:
1.
Memahami berbagai system dalam kehidupan manusia
Kompetensi dasar
:
1.2 Mendeskripsikan sisyem reproduksi dan penyakit yang berhubungan
dengan system reproduksi pada manusia
Ringkasan Materi
Manusia
a. Alat perkembangan Pria
sperma
3) Skortum, disebut juga kandung petir
4) Ves deferen, meruapakan lanjutan dan epidimys
5) Penis untuk memasukan sperma dalam alat perkembangan wanita.
3) Uterus (rahim), tempat perkembangbiakan sel telur yang telah dibuahi dan selanjutnya akan
berkembangan menjadi embrio
4) Vagina ,merupakan muara dari rahim berfungsi untuk kepulasi wanita dan jalan janin ketika
melahirkan. Pada vagina dekat muara terdapat sepasang kelanjer yang menghasilkan lendir.
Proses pembuahan (Fertilisasi) pada manusia
1) Sperma dikeluarkan melalui vas deferen dimasukan ke dalam vagina oleh penis
2) Sperma akan melalui uterus dan oviduk
3) Sperma bertemu dengan sel telur dan terjadi fertilisasi
4) Hasil dari fertilisasi terbentuk Zigot
5) Zigot bergerak menuju ke uterus dan melekat pada dinding uterus untuk tumbuh dan
berkembang
Siklus Perkembangan
Lamanya pembentukan sel telur (ovum) pada hewan bergantung pada jenisnya. Misalnya : pada
manusia dan hewan menyusui umunya pembentukan sel telur terjadi setiap 28 hari sekali, sedangkan pada
tikus pembentukan sel telur terjadi setiap empat hari sekali.
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis
berjumlah
sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma
sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan
merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya
terdapat di
dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis
menuju
kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran
ini
berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran
kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan
oleh
kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
pergerakakan
sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar
prostat
dan kelenjar Cowper .
Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak
di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan
sumber makanan bagi sperma.
Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar
prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma.
Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra.
Kelenjar ini menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa)
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa
jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus
spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan,
rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang,
yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang
berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga
dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan
otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan
testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil,
yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana
bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium
germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar
250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar
sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.Pada tahap pertama
spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan),
berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A
membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel
ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu,
setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat
haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23
kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).
Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma,
akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan
di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak
mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus
untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi
tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk
membentuk spermatosit sekunder.
LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi
testoteron
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa
stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu
protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan
pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara
khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti
hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-
tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam
skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic
gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme
yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus
herpes.
Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun
bukan bakteri.
Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis
adalah E. coli dan Chlamydia.
Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat
menyebabkan infertilitas
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 - 4 cm. Ovarium berada di
dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum
yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.
Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
Saluran reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang
sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum
terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum
yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari
ovarium menuju uterus.
Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk
seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi
sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan
jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium
(dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak
lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari
ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada
vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian
tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran
mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar
Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat
janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium
(oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar
5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara
meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan
tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan
istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika
mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit
lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit
primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel
yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut
oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit
sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak
terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk,
meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan
menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit
sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan
polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus
penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit.
Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga
terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I
pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder,
folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi
folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi
korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih
kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah
dalam siklus menstruasi.
Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan
endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari.
Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya
kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-
hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang
sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau
siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus
menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase
pasca-ovulasi.
Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan menghentikan
produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya
ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium
sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium yang mengandung
pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya
berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.
Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel
primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh
sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan
konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang
bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih
mendukung lingkungan hidup sperma.
Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan
kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan
LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat
terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi
pada hari ke-14.
Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH
akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna
untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak
terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki
kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron
akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga
fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
4.Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat
memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di
sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah
korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa
glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan
enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan
fungsi :
•
Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
•
Menarik sperma secara kemotaksis positif.
•
Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder
mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya.
Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari
seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang
disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom
(haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan
23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
5.Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus, zigot
membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya,
dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.
Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula, dengan rongga di
dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian
dalam.
Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan
lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel
darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas
membentuk korion
Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion (jonjot-
jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan
pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan
endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio.
Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi cairan amnion
(ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio
agar dapat bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan
dari luar.
Alantois
Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar menghubungkan embrio dengan
plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat
makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk
dibuang oleh ibu.
Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada embrioblas terdapat
lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan
ektoderm melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan
tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8.
Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan membentuk organ-organ yang
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan berbagai
organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.
6.Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan menjadi lebih peka
sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan
aktifitas uterus sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin dan
relaksin.
Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen berfungsi
untuk kontraksi uterus.
Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi uterus.
Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan intensitas
kontraksi uterus.
Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau
melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
7.Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air susu (laktasi)
berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan
adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus
kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin. Mammotropin
merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga
sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran
kelenjar payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak
disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik
kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi
dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air
susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari
minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar
somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong
prolaktin dari hipofisis ibu.
Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.
Kanker vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang diantaranya
disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.
Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks.
Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan
kelenjar limfe panggul.
Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi
saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan
pembedahan dan kemoterapi.
Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di
sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru.
Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi. Jika tidak
ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan
pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah laser.
Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia
produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau
bakteri.
Selaput ketuban berasal dari amnion dan chorion laeve yang merupakan bagian dari trofoblas
yang mengalami atrofi saat perkembangan blastosis.
CAIRAN AMNION
Rongga cairan amnion adalah kompartemen yang bersifat metabolik aktif dan terjadi perubahan
volume cairan yang fluktuatif. Jumlah cairan amnion pada kehamilan 16 minggu kira – kira 250
ml dan 800 ml pada kehamilan 38 minggu dan setelah itu akan terus menurun sampai sekitar
aterm.
Pada kehamilan aterm pertukaran cairan amnion secara lengkap memerlukan waktu sekitar 3
jam. Cairan amnion terdiri dari urine (hipotonik) dan sekresi cairan paru. Absorbsi cairan amnion
terjadi melalui proses menelan dan dibuang pada amniotic – chorionic interface serta ruang
intervilous.
Fungsi reproduksi pria dapat dibagi dalam tiga subgolongan utama: pertama, spermatogenesis,
yang hanya berarti pembentukan sperma; kedua, pelaksanaan kerja seksual pria; dan ketiga,
pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormone. Yang berhubungan dengan fungsi
reproduksi ini adalah efek hormone seks pria pada organ seks tambahan, pada metabolisme sel,
pada pertumbuhan, dan pada fungsi tubuh lain.
Testis terdiri dari sejumlah besar tubulus seminiferus yang berkelok-kelok, tempat sperma
dibentuk. Sperma kemudian dikosongkan ke dalam epidimis, dan kemudian menuju vas
deferens, yang membesar pada ampula vas deferens segera sebelum vas masuk ke badan kelenjar
prostate. Vesika seminalis, masing-masing terletak di tiap sisi prostate, bermuara dalam ujung
prostatik ampula, serta isi dari kedua ampula dan vesika seminalis berjalan masuk duktus
ejakulatorius yang masuk ke dalam badan kelenjar prostate untuk bermuara ke dalam uretra
interna. Duktus prostatikus selanjutnya bermuara ke dalam duktus ejakulatoris. Akhirnya uretra
merupakan penghubung terakhir ke luar. Uretra disuplai dengan mucus yang berasal dari banyak
kelenjar Littre kecil, yang terletak sepanjang uretra dan juga dari kelenjar bulbouretralis besar
bilateral yang terletak dekat pangkal uretra.
SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis terjadi pada semua tubulus seminiferus selama kehidupan seks aktif, mulai rata-
rata pada usia 13 tahun, sebagai akibat perangsangan oleh hormone-hormon gonadotropin
adenohipofisis dan terus berlangsung selama hidup.
• Langkah-langkah spermatogenesis
Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil sampai
sedang yang dinamakan spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang
pinggir luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi mereka
kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitive
perkembangan untuk membentuk sperma.
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa spermatogonia menjadi sel
yang sangat besar yang dinamakan spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan proses
meiosis membentuk dua spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid
tidak membelah lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa.
Kromosom Seks.
Pada setiap spermatogonium, salah satu dari 23 pasang kromosom membawa informasi genetic
yang menentukan seks dari turunan akhir. Pasangan ini terdiri dari satu kromosom “X”, yang
dinamakan kromosom wanita dan satu kromosom “Y”, kromosom pria. Selama pembelahan
mitosis, kromosom penentu seks dibagi diantara spermatid sehingga separoh sperma menjadi
sperma pria yang mengandung kromosom “Y” dan setengah lainnya sperma wanita yang
mengandung kromosom “X”. Kelamin dari keturunan ditentukan oleh jenis sperma mana yang
mengadakan fertilisasi pada ovum.
Pembentukan Sperma.
Bila spermatid pertama kali dibentuk, mereka masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, tetapi
segera sebagian besar sitoplasmanya menghilang, dan setiap spermatid mulai memanjang
menjadi spermatozoa, terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Untuk membentuk kepala, zat
inti memadat menjadi suatu massa yang padat, dan membrane sel berkontraksi sekitar inti. Ini
adalah zat inti yang melakukan fertilisasi ovum.
Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil yang dinamakan akrosom, yang dibentuk dari
aparatus golgi serta mengandung hialuronidase dan protease yang memegang peranan penting
untuk masuknya sperma ke dalam ovum.
Sentriol mengelompok pada leher sperma dan mitokondria tersusun berbentuk spiral dalam
badan.
Yang menonjol ke luar tubuh adalah ekor
panjang, yang merupakan pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol. Ekor hampir mempunyai
struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor mengandung dua pasang mikrotubulus yang turun
ke tengah dan sembilan mikrotubulus ganda yang tersusun sekitar pinggir. Ekor diliputi oleh
perluasan membrane sel, dan mengandung banyak adenosine trifosfat, yang niscaya memberi
energi pergerakan ekor. Pada pengeluaran sperma dari saluran genitalis pria ke dalam saluran
genitalis wanita, ekor mulai bergerak bolak-balik dan bergerak spiral pada ujungnya,
memberikan pendorongan yang menyerupai ular yang menggerakkan sperma ke depan dengan
kecepatan maksimum sekitar 20 sentimeter per jam.
Spermatogenesis
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus yang berfungsi menghasilkan
testosteron. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon.
Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon perangsang folikel (Folicle Stimulating
Hormone/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone/LH). LH merangsang sel
Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang sel
Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di
dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis : Spermatogonium berkembang menjadi sel
spermatosit primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit
sekunder, spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid, spermatid
berdiferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai,
maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel
sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis
agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper.
Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen
atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400
juta sel spermatozoa.
B. Oogenesis
Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel pemula atau oogonium. Oogonium
akan berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase
profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat
hingga masa pubertas.
Pada masa pubertas terjadilah oogenesis. Oosit primer membelah secara
meiosis, menghasilkan 2 sel yang berbeda ukurannya. Sel yang lebih kecil, yaitu badan
polar pertama membelah lebih lambat, membentuk 2 badan polar. Sel yang lebih besar
yaitu oosit sekunder, melakukan pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan ovum
tunggal dan badan polar kedua. Ovum berukuran lebih besar dari badan polar kedua.
Pengaruh Hormon dalam Oogenesis. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon
FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang
matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel Graaf, Folikel Graaf
menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya
folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus
luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi
menghambat sekresi DSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang,
sehingga aklurnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk
kembali, proses oogenesis mulai kembali.
Catatan : Pada laki-laki spermatogenesis terjadi seumur hidup, dan pelepasan
spermatozoa dapat terjadi setiap saat. Pada wanita, ovulasi hanya berlangsung sampai
umur sekitar 45 – 5O tahun. Seorang wanita hanya mampu menghasilkan paling
banyak 400 ovum selama hidupnya, meskipun ovarium seorang bayi perempuan sejak
lahir sudah berisi 500 ribu sampai 1 juta oosit primer.
Pengertian
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada
manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga
dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual.
Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, kita harus mengetahui terlebih dahulu organ-
organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya.
b. WANITA
Dibedakana menjadi organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
Organ reproduksi luar terdiri dari :
1. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar.
Berfungsi sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut
dengan liang peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara.
2. Vulva merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak di bagian luas dan membatasi
vulva.
2. Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak di bagian dalam dan membatasi
vulva
Gambar Uterus
Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=hormon
GAMETOGENESIS
Merupakan peristiwa pembentukan sel gamet, baik gamet jantan/sel spermatozoa (spermatogenesis)
dan juga gamet betina/sel ovum.
a. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel spermatozoa. Dibentuk di dalam tubula
seminiferus. Dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta
merangsang sel sertoli untuk meghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu
spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis.
Hormon LH yang berfungsi merangsang sel Leydig untuk memperoleh sekresi testosterone (yaitu
suatu hormone sex yang penting untuk perkembangan sperma).
Berlangsung selama 74 hari sampai terbentuknya sperma yang fungsional. Sperma ini dapat
dihasilkan sepanjang usia. Sehingga tidak ada batasan waktu, kecuali bila terjadi suatu kelainan
yang menghambat penghasilan sperma pada pria.
b. Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Proses oogenensis
dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum.
Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum).
Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH
Selama 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang
(mengalami peristiwa ovulasi). Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat menghasilkan
400 buah sel ovum setelah masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk
menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak dihasilkannya hormon, sehingga
berhentinya siklus menstruasi sekitar usia 45-50 tahun.
Bagan/skema spermatogenesis
Sel spermatogonium (2n)
Mitosis
Spermatosit primer
Meiosis I
Spermatosit sekunder Spermatosit sekunder
Meiosis II
Spermatid Spermatid Spermatid Spermatid
Sperma (n) Sperma (n) Sperma (n) Sperma (n)
Bagan/skema Oogenesis
Sel oogonium (2n)
Mitosis
Oosit primer (2n)
Meiosis I
Badan kutub primer Oosit sekunder (2n)
Meiosis II
Badan kutub sekunder Badan kutub sekunder Badan kutub sekunder Ootid
OVUM
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya
otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang
melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat
dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk
melakukan aktifits sehari–hari. Sehingga kita tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya kita
bila ada kerusakan yang terjadi pada tulang kita.