Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“Penanganan Cairan Sperma”

DOSEN PENGAMPU :

1. Hj. Nurlia Naim, S.Si., M.Kes


2. Zulfikar Ali Hasan, S.ST., M.Kes
3. Hurustiaty, S.Si., M.Kes

DISUSUN :

Adriana (PO714203201036)

Alvina Damayanti Rasyid (PO714203201037)

Jumliati Nur Rosali (PO714203201052)

Yusriana A (PO714203201066)

PRODI D.IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penanganan
Cairan Sperma” .

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari mata kuliah penanganan
spesimen dan flebotomi di Poltekkes Kemenkes Makassar. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang seputar
penanganan cairan sperma.

Penulis mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada dosen


pembimbing pada mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terimah kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Terimakasih.

Makassar,13 Desember 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sperma ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan
keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa.
Pemeriksaan analisa sperma pada semen pria adalah pemeriksaan terhadap
spesimen (spermatozoa dan bahan-bahan lain yang ada didalamnya) dari seorang
laki-laki. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah semennya normal
atau tidak sehingga dapat terjadi fertilisasi serta mengetahui jika ada kelainan yang
dialami oleh sebuah sperma. Ada bermacam-macam kelainan yang dialami oleh
sebuah spermatozoa. Secara umum sebuah spermatozoa terdiri dari kepala, leher
dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu bagian sperma tersebut maka tidak
akan terjadi pembuahan. Sperma ini yang akan nantinya membuahi ovum ( sel telur
pada perempuan) yang terjadi didalam sebuah sistem reproduksi wanita.
B. Tujuan

Bertujuan untuk menganalisis atau mengetahui kuantitas dan kualitas


sperma pada pria serta menentukan apakah sperma dalam keadaan normal atau
sehat sehingga dapat terjadi pembuahan(fertilisasi).
BAB II

TEORI

A. Pengertian Sperma

Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-
laki. Sel sperma memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma
manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm.
Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van
Leeuwenhoek tahun 1677. Sperma terkandung dalam air mani pria. Air mani
merupakan cairan berwarna putih atau abu-abu, dengan jumlah normal sekitar 2
mililiter, yang dikeluarkan saat pria ejakulasi. Air mani ini berfungsi sebagai
kendaraan sperma menuju saluran reproduksi wanita agar bisa membuahi sel telur
dan menciptakan kehamilan. Spermatozoa atau sel sperma adalah hasil produksi
dari testis yang terdiri dari beberapa sel germinal yang sudah matang. Sel sperma
akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan
kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.

B. Bagian-Bagian sperma

➢ Semen/mani merupakan lendir yang keluar dari genitalia Lendir yang keluar
dari genitalia jantan waktu eyakulasi disebut : SEMEN ( MANI ) yang terdiri dari
1. Bagian padat : Spermatozoa
2. Bagian cair : Plasma semen ( air mani )
➢ Spermatozoa dihasilkan oleh testis, sedangkan plasma semen dihasilkan oleh
ampula vas deferens dan kelenjar-kelenjar prostat, vesicula seminalis, cowper dan
littre.
Gambar 1 : Bagian-bagian sperma
Adapun untuk Bagian – bagian Sperma manusia terdiri dari :
1. Kepala
- Lonjong (atas)
piriformis (samping)
- Panjang : 4 – 5 µm
- Lebar : 2,5 – 3,5 µm
- Berisi inti
- Dua pertiga bagian depan
inti diselaputi tutup
akrosom ➔ berisi enzim untuk menembus ovum.
2. Ekor
- Panjang : 55 µm
- Tebal : 1 µm
a. Leher
b. Bag tengah (midpiece)
memiliki axonema &
mitokondria
c. Bagian Utama (principle Piece)
d. Bagian Ujung (end piece)
C. Cara Memperoleh Sperma
1. Masturbasi = Onani
2. Koitus interuptus = senggama terputus
3. Koitus kondomatosus = senggana dgn menggunanakan kondom
4. Vibrator
5. Refluks pasca senggama
Vibrator
➢ Alat yang mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan
permukaan halus.
➢ Dapat digerakkan dengan batterai yg menghasilkan getaran lembut.
➢ Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis ➔ menimbulkan rasa seperti
masturbasi dan dengan fibrasi yang cukup lama diharapkan sperma akan
keluar.
Refluks pasca senggana
Yaitu dengan memeriksa sperma yang masuk ke vagina. Cara ini tidak
dianjurkan karena dipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma
tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil yg tidak
mencerminkan keadaan sesungguhnya. Analisis semen adalah pemeriksaan
terhadap semen ( spermatozoa dan bahan-bahan lain yang ada di dalamnya )
dari seorang laki-laki. Apakah semenya normal atau tidak untuk dapat
membuahi sel telur oleh spermatozoa, sehingga terjadi fertilisasi.
D. Jenis Spermatozoa
1. Spermatozoa normal

Spermatozoa normal mempunyai kepala berbentuk oval, regular dengan bagian


tengah (leher) utuh dan ekor tidak melingkar mempunyai panjang kira kira 45
mikron .Panjang kepala 3-5 mikron dengan lebar kepala 2-3 mikron .Akrosom
tampak baerwarna pink, kepala baerwarna bayangan lebih gelap di daerah
akrosom dari bagian tengah , ekor terlihat berwarna abu abu sampai violet
.Kepala membulat pada bagian kaitan dengan bagian tengah, pada semua kepala
yang masuk kategori oval.
2. Spermatozoa abnormal

Disebut abnormal bila terdapat satu atau lebih bagian spermatozoa yang tidak
semestinya. Bila kepalanya oval tapi kalau bagian tengahnya menebal maka
spermatozoa tersebut dikatakan abnormal.

Abnormalitas kepala

- Keapala oval besar ( bentuk makro ), adalah spermatozoa dengan ketentuan


spermatozoa normal, tetapi ukuran kepala spermatozoa lebih besar, yaitu kira-
kira panjang kepala > 5 mikron, lebar kepala > 3 mikron.

- Kepala oval kecil ( bentuk mikro ) adalah dengan ketentuan bila ukuran kepala
sperma lebih kecil yaitu : panjang < 3 mikron, lebar < 2 mikron.

- Kepala pipih ( bentuk lepto ). Spermatozoa yang mempunyai kepala dengan


perbandingan ukuran lebar lebih pendek dari panjangnya. Kepala sperma
kelompok ini berbentuk cerutu dengan kedua sisi sejajar yang kemudian dapat
bertemu pada satu titik. Panjang sperma > 7 mikron dan lebar sperma lebih dari
3 mikron.

- Kepala berbentuk pir. Kepala lebih menyolok berbentuk sebagai “ tetesan air
mata”, bagian runcingnya berhubungan dengan bagian tengah sperma, disini
ukuranya tidak diperhatikan.

- Kepala dua. Sperma mempunyai dua kepala yang mungkin dalam berbagai
bentuk dan ukuran termasuk ke dalam kelompok kepala 2.

- Kepala berbentuk amorfus ( bentuk terato ). Sperma mempunyai kelainan yang


bervariasi, sebagai contoh adalah kepala terpilin, terdapat cekungan konkaf
pada sisinya dan ada juga kepala berbentuk kelereng yang berwarna gelap tanpa
adanya akrosom.

Abnormalitas pada leher/bagian tengah

- Bagian tengah menebal, bila ukuran bagian tengah lebih besar dari 2 mikron
- Bagian tengah patah

- Tidak mempunyai bagian tengah.

Abnormalitas ekor

- Ekor melingkar.

- Ekor patah, yang meninggalkan sisanya setidak-tidaknya separuh dari ekor


normal.

- Ekor lebih dari satu.

- Ekor sebagai tali terpilin.

3. Spermatozoa immature

Spermatozoa immature adalah sperma yang masih mengandung sisa-sisa


sitoplasma, yang mempunyai ukuran separuh dari ukuran kepala dan masih
terkait, baik pada kepala, bagian tengah maupun pada ekor sperma.

Gambar 2. Bentuk bentuk Spermatozoa

E. Pemeriksaan Sperma

Pada pemeriksaan ini dilakukan 2 macam pemeriksaan, yaitu :

1. Pemeriksaan makroskopik
2. Pemeriksaan mikroskopik

Adapun jenis-jenis pemeriksaan makroskopik antara lain:


1. Pemeriksaan Volume Sperma
Volume semen ejakulat diukur dengan menggunakan tabung pengukur dan
diukur dalam ml.
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
➢ Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar
untuk sekali ejakulasi
➢ Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
ξ Kemudian baca hasil.
➢ Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain
bangsa lain volume.
➢ Bagi orang Indonesia volume yang normal 2 – 3 ml.
➢ Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang
dari 1 ml disebut Hypospermia.
- Hypospermia disebabkan oleh :
 Ejakulasi yang berturut-turut
 Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
 Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia disebabkan oleh :
 Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
 Minum obat hormon laki – laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika
seminalis.
2. Pemeriksaan PH Sperma
Untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam
satu penelitian dapat digunakan pH meter.
• Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 –
7,8.
• Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma
mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma
terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak
dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga
karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar
prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil,
buntu dan rusak.
3. Pemeriksaan Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik,
untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai
pengalaman untuk membaui sperma. Baunya Sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Dalam keadaan infeksi sperma berbau
busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor /
kaporit.
4. Pemeriksaan Warna Sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang
normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang
agak keabu-abuan.
- Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat
menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan atau lekospermia.
- Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan (
hemospermia).
5. Pemeriksaan Likuifaksi Sperma
Liquefaction dicek 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan).
- Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada
gangguan (semininnya jelek).
- Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica
seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
6. Pemeriksaan Viskositas (Kekentalan) Sperma
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma
sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan cara :
 Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang
pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang
panjangnya 3 – 5 cm.
- Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini
mungkin disebabkan karena:
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquefaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.
7.Pemeriksaan Fruktosa Kualitatif Sperma
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati
fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah
coklat atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin
pada sperma azoospermia.
8. Pemeriksaan aglutinasi
Terjadinya penggumpalan sperma pada saat ejakulasi. Jika terlalu encer
ketika ditampung berarti ada gengguan pada vesikula seminalis atau duktus
ejaculatorius.
Adapun jenis-jenis pemeriksaan mikroskopik antara lain :
1. Motilitas Sperma
Motilitas spermatozoa merupakan salah satu factor yang penting
dalammementukan kesuburan pria, sebab motilitas spermatozoa erat
hubungannya dalam proses fertilisasi. Adanya kegagalan pada proses
fertilisasi dapat disebabkan oleh adanya kendala, diantaranya adalah
rendahnya kualitas gerak spermatozoa. Hal tersebut dinyatakan pula oleh
WHO, bahwa motilitas spermatozoa yang rendah dapat menyebabkan
berkurangnya terjadinya konsepsi.
2. Konsentrasi spermatozoa
- Dihitung dgn hemasitometer.
Dengan menggunakan larutan George yg mengandung formalin 40% agar
spermatozoa tidak bergerak. Jumlah spermatozoa dihitung perml ejakulat &
pervolume ejakulat.
- Viabilitas
Tujuannya untuk mengetahui sprmatozoa mati / tdk walaupun spermatozoa
tidak bergerak.
• 4 golongan fertilitas :
Polyzoospermia = > 250 juta/ml
Normozoospermia = 20 – 200 jt/ml
Oligozoospermia = < 20 juta /ml
Azoospermia = 0 / ml
3. Morfologi spermatozoa
Tujuannya untuk melihat bentuk spermatozoa yg normal / abnormal.
Dihitung jumlah spermatozoanya yang bentuknya normal maupun yg
tidak normal.

4. Kecepatan sperma
Untuk mengukur kecepatan sperma digunakan kaca obyek
hemasitometer Neuauer perbesaran 400 X.
Istilah – istilah
1).Azoospermia : Bilamana tak dijumpai spermatozoa dari pemeriksaan
sedimen sentrifugasi sperma yang lebih dari satu kali.
2)Nekrozoospermia : Bilamana semua spermatozoa tidak ada yg hidup.
3).Kriptozoospermia : Bilamana ditemukan spermatozoayang
tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma.
4).Aspermia : Bila tak ada sperma yang keluar, meskipun pasien merasa
telah mengeluarkan ejakulat.
5. HOST = Hipoosmotic Swelling Test
Digunakan untuk melihat kebocoran Membran sel dan dihitung dalam
persentase (%)
Larutan HOST
Normal ➔ ekor sperma panjang & melengkung
Abnormal ➔ ekor sperma lurus & pendek
Ekor lurus = ada kebocoran membran
Ekor lengkung = tidak ada kebocoran membran.
6. Viabilitas
Keadaan sperma hidup atau mati. Sperma yang tidak bergerak belum
tentu mati, sehingga perlu dibedakan antara spermatozoa yang hidup dan
mati. Dengan cara ini dapat dipastikan apakah spermatozoa yang tidak
motil tersebut hidup atau mati.
7. Autoaglutinasi
Yaitu spermatozoa yang saling melekat satu sama lain. Pelekatan dapat
terjadi di bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.
BAB III

ALAT DAN BAHAN

1. Alat
▪ Mikroskop
▪ Objec glass
▪ Deck glass
▪ Kertas lakmus
▪ Counter sperm cell
▪ Neubauer
▪ Pipet mikro
▪ Pipet tetes
▪ Tabung reaksi
▪ Batang kaca

2. Bahan
▪ Semen ejakulat
▪ Larutan eosin
▪ Alkohol 96%
▪ Larutan Giemsa
▪ Larutan George
▪ Larutan HOST
▪ Emersi oil
▪ Aquadestilata
BAB IV

CARA KERJA

1. Persiapan dan Sampling


a. Persiapan dan Persyaratan
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu
melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-
dikitnya selama 3 hari (3 x26 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka
waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel
yang baik. Tetapi untuk baiknya pasien dimintasupaya tidak mengadakan
kegiatan seksual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknyadilakukan
pagi hari sebelum melakukan aktivitas, sedekat mungkin sebelum
pemeriksaanlaboratorium.
b. Cara Memperoleh Sperma

Banyak penderita tidak mengerti bagaimana cara memeriksakan sperma. Kita


harus maklum, bahwa pemeriksaan sperma lain dengan pemeriksaan kencing
atau tinja, karena bahan-bahan yang terakhir itu dengan wajar dapat
dikeluarkan oleh penderita. Tetapi masalahmemperoleh sperma yang akan
diperiksa merupakan persoalan tersendiri untuk penderita. Halini dapat
dimengerti, sebab tidak pada setiap kesempatan seseorang dapat
mengeluarkansperma. adapun cara-cara yang digunakan untuk memperoleh
sampel sperma yaitu dengan;

1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan.
Tindakan ini berupa menggosok kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang,
sampai terjadi ketegangan dan pada klimaks akan keluar sperma. Sebelum
melakukan masturbasi hendaknya penis dicucidahulu agar tidak tercemar
oleh kotoran untuk mempermudah masturbasi kadang-kadangdalam
menggosok penis diberi pelicin misalnya sabun, krim atau jelly. Tetapi saat
dipakaijangan sampai mencapai lubang keluarnya sperma. Kebaikan dari
cara ini, di sampingmenghindari kemungkinan tumpah ketika menampung
sperma, juga pencemaran sperma dari zat-zat yang tak diinginkan dapat
dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknyadari botol kaca yang
bersih, kering dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat laindengan
syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan
keluar sperma. Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh
sampel sperma untuk diperiksa, namun cara ini kurang baik karena hasilnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil
pemeriksaannya mendapatkan hasil dimana jumlah spermatozoanya di
bawah kriteria normal (oligosperma). Tetapi cara ini kelemahannya
dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam vagina sehingga tidak
sesuai lagi untuk pemeriksaan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa
sperma yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi beberapa
tahap, paling sedikit duatahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat
yang mengandung spermatozoa yangterbanyak, sedangkan tahap yang
kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit saja atau bahkan sering tidak
dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi fruktosa yangterbanyak.
Dalam pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus tidak
menjamin bahwa sebagian besar atau sebagian kecil terlanjur dikeluarkan
di vagina sehinggamengakibatkan kita memperoleh sampel sperma yang
tidak lengkap, sehingga memberikan hasil yang tidak sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom untuk
menampung mani tidak dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-zat
pada permukaan karet kondom mengandung suatu bahan yang bersifat
spermicidal yangmempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh
spermatozoa, biarpun kondom sudah dicuci dan dikeringkan. selain
daripada itu kemungkinan terjadi tumpahnya sperma sewaktu pelepasan
kondom atau menuangkan ke botol penampung. Tetapi ada
beberapakondom khusus yang dipergunakan untuk keperluan penampungan
sperma, karena bahan dipakai tidak bersifat spermasida.
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah
dengan vibrator. Alat ini mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik
dengan permukaanhalus, dapat digerakkan dengan baterai yang
menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalauditempelkan pada glans penis,
akan menimbulkan rasa seperti mastrubasi dan dengan fibrasi yang cukup
lama, diharapkan sperma akan keluar.
5. Refluks pasca senggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. cara ini tidak dianjurkan
karenadipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma
tercampur dengan sekretvagina, sehingga akan didapatkan hasil yang tidak
mencerminkan keadaan sesungguhnya.
6. Wadah penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau
plastik yang bermulut lebar dan yang lebih dahulu dibersihkan dan
dikeringkan. Wadah harus dapat ditutupdengan baik untuk menjaga jangan
sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran
mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya
kepadalaboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu
pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.
7. Penyerahan Sampel Sperma
Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya
diserahkan kepada petugas laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan
karena beberapa parameter spermamempunyai sifat mudah berubah oleh
karena pengaruh luar. Sperma yang dibiarkan begitu sajaakan berubah pH,
viskositas, motiltas dan berbagai sifat biokimianya.
8. Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat
pengeluaran sperma dan lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat
pula ditetapkan. Hal ini tergantungdari kesiapan pasien dan kesiapan
laboratorium. Walau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita
maupun laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat
dilakukan.Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma
secepatnya diperiksa. Spermaharus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh
sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20 derajat celcius atau dipanaskan
diatas 40 derajat celcius .Oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi
motilitas dan viabilitas spermatozoa.
9. Hal-hal lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia
janganlah minum obat-obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang
seks, tonikum atau semacamnya. Hal ini diperlukan agar benar-benar
sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat-obatan. Kalau perlu
dicatat obat yang dimakan dala 1-2 minggu sebelum analisa dilakukan.

2. Pemerikasaan makroskopik
a. Likuifaksi : semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, yaitu dibiarkan
semen sekitar 20 menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi.
b. Warna semen : diamati dengan mata telanjang.
c. pH : setetes sperma disebarkan secara merata di atas kertas pH. Setelah 30 detik
warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian dibandingkan dengan
kertas kalibrasi untuk dibaca pHnya.
d. Volume semen : diukur dengan gelas ukur atau dengan cara menyedot sluruh
siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur.
e. Viskositas atau konsistensi : ditaksir dengan cara memasukkan tangkai kaca
ke dalam siapan dan kemudian mengamati benang yang terbentuk pada saat
batang tersebut dikeluarkan . panjang benang tidak bolh lebih dari 2 cm.
f. Aglutinasi spontan : melihat secara langsung keadaan semen setelah
diejakulasi, apakah terjadi penggumpalan atau tidak.
g. Bau semen : dengan mengamati secara langsung.
3. Pemeriksaan mikroskopik
a. Motilitas sperma
▪ Buat preparat basah dari semen
▪ Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x
▪ Hitung dengan presentase dari 100 sperma dengan ketentuan
a. Progresif lurus : bergerak lurus ke depan lincah dan cepat.
b. Progresif lambat : bergerak ke depan tetapi lambat.
c. Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahan tempat,
biasanya bergetar di tempat, berputar atau melompat.
d. Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diam di tempat.
▪ Biasanya 4-6 lapangan pandangan yang harus diperiksa untuk mendapat
seratus sperma secara berurutan kemudian diklasifikasi sehingga
menghasilkan persentase setiap kategori motilitas.
b. Konsentrasi sperma
▪ Siapan yang telah diencerkan harus diaduk dengan baik dan kemudian 1
tetes diletakkan di atas homositometer neubauer lalu ditutup dengan kaca
tutup (deck glass).
▪ Larutan george/JOS dengan pengenceran 1000 x (50 µL sperma + 950 µL
larutan george)
▪ Untuk menentukan jumlah sperma dalam semen dalam juta/mL, bagikan
jumlah sperma yang ditemukan dengan faktor konversi.
Misalnya 10 kotak : n x 10000 x faktor pengenceran (20) x2,5
Gambar 3 : Alat hemasitometer neubaeuer

Gambar 4 : Kisi-kisi pada hemasitometer Neubaeuer

c. Morfologi spermatozoa
▪ Teteskan semen pada objec glass dan dibuat apusan setipis mungkin dan
dibiarkan kering di udara
▪ Fiksasi dengan alkohol 96 % selama 15 menit
▪ Teteskan giemsa dan biarkan selama 20 menit
▪ Cuci dengan aquades mengalir dan biarkan kering
▪ Periksa di bawah mikroskop dengan emersi oil
▪ Menentukan prosentase morfologi spermatozoa : dengan membedakan
bentuk spermatozoa yang normal dan abnormal dan dihitung prosentasenya.
d. Hipoosmotic Swelling Test (HOST)
▪ 100 mikroliter semen dicampur dalam 1 mL larutan HOST dan didiamkan
selama 1 jam
▪ Lalu ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 400x
▪ Hitung 100 spermatozoa, spermatozoa yang ekornya melengkung berarti
tidak ada kebocoran membran sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus
berarti ada kebocoran.
e. Viabilitas
▪ Teteskan semen pada objek glass lalu tambahkan 1 tetes larutan eosin Y 0,5
% kemudian diaduk rata
▪ Amati dengan pembesaran 400x
▪ Hitung 100 sperma :
Mati : terwarnai
Hidup : tidak terwarnai
f. Kecepatan rata-rata sperma
- Hemositometer Neubaeur gunakan kotak yg kecil (16 kotak)
- Stop watch
g. Jumlah sperma total
N(kons.sperma) x Volume sperma
INTERPRETASI HASIL ANALISIS SEMEN
• Untuk mengetahui hasil dari analisis semen diperlukan 3 parameter pokok
yaitu :
1. Jumlah spermatozoa / ml
2. Persentase motilitas spermatozoa yang geraknya baik
3. Persentase morfologi spermatozoa normal
• Motilitas sperma dipengaruhi oleh keadaan plasma semen & spermatozoa.
• Parameter yg relevan untuk fertilitas : jumlah, motilitas & morfologi.
• Nilai parameter < normal perlu perhatian
• Hal ini untuk mengetahui yang rasional dari defisiensi sperma & untuk
mencapai suatu kehamilan bagi pasangan infertil.

Nomenklatur Jumlah % Motilitas % Morfologi


sperma sperma ( % ) sperma
(Juta/ml) (%)

Normozoospermia > 20 > 50 > 50

Oligozoospermia < 20 > 50 > 50

Astenozoospermia > 20 < 50 > 50

Teratozoospermia >20 > 50 < 50

Oligoastenozoospermia < 20 < 50 > 50

O.A.T. < 20 < 50 < 50

Oligoteratozoospermia < 20 > 50 < 50

Polizoospermia > 250 > 50 > 50


BAB V

HASIL PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan Nilai normal
Waktu likuifaksi 15menit 15 - 20 menit
Warna semen Putih mutiara Putih mutiara
pH 7 7,2 – 7,8
Volume 1,9 Ml 2 – 6 mL
Viskositas Normal Normal
Aglutinasi spontan Negatif Negatif
Bau semen Khas ( bunga akasia ) Khas

2. Pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan Nilai normal
Motilitas sperma 60 %
a. Progresif lurus 59%
b. Progresif lambat 11% a > 25 %
c. Gerak di tempat 18% a + b > 50 %
d. Tidak bergerak 0%
Konsentrasi sperma 20,5jt/ml >20jt/ml
Jumlah sperma total 38,95jt/ml >40jt/ml
Autoaglutinasi sperma Negative Negative
Morfologi Sperma 64% ≥ 30 % normal
Normal
Uji HOST 67% ≥ 60 %
Kecepatan sperma 2,25 menit ≥ 1,5 menit
Viabilitas 61% ≥ 70 %
Sel Leukosit - ≤ 3/LPB
Sel Eritrosit Negative Negative
Sel Epitel 1 ≤ 2/LPB
BAB VI

PEMBAHASAN

Seperti diketahui bahwa analisis sperma dilakukan untuk mengetahui dan


menentukan kualitas sperma seseorang. Pada analisis sperma dilakukan pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik meliputi :

1. Waktu likuifaksi
Waktu likuifaksi normal adalah antara 15-20 menit dan pada pemeriksaan sperma
pendonor didapatkan waktu likuifaksinya adalah 15 menit.
2. Warna semen
Warna semen yang normal adalah berwarna putih mutiara. Jika terdapat warna
kemerahan terlihat bahwa adanya perdarahan (dijelaskan pada bab teori). Pada
sperma pendonor ditemukan warna semen putih mutiara, hal ini mengindikasikan
bahwa semen pendonor normal.
3. pH
pH normal berada dalam kisaran 7,2-7,8, dan dari hasil pengukuran pH dengan
menggunakan pH meter didapatkan pH pendonor adalah 7. Hal ini menunjukkan
bahwa pH pendonor normal.
4. Volume
Volume normal pada sperma adalah 2-6 ml. Jika volume lebih dari 8 ml disebut
hiperspermia sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut hiospermia. Pada hasil
pemeriksaan, volume sperma pendonor adalah 1,9 ml, dan hal ini mengindikasikan
bahwa volume sperma pendonor dalam keadaan abnormal
5. Viskositas
Viskositas yang diperiksa secara subjektif menggunakan pipet atau batang
pengaduk normalnya akan terbentuk benang yang panjangnya 3-5 cm. Pada sperma
pendonor hasil viskositasnya berada dalam keadaan normal.
6. Aglutinasi Spontan
Pada sperma normal tidak ditemukan adanya aglutinasi spontan, begitu juga yang
ditemukan pada sperma pendonor (aglutinasi spontan negatif).
7. Bau Semen
Bau semen pada sperma normal adalah berbau khas seperti bunga akasia. Bau yang
tercium pada semen pendonor adalah berbau khas seperti bunga akasia.

Kemudian dilakukan juga pemeriksaan mikroskopik pada sperma yang terdiri


dari :

1. Motilitas Sperma
Yang dinilai pada pemeriksaan motilitas sperma adalah sperma dengan motilitas
progressif lurus, progressif lambat, gerak ditempat, dan tidak bergerak. Pada
sperma pendonor diketahui bahwa 59% progressif lurus, 11% progressif lambat,
12% gerak ditempat, dan 0% tidak bergerak.
2. Konsentrasi Sperma
Konsentrasi serma dalam keadaan normal adalah ≥ 20 juta/ml. Pada sperma
pendonor konsentrasi sperma nya adalah 20,5 juta/ml. Berarti sperma pendonor
dalam keadaan yg normal.
3. Jumlah Sperma Total
Jumlah sperma total normal nya adalah ≥ 40 juta/ml. Pada pemeriksaan, jumah
sperma total dari pendonor adalah 38,950 juta/ml. Hal ini dibawah normal jumlah
sperma yang normal
4. Autoaglutinasi Sperma
Pada pemeriksaan autoaglutinasi normalnya tidak ditemukan (negatif) dan pada
sperma pendonor, autoaglutinasi juga tidak digunakan (negatif).
5. Morfologi Sperma Normal
Uji morfologi sperma normal adalah ≥ 30% yang mempunyai bentuk normal, dan
pada pemeriksaan sperma pendonor morfologi sperma normalnya adalah ≥ 64%.
6. Uji HOST
Uji HOST pada sperma normal akan didapatkan hasil ≥ 60%. Pada sperma
pendonor hasil dari uji HOST nya adalah 67%.
7. Kecepatan Sperma
Kecepatan sperma normal adalah ≥ 1,5 menit. Pada pemeriksaan kecepatan sperma
dari pendonor adalah 2,25 menit.
8. Viabilitas
Viabilitas normal pada sperma adalah ≥ 70%. Pada pemeriksaan sperma pendonor,
viabilitasnya adalah 61%. Sehingga masih dapat dikatakan normal.
BAB VII

KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang dibuat dapat disimpulkan bahwa untuk


mengetahui keadaan sperma normal . Sperma didapatkan langsung dari pendonor
sperma. Kami melakukan beberapa pemeriksaan guna mengidentifikasi semen itu
sendiri, yakni pemeriksaan makroskopik dan pemeriksaan mikroskopik. Pada
pemeriksaan makroskopik yang meliputi pemeriksaan PH, bau, warna, volume,
likuifaksi, viskositas atau konsistensi, aglutinasi spontan. Dan pemeriksaan
mikroskopik yang meliputi motilitas sperma untuk menegtahui berapa persen dari
sperma pendonor yang masuk kategori ( a=progresif lurus, b=progresif lambat,
c=gerak di tempat, dan d=tidak bergerak ), konsentrasi sperma, jumlah sperma total,
autoaglutinasi sperma, morfologi sperma normal, Uji HOST, kecepatan sperma,
viabilitas, sel leukosit, sel eritrosit, dan sel epitel.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan makroskopik dan


mikroskopik semen pendonor secara keseluruhan tampak normal. Namun ada
beberapa juga yang tidak normal seperti jumlah sperma total dan volume sperma
yang keluar saat ejakulasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R. Penenuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.


Sherwood, Lauralee. Human of Physiology : From Cell To System 2nd EGC.
id.wikipedia.org
www.radiologyinfo.org
Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu kandungan.2008
Kamus besar Dorlan.ed 29
Handout analisis sememn pada manusia fk upn

Anda mungkin juga menyukai