Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS SPERMA

RS. ULIN BANJARMASIN

Perkembangan seorang manusia diawali dengan pembuahan , yaitu suatu


proses dimana spermatozoa dari pria dan oosit dari wanita bergabung membentuk
suatu organisme baru yaitu zigot (Sadler , 2002). Spermatogenesis disebut juga
sebagai tahap poliferasi atau perbanyakan. Proses pembentukan gamet (sel kelamin)
disebut gametogenesis. Proses pembentukan spermatozoa (sel kelamin jantan)
berlangsung di dalam testis yang terdapat di scrotum (Campbell, 1996).

Semen, yang diejakulasikan selama aktivitas seksual pria, terdiri atas cairan
dan sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan semen),
cairan dari vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira
30%), dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa, terutama kelenjar
bulbouretralis. Jadi, bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis,
yangmerupakan cairan terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong
sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan uretra. pH rata-rata dari campuran semen
mendekati 7,5 cairan prostat yang bersifat basa menetralkan keasaman yang ringan
dari bagian semen lainnya. Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu,
sementara cairan dari vesikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen
menjadi agak kental. Juga, enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan
fibrinogen cairan vesikula seminalis membentuk koagulum yang lemah, yang
mempertahankan semen dalam daerah vagina yang lebih dalam, tempat serviks
uterus. Koagulum kemudian dilarutkan 15 sampai 20 menit kemudian karena lisis
oleh fibrilosin yang dibentuk dari profibrinolisin prostat. Pada menit pertama setelah
ejakulasi, sperma masih tetap tidak bergerak, mungkin karena viskositas dari
koagulum. Sewaktu koagulum dilarutkan, sperma secara simultan menjadi sangat
motil. (Guyton, 1997)

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Sehingga, untuk mengetahui apakah seseorang pria infertil ataupun fertil
peranan analisa semen sangatlah penting. Semen yang akan dipergunakan dalam
analisa semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai maksimal 7 hari
dengan cara masturbasi. Oleh sebab itu, pemakaian kondom tidak dianjurkan karena
dikhawatirkan mengandung spermatisida.

Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan analisis sperma
Mahasiswa mampu mengenal prosedural pengujian kesuburan seorang pria
Mahasiswa mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan sperma

A. Dasar Teori

Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas


(kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen.
Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi)
berdasarkan buku petunjuk WHO Manual for the examination of the Human
Semen and Sperm-Mucus Interaction (WHO, 1999).
Semen merupakan cairan putih atau abu-abu yang dikeluarkan dari
uretra pada saat ejakulasi. Sperma terdapat atau bagian dari semen disamping
cairan-cairan lainya. Kuantitas dan kualitas penting sekali dalam fungsi
reproduksi. Pada semen yang baik, sperma akan dapat survive, berenang dan
akhirnya mencapai sel ovum di saluran reproduksi wanita. Sperma dan ovum
akan bersatu dalam suatu proses yang disebut fertilisasi (pembuahan)
membentuk zygot. Zygot inilah calon individu baru yang mewarisi setengah
sifat ayah dan setengah sifat ibu.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau
koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan
ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit.
Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi
oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim.

Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang


aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam
perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis
berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin
dan testosterone.

Spermatozoa masak terdiri dari :

1) Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom


dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung
enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2) Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3) Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang
dibutuhkan untuk motilitas.
4) Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam
vas deferens dan ductus ejakulotorius

Ada beberapa faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis. Faktor


hormonal memainkan peranan penting dalam spermatogenesis. Beberapa
diantaranya adala sebaga berikut,
1) Testosteron, yang disekresikan sel sel leydig yang terletak di interstisium
testis, penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel sel germinal testis,
yang merupakan tahap pertama pembentukan sperma.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


2) Luteinizing hormone, yang disekresikan olh kelenjar hipofisis anterior,
merangsang sel sel leydig untuk menyekresi testosteron.
3) Hormon perangsang folikel (FSH), yang juga disekresikan oleh sel sel
kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel sel sertoli; tanpa rangsangan
ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak
akan terjadi.

B. Tahap Pembentukan Spermatozoa Dibagi atas Tiga Tahap


1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer.

a. Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukanreproduksi (membelah) dengan cara mitosis.
Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer.
b. Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti
selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan
dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin
banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan
meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih
yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu
jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I,
spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang
meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua
spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita
X. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka
pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan
dipertahankan.

Gambar 1. Bagian Spermatozoa

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, telah mengambil inisiatif


membuat buku penuntun analisis semen berjudul Laboratory Manual For the
Examination of Human Semen and Semen-Cervical Mucus Interaction. Buku
ini bertujuan untuk menstandarisasi prosedur analisis semen bagi semua
laboratorium analisis semen, sehingga kesimpulan hasil analisis dapat
dimengerti dan diterima oleh para ahli andrologi dan dijadikan sebagai acuan
dan dipatuhi dalam melakukan pemeriksaan analisis semen.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Ada beberapa faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis.
Faktor hormonal memainkan peranan penting dalam spermatogenesis.
Beberapa diantaranya adala sebaga berikut,
1) Testosteron, yang disekresikan sel sel leydig yang terletak di interstisium
testis, penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel sel germinal testis,
yang merupakan tahap pertama pembentukan sperma.
2) Luteinizing hormone, yang disekresikan olh kelenjar hipofisis anterior,
merangsang sel sel leydig untuk menyekresi testosteron.
3) Hormon perangsang folikel (FSH), yang juga disekresikan oleh sel sel
kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel sel sertoli; tanpa rangsangan ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan
terjadi

C. Tahapan Proses dan Parameter

Analisis semen manusia memiliki beberapa tahapan proses dan


parameter yang dilakukan sebelum dikeluarkannya semen dan pada tahap
proses analisis pemeriksaannya, yaitu :

1. Pengeluaran dan penampungan semen

Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk


memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa
tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk
menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut.
Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman
sperma ke laboraturium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya
pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari.
b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus
dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di
laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan.
c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang
bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), Kemudian botol ditutup
rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan.
d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di
serahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus
diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2
minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering
didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu.
e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan
(onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara
rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada
yang tumpah.
f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik
atau kondom.

2. Tempat Penampung Sperma

Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut


tidak mengandung spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan
ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari :

1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma,


sehingga pergerakannya tergaggu.
2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol
(C6H5OH) sehingga sperma akan rusak. Pada umumnya tempat
yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


tidak mengandung spermatotoxic. Tetapi sperma dilarang ditempat
yang terbuat dari :
Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat
yang terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa.
Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat
pada penis
Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi
Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.

D. Pemeriksaan Makroskopis Semen

Pemeriksaan makroskopis semen meliputi pemeriksaan : warna semen,


volume semen, pH semen, bau semen, Liquefection, dan viskositas
(kekentalan) semen.

1. Warna semen, pada umumnya berwarna putih keruh, ada yang berwarna
jernih, dan ada juga yang berwarna kemerahan.
2. Volume semen, ditentukan dengan menggunakan gelas ukur 10 mL.
3. Viskositas semen, diukur setelah terjadi pencairan (likuifasi) yang
sempurna.
4. pH semen, penentuan dilakukan setelah likuifasi sempurna, yaitu dengan
kertas pH.
5. Liquefection, setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat
ada gangguan.
6. Bau sperma, bau yang khas atau spesifik.

E. Pemeriksaan Mikroskopis Semen

Pemeriksaan mikroskopis semen memerlukan ketelitian dan


kecermatan yang tinggi, karena kesimpulan hasil analisis semen banyak
ditentukan dari pemeriksaan mikroskopis semen. Pemeriksaan ini meliputi :

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


1. Kecepatan gerak sperma (velocity) ; kecepatan gerakan sperma (dalam
detik) ditentukan secara objectif dengan stopwatch. Sperma yang
gerakannya paling cepat dan lurus saja yang dicatat, karena kecepatan
gerakan sperma merupakan salah satu factor penting fertilitas.
2. Motilitas sperma ; pemeriksaan motilitas dilakukan satu jam setelah
ejakulasi. Dengan menggunakan alat hitung ditentukan jenis motilitas
progresif lurus cepat, lurus lambat, gerak ditempat, tidak bergerak.
3. Konsentrasi sperma ; diawali dengan menentukan kerapatan sperma pada
hemositometer Neubauer untuk menentukan factor pengencer dan
kemudian dihitung dengan rumus.
4. Jumlah sperma total ; diperoleh dari mengalirkan sperma dengan volume
ejakulat.
5. Viabilitas sperma ; menentukan jumlah sperma yang masih hidup dengan
pewarnaan supravital dengan menggunakan larutan eosin Y.
6. Morfologi sperma ; untuk mengetahui berapa presentase sperma yang
memiliki morfologi normal dan yang abnormal.
7. Aglutinasi sperma ; terjadi karena sperma motil saling melekat satu
dengan lainnya, kepala dengan kepala, leher dengan leher, ekor dengan
ekor, atau percampuran antara leher dengan ekor. Ini merupakan bukti
adanya factor immunologi sebagai penyebab infertilitas.
8. Uji HOS (Hipoosmotic swelling test); didasarkan pada sifat
semipermeable membrane ekor sperma.
9. Elemen seluler bukan sperma ; antara lain sel leukosit, eritrosit, dll.

F. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan ini contohnya adalah fruktosa semen,
dilakukan terutama pada semen azoospermia. Seperti diketahui, fruktosa
semen diproduksi oleh kelenjar vesika seminalis. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab azoospermia apakah dari proses spermatogenesis
terhambat, ada obstruksi duktus ejakulatorius, atau disfungsi vesika seminalis.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


G. Laporan Analisis Sperma

Tujuan :

Untuk menentukan kualitas semen dengan melakukan analisis semen


berupa pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis serta
pemeriksaan penunjang lainnya.

Alat :

1. Mikroskop 8. Pipet tetes

2. Objek glass 9. Tabung reaksi

3. Deck glass 10. Batang kaca

11. Gelas ukur


4. Kertas lakmus (pH)
12. Pipet ukur
5. Counter
13. Hematokrit Neubauer
6. Neuebauer

7. Pipet mikro

Bahan :

1. Semen ejakulat 5. Larutan George

2. Larutan eocyn Y 6. Larutan HoST

3. Alkohol 96% 7. Emersi oil

8. Aquadestilata

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


4. Larutan Giemsa

Cara Kerja :

a. Pemeriksaan Makroskopik
1. Pengukuran Volume

Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :

Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang


bermulut lebar untuk sekali ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume
0,1 ml.
Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan
lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang
normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut
Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut
Hypospermia.

Hypospermia disebabkan oleh :

1) Ejakulasi yang berturut-turut


2) Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
3) Penampung sperma tidak sempurna

Hyperspermia disebabkan oleh :

1) Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.


2) Minum obat hormon laki laki.
3) Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan
vesika seminalis.

2. PH

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah,
untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali
dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter, Cara kerjanya :

Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam


botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan
sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera
dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi
pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak
segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh
kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu,
dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang
kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar
vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

3. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau
spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah
mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah
mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang
khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh
oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat, Cara pemeriksaannya :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas, dalam keadaan
infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor / kaporit.

4. Warna sperma

Mengamati warna sediaan, dengan kategori;

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


1) Normal, jika berwarna putih kelabu homogen, kadangkala
didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair.
2) Abnormal, jika;
a. Jernih, yang menandakan jumlah sperma yang sedikit
b. Merah kecoklatan, (dimungkinkan) adanya sel darah merah
c. Kuning, (misalnya) pada penderita ikterus atau minum vitamin
Cara kerja : Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati
dengan menggunakan latar belakang warna putih menggunakan
penerangan yang cukup.

5. Liquefection

Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah


dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila
setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan
(semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer
mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada
kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika
seminalis.

6. Viskositas (Kekentalan)

Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah


likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat
dilakukan dengan cara : Dengan menyentuh permukaan sperma
dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan
terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin panjang benang
yang terjadi makin tinggi viskositasnya.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


7. Knsistensi

Dilakukan dengan cara;


1) Mengambil sampel dengan pipet atau ujung jarum, kemudian
dibiarkan menetes
2) Mengamati benang yang terbentuk dan sisa sampel di ujung
pipet/jarum
3) Dikatakan normal, jika benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa
sampel di ujung pipet atau jarum hanya sedikit.

b. Pemeriksaan Mikroskopik
1. Kecepatan gerak sperma (velocity)
Teteskan semen yang telah diaduk, diteteskan dalam hemositometer
Neubauer. Sperma yang gerakannya paling cepat dan lurus saja yang
dicatat.

2. Motalitas
Motilitas atau pergerakan spermatozoa dihitung dalam persentase.
Suatu volume semen tertentu diteteskan diatas kaca objek yang bersih
dan kemudian ditutup dengan kaca tutup. Motilitas setiap sperma yang
dijumpai dicatat. Biasanya diamati pada beberapa lapang pandang
terhadap 100 ekor spermatozoa ( jumlah total presentase adalah 100%).
Motilitas digolongkan menjadi beberapa kriteria sebagai berikut :
a) Progresif lurus : beregerak lurus kedepan lincah dan cepat
b) Progresif lamabat : bergerak ke depan tetapi lambat.
c) Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahantempat,
biasanya bergetar di tempat, berputar atau melompat.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


d) Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diamditempat.

3. Konsentrasi sperma
Siapan yang telah diencer kan harus diaduk dengan
baik dankemudian 1 tetes di letakkan diatas hemocytometer
Neubauer serta ditutup dengan kaca tutup (deck glass). Menentukan
jumlah pengenceran yang akan ditentukan, misalnya :
a) Untuk sediaan dengan jumlah sperma per LPB (400x) <15 sperma,
maka pengencerannya 1:5.
b) Untuk sediaan dengan jumlah sperma per LPB (400x) 15-40 sperma,
maka pengencerannya 1:10.
c) Untuk sediaan dengan jumlah sperma per LPB (400x) 40-200 sperma,
maka pengencerannya 1:20
d) Untuk sediaan dengan jumlah per LPB (400x) > 200 sperma, maka
pengencerannya 1:50.

Oleh karena itu kita dapat menentukan :

a) 25 kotak : N x 10.000 x factor pengencer x 25/jumlah kotak yang


dihitung.
b) 10 kotak : N x 10.000 x factor pengencer x 25/jumlah kotak yang
dihitung.
c) 5 kotak :N x 10.000 x factor pengencer x 25/jumlah kotak yang
dihitung

4. Jumlah Sperma total

Diperoleh dari mengalirkan sperma dengan volume ejakulat.

Dilakukan dengan cara;


1) Meneteskan 1 tetes sampel ko objek glass, kemudian menutupya
dengan cover glass.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


2) Memeriksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x ( 40 x
lensa objektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan
cahaya minimal. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang
pandang, pada suhu kamar
3) Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan 10.
4) Jumlah sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar
pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer
Improved (NI).

5. Viabilitas sperma

Setelah semen diaduk rata (homogen), teteskan dengan satu tetes


di atas gelas objek. Kemudian ditambahkan satu tetes larutan Eosin Y 0,5
% pada tetesan semen tadi, lalu ditutup dengan kaca penutup. Ditunggu 1-
2 menit sampai larutan semen-eosin Y di bawah kaca penutup stabil.
Selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop fase kontras. Sperma hidup
berwarna kuning, sedangkan yang mati kebiru-biruan.

6. Morfologi sperma normal

Untuk pemeriksaan morfologi sperma, dibuat sediaan apus semen


pada gelas objek, dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering, difiksasi
dengan methanol selama 5 menit, kemudian diwarna dengan Giemsa
selama 30 menit. Diamati dengan mikroskop cahaya.

7. Hipoosmotik Swelling Test ( HoST)

Pada uji HOST digunakkan larutan HOST sebagai berikut:

a) 100 mikroliter semen dicampur dalam 1 ml larutan HOST diamkan


selama 1 jam.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


b) Lalu ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati dibawah
mikroskop dengan per besaran 400 kali.
c) Hitung 100 sper matozoa , spermatozoa ekornya tidak lurus berarti
tidak ada kebocoran membran, sedangkan spermatozoa yang ekornya
lurus berarti ada kebocoran.

8. Aglutinasi sperma

Aglutinasi diamati dalam 10 lapang pandang yang dipilih secara


acak dan tentukan presentase rata-rata sperma yang berlekatan.

Hasil dan Pengamatan :

Tabel hasil analisis semen dari pasien di Laboratorium Biologi FKUI sebagai
berikut:

Data sampel : NAMA / Umur : TN. XXX

PERKAWINAN : 4 tahun

Tempat pengeluaran : Laboratorium Kesuburan RS. ULIN

Cara Pengeluaran : Masturbasi

Jam pengeluaran : 10.04

Jam penerimaan : 10.06

HASIL PEMERIKSAAN SPERMA RUTIN

No PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Mikroskopis
1. LIKUIFAKSI >90 menit <30 menit
2. WARNA PUTIH KERUH PUTIH KERUH
3. BAU KHAS KHAS
4. VOLUME 1,5 1,5 6 ml
5. Ph 8,5 7,2 7,8
6. VISKOSITAS KENTAL NORMAL
Mikroskopis
1. KONSENTRASI SPERMA 49 juta / ml >15 juta /ml
2. JUMLAH TOTAL 73,5 juta / ejakulat >39 juta /ejakulat
3. (%) SPERMA MOTIL 62 % >40 %
4. JENIS PERGERAKAN
1) LURUS CEPAT/LAMBAT 45% >36%
2) BERGERAK DITEMPAT
12%
3) IMOTIL
38%
5. KECEPATAN RATA-RATA
1/20 mm 1,48 detik 0,8 1,2 detik
1) 0,4 0,8 (detik) 0 %
2) 0,9 1,2 (detik)
20 %
3) 1,3 1,6 (detik)
4) 1,7 2,0 (detik) 50 %
5) 2,1 2,4 (detik)
30 %
6) >2,5 (detik)
- %
- %
6. AGLUTINASI SPONTAN POSITIF NEGATIF
TIPE TAIL TO TAIL
7. BENTUK MORFOLOGI 3 % >3 %
8. NORMAL 3-5 /LPB <3 /LPB
9. ERITROSIT - <1 /LPB
10. LAIN-LAIN -
Pemeriksaan khusus

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


11. UJI MAR Test (Antibodi Anti 11 % <10 %
sperma)
12. UJI HOS Test 82 % >60 %
13. UJI FRUKTOSA POSITIF POSITIF

KETERANGAN kECEPATAN SPERMA : 1) baik sekali 2)baik 3)cukup 4) kurang


5)kurang sekali 6) buruk

KESIMPULAN : TERATOZOOSPERMA

Hasil merupakan contoh dari data yang sudah tersedia di Laboratorium Kesuburan
RS. ULIN Banjarmasin

Pembahasan :

Teratozoospermia (terato = monster) adalah bentuk sperma yang tidak


normal. Dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu yang ringan sekitar 15%
sperma masih normal 10-15 % sedang serta kurang dari 10% dikategorikan
berat. Secara normal, sperma yang baik harus memiliki kepala yang berbentuk
oval, dengan penghubung pada bagian tengahnya serta ekor yang panjang.
Teratozoospermia adalah terminologi yang menyatakan bahwa adanya
gangguan infertilitas atau kesuburan akibat dari abnormallitas bentuk sperma.
Bila terlalu banyak bentuk sperma yang abnormal maka terjadilah kondisi
gangguan kesuburan. Bentuk sperma yang abnormal tidak dapat membuahi
sel telur karena fungsinya yang tidak sempurna.
Kondisi gangguan kesuburan pada pria lebih banyak faktor
penyebabnya dibandingkan dengan wanita. Permasalahannya adalah terapi
medis untuk teratozoospermia sebagian besar tidak berhasil dengan baik
karena terlalu banyak faktor eksternal. Belum ada sampai saat ini terapi yang

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


cukup efektif guna memperbaiki bentuk sperma atau meningkatkan jumlah
sperma dengan morfologi normal.

Pada praktikum kali ini kita akan membahas hasil analisis semen dari
sampel pasien yang memeriksakan diri ke Laboratorium Kesuburan RS. ULIN

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Banjarmasin. Dari tabel kita memeriksa semen dengan 2 pemeriksaan yaitu
Makroskopis dan Mikroskopis. Semen yang normal dan telah mengalami
proses liquefaction akan bersifat homogen, berwarna putih abu-abu.
Kemungkinan akan tampak lebih bening (less opaque) bila konsentrasi sperma
sangat rendah. Warna semen yang merah kecoklatan menunjukan adanya sel
darah (hemospermia). Semen dapat berwarna kuning pada pria dengan sakit
kuning (jaundice) atau minum vitamin dan obat tertentu.

Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen dalam satu kali


ejakulasi. Secara konsisten mengeluarkan kurang dari 1,5 cc (hypospermia)
atau lebih dari 5,5 cc (hyperspermia) dikatakan abnormal. Volume yang
didapatkan dari sampel pasien yaitu sebesar 3 ml, sesuai dengan lama tidak
berejakulasi yaitu abstinensia 7 hari dan termasuk kategori normal.

Volume cairan ejakulat (semen) terutama berasal dari cairan vesikula


seminalis (60%) dan kelenjar prostat (15%), sebagian kecil dari kelenjar
bulbouretralis dan epididimidis. Volume semen yang normal minimal adalah
lebih dari 2 ml dengan rentang 2-5 ml. Volume semen yang rendah bisa
mengindikasikan sumbatan saluran ejakulasi, gangguan vesikula seminalis,
ejakulasi retrograde (retrograde ejaculation) atau kekurangan hormone
androgen. Volume semen yang terlalu banyak dapat menunjukan eksudasi
aktif yang terjadi pada kelenjar yang mengalami peradangan (inflamasi).

PH semen normal berada dalam kisar 7,2- 7,8. Jika Ph lebih besar dari
7,8 maka ada indiasi inf eksi. Sebaliknya, jika Ph kurang dari 7, pada
azoospermia perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan karena adanya
kemungkinan disgenesis vas deferens, vesica seminalis atau epididimis.

Pria subur memiliki konsentrasi sperma di atas 20 juta/ml atau 40 juta


secara keseluruhan. Jumlah di bawah 20 juta/cc dikatakan konsentrasi sperma
rendah dan di bawah 10 juta/cc digolongkan sangat rendah. Pada pasien ini

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


didapat konsentrasi sebesar 18,75 juta/ml. Istilah kedokteran untuk
konsentrasi sperma rendah adalah oligospermia. Bila sama sekali tidak ada
sperma disebutazoospermia. Semen pria yang tidak memiliki sperma secara
kasat mata terlihat sama dengan semen pria lainnya, hanya pengamatan
melalui mikroskoplah yang dapat membedakannya.

Dengan meneteskan satu tetes (10 l) semen pada tiap kamar hitung
haemocytometer, lalu dihitung jumlah spermatozoa yang ada. Jika sampel
kurang dari 10 spermatozoa per lpb, maka menghitung seluruh kotak besar
yang berjumlah 25. Jika 10 - 40 spermatozoa terlihat per lpb, maka cukup
menghitung 10 kotak besar. Jika sampel > 40 spermatozoa terlihat per lpb,
maka cukup menghitung 5 kotak besar.

Selanjutnya bila telah menghitung 25, 10 atau 5 kotak besar pada


Haemocytometer maka dibagi dalam faktor konversi sesuai kotak besar yang
telah dihitung, yang hasilnya adalah konsentrasi spermatozoa dalam juta per
milliliter. Konsentrasi spermatozoa normal bila 20 juta/ml (WHO,1999).
WHO edisi 2010 konsentrasi spermatozoa normal bila 15 juta/ml.

Sperma normal memiliki bentuk kepala oval beraturan dengan ekor


lurus panjang di tengahnya. Sperma yang bentuknya tidak normal
(disebut teratozoospermia) seperti kepala bulat, kepala pipih, kepala terlalu
besar, kepala ganda, tidak berekor, dll, adalah sperma abnormal dan tidak
dapat membuahi telur. Hanya sperma yang bentuknya sempurna yang disebut
normal. Pria normal memproduksipaling tidak 30% sperma berbentuk
normal. Bentuk bentuk morfologi abnormal adalah kepala makro, kepala
mikro, kepala taper, kepala piri, kepala double, kepala amorf, kepala round,
kepala pin, midpiece abnormal, sitoplasma droplet, ekor double, ekor koil,
ekor bent.

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Kesuburan pria ditentukan oleh kombinasi keempat kriteria di atas,
yaitu jumlah sperma berbentuk sempurna dalam semennya yang dapat
bergerak agresif. Misalnya, seorang pria yang memproduksi 20 juta sperma
per ml, 50% -nya bermotilitas bagus dan 60% -nya berbentuk sempurna, maka
dia dikatakan memiliki hitungan sperma 20 x 0,5 x 0,6 = 6 juta sperma bagus
per ml. Bila volume ejakulasinya adalah 2 ml, maka total sperma bagus dalam
sampelnya adalah 12 juta.

Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien mempunyai jumlah sperma


total 56,25 juta/ejakulat dari volume 3 ml dan konsentrasi 18,75 juta/ejakulat.
Dan dapat disimpulkan dari jumlah sperma menunjukkan hasil yang normal.

Uji HOS didasarkan pada sifat semipermiable membrane ekor sperma.


Di bawah kondisi larutan hiperosmotik, air akan masuk melalui membrane
ekor sperma yang utuh (tidak rusak), sehingga ekor sperma bertambah.
Pertambahan volume tersebut akan menyebabkan ekor sperma membengkok.
Sebaliknya, jika membran ekornya rusak, maka air yang masuk akan keluar
lagi. Dalam hal ini, ekor tidak mengalami perubahan volume, sehingga tidak
membengkok.

Hasil Uji HOS pada sperma RS. ULIN Banjarmasin

Hasil mikroskopis :

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


- Hasil pemeriksaan antigen dan antisperma - Hasil pmr. jumlah sperma

Hasil makroskopis :

- Hasil pemeriksaan warna - Hasil pemeriksaan pH

Kesimpulan :

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan Teratozoospermia, yaitu dimana
sperma mengalami kelainan morfologi (dalam %), baik itu pada kepala, leher maupun
ekor sperma. Hasil didasarkan pada data-data pengamatan yang telah
diinterpretasikan.
Secara prosedural, praktikan telah berusaha melakukan pemeriksaan sperma
sesuai dengan prosedur yang dianjurkan. Namun dengan kemampuan praktikan yang
masih belum terlatih dan (mungkin) merupakan pengalaman uji laboratorium sperma
yang pertama kali dilakukan, menjadikan data hasil pemeriksaan sperma yang
(mungkin) masih terdapat berbagai kelemahan

Sumber :
http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-patologi-klinik.html
Sherwood, Lauree. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta:EGC.
2001
WHO., 1999. WHO Laboratory Manual for the Examination of HumanSemen
and Sperm- Cervical Mucus Interaction. Fifth Edition.
http://djjars.blogspot.com/2012/02/tinjauan-hasil-analisis-semen-normal.html
http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Spermatozoa.
http://sandurezu.wordpress.com/2010/06/07/spermatogenesis/
http://www.drdidispog.com/2009/06/analisis-sperma.html
http://alnotelife.blogspot.co.id/2012/05/analisis-semen.html

Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin


Analisis Makroskopis dan Mikroskopis Sperma RS. ULIN Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai