Anda di halaman 1dari 2

SOP PEMERIKSAAN SPERMATOZOA

DI LABORATORIUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2

Tanggal Terbit: Ditetapkanoleh:


STANDAR Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Venny Permita Sari
NIK: 16216111
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai fungsi organ reproduksi pria,
PENGERTIAN meliputi pemeriksaan motilitas, vitalitas, jumlah serta morfologi sperma
pada cairan semen pria
Untuk mengetahui apakah seorang pria fertile atau infertil
TUJUAN
a. UU RI No. 36 th 2009 tentang kesehatan
b. Kepmenkes RI No.364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium
KEBIJAKAN
Kesehatan
c. Kepmenkes RI No.37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
III.    ALAT
1.        Wadah/pot dengan penutup
2.        Kertas Label
3.        Gelas ukur 5 atau 10 ml
4.        Kertas indikator
PROSEDUR 5.        Mikroskop binokuler
6.        Kamar Hitung Improved Neubauer
7.        Pipet Leukosit
8.        Aquadestilata
9.        Minyak Imersi
10.    Objective dan Cover Glass
11.    Gelas Bejana  
2. REAGEN
1.        Eosin 0,5%
2.        Giemsa
3.        Wright
4.        Metil alkohol/ methanol
IV.   3. CARA KERJA
A. Memperoleh Sampel:
 Pasien diminta selama 3 – 5 hari tidak melakukan kegiatan

sexual Pengeluaran ejakulat sebaiknya pagi hari   Jarak dengan


laboratorium sedekat mungkin Air mani ditampung di dalam gelas
atau plastik bermulut lebar (sebelumnya  dibersihkan dan
dikringkan terlebih dahulu) dan diberi label yang tertulis: Nama,
Waktu (Jam) pengeluaran air mani dicatat serta segera diantar ke
laboratorium.

B. Pemeriksaan Makroskopis:
Terhadap volume, warna, pH, kekeruhan dan kentalnya air
mani, hitung (ukur) volume air mani dengan memindahkan
ejakulat ke dalam gelas ukur 5  atau 10m dan volume baru dapat
diukur setelah mani mencair  Catat warna dan kekeruhan air
maniCelupkan kertas indikator ke dalam wadah yang berisi air
mani dan cocokkan de ngan skala war pH kemudian catat pH nya.
C. Pemeriksaan Mikroskopis:
1. Uji Motilitas
Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di
atas  objective glass dan tutup dengan cover glass  pemeriksaan
dilakukan dengan lensa objektif 40X Perhatikan berapa %
spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula waktu yang
sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin banyak waktu
lewat semakin  berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya
motolitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan
sampelCampurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5%
dalam air, untuk membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak
aktif dari yang mati. Untuk spermatozoa yang mati  akan 
memberi  warna  kemerah-merahan  dan yang  non-aktif saja tidak
berwarna
2. Jumlah Spermatozoa
Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar
hitung Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet
leukosit  Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah
pipet leukosit dengan   air mani yang sudah mencair dengan
aquadest sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai
garis bertanda 11 Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung
Improved Neubauer pada permukaan  seluas 1 mm2  Jumlah yang
dihitung dikalikan 200.000 untuk mendapatkan jumlah
spermatozoa dalam1 ml mani pemeriksaan jumlah spermatozoa
perlu disarankan untuk dilakukan hitung ulang pada lain waktu
karena kualitas air mani seseorang akan berbeda-beda dari satu
waktu ke waktu yang lain
3. Morfologi:
  Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi
biarkan mengering pada hawa udara kemudian lakukan fiksasi
dengan metilalkohol  (methanol) selama 5 menit selanjutnya
diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainnya periksalah
morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X menggunakan
minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa)  Hitung % kelainan
(abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu
memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada ekor,
ada dua ekor, ekor amat pendek dsb)
4. Jumlah Leukosit:
Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung
Improved Neubauer seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah
dan  catat jumlah leukositnya.
1. DPJP
2. Instalasi Laboratorium
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Unit Gawat Darurat

Anda mungkin juga menyukai