Pengertian Reproduksi
Reproduksi merupakan proses terbentuknya individu baru. Reproduksi bertujuan untuk melestarikan
spesies agar tidak punah. Reproduksi pada manusia tergolong reproduksi seksual. Sistem reproduksi
manusia melibatkan induk jantan dan induk betina. Dalam sistem reproduksi manusia, tiap-tiap induk
mempunyai organ reproduksi.
2. Tujuan Reproduksi
Untuk melestarikan keturunan sehingga terhindar dari kepunahan adalah tujuan dari reproduksi. Untuk
melestarikan keturunannya, suatu makhluk hidup harus berkembang biak. Hal ini sangat berkaitan
dengan kenyataan bahwa suatu makhluk hidup tersebut akan mati, maka jumlahnya akan menyusut.
Testis
Saluran reproduksi
Kelenjar reproduksi
Penis
Skrotum
Organ reproduksi dalam merupakan organ reproduksi yang ada di dalam tubuh. Yang terdiri dari testis,
saluran reproduksi dan kelenjar reproduksi.
a. Testis
Testis memiliki bentuk bulat telur dan berjumlah sepasang, terdapat pada skrotum (zakar). Testis
merupakan tempat pembentukan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin (testosteron).
Setiap harinya, seorang laki-laki dewasa menghasilkan lebih dari seratus juta sperma. Pembentukan
sperma ini terjadi di dalam dalam saluran sempit yang dinamakan tubulus seminiferus. Pada dinding
tubulus seminiferus terdapat calon-calon sperma (spermatogonium yang diploid). Di antara tubulus
seminiferus terdapat sel-sel interstisium atau sel-sel Leydig. Sel-sel ini menghasikan hormon testosteron
dan hormon androgen lainnya. Selain itu, terdapat pula sel-sel berukuran besar yang berfungsi
menyediakan makanan bagi spermatozoa, sel ini disebut sel sertoli.
Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap perkembangan kelamin sekunder pada seorang laki-
laki. Ciri-ciri kelamin sekunder pada seorang laki-laki antara lain:
Hormon testosteron ini juga akan menentukan sikap mental seorang laki-laki, serta penampilan
kejantanan tubuhnya. Tanpa hormon ini seorang laki-laki akan berkulit lembut, lemah gemulai, seperti
ciri-ciri seorang wanita. Mungkin anda pernah melihat seorang banci, kemungkinan dia kekurangan
hormon testosteron.
b. Saluran Reproduksi (Saluran Pengeluaran)
Pada organ reproduksi pria terdapat berbagai macam saluran reproduksi, meliputi epididimis, vas
deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.
Epididimis merupakan sebuah saluran yang berada dalam skrotum dan keluar dari kedua testis.
Epididimis juga merupakan saluran yang memiliki panjang 7 meter dan menghubungkan antara testis
dengan vas deferens. Di dalam epididimis ini, sperma yang dihasilkan di dalam testis akan ditampung
untuk beberapa saat, kurang lebih selama 2 minggu dan mengalami proses pematangan hingga sperma
menjadi dewasa. Sebelum matang, sperma tidak dapat membuahi sel telur. Setelah matang, sel sperma
bergerak meninggalkan saluran epididimis menuju vas deferens.
Vas deferens merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai tempat bergeraknya sperma dari
epididimis menuju kantung semen (kantung mani) atau vesikula seminalis. Pada satu ujung, vas deferens
menempel epididimis, sedangkan ujung lainnya berada dalam kelenjar prostat. Kemudian sperma
menuju ke Saluran ejakulasi (ductus ejakulatorius).
Saluran ejakulasi (Ductus ejakulatorius) merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung
semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
Uretra merupakan saluran reproduksi yang berada dalam penis dan merupakan muara terakhir sperma.
Sel sperma dan cairan yang diejakulasikan ini disebut semen. Selain itu, uretra juga berfungsi sebagai
tempat saluran ekskresi urine dari kandung kemih.
Pada waktu sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang
dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Kelenjar ini berfungsi untuk mempertahankan hidup dan pergerakan
sperma. Kelenjar
asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri atas vesikula seminalis (kantung semen/ kantung
mani), kelenjar prostat dan kelenjar cowper (kelenjar bulbouretral)
Vesikula seminalis berfungsi menghasilkan cairan sebagai sumber energi untuk sperma. Sekitar 60% dari
total volume semen merupakan hasil sekresi dari vesika seminalis. Cairan yang dihasilkan vesika
seminalis banyak mengandung mukosa, asam amino, fruktosa, dan prostaglandin.
Kelenjar prostat berfungsi memberikan suasana basa pada cairan semen. Kelenjar prostat merupakan
kelenjar terbesar dari kelenjar aksesoris. Hasil dari sekresi kelenjar ini akan langsung disalurkan ke uretra.
Kelenjar prostat menghasilkan sekresi yang mengandung kolesterol, garam, dan enzim.
Kelenjar bulbouretral (kelenjar Cowper) merupakan sepasang kelenjar yang berhubungan langsung
dengan uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang berfungsi menetralkan urine yang mengandung
asam di dalam uretra.
B. Organ Reproduksi Luar
Organ kelamin luar pria, yaitu berupa penis dan skrotum (Buah Zakar).
Penis adalah organ yang berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah penyimpanan sperma
dari alat kelamin jantan (pria) ke dalam alat kelamin betina (wanita). Secara struktural, penis tersusun
atas tiga rongga berisi jaringan erektil yang berspons. Dua rongga yang terletak di tengah dinamakan
korpus kavernosa. Sedangkan satu rongga yang berada di bawah korpus kavernosa dinamakan korpus
spongiosum. Di dalam korpus spongiosum terdapat saluran reproduksi yakni uretra. Di bagian ujung
penis terdapat bagian yang dinamakan kepala penis (gland penis). Kepala penis ini tertutup oleh lipatan
kulit yang disebut preputium.
Di dalam rongga penis terdapat jaringan erektil yang berisi banyak pembuluh darah dan saraf. Saat
terjadi rangsangan seksual, rongga tersebut akan penuh terisi darah. Akibatnya, terlihat penis
mengembang dan menegang. Keadaan penis demikian dinamakan ereksi. Apabila rangsangan ini terus
menerus terjadi, sperma akan keluar melalui uretra. Keadaan ini disebut ejakulasi. Jumlah sperma yang
dikeluarkan saat terjadi ejakulasi sekitar 2 hingga 5 mL semen, yang setiap mililiternya mengandung
sekitar 50 sampai 130 juta sperma.
Skrotum pada pria di kenal dengan buah zakar. Di dalam buah zakar ini terdapat testis. Skrotum
berfungsi menjaga suhu testis agar tetap stabil supaya sperma yang ada di testis tidak mati. Pada saat
cuaca panas skrotum akan mengendur, sedangkan ketika dingin skrotum akan mengkerut. Mengendur
dan mengkerutnya skrotum ini di lakukan oleh otot dratos dan kremaster.
Tempat pembentukan sperma berada pada tubulus seminiferus di dalam testis. Proses pembentukan
sperma ini dinamakan spermatogenesis. Pada tubulus seminiferus terdapat dinding yang terlapisi oleh
sel germinal primitif yang meng alami kekhususan. Sel germinal ini disebut spermatogonium. Setelah
mengalami pematangan, spermatogonium memperbanyak diri sehingga membelah secara terus-
menerus (mitosis). Berikut adalah Bagan proses pembentukan sperma.
6. Spermatogenesis
Pada fase awal spermatogenesis, spermatogonium bersifat diploid (2n). Secara mitosis,
spermatogonium akan berubah menjadi spermatosit primer (2n). Berikutnya, spermatosit primer
membelah menjadi spermatosit sekunder secara meiosis (Meiosis I). Jumlah spermatosit sekunder ada
dua, sama besar dan bersifat haploid (n). Melalui fase meiosis II, spermatosit sekunder membelah diri
menjadi empat spermatid yang sama bentuk dan ukurannya. Selanjutnya, spermatid berkembang
menjadi sperma matang yang bersifat haploid (n). Setelah matang, sperma menuju saluran reproduksi
yakni epididimis. Semua proses ini terjadi selama kurang lebih 17 hari. Sementara, energi yang
digunakan untuk melakukan proses spermatogenesis berasal dari sel-sel sertoli.
Sperma yang sudah matang memiliki bagian-bagian seperti kepala, leher, bagian tengah, dan ekor.
Bagian kepala sperma terlindungi suatu badan yang disebut akrosom. Bagian ini berinti haploid. Selain
itu, badan ini juga mengandung enzim hialurodinase dan proteinase. Enzim ini berfungsi saat proses
penembusan lapisan sel telur. Pada bagian tengahnya terdapat mitokondria kecil yang berfungsi
menyediakan energi untuk menggerakkan ekor sperma. Untuk lebih jelasnya silahkan diperhatikan
gambar sperma berikut ini.
Ovarium
Oviduk
Uterus
Vagina
B. Organ reproduksi luar
Mons pubis
Labium mayor
Labium minor
Klitoris
Organ reproduksi wanita berfungsi menghasilkan sel kelamin betina, yaitu sel telur (ovum). Organ
reproduksi wanita dibagi menjadi organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam.
Untuk pemanasan seperti biasa akan di paparkan gambar organ reproduksi pada wanita terlebih dahulu.
Pada saat folikel telur tumbuh, ovarium menghasilkan hormon estrogen, dan setelah ovulasi
menghasilkan hormon progesteron.
c. Uterus (Rahim)
Rahim manusia memiliki satu ruangan dan berbentuk buah pir, pada bagian bawahnya mengecil dan
disebut leher rahim atau serviks, bagian ujung yang besar disebut badan rahim atau corpus uteri. Uterus
mempunyai beberapa lapisan penyusun, yakni lapisan terluar (perimetrium), lapisan tengah yang
berotot (miometrium), dan selaput rahim/lapisan terdalam (endometrium). Lapisan endometrium
mengandung banyak pembuluh darah dan lendir. Saat terjadi ovulasi, lapisan endometrium mengalami
penebalan. Namun, apabila sel telur tidak dibuahi oleh sel sperma (tidak terjadi fertilisasi), lapisan
endometrium segera mengalami peluruhan. Proses peluruhan lapisan ini diikuti pendarahan dan kita
biasa menyebutnya dengan siklus menstruasi. Pembahasan siklus menstruasi akan kita bahas
berikutnya. Apabila sel telur dibuahi (terjadi fertilisasi), akan menempel pada dinding endometrium dan
berkembang menjadi janin dan seterusnya.
Pada bagian atas dan terluar vulva terdapat bagian yang tersusun atas jaringan lemak. Bagian ini
dinamakan mons pubis. Saat masa pubertas, bagian ini Banyak ditumbuhi oleh rambut.
Labia mayora, merupakan lipatan kulit yang berfungsi melindungi vagina (dapat disamakan dengan
skrotum pada pria). Labia minora, merupakan lipatan kulit di antara labia mayora. Klitoris, adalah organ
erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Banyak terkandung pembuluh darah dan ujung-
ujung saraf perasa. Di bawah klitoris terdapat orificium erethrae, yakni muara saluran kencing.
Kemudian, di bawah klitoris terdapat bagian yang mengelilingi tepi ujung vagina. Bagian yang dimaksud
yakni selaput dara atau himen. Himen berselaput mukosa dan mengandung banyak pembuluh darah.
Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Ovarium mengandung banyak sel induk telur (oogonium)yang
bersifat diploid (2n). Oogonium tersebut akan membelah secara mitosis menjadi oosit primer. Oosit
primer akan membelah secara meiosis menjadi satu oosit sekunder dan satu badan polar primer.
Kemudian, oosit sekunder membelah secara meiosis menjadi satu ootid dan satu badan polar
sekunder. Ootid akan mengalami pematangan menjadi sel telur (ovum), sedangkan badan polar
sekunder akan luruh (degenerasi). Sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh ovarium. Pelepasan
sel telur oleh ovarium disebut ovulasi.
9. Oogenesis
Berbeda dengan sel sperma yang diproduksi seumur hidup oleh pria, sel telur pada wanita terbatas
jumlahnya. Jumlah sel telur wanita, pada usia tujuh tahun adalah sekitar 300.000. Akan tetapi, jumlah
tersebut berkurang seiring waktu. Selama masa reproduksi, sel telur yang akan dilepaskan hanya sekitar
400–500 buah sel telur (Starr and Taggart, 1995: 780). Sel telur tersebut diovulasikan setiap bulan mulai
dari masa aktif reproduksi saat menstruasi kali pertama. Jadi, kurang lebih wanita akan mengalami masa
subur dalam waktu 33 hingga 41 tahun atau dalam rentang usia 12 hingga 45–63 tahun.
Gambar 10.7 Oogenesis terjadi di dalam ovarium yang akan menghasilkan ovum.
Rata-rata dalam setiap siklus menstruasi, satu atau beberapa sel telur akan tumbuh dan matang. Ovulasi
merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium untuk kemudian berjalan
menuju tuba fallopi untuk dibuahi. Proses ini biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus
menstruasi atau 14 hari sebelum haid berikutnya.
Seorang wanita dikatakan sedang subur, jika ia melepaskan sel telur yang telah matang agar dapat
dibuahi oleh sperma. Masa subur wanita hanya berlangsung selama 24 - 48 Jam, sedangkan kemampuan
sperma untuk membuahi sel telur diperkirakan sekitar 48 - 72 jam.. Kemampuan terbaik sel telur untuk
dibuahi oleh sperma adalah pada saat jam-jam pertama setelah pelepasan, begitu pula sebaliknya.
Jika anda menghendaki kehamilan, waktu terbaik untuk berhubungan intim adalah 1-2 hari sebelum
ovulasi dan pada saat terjadinya ovulasi. Dengan ini, sperma akan dilepaskan ke dalam vagina dan
berjalan menuju tuba fallopi untuk membuahi sel telur pada saat yang tepat. Masa ini merupakan
moment terbaik untuk terjadinya pembuahan sehingga memaksimalkan kesempatan anda untuk hamil.
Proses ovulasi dimulai dari dilepaskannya sebuah hormon dari dalam otak yang disebut dengan
Luteinizing Hormone (LH). Kadar hormon ini meningkat secara drastis di dalam darah dan urin sesaat
sebelum ovulasi. Itulah sebabnya ovatel berperan penting dalam mendeteksi kenaikan LH untuk
menentukan kapan terjadi ovulasi.
LH memicu pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium yang kemudian bergerak menuju
tuba fallopi untuk dibuahi. Jika sel telur tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan
luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi.
Ovulasi pada wanita terdiri atas 2 tahap yaitu fase praovulasi dan fase ovulasi.
Fase Praovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan
kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13. Untuk
ovulasi menjadi sukses, sel telur harus didukung oleh korona radiata dan oophorous kumulus sel
granulosa. Yang terakhir ini mengalami masa proliferasi dan mucification dikenal dengan
ekspansi kumulus. Mucification adalah sekresi koktail asam hyaluronic yang menyebarkan dan
mengumpulkan jaringan sel kumulus dalam matriks di sekitar ovum. Jaringan ini tetap dengan sel
telur setelah ovulasi dan telah terbukti diperlukan untuk pembuahan. Peningkatan jumlah sel
kumulus menyebabkan peningkatan volume cairan di antrum yang dapat menyebabkan folikel
membesar lebih dari 20 mm.
Fase Ovulasi
Yaitu, masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi.
Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka
kemungkinan terjadi kehamilan.
Proses ovulasi dikendalikan oleh hipotalamus otak dan melalui pelepasan hormon yang
dikeluarkan dalam lobus anterior kelenjar pituitari, luteinizing hormon (LH) dan hormon
perangsang folikel (FSH). Dalam (pre-ovulatory) fase folikular siklus menstruasi, folikel ovarium
akan mengalami transformasi yang disebut cumulus ekspansi, ini dirangsang oleh sekresi FSH.
Setelah ini selesai, akan membentuk sebuah lubang yang disebut stigma folikel, dan ovum akan
meninggalkan folikel melalui lubang ini. Ovulasi dipicu oleh spike jumlah FSH dan LH dibebaskan
dari kelenjar pituitari. Selama fase (post-ovulatory) luteal, ovum akan melakukan perjalanan
melalui tabung saluran indung telur menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma, itu dapat
melakukan implantasi ada 6 hari kemudian.
Dalam manusia, beberapa hari dekat ovulasi merupakan fase yang subur. Rata-rata waktu ovulasi
adalah hari yang keempatbelas rata-rata lama (dua puluh delapan hari) menstruasi siklus. Itu
normal untuk hari ovulasi bervariasi dari rata-rata, dengan ovulasi di mana saja antara sepuluh
dan kesembilan belas hari menjadi umum.
Siklus panjang sendiri adalah tidak dapat diandalkan indikator hari ovulasi. Sementara pada
umumnya ovulasi sebelumnya akan menghasilkan dalam siklus haid yang lebih pendek, dan
sebaliknya, tahap (post-ovulatory) luteal siklus menstruasi dapat bervariasi oleh hingga
seminggu antara perempuan.
Menstruasi adalah peristiwa luruhnya sel telur yang tidak dibuahi yang sudah menjadi mati bersama-
sama dengan selaput lender dinding rahim yang merupakan lapisan yang kaya pembuluh darah.
Menstruasi terjadi jika sel telur (ovum) yang sudah matang tidak dibuahi. Siklus ini berlangsung kira-kira
28 hari pada setiap bulan. Kemungkinan antara satu wanita dengan wanita yang lain mempunyai lama
siklus yang berbeda.
Dalam Materi Biologi SMA, siklus menstruasi terdiri dari empat fase, yaitu fase menstruasi, fase
praovulasi, fase ovulasi, dan fase pascaovulasi. Sebelum membahas labih lanjut silahkan lihat gambar
terlebih dahulu.
A. Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi, hormon yang berperan ialah hormon estrogen dan progesteron. Sekitar lima hari
pertama menstruasi, kedua hormon tersebut mengalami reduksi. Akibatnya, sel telur yang berada dalam
lapisan endometrium pada uterus dilepas bersamaan dengan robeknya endometrium melalui
pendarahan. Hasilnya, dinding uterus berubah menjadi sangat tipis.
B. Fase Praovulasi
Mulai hari kelima sampai ke empat belas, fase praovulasi dimulai. Pada fase ini, hormon yang berperan
yakni hormon FSH dan hormon LH. Kedua hormon tersebut menstimulasi sel-sel folikel untuk
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Adanya rangsangan hormon estrogen dan progesteron
membuat lapisan endometrium yang luruh terbentuk kembali.
C. Fase Ovulasi
Fase ovulasi terjadi sekitar hari keempat belas dari total keseluruhan waktu siklus menstruasi terjadi
(kurang lebih 28 hari). Pada fase ini, sekresi hormon estrogen sangat banyak. Oleh karenanya, sekresi
hormon FSH mulai menurun dan digantikan dengan sekresi hormon LH. Adanya stimulasi hormon LH
pada folikel menjadikan folikel semakin matang. Pematangan folikel menyebabkan sel telur keluar dari
folikel.
D. Fase Pascaovulasi
Pada fase ini, folikel yang pecah berubah menjadi badan padat berwarna kuning yang disebut korpus
luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Bersama hormon estrogen, hormon
progesteron ini berperan dalam memelihara pertumbuhan endometrium sehingga siap untuk
penanaman embrio.
Namun demikian, apabila sel telur pada uterus tidak dibuahi, korpus luteum mengalami degenerasi
menjadi korpus albikan. Akibatnya, sekresi hormon estrogen dan progesteron semakin menurun dan
sebaliknya sekresi hormon FSH dan LH naik kembali. Karena darah tidak mengandung hormon estrogen
dan hormon progesteron, endometrium tidak bisa bertahan dan luruh bersama darah. Ini menunjukkan
fase pascaovulasi berganti menjadi fase menstruasi.
Di dalam ovarium terdapat banyak folikel yang merupakan pelindung dan pemberi nutrisi bagi sel telur
yang sedang dibentuk. Pada proses ovulasi, folikel akan mengeluarkan sel telur. Folikel yang telah
mengeluarkan sel telurnya disebut corpus luteum. Corpus luteum menyekresikan hormon estrogen dan
progesteron.
Fertilisasi adalah proses peleburan inti antara sel telur dengan spermatozoa. Ketika sel telur dilepaskan
dari folikel di dalam ovarium, maka sel telur akan menuju ke tuba fallopi (saluran oviduk). Apabila pada
keadaan tersebut terjadi hubungan seksual, maka spermatozoa akan dapat membuahi ovum dalam
saluran tuba fallopi tersebut.
Sebelum terjadi fertilisasi, pada permulaannya terlebih dahulu terjadi proses yang dinamakan kopulasi
atau persetubuhan. Adanya kopulasi menjadikan sperma yang bercampur dengan air mani (semen)
masuk ke dalam saluran reproduksi wanita (vagina). Kemudian secara alami sperma akan bergerak
menuju ke ovum (sel telur) karena Ovum mengeluarkan sinyal kimia khusus untuk memanggil si sperma
tersebut. Perjalanan sperma ke sel telur tidaklah mudah, banyak sperma yang mati dalam perjalanan.
Hal tersebut dikarenakan kandungan asam dalam rahim yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut maka
jumlah sperma yang dikeluarkan haruslah banyak sehingga akan membantu menetralisir kandungan
asam tersebut.
Dari sekian juta sperma yang masuk, hanya ada satu satu yang berhasil membuahi ovum. Untuk
membuahi sel telur tesebut, sperma mengeluarkan enzim hialuronidase dan enzim proteinase. Oleh
kedua enzim tersebut, sel telur dapat ditembus oleh sperma. Proses penembusan sel telur memerlukan
waktu tertentu. Sebabnya, sel sperma harus menembus tiga lapisan sel telur yang berturut-turut adalah
korona radiata, zona pelusida, dan membran plasma.
Pembuahan sperma pada sel telur akan menghasilkan sebuah zigot yang bersifat diploid (2n = 23
pasang kromosom). Selanjutnya, zigot akan bergerak menuju uterus melalui oviduk (tuba fallopi). Pada
saat bergerak ke arah rahim, zigot berkembang menjadi morula dalam waktu empat hari. Kemudian
melakukan pembelahan lagi dan berkembang menjadi blastula. Perkembangan selanjutnya, sel-sel
bagian dalam blastula akan berkembang menjadi bakal janin. Kurang lebih lima hari setelah fertilisasi,
bakal janin menempel pada endometrium dan prosesnya dinamakan implantasi. Implantasi ini dapat
menyebabkan kehamilan. Bisa dilihat gambar berikut ini.
13. Proses Gestasi (Kehamilan)
Kehamilan adalah proses berkembangnya embrio di dalam uterus setelah terjadinya fertilisasi
(pembuahan). Setelah pembuahan, sel akan berkembang/ membelah dari 2,4,8 dan seterusnya hingga
menjadi morula. Morula berkembang menjadi blastula. Blastula ini kemudian akan menempel pada
dinding endometrium yang biasa disebut dengan istilah implantasi. Setelah implantasi inilah masuk
dalam proses kehamilan. Pada saat terjadi implantasi, embrio akan merangsang kelenjar-kelenjar dalam
dinding uterus untuk memproduksi hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Hormon ini
berfungsi merangsang corpus luteum untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kedua
hormon tersebut akan menyebabkan dinding uterus tetap tebal yang berguna sebagai implantasi dan
memelihara janin. Pada awal kehamilan, kadar HCG dari dalam darah ibu sangat tinggi sehingga sebagian
di antaranya diekskresikan bersama urine. Adanya HCG di dalam urine dapat dipakai sebagai indikator
dalam uji kehamilan.
Adanya hormon estrogen menghambat kelenjar hipofisis mengeluarkan FSH dan LH, sehingga ovarium
tidak memproduksi sel telur lagi. Itu sebabnya kenapa orang yang sedang hamil tidak mengalami
menstruasi. Progesteron dan estrogen juga mendorong tumbuh dan berkembangnya kelenjar susu
untuk menghasilkan ASI. Progesteron juga mencegah uterus untuk berkontraksi selama kehamilan
sebelum mencapai waktu kelahiran.
Proses kehamilan pada manusia berlangsung kurang lebih 38 minggu terhitung sejak saat terjadi
fertilisasi. Secara umum proses kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama, trimester
kedua dan trimester ketiga.
Pada trimester pertama, blastula akan berkembang menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan endoderm (lapisan
dalam), lapisan mesoderm (lapisan tengah) dan lapisan ektoderm (lapisan luar). Proses terbentuknya
ketiga lapisan ini dinamakan Gastrulasi. Setelah gastrulasi dilanjutkan dengan proses organogenesis
(pembentukan organ-organ tubuh). Pembentukan organ tersebut berasal dari ketiga lapisan yang
dihasilkan pada saat proses gastrulasi. Lapisan endoderm akan membentuk organ-organ pernapasan
dan pencernaan. Lapisan mesoderm akan membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal,
limfa, dan organ reproduksi. Lapisan Ektoderm akan membentuk sisem saraf, kulit, mata, hidung
danlapisan epidermis. Blastula yang telah mengalami organogenesis ini yang dikenal dengan sebutan
embrio (Janin).
Untuk mempertahankan embrio maka terbentuk yang namanya membrane ektraembrionik. Membran
ekstraembrionik berfungsi sebagai pelindung embrio dari berbagai tekanan yang berasal dari luar.
Selain itu, membran ini juga berfungsi memberi makanan bagi embrio. Membran ekstraembrionik
terdiri dari kantung kuning telur, amnion, korion, dan alantois. Simak gambar berikut ini.
B. Amnion
Amnion merupakan selaput yang menghasilkan getah berupa air ketuban yang berguna untuk menjaga
embrio tetap basah dan tahan goncangan. Selain itu, amnion juga berperan dalam proses pengaturan
suhu tubuh embrio.
C. Korion
Korion memiliki bagian yang berbentuk jonjot–jonjot atau vili korion. Fungsi vili korion adalah sebagai
tempat masuk dan keluarnya makanan dan oksigen dari ibu ke embrio. Korion adalah cikal bakal
plasenta. Plasenta berfungsi sebagai pemberi nutrisi makanan bersama darah bagi perkembangan dan
pertumbuhan embrio.
D. Alantois
Alantois merupakan membran yang membentuk tali pusar atau ari-ari. Adanya tali pusar menjadikan
plasenta pada lapisan endometrium terhubung dengan embrio. Bagi embrio, alantois dapat menyalurkan
berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu lewat pembuluh darah. Sebaliknya, alantois juga berguna sebagai
saluran pengeluaran sisa metabolisme embrio.
Pada trimester kedua, embrio tumbuh secara cepat dan aktif mencapai ukuran sekitar 30 cm. Embrio
atau janin akan aktif bergerak pada trimester kedua ini. Pada periode ini, hormon HCG akan stabil dan
plasenta akan menyekresikan sendiri progesteron untuk menjaga kehamilan.
Pada trimester ketiga, janin akan tumbuh mencapai berat sekitar 3–3,5 kg dan panjang sekitar 50 cm.
Pada periode ini, perut ibu akan kelihatan sangat membesar.
14. Proses Kelahiran
Setelah embrio tumbuh dan berkembang menjadi bayi yang sempurna, proses dilanjutkan dengan
persalinan. Persalinan atau kelahiran terjadi akibat serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan
berirama. Prosesnya terjadi dalam tiga tahap.
Tahap pertama, dimulai dengan pembukaan dan pemipihan serviks (leher rahim), kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi sempurna.
Tahap kedua, yakni ekspulsi atau pengeluaran bayi. Adanya kontraksi yang kuat dan terus-menerus
mengakibatkan bayi mulai turun dari uterus menuju vagina.
Tahap ketiga adalah keluarnya bayi yang berplasenta. Plasenta bayi ini akan dipotong dan dijepit
sehingga menjadi pusar.
Ada beberapa hormon yang berperan pada proses kelahiran bayi. Hormon tersebut meliputi hormon
relaksin, estrogen, prostaglandin, dan oksitosin. Hormon relaksin diproduksi oleh korpus luteum dan
plasenta. Fungsi hormon ini adalah melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul saat terjadi
kelahiran. Hormon estrogen dihasilkan oleh plasenta dengan fungsi menurunkan jumlah hormon
progesteron sehingga kontraksi dinding rahim bisa berlangsung. Hormon prostaglandin dihasilkan oleh
membran ekstraembrionik dengan fungsi meningkatkan kontraksi dinding rahim. Sedangkan hormon
oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ibu dan janin. Fungsinya juga meningkatkan kontraksi dinding
rahim.
Pada satu hari sampai 3 hari pasca lahir, hormon progesteron menghilang, karena plasenta sudah tidak
ada. Hal ini merangsang produksi hormon prolaktin dari hipofise bagian depan. Prolaktin merangsang
kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
Semenjak bayi dilahirkan, ia tidak lagi diberi nutrisi melalui plasenta. Namun, sang ibu masih dapat
memberi makan bayi dengan memproduksi dan menyekresikan susu dari payudaranya. Di dalam
payudara, terkandung kelenjar mamae. Kelenjar mamae (kelenjar susu) berada di lapisan kulit dan
menyekresikan campuran lemak, protein, dan karbohidrat yang dikenal dengan air susu.
Air susu ibu (ASI) mempunyai peranan yang penting bagi seorang bayi, yaitu untuk menjaga kesehatan
dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. ASI mengandung zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan sangat sesuai dengan pencernaan bayi. Keutamaan ASI lainnya adalah bebas bakteri
dan dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi, serta dapat mengurangi resiko bayi terkena
infeksi.
ASI yang kaya dengan nutrisi dan antibiotik ini disebut ASI eksklusif. ASI eksklusif diperkirakan
berlangsung sampai enam bulan. Itu sebabnya para dokter sangat menganjurkan para ibu untuk
memberikan ASI ekslusif minimal 6 bulan dan maksimal 2 tahun.
Berikut tabel kandungan nutrien dalam ASI.
ASI memiliki glukosa, albumin dan kandungan air lebih tinggi dibandingkan air susu yang lain. Glukosa
sangat diperlukan bayi untuk tumbuh dan menghasilkan energi. Albumin adalah protein untuk
mencerdaskan bayi dan sangat baik untuk pertumbuhannya. ASI memiliki beberapa kelebihan, antara
lain:
Saat baru belajar menyusui, hisapan bayi merangsang keluarnya air susu. Sehingga, bayi tidak
mengalami kesulitan menyusui.
ASI steril sehingga mudah dicerna oleh bayi dan mengandung antibodi.
Memberi ASI memerlukan kalori sehingga mempercepat pengurangan bobot badan ibu setelah
melahirkan.
Menambah ikatan emosi antara ibu dan anak.
Sebagai salah satu pencegah kehamilan, bila ibu member ASI eksklusif (tanpa makanan
tambahan apapun).
Untuk menghemat pengeluaran.
Berikut ini tahapan usia dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sejak usia dini :
a. Balita (1-5 tahun), pada usia ini penamaan pendidikan seks cukup mudah dilakukan yaitu hanya perlu
mengenalkan kepada anak tentang organ reproduksi yang dimiliki secara singkat. Dapat dilakukan ketika
memandikan si anak dengan memberitahu organ yang dimilikinya, namun jangan memberikan
pembelajaran ketelanjangan karena biasanya ada orang tua yang memandikan anaknya bersamaan
ketika sedang mandi juga. Pada usia ini juga perlu ditandaskan tentang sikap asertif yaitu berani berkata
tidak kepada orang lain yang akan berlaku tidak senonoh
b. Usia 3 – 10 tahun, pada usia ini, biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan
bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan umum mengenai asal-usul bayi. Jawab yang sederhana
dan terus terang.
d. Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Kita perlu lebih intensif
menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti
penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.
Demikian beberapa metode yang dapat dilakukan dalam memberikan pendidikan seks pada anak.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat
anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks
dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orangtuanya, bukan dari
orang lain tentang seks.
F. Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang sangat ketat
Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat di wilayah selangkangan dapat menyebabkan
kulit susah untuk bernafas dan akhirnya dapat menyebabkan daerah tersebut berkeringat, lembab,
mudah terkena jamur dan teriritasi. Pemakaian celana ketat itu bagi pria dapat membuat peredaran
darah yang tidak lancar dan membuat penis serta testis dalam keadaan panas. Panas yang berlebihan
oleh suhu, keringat dan pakaian yang terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma.
I. Pemeriksaan rutin
Usahakan untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada alat kelamin;
* Bagi pria, pemeriksaan testis (buah zakar) dapat dilakukan sendiri, dengan cara:
Kenali ukuran, bentuk, serta berat masing-masing testis
Dengan menggunakan kedua belah tangan, raba masing-masing testis
Waspadai jika ada benjolan kecil di bawah kulit, di bagian depan atau sepanjang testis. Jika ada
benjolan atau pembengkakan, segera periksakan diri ke dokter.
Jika terdapat sesuatu yang tidak seperti biasanya dan tidak terasa nyaman, segera konsultasikan
ke dokter juga.
* Jika ada perubahan warna, kadang disertai bau yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat kelamin,
segeralah berkonsultasi ke dokter.
Pada sistem reproduksi dapat mengalami gangguan/ kelainan/ penyakit. Gangguan/ kelainan/ penyakit
tersebut bisa terjadi akibat beberapa faktor tertentu. Faktor tersebut bisa jadi akibat tumor, infeksi virus/
bakteri atau akibat disfungsi organ itu sendiri. Berikut adalah beberapa contoh Gangguan/ Kelainan/
Penyakit pada sistem reproduksi.
a. Condiloma Accuminata
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Human papilloma. Penyakit ini ditandai dengan
timbulnya kutil yang dapat membesar dan akhirnya dapat menimbulkan kanker mulut rahim.
b. Endometriosis
Merupakan gangguan akibat adanya jaringan endometrium dari luar rahim (uterus) yaitu dapat tumbuh
di sekitar ovarium, oviduk, servik dsb. Gejalanya penyakit ini berupa rasa nyeri perut, pinggang terasa
sakit, dan nyeri pada saat menstruasi. Rasa nyeri ini disebabkan oleh pengelupasan jaringan
endometriosis.
c. Epididimitis
Merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Penyebabnya adalah E. coli dan
Chlamydia.
f. Herpes Genitalis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Gejala yang timbul adalah bintil-bintil
berkelompok pada kemaluan, hilang dan timbul, akhirnya menetap seumur hidup.
g. Hipogonadisme
Merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon
androgen dan estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-
tanda kepriaan. Penanganannya dapat dilakukan dengan terapi hormon.
h. HIV (AIDS)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga dalam waktu yang lama,
penderita tidak memiliki sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat terbunuh oleh infeksi
penyakit ringan, seperti flu atau tifus.
i. Impotensi
Merupakan ketidakmampuan penis untuk ereksi atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan produksi hormon testosteron, penyakit diabetes
mellitus, kecanduan alkohol, dan gangguan sistem saraf.
j. Infertilitas (Mandul)
Infertilitas atau ketidaksuburan dapat terjadi pada pria atau wanita. Pada pria infertilitas terjadi karena
adanya penyakit, seperti impotensi, ejakulasi dini, adanya sumbatan pada saluran sperma, adanya
kelainan gerak sperma dan kerusakan testis. Sedangkan, pada wanita disebabkan oleh kelainan lendir
leher rahim, adanya tumor, adanya sumbatan pada saluran telur, menstruasi tidak teratur dan karena
obesitas.
k. Kanker Ovarium
Merupakan kanker yang menyerang indung telur kiri atau kanan, atau kedua-duanya. Kanker indung telur
biasanya menyerang perempuan yang sudah menopause (berumur 50 tahun ke atas).
l. Kanker Payudara
Merupakan kanker yang menyerang payudara. Seorang wanita yang tidak pernah menyusui besar
kemungkinan dapat menderita penyakit ini.
m. Kanker Prostat
Merupakan kanker yang menyerang kelenjar prostat pada pria. Kanker ini menyebabkan sel-sel dalam
kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Kanker prostat biasanya menyerang pria usia 60
tahun ke atas.
n. Kanker Rahim
Merupakan kanker yang menyerang daerah rahim (uterus). Gangguan ini ditandai dengan perdarahan
pada vagiana secara tidak normal.
p. Kriptorkidisme
Merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam scrotum
pada waktu bayi. Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon human chorionic
gonadotropin untuk merangsang testoteron.
q. Orkitis
Merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa
dapat menyebabkan infertilitas.
s. Prostatitis
merupakan peradangan pada kelenjar prostat. Peradangan kelenjar prostat ini dapat diikuti oleh
peradangan uretra. Penderita prostatitis memiliki gejala-gejala seperti sakit saat buang air kecil.
B. Perkembangbiakan seksual
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk individu
baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh
menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
o Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya
Paramecium.
o Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya
peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma
dengan ovum di dalam rahim.
Pembiakan seksual lainnya dapat kita temukan pada:
Hydra
Selain berkembang biak secara aseksual (bertunas) Hydra juga dapat berkembang biak secara seksual.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan pembentukan testis dan ovarium, yang terdapat
pada satu tubuh (hermafrodit). Alat tersebut masing-masing menghasilkan spermatozoid dun ovum.
Hasil pembuahannya adalah zigot yang selanjutnya akan berkembang menjadi hewan baru.
Cacing pita
Tubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Pada setiap proglotid terdapat
ovarium yang menghasilkan ovum dan testis yang menghasilkan sel sperma. Bila sel telur dan sel sperma
sudah masak, maka terjadilah pembuahan didalam proglotid yang menghasilkan zigot.
Cacing tanah
Dalam tubuh cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya menebal disebut klitelum. Dalam
segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid, dan ovarium yang membentuk ovum.
Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam satu tubuh, cacing tanah tidak pernah mengadakan
pembuahan sendiri, tetapi melakukan perkawinan dengan mempertukarkan spermatozoid (perkawinan
silang).
Serangga
Pada beberapa jenis serangga, misalnya lebah madu (Apis indica), terdapat koloni yang terdiri atas ratu
yang fertil, pejantan fertil dan mati setelah kawin, dan pekerja yang mandul (steril). Pada waktu kawin,
sperma dari jantan disimpan dalam kantung sperma di induk betina. Sperma ini merupakan cadangan
sperma selama ratu hidup. Bila telur yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan
berkembang menjadi calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak dibuahi
(partenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah pekerja dan prajurit menjadi mandul
(streril) karena pengaruh lingkungan, yaitu kurang makan.
b) Reproduksi generatif, antara lain dengan membentuk sel kelamin dan konjugasi.
Dengan pembentukan gamet (sel kelamin), yaitu sel telur (ovum) oleh oogonium dan sperma
oleh anteridium, misalnya pada Ulva dan Oedogonium.
Konjugasi adalah reproduksi generatif pada organisme yang tidak diketahui jenis kelaminnya.
Untuk membedakan jenis kelamin ditandai dengan (+) dan (-). Konjugasi diawali dengan
plasmogami (persatuan plasma) dilanjutkan dengan kariogomi (persatuan inti sel). Reproduksi
secara konjugasi terjadi pada Spirogyra.
a. Reproduksi Generatif
Reproduksi generatif adalah reproduksi yang melibatkan meleburnya (fertilisasi) dua sel kelamin (jantan
dan betina).
i. Penyerbukan
Pada tumbuhan, sebelum terjadi proses pembuahan, terjadi proses penyerbukan (polinasi). Pada
tumbuhan biji tertutup (Angiospermae), penyerbukan adalah peristiwa melekatnya serbuk sari di kepala
putik. Pada tumbuhan biji tertutup (Gymnospermae) penyerbukan adalah melekatnya serbuk sari
langsung pada bakal biji.
ii. Proses Pembuahan (Fertilisasi)
Fertilisasi adalah proses meleburnya inti sperma dan sel telur. Fertilisasi terdiri dari 2 macam pembuahan
yaitu:
Pembuahan Tunggal
Terjadi pada tumbuhan Gymnospermae.
Sel telur + sel sperma ? embrio (2n)
Pembuahan ganda.
Sel telur + sel sperma 1 ? embrio (2n)
Inti kandung lembaga sekunder (2n) + inti sperma 2 ? endosperm (3n)
(a) Berdasarkan letak alat kelamin jantan dan betinanya, tumbuhan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Tumbuhan berumah satu adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu
tumbuhan. baik pada satu bunga ataupun pada bunga yang berbeda. Contoh tumbuhan berumah satu
adalah kacang-kacangan, jambu-jambuan, dan terung-terungan.
Tumbuhan berumah dua adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
tumbuhan yang berbeda. Contoh tumbuhan berumah dua adalah salak dan pakis haji.
(b) Berdasarkan faktor penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dapat dibedakan
sebagai berikut:
Anemogami adalah penyerbukan dengan bantuan angin. Ciri-ciri tumbuhan yang penyerbukannya
dibantu oleh angin: bunga berukuran kecil, mahkota bunga berukuran kecil atau tidak mempunyai
mahkota, warna mahkota bunga tidak berwarna, tidak mempunyai kelenjar madu, tangkai bunga
panjang, letak bunga jauh di atas daun, serbuk sari kecil, sangat banyak, dan ringan, benang sari
bergantungan, serbuk sari berhamburan jika digoyang, kepala putik besar dan berbulu, tangkai putik
terjulur keluar dari bunga sehingga mudah menangkap serbuk sari. Anemogami terjadi pada rumput-
rumputan (Graminiae), padi, dan jagung.
Hidrogami adalah penyerbukan dengan bantuan air. Hidrogami terjadi pada Hydrilla sp, eceng gondok,
dan teratai. Penyerbukan dengan bantuan air akan terjadi jika tubuh tanaman terendam dalam air.
Zoidiogami adalah penyerbukan dengan bantuan hewan. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh
hewan memiliki ciri-ciri: bunga besar, warna mahkota bunga mencolok dengan aroma khas, memiliki
kelenjar madu, serbuk sari bersifat lengket (mudah melekat). Zoidiogami dapat terjadi pada jambu,
mangga, jeruk, dan pepaya. Zoidiogami dapat dibedakan berdasarkan jenis hewan yang membantu
penyerbukan. Misalnya:
· Entomogami : penyerbukan dengan bantuan serangga, antara lain lalat, kumbang, dan lebah.
· Malakogami : penyerbukan dengan bantuan siput/bekicot.
· Kiropterogami : penyerbukan dengan bantuan kelelawar.
· Ornitogami : penyerbukan dengan bantuan burung.
Antropogami adalah penyerbukan dengan bantuan manusia. Hal ini terjadi karena tidak ada perantara
yang membantu penyerbukan. Penyerbukan ini terjadi pada tanaman vanili dan beberapa jenis anggrek.
Penyerbukan ini dilakukan untuk mendapatkan jenis bibit baru yang unggul.
(c) Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh ke kepala putik. Penyerbukan dapat dibedakan sebagai
berikut:
penyerbukan sendiri (autogami), serbuk sari yang melekat ke kepala putik berasal dari benang
sari bunga itu sendiri. Jika terjadinya penyerbukan pada saat bunga masih kuncup, disebut
kleistogami.
Penyerbukan tetangga (geitonogami), serbuk sari yang melekat ke kepala putik berasal dari
benang sari bunga lain dalam satu tanaman.
Penyerbukan silang (allogami), serbuk sari yang melekat ke kepala putik berasal dari benang sari
bunga tanaman lain yang termasuk satu jenis (spesies).
4) Penyerbukan bastar, serbuk sari yang melekat ke kepala putik berasal dari benang sari bunga tanaman
lain yang sejenis, tetapi berbeda varietas. Misalnya bunga mangga manalagi diserbuki bunga mangga
golek.