–17 dan 22–19). Durasi siklus haid bervariasi tetapi rata-rata
berlangsung selama 28 hari. Karena siklus haid disebabkan oleh perubahan folikel
ovarium yang terkait dengan produksi oosit, seorang wanita hanya fertil pada
tahun-tahun ketika ia mengalami siklus haid. Hari pertama siklus haid biasanya
dianggap sebagai hari saat perdarahan haid mulai muncul. Produk haid terdiri atas
endometrium yang berdegenerasi dengan darah dari vaskular yang ruptur
mikrovaskulatur. Fase menstruasi berlangsung rata-rata 3-4 hari. Fase berikutnya,
yaitu fase proliferasi, memiliki lama yang bervariasi, dengan rerata 8-10 hari, dan
fase sekresi yang bermula saat ovulasi dan berlangsung sekitar 14 hari (Gambar
22–17). Perubahan struktur yang terjadi selama siklus timbul secara berangsur,
dan peristiwa yang menandai fase-fase tersebut terjadi secara tumpang tindih.

Gambar Korelasi siklus ovarium dan siklus haid dengan kadar hormon-hormon
pengaturnya.

B. FASE PROLIFERASI
Setelah fase menstruasi, mukosa uterus menjadi relatif tipis (~0,5 mm).
Awal fase proliferasi, yang juga disebut fase folikular atau estrogenik, bertepatan
dengan tumbuhnya sekelompok kecil folikel ovarium tumbuh sebagai folikel
vesikuler. Dengan terbentuknya theca intema, folikel ini aktif menyekresi
estrogen, yang meningkatkan konsentrasi. Estrogen bekerja di endometrium yang
menginduksi proliferasi sel dan membentuk ulang lapisan fungsional yang hilang
selama menstruasi. Sel-sel pada ujung basal kelenjar berproliferasi, bermigrasi dan
membentuk lapisan epitel baru yang menutupi permukaan endometrium yang
terpajan saat haid sebelumnya. Pada fase proliferasi, endometrium ditutupi epitel
selapis silindris dan kelenjar uterus berbentuk tubulus lurus dengan lumen yang
sempit dan hampir kosong. Gambaran mitosis dapat ditemukan pada sel epitel dan
fibroblas. Arteria spiralis memanjang saat lapisan fungsional terbentuk kembali
dan tumbuh dan mikrovaskular luas terbentuk di dekat permukaan lapisan
fungsional. Pada akhir fase proliferasi, tebal endometrium mencapai 2-3 mm.

C. FASE SEKRESI
Setelah ovulasi, fase sekretorik atau luteal bermula akibat progesteron yang
disekresi corpus luteum. Progesteron merangsang sel-sel epitel kelenjar uterus
yang terbentuk selama fase proliferasi dan sel-sel epitel mulai menimbun
glikogen, dilatasi lumen kelenjar dan menyebabkan kelenjar menjadi bergelung.
Mikrovaskular superfisial kini mencakup lakuna darah berdinding tipis (Gambar
22–18 dan 22–19e). Endometrium mencapai ketebalan maksimumnya (5 mm)
selama fase sekretorik akibat akumulasi sekret dan edema di stroma. Jika
pembuahan terjadi pada hari setelah ovulasi, embrio diangkut ke uterus sekitar 5
hari kemudian dan kini melekat pada epitel uterus ketika ketebalan endometrium
dan aktivitas sekretorik menjadi optimal untuk implantasi dan nutrisi embrio.
Sekresi kelenjar uterus adalah sumber utama nutrisi embrio sebelum dan selama
implantasi. Selain meningkatkan sekresi, progesteron menghambat kontraksi kuat
miometrium yang dapat mengganggu implantasi embrio.
D. FASE FERMENTASI

Bila pembuahan oosit dan implantasi embrio tidak terjadi, corpus luteum akan
beregresi dan kadar progesteron dan estrogen darah mulai menurun 8-10 hari setelah
ovulasi, yang menimbulkan onset haid. Penurunan progesteron menimbulkan
(1) spasme kontraksi otot di a. spiralis kecil lapisan fungsional, yang mengganggu
aliran darah normal, dan
(2) pertingkatan sintesis prostaglandin oleh sel arteri, yang menimbulkan
vasokonstriksi kuat dan hipoksia setempat. Sel yang mengalami jejas hipoksik
melepaskan sitokin yang meningkatkan permeabilitas vaskular dan imigrasi leukosit.
Leukosit melepaskan kolagenase dan sejumlah matriks metallo-proteinase (MMY)
lain yang menguraikan membran basal dan komponen matriks ekstrasel lain. Lapisan
basal endometrium yang tidak bergantung pada arteri spiralis yang peka-progesteron,
relatif tidak dipengaruhi oleh aktivitas tersebut. Namun, bagian utama lapisan
fungsional, termasuk epitel permukaan, kebanyakan kelenjar, stroma dan lakuna
darah, terlepas dari endometrium dan keluar sebagai darah haid atau mens. Konstriksi
arteri biasanya membatasi kehilangan darah selama haid, tetapi sejumlah darah keluar
dari ujung vena yang terbuka.
Jumlah endometrium dan darah yang hilang saat haid bervariasi antar wanita dan
pada wanita yang sama di waktu yang berbeda. Pada akhir fase menstruasi,
endometrium biasanya berkurang menjadi suatu lapisan tipis dan siap memulai siklus
baru sewaktu sel-selnya mulai membelah untuk memulihkan mukosanya. Tabel 22-1
merangkum kejadiankejadian penting pada siklus menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
Master, Anthony L. 2014. History dasar junqueira teks dan athlas. Amerika: Migrow hill
Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan hewan: Jakarta. Kencana.
Hayati, Alfiah. 2019. Biologi reproduksi ikan. Surabaya: Airlangga university press.
Lestari Dita Damayanti dan ismudiono.2015. Ilmu reproduksi ternak. Surabaya:Airlangga
university press.
Ihsan Moh. War. 2010. Reproduksi ternak. Malang: universitas Brawijaya press.
Gwads,Robert w Andrew spielman.corpus allatum control of ovarian development in Aedes
aegypti.vol 19.issue 7 hal 1441-1448.
Wijayanti,Dwi,Dkk. Perubahan Histopatologi Ovarium,uterus dan ginjal marmut (Cavia
cobaya) yang diberikan ekstrak daun binahong (Anredera Cordifolia).Vol.20.No.2. Hal 269-
278.

Anda mungkin juga menyukai