Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Saya panjatkan
puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang teknik sampling urinalisis.

Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa serta isinya. Oleh karenanya Saya dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik agar Saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata, Saya berharap semoga makalah ilmiah tentang teknik sampling perikardium ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi pada pembaca.

Cimahi, 2018

Penyusun
Contents
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1
BAB 1................................................................................................................................................. 3
Pendahuluan ................................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................................ 5
Pembahasan .................................................................................................................................... 5
BAB III............................................................................................................................................. 31
PENUTUPAN .............................................................................................................................. 31
Bibliography ..................................................................................................................................... 32
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani kuno artinya
adalah benih makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan
membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom
lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.

Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-laki. Sel sperma memiliki
jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma manusia terdiri atas kepala yang
berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm.

Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan
ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher
menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak
maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Apa saja organ penghasil sperma?
- Apa saja jenis spesimen sperma dan komponennya ?
- Bagaimana teknik pengambilan sampel sperma ?
-Bagaimana cara mengelola spesimen sperma ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah perikardium yaitu:


- Mengetahui proses terbentuknya sperma beserta organnya
- Mengetahui komponen sperma dan jenis spesimennya
- Mengetahui teknik pengambilan sampel sperma
- Mengetahui cara pengelolaan sampel sperma
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Sperma

Sperma adalah sel reproduktif jantan pada vertebrata yang mengandung setengah set
kromosom. Sistem reproduksi laki-laki menciptakan sperma yang diproduksi di tubulus
seminiferus dalam setiap testis. Kepala sperma mengandung DNA, yang bila
dikombinasikan dengan DNA telur, akan membuat individu baru. Ujung kepala sperma
adalah bagian yang disebut akrosom, yang memungkinkan sperma untuk menembus sel
telur.

Bagian tengah mengandung mitokondria yang memasok energi ekor yang diperlukan
untuk bergerak. Ekor bergerak dengan gerakan seperti cambuk bolak-balik untuk
mendorong sperma menuju sel telur.
Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis. Pada tubulus seminiferus
terdapat dinding yang terlapisi oleh sel germinal primitif yang mengalami kekhususan. Sel
germinal ini disebut spermatogonium (jamak = spermatogonia). Setelah mengalami
pematangan, spermatogonium memperbanyak diri sehingga membelah secara terus-
menerus (mitosis). Sedangkan sebagian spermatogonium yang lain melakukan
spermatogenesis.

Spermatozoa mamalia dihasilkan melalui spermatogenesis dalam gonad jantan (testis)


melalui pembelahan meiosis. Proses spermatozoon awal memakan waktu sekitar 70 hari.
Tahap spermatid adalah di mana sperma mengembangkan ekor. Tahap berikutnya dimana
ia menjadi sepenuhnya matang memakan waktu sekitar 60 hari dan selanjutnya
disebut spermatozoa. Sel sperma dikeluarkan dari tubuh laki-laki dalam cairan yang
dikenal sebagai air mani.

Sel sperma yang bergerak disebut juga dengan spermatozoa, sedangkan sel sperma yang
tidak bergerak disebut dengan spermatium. Sel sperma terkandung di dalam cairan semen.
B. Struktur Sperma
Sperma berbentuk seperti kecebong dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan
ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher
menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak
maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala.

 Kepala

Kepala pada sel sperma berbentuk lonjong dan terdapat inti sel (nucleus) dengan
kadungan informasi genetic berupa DNA di dalamnya. Informasi genetic inilah yang akan
bertemu dengan informasi genetic dari sel telur dan akan menentukan apakah janin nya
seorang laki-laki ataupun perempuan. Kepala sperma berbentuk lonjong, mengandung
nukleus (inti), inti tersebut mengandung DNA atau informasi genetik yang akan
diwariskan nantinya.

Pada kepala sperma juga terdapat enzim-enzim, seperti enzim hialuronidase, yang
berfungsi untuk menembus lapisan koronaradiata pada ovum dan enzim akrosin yang
menembus zona pelusida. Pada kepala sel sperma ini juga diselubungi oleh dua enzim
yang membantu sel sperma untuk menembus pertahanan reproduksi wanita.
Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung
inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan
di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom
mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan
pelindung ovum.

 Midpiece

Bagian tengah sperma ini dibungkus oleh mitokondria yang merupakan sumber energi bagi
sperma yang berguna sebagai sumber energy bagi sel sperma dalam menjalankan
aktivitasnya. Di dalam mitokondria ini, terdapat 11 buah mikrotubulus, serta mempunyai
ATP-ase untuk menghidrolisis (mengolah ATP sebagai bahan utama sumber energi).
Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi
untuk pergerakan sperma.
 Ekor

Ekor sperma berupa flagella (alat gerak) berbentuk sitoskeleton yang berukuran panjang
yang berfungsi untuk mendorong sperma kedepan, dengan kecepaatan 30 inci / jam. Ekor
(cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferens dan ductus
ejakulotoris.
C. Kelainan Pada Sperma

 Kelainan bentuk sperma (morfologi)

Kelainan sperma ini mengacu pada kelainan bentuk sel-sel sperma. Setidaknya,
sperma dinyatakan masih dapat berfungsi dengan baik jika memiliki 4%
sperma yang berbentuk normal. Untuk melihat kelainan sperma ini, sperma
harus diperiksa di bawah mikroskop.
 Kelainan gerakan sperma (motilitas)

Motilitas adalah persentase sperma yang bergerak. Agar terjadi fertilisasi,


sperma harus berenang ke saluran reproduksi wanita untuk membuahi telur.
Kemampuan berenang menuju tujuan adalah penting. Motilitas total mengacu
pada setiap gerakan, sedangkan motilitas progresif mengacu pada sperma yang
meneruskan gerakan baik dalam garis atau dalam lingkaran besar. Pergerakan
atau motilitas sperma juga jadi faktor penentu terjadinya pembuahan, karena
sperma hanya bisa bertahan hidup dalam waktu singkat.

 Kelainan jumlah sperma

Jumlah sperma yang normal bagi seorang pria adalah minimum sekitar 39 juta
sperma per ejakulasi. Seseorang yang memiliki jumlah sperma lebih rendah
dari jumlah normal, terkadang disebut sebagai oligospermia. Jika tidak ada sel
sperma yang ditemukan, ini bisa disebut sebagai azoospermia.
D. Komposisi Air Mani

Sel sperma adalah satu bagian dari air mani dan hanya bisa dilihat menggunakan
mikroskop. Sedangkan air mani adalah cairan keputihan dan kental yang
dikeluarkan oleh penis.

1. Fruktosa
a. Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
b. Berada dalam plasma semen
c. Sumber energi bagi motiitas spematozoa
d. 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Menjaga keseimbangan osmotik semen
c. Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar
prostat.
d. Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion
3. Spermin
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
c. Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
b. Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi
kelangsungan hidup spermatozoa.
6. Prostaglandin
a. Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
b. Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan
untuk vasodilatasi pembuluh darah.
c. Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan
mengurangi gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
b. Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.
E. Organ

Sperma dan semen diproduksi di organ genitalia pria. Organ genitalia pria dibedakan
menjadi organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Organ genitalia interna terdiri
dari testis, epididimis, duktus deferen, funiculus spermaticus, dan kelenjar seks tambahan.
Organ genitalia eksterna terdiri dari penis, uretra, dan skrotum.
F. Teknik Sampling
1. Alat dan Bahan

Handuk basah Bola Kapas


Wadah Penampung Kondom (bila diperlukan)
2. Cara Pengambilan
a. Persiapan
 Seseorang yang akan diperiksan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu melakukan
pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3
hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu
sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik. Tetapi untuk
baiknya pasien diminta supaya tidak mengadakan kegiatan seksual selama 3-5 hari.
 Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktifitas,
sedekat mungkin sebelum pemeriksaan laboratorium.
 Sampel harus dikumpulkan di ruang pribadi dekat laboratorium, dengan tujuan
agar membatasi paparan air mani terhadap fluktuasi suhu dan untuk mengontrol
waktu antara pengumpulan dan analisis.
 Pria harus diberikan instruksi tertulis dan lisan yang jelas mengenai pengumpulan
sampel air mani. Ini harus menekankan bahwa sampel semen harus lengkap dan
bahwa pria harus melaporkan kehilangan fraksi sampel.
 Informasi berikut ini harus dicatat pada formulir laporan: nama pria, tanggal lahir
dan nomor kode pribadi, periode berpantang, tanggal dan waktu pengumpulan,
kelengkapan sampel, kesulitan dalam memproduksi sampel, dan interval antara
pengumpulan dan dimulainya analisis semen.
 Peroleh Informed consent sebelum dilakukan pengambilan sampel.

Ruang pengambilan sample


c. Pengambilan
a) Pengumpulan semen untuk tujuan diagnostik atau penelitian
1. Pasien mencuci tangan dan penis dengan handuk basah atau bola-bola kapas (Jika
pasien tidak disunat, tarik kulit ujung terluar dari penis dan bersihkan)
2. Bilas area yang dibersihkan dengan handuk baru atau bola-bola kapas yang telah
dibasahi air
3. Pastikan penis telah kering sebelum pengambilan sampel
4. Buka tutup wadah penampung. Pastikan wadah bersih dan kering.
5. Sampel harus dikumpulkan dengan masturbasi ke dalam wadah.
6. Setelah selesai, tutup wadah dengan rapat.
7. Pasien mencatat waktu pengambilan dan mengirimkan sampel. Beri catatan bila
sampel tidak lengkap.
b) Pengumpulan semen steril untuk analisis mikrobiologi

Dalam situasi ini, kontaminasi mikrobiologi dari sumber non-semen (misalnya organisme
komensal dari kulit) harus dihindari. Wadah spesimen, tip pipet dan pipet untuk
pencampuran harus steril.

1. Pasien harus buang air sebelum melakukan pengambilan.


2. Pasien harus menuci tangan dan penis dengan sabun, untuk mengurangi risiko
kontaminasi
3. Bilas sabun dengan air
4. Keringkan tangan dan penis dengan handuk sekali pakai yang baru.
5. Dilakukan mastrubasi, Ejakulasikan ke dalam wadah steril.
6. Untuk sampel ini, harus segera diperiksa. Waktu antara pengumpulan sampel air
mani dan dimulainya penyelidikan oleh laboratorium mikrobiologi tidak boleh
melebihi 3 jam.
c) Pengambilan semen dengan kondom
1. Sampel dapat dikumpulkan dalam kondom hanya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan, seperti ketidakmampuan untuk menghasilkan sampel dengan
masturbasi.
2. Pasien diberi kondom khusus yang telah dirancang tidak beracun untuk sperma
3. Pasien diberi informasi tentang cara menggunakan kondom dan cara menutupnya
4. Setelah selesai pengambilan sampel, ikat kondom dengan ikatan simpul
5. Masukkan dalam wadah bersih
6. Jika terdapat rambut kemaluan atau benang yang jatuh dari baju dalam wadah,
jangan diambil.
7. Tutup wadah, pastikan tertutup rapat
8. Pasien harus mencatat waktu pengambilan sampel dan mengirimkan sampel ke
laboratorium
d) Pengambilan semen dengan Bedah/Operasi

Ada berbagai metode pengambilan sperma pilihan bedah yang tersedia dalam
rangka untuk mengambil sperma dari dalam saluran kelamin. Jenis pengambilan sperma
pria mengalami bedah tergantung pada mengapa sperma absen dari ejakulasi. Semua jenis
prosedur RSK dianggap operasi kecil dan umumnya memerlukan bius lokal serta periode
pemulihan hanya beberapa hari.

1. PESA (Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration )

Merupakan jenis operasi yang paling cocok bila kemandulan pria disebabkan oleh tidak
adanya vas deferens bawaan atau oleh adanya jaringan parut. Hal ini umumnya digunakan
ketika tidak ada sperma hadir.

Prosedur pengambilan sperma tidak memerlukan operasi. Prosedur ini dilakukan di


bawah administrasi bius lokal dan biasanya membutuhkan waktu 20 menit.

1) Jarum dimasukkan melalui skrotum melalui epididimis dalam rangka untuk


menghapus cairan dari dalam.
2) Dikumpulkan 10 sampai 20 juta sperma dalam pengambilan sperma, yang berarti
bahwa beberapa aspirasi dalam satu atau kedua testis yang diperlukan. Sperma
dikoleksi dari epididimis sperma dalam satu atau keduanya.
2. TESA ( Testicular Sperm Aspiration)

Paling cocok dalam kasus-kasus ketika penyebab infertilitas pria adalah karena
penyumbatan dalam epididimis yang ditemukan dekat dengan testis, sehingga mencegah
sperma masuk ke epididimis.

Hal ini juga digunakan untuk mengobati masalah ketidaksuburan laki-laki ketika
penyumbatan pada testis atau ketika jumlah sperma cukup rendah sehingga sperma tidak
dapat mencapai ejakulasi adalah mencegah beberapa dari berhasil hamil. proses
pengambilan sperma menggunakan jarum untuk mengumpulkan sperma.
PESA
TESA
d. Pada pengambilan spesimen yang dilakukan oleh pasien itu sendiri, Jarang ada
komplikasi yang terjadi. Namun pada pengambilan spesimen dengan bedah,
terdapat komplikasi yaitu :
 akumulasi cairan di jaringan, nyeri;
 akumulasi darah internal (hematokel);
 Hematoma superfisial di daerah tusukan;
 reaksi inflamasi ( radang epididimis atau langsung dari testis).
e. Pengepakan dan Pengiriman
 Sampel semen mungkin mengandung agen infeksi berbahaya (mis.HIV,virus hepatitis
atau virus herpes simpleks) dan karena itu harus ditangani sebagai biohazard.
 Wadah spesimen harus disimpan pada suhu kamar, antara 20 ° C - 40 ° C
 Wadah spesimen dan formulir permintaan harus diberi label dengan nama pasien,
periode pantangan seksual, dan tanggal dan waktu pengambilan spesimen.
 Wadah sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml.
 Spesimen jika disimpan pada suhu ruangan tidak boleh lebih dari satu jam
 Sebelum dilakukan pemeriksaan spesimen sebaiknya disimpan di dalam inkubator (37
derajat celcius)
1. Wadah diberi label: berisi nama pasien beserta tanggal pengambilan spesimen
2. Taruh botol yang sudah disegel: dalam suatu tabung alumunium dengan tutup
berulir
3. Masukan botol spesimen ke dalam tabung: dengan dilapisi kapas yang dapat
menyerap cairan
4. Tempelkan formulir permintaan: di sekeliling permukaan tabung, Catat apabila ada
semen yang tidak tertampung
5. Taruh tabung dalam kardus/kotak/peti kayu: dilabeli MENDESAK, MUDAH
PECAH, dan sesuai dengan sifat spesimennya misalnya INFEKSIUS
6. Sampel dikirim tidak lebih dari satu jam setelah pengambilan
7. Selama pengiriman harus disimpan pada suhu 20 – 37 derajat celcius
BAB III
PENUTUPAN

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi sperma yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.

Penyusun banyak berharap pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.
Bibliography
Anonim. (2018). Pengertian dan Proses Pembentukan Sperma. Dipetik December 5, 2018, dari
podfeeder.com: http://www.podfeeder.com/pengetahuan/pengertian-dan-proses-
pembentukan-sperma/

Strasinger, S. K., & Di Lorenzo, M. S. (2014). Urinalysis and Body Fluids sixth edition. Philadelphia:
F. A Davis Company.

WHO, D. o. (2010). WHO Laboratory Manual for Examination and Processing of Human Semen
fifth edition. WHO.

Wijaya, A. T. (2017, Mei 30). Sperma. Dipetik December 5, 2018, dari Kerjanya.net:
http://www.kerjanya.net/faq/10769-sperma.html

Anda mungkin juga menyukai