DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN :
Adriana (PO714203201036)
Yusriana A (PO714203201066)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penanganan
Cairan Sperma” .
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari mata kuliah penanganan
spesimen dan flebotomi di Poltekkes Kemenkes Makassar. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang seputar
penanganan cairan sperma.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Terimakasih.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sperma ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan
keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa.
Pemeriksaan analisa sperma pada semen pria adalah pemeriksaan terhadap
spesimen (spermatozoa dan bahan-bahan lain yang ada didalamnya) dari seorang
laki-laki. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah semennya normal
atau tidak sehingga dapat terjadi fertilisasi serta mengetahui jika ada kelainan yang
dialami oleh sebuah sperma. Ada bermacam-macam kelainan yang dialami oleh
sebuah spermatozoa. Secara umum sebuah spermatozoa terdiri dari kepala, leher
dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu bagian sperma tersebut maka tidak
akan terjadi pembuahan. Sperma ini yang akan nantinya membuahi ovum ( sel telur
pada perempuan) yang terjadi didalam sebuah sistem reproduksi wanita.
B. Tujuan
TEORI
A. Pengertian Sperma
Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-
laki. Sel sperma memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma
manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm.
Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van
Leeuwenhoek tahun 1677. Sperma terkandung dalam air mani pria. Air mani
merupakan cairan berwarna putih atau abu-abu, dengan jumlah normal sekitar 2
mililiter, yang dikeluarkan saat pria ejakulasi. Air mani ini berfungsi sebagai
kendaraan sperma menuju saluran reproduksi wanita agar bisa membuahi sel telur
dan menciptakan kehamilan. Spermatozoa atau sel sperma adalah hasil produksi
dari testis yang terdiri dari beberapa sel germinal yang sudah matang. Sel sperma
akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan
kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.
B. Bagian-Bagian sperma
➢ Semen/mani merupakan lendir yang keluar dari genitalia Lendir yang keluar
dari genitalia jantan waktu eyakulasi disebut : SEMEN ( MANI ) yang terdiri dari
1. Bagian padat : Spermatozoa
2. Bagian cair : Plasma semen ( air mani )
➢ Spermatozoa dihasilkan oleh testis, sedangkan plasma semen dihasilkan oleh
ampula vas deferens dan kelenjar-kelenjar prostat, vesicula seminalis, cowper dan
littre.
Gambar 1 : Bagian-bagian sperma
Adapun untuk Bagian – bagian Sperma manusia terdiri dari :
1. Kepala
- Lonjong (atas)
piriformis (samping)
- Panjang : 4 – 5 µm
- Lebar : 2,5 – 3,5 µm
- Berisi inti
- Dua pertiga bagian depan
inti diselaputi tutup
akrosom ➔ berisi enzim untuk menembus ovum.
2. Ekor
- Panjang : 55 µm
- Tebal : 1 µm
a. Leher
b. Bag tengah (midpiece)
memiliki axonema &
mitokondria
c. Bagian Utama (principle Piece)
d. Bagian Ujung (end piece)
C. Cara Memperoleh Sperma
1. Masturbasi = Onani
2. Koitus interuptus = senggama terputus
3. Koitus kondomatosus = senggana dgn menggunanakan kondom
4. Vibrator
5. Refluks pasca senggama
Vibrator
➢ Alat yang mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan
permukaan halus.
➢ Dapat digerakkan dengan batterai yg menghasilkan getaran lembut.
➢ Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis ➔ menimbulkan rasa seperti
masturbasi dan dengan fibrasi yang cukup lama diharapkan sperma akan
keluar.
Refluks pasca senggana
Yaitu dengan memeriksa sperma yang masuk ke vagina. Cara ini tidak
dianjurkan karena dipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma
tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil yg tidak
mencerminkan keadaan sesungguhnya. Analisis semen adalah pemeriksaan
terhadap semen ( spermatozoa dan bahan-bahan lain yang ada di dalamnya )
dari seorang laki-laki. Apakah semenya normal atau tidak untuk dapat
membuahi sel telur oleh spermatozoa, sehingga terjadi fertilisasi.
D. Jenis Spermatozoa
1. Spermatozoa normal
Disebut abnormal bila terdapat satu atau lebih bagian spermatozoa yang tidak
semestinya. Bila kepalanya oval tapi kalau bagian tengahnya menebal maka
spermatozoa tersebut dikatakan abnormal.
Abnormalitas kepala
- Kepala oval kecil ( bentuk mikro ) adalah dengan ketentuan bila ukuran kepala
sperma lebih kecil yaitu : panjang < 3 mikron, lebar < 2 mikron.
- Kepala berbentuk pir. Kepala lebih menyolok berbentuk sebagai “ tetesan air
mata”, bagian runcingnya berhubungan dengan bagian tengah sperma, disini
ukuranya tidak diperhatikan.
- Kepala dua. Sperma mempunyai dua kepala yang mungkin dalam berbagai
bentuk dan ukuran termasuk ke dalam kelompok kepala 2.
- Bagian tengah menebal, bila ukuran bagian tengah lebih besar dari 2 mikron
- Bagian tengah patah
Abnormalitas ekor
- Ekor melingkar.
3. Spermatozoa immature
E. Pemeriksaan Sperma
1. Pemeriksaan makroskopik
2. Pemeriksaan mikroskopik
4. Kecepatan sperma
Untuk mengukur kecepatan sperma digunakan kaca obyek
hemasitometer Neuauer perbesaran 400 X.
Istilah – istilah
1).Azoospermia : Bilamana tak dijumpai spermatozoa dari pemeriksaan
sedimen sentrifugasi sperma yang lebih dari satu kali.
2)Nekrozoospermia : Bilamana semua spermatozoa tidak ada yg hidup.
3).Kriptozoospermia : Bilamana ditemukan spermatozoayang
tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma.
4).Aspermia : Bila tak ada sperma yang keluar, meskipun pasien merasa
telah mengeluarkan ejakulat.
5. HOST = Hipoosmotic Swelling Test
Digunakan untuk melihat kebocoran Membran sel dan dihitung dalam
persentase (%)
Larutan HOST
Normal ➔ ekor sperma panjang & melengkung
Abnormal ➔ ekor sperma lurus & pendek
Ekor lurus = ada kebocoran membran
Ekor lengkung = tidak ada kebocoran membran.
6. Viabilitas
Keadaan sperma hidup atau mati. Sperma yang tidak bergerak belum
tentu mati, sehingga perlu dibedakan antara spermatozoa yang hidup dan
mati. Dengan cara ini dapat dipastikan apakah spermatozoa yang tidak
motil tersebut hidup atau mati.
7. Autoaglutinasi
Yaitu spermatozoa yang saling melekat satu sama lain. Pelekatan dapat
terjadi di bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.
BAB III
1. Alat
▪ Mikroskop
▪ Objec glass
▪ Deck glass
▪ Kertas lakmus
▪ Counter sperm cell
▪ Neubauer
▪ Pipet mikro
▪ Pipet tetes
▪ Tabung reaksi
▪ Batang kaca
2. Bahan
▪ Semen ejakulat
▪ Larutan eosin
▪ Alkohol 96%
▪ Larutan Giemsa
▪ Larutan George
▪ Larutan HOST
▪ Emersi oil
▪ Aquadestilata
BAB IV
CARA KERJA
1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan.
Tindakan ini berupa menggosok kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang,
sampai terjadi ketegangan dan pada klimaks akan keluar sperma. Sebelum
melakukan masturbasi hendaknya penis dicucidahulu agar tidak tercemar
oleh kotoran untuk mempermudah masturbasi kadang-kadangdalam
menggosok penis diberi pelicin misalnya sabun, krim atau jelly. Tetapi saat
dipakaijangan sampai mencapai lubang keluarnya sperma. Kebaikan dari
cara ini, di sampingmenghindari kemungkinan tumpah ketika menampung
sperma, juga pencemaran sperma dari zat-zat yang tak diinginkan dapat
dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknyadari botol kaca yang
bersih, kering dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat laindengan
syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan
keluar sperma. Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh
sampel sperma untuk diperiksa, namun cara ini kurang baik karena hasilnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil
pemeriksaannya mendapatkan hasil dimana jumlah spermatozoanya di
bawah kriteria normal (oligosperma). Tetapi cara ini kelemahannya
dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam vagina sehingga tidak
sesuai lagi untuk pemeriksaan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa
sperma yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi beberapa
tahap, paling sedikit duatahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat
yang mengandung spermatozoa yangterbanyak, sedangkan tahap yang
kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit saja atau bahkan sering tidak
dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi fruktosa yangterbanyak.
Dalam pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus tidak
menjamin bahwa sebagian besar atau sebagian kecil terlanjur dikeluarkan
di vagina sehinggamengakibatkan kita memperoleh sampel sperma yang
tidak lengkap, sehingga memberikan hasil yang tidak sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom untuk
menampung mani tidak dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-zat
pada permukaan karet kondom mengandung suatu bahan yang bersifat
spermicidal yangmempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh
spermatozoa, biarpun kondom sudah dicuci dan dikeringkan. selain
daripada itu kemungkinan terjadi tumpahnya sperma sewaktu pelepasan
kondom atau menuangkan ke botol penampung. Tetapi ada
beberapakondom khusus yang dipergunakan untuk keperluan penampungan
sperma, karena bahan dipakai tidak bersifat spermasida.
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah
dengan vibrator. Alat ini mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik
dengan permukaanhalus, dapat digerakkan dengan baterai yang
menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalauditempelkan pada glans penis,
akan menimbulkan rasa seperti mastrubasi dan dengan fibrasi yang cukup
lama, diharapkan sperma akan keluar.
5. Refluks pasca senggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. cara ini tidak dianjurkan
karenadipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma
tercampur dengan sekretvagina, sehingga akan didapatkan hasil yang tidak
mencerminkan keadaan sesungguhnya.
6. Wadah penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau
plastik yang bermulut lebar dan yang lebih dahulu dibersihkan dan
dikeringkan. Wadah harus dapat ditutupdengan baik untuk menjaga jangan
sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran
mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya
kepadalaboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu
pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.
7. Penyerahan Sampel Sperma
Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya
diserahkan kepada petugas laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan
karena beberapa parameter spermamempunyai sifat mudah berubah oleh
karena pengaruh luar. Sperma yang dibiarkan begitu sajaakan berubah pH,
viskositas, motiltas dan berbagai sifat biokimianya.
8. Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat
pengeluaran sperma dan lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat
pula ditetapkan. Hal ini tergantungdari kesiapan pasien dan kesiapan
laboratorium. Walau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita
maupun laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat
dilakukan.Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma
secepatnya diperiksa. Spermaharus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh
sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20 derajat celcius atau dipanaskan
diatas 40 derajat celcius .Oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi
motilitas dan viabilitas spermatozoa.
9. Hal-hal lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia
janganlah minum obat-obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang
seks, tonikum atau semacamnya. Hal ini diperlukan agar benar-benar
sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat-obatan. Kalau perlu
dicatat obat yang dimakan dala 1-2 minggu sebelum analisa dilakukan.
2. Pemerikasaan makroskopik
a. Likuifaksi : semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, yaitu dibiarkan
semen sekitar 20 menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi.
b. Warna semen : diamati dengan mata telanjang.
c. pH : setetes sperma disebarkan secara merata di atas kertas pH. Setelah 30 detik
warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian dibandingkan dengan
kertas kalibrasi untuk dibaca pHnya.
d. Volume semen : diukur dengan gelas ukur atau dengan cara menyedot sluruh
siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur.
e. Viskositas atau konsistensi : ditaksir dengan cara memasukkan tangkai kaca
ke dalam siapan dan kemudian mengamati benang yang terbentuk pada saat
batang tersebut dikeluarkan . panjang benang tidak bolh lebih dari 2 cm.
f. Aglutinasi spontan : melihat secara langsung keadaan semen setelah
diejakulasi, apakah terjadi penggumpalan atau tidak.
g. Bau semen : dengan mengamati secara langsung.
3. Pemeriksaan mikroskopik
a. Motilitas sperma
▪ Buat preparat basah dari semen
▪ Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x
▪ Hitung dengan presentase dari 100 sperma dengan ketentuan
a. Progresif lurus : bergerak lurus ke depan lincah dan cepat.
b. Progresif lambat : bergerak ke depan tetapi lambat.
c. Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahan tempat,
biasanya bergetar di tempat, berputar atau melompat.
d. Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diam di tempat.
▪ Biasanya 4-6 lapangan pandangan yang harus diperiksa untuk mendapat
seratus sperma secara berurutan kemudian diklasifikasi sehingga
menghasilkan persentase setiap kategori motilitas.
b. Konsentrasi sperma
▪ Siapan yang telah diencerkan harus diaduk dengan baik dan kemudian 1
tetes diletakkan di atas homositometer neubauer lalu ditutup dengan kaca
tutup (deck glass).
▪ Larutan george/JOS dengan pengenceran 1000 x (50 µL sperma + 950 µL
larutan george)
▪ Untuk menentukan jumlah sperma dalam semen dalam juta/mL, bagikan
jumlah sperma yang ditemukan dengan faktor konversi.
Misalnya 10 kotak : n x 10000 x faktor pengenceran (20) x2,5
Gambar 3 : Alat hemasitometer neubaeuer
c. Morfologi spermatozoa
▪ Teteskan semen pada objec glass dan dibuat apusan setipis mungkin dan
dibiarkan kering di udara
▪ Fiksasi dengan alkohol 96 % selama 15 menit
▪ Teteskan giemsa dan biarkan selama 20 menit
▪ Cuci dengan aquades mengalir dan biarkan kering
▪ Periksa di bawah mikroskop dengan emersi oil
▪ Menentukan prosentase morfologi spermatozoa : dengan membedakan
bentuk spermatozoa yang normal dan abnormal dan dihitung prosentasenya.
d. Hipoosmotic Swelling Test (HOST)
▪ 100 mikroliter semen dicampur dalam 1 mL larutan HOST dan didiamkan
selama 1 jam
▪ Lalu ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 400x
▪ Hitung 100 spermatozoa, spermatozoa yang ekornya melengkung berarti
tidak ada kebocoran membran sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus
berarti ada kebocoran.
e. Viabilitas
▪ Teteskan semen pada objek glass lalu tambahkan 1 tetes larutan eosin Y 0,5
% kemudian diaduk rata
▪ Amati dengan pembesaran 400x
▪ Hitung 100 sperma :
Mati : terwarnai
Hidup : tidak terwarnai
f. Kecepatan rata-rata sperma
- Hemositometer Neubaeur gunakan kotak yg kecil (16 kotak)
- Stop watch
g. Jumlah sperma total
N(kons.sperma) x Volume sperma
INTERPRETASI HASIL ANALISIS SEMEN
• Untuk mengetahui hasil dari analisis semen diperlukan 3 parameter pokok
yaitu :
1. Jumlah spermatozoa / ml
2. Persentase motilitas spermatozoa yang geraknya baik
3. Persentase morfologi spermatozoa normal
• Motilitas sperma dipengaruhi oleh keadaan plasma semen & spermatozoa.
• Parameter yg relevan untuk fertilitas : jumlah, motilitas & morfologi.
• Nilai parameter < normal perlu perhatian
• Hal ini untuk mengetahui yang rasional dari defisiensi sperma & untuk
mencapai suatu kehamilan bagi pasangan infertil.
HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan Nilai normal
Waktu likuifaksi 15menit 15 - 20 menit
Warna semen Putih mutiara Putih mutiara
pH 7 7,2 – 7,8
Volume 1,9 Ml 2 – 6 mL
Viskositas Normal Normal
Aglutinasi spontan Negatif Negatif
Bau semen Khas ( bunga akasia ) Khas
2. Pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan Nilai normal
Motilitas sperma 60 %
a. Progresif lurus 59%
b. Progresif lambat 11% a > 25 %
c. Gerak di tempat 18% a + b > 50 %
d. Tidak bergerak 0%
Konsentrasi sperma 20,5jt/ml >20jt/ml
Jumlah sperma total 38,95jt/ml >40jt/ml
Autoaglutinasi sperma Negative Negative
Morfologi Sperma 64% ≥ 30 % normal
Normal
Uji HOST 67% ≥ 60 %
Kecepatan sperma 2,25 menit ≥ 1,5 menit
Viabilitas 61% ≥ 70 %
Sel Leukosit - ≤ 3/LPB
Sel Eritrosit Negative Negative
Sel Epitel 1 ≤ 2/LPB
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Waktu likuifaksi
Waktu likuifaksi normal adalah antara 15-20 menit dan pada pemeriksaan sperma
pendonor didapatkan waktu likuifaksinya adalah 15 menit.
2. Warna semen
Warna semen yang normal adalah berwarna putih mutiara. Jika terdapat warna
kemerahan terlihat bahwa adanya perdarahan (dijelaskan pada bab teori). Pada
sperma pendonor ditemukan warna semen putih mutiara, hal ini mengindikasikan
bahwa semen pendonor normal.
3. pH
pH normal berada dalam kisaran 7,2-7,8, dan dari hasil pengukuran pH dengan
menggunakan pH meter didapatkan pH pendonor adalah 7. Hal ini menunjukkan
bahwa pH pendonor normal.
4. Volume
Volume normal pada sperma adalah 2-6 ml. Jika volume lebih dari 8 ml disebut
hiperspermia sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut hiospermia. Pada hasil
pemeriksaan, volume sperma pendonor adalah 1,9 ml, dan hal ini mengindikasikan
bahwa volume sperma pendonor dalam keadaan abnormal
5. Viskositas
Viskositas yang diperiksa secara subjektif menggunakan pipet atau batang
pengaduk normalnya akan terbentuk benang yang panjangnya 3-5 cm. Pada sperma
pendonor hasil viskositasnya berada dalam keadaan normal.
6. Aglutinasi Spontan
Pada sperma normal tidak ditemukan adanya aglutinasi spontan, begitu juga yang
ditemukan pada sperma pendonor (aglutinasi spontan negatif).
7. Bau Semen
Bau semen pada sperma normal adalah berbau khas seperti bunga akasia. Bau yang
tercium pada semen pendonor adalah berbau khas seperti bunga akasia.
1. Motilitas Sperma
Yang dinilai pada pemeriksaan motilitas sperma adalah sperma dengan motilitas
progressif lurus, progressif lambat, gerak ditempat, dan tidak bergerak. Pada
sperma pendonor diketahui bahwa 59% progressif lurus, 11% progressif lambat,
12% gerak ditempat, dan 0% tidak bergerak.
2. Konsentrasi Sperma
Konsentrasi serma dalam keadaan normal adalah ≥ 20 juta/ml. Pada sperma
pendonor konsentrasi sperma nya adalah 20,5 juta/ml. Berarti sperma pendonor
dalam keadaan yg normal.
3. Jumlah Sperma Total
Jumlah sperma total normal nya adalah ≥ 40 juta/ml. Pada pemeriksaan, jumah
sperma total dari pendonor adalah 38,950 juta/ml. Hal ini dibawah normal jumlah
sperma yang normal
4. Autoaglutinasi Sperma
Pada pemeriksaan autoaglutinasi normalnya tidak ditemukan (negatif) dan pada
sperma pendonor, autoaglutinasi juga tidak digunakan (negatif).
5. Morfologi Sperma Normal
Uji morfologi sperma normal adalah ≥ 30% yang mempunyai bentuk normal, dan
pada pemeriksaan sperma pendonor morfologi sperma normalnya adalah ≥ 64%.
6. Uji HOST
Uji HOST pada sperma normal akan didapatkan hasil ≥ 60%. Pada sperma
pendonor hasil dari uji HOST nya adalah 67%.
7. Kecepatan Sperma
Kecepatan sperma normal adalah ≥ 1,5 menit. Pada pemeriksaan kecepatan sperma
dari pendonor adalah 2,25 menit.
8. Viabilitas
Viabilitas normal pada sperma adalah ≥ 70%. Pada pemeriksaan sperma pendonor,
viabilitasnya adalah 61%. Sehingga masih dapat dikatakan normal.
BAB VII
KESIMPULAN