Anda di halaman 1dari 20

BAHAN AJAR MATERI REPRODUKSI UNTUK KELAS XI

Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak, atau
kemampuan  makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan dengan tujuan untuk
mempertahankan jenisnya.

A. Organ Sistem Reproduksi


1. Organ Sistem Reproduksi Laki-Laki
Sistem reproduksi pada pria meliputi organ reproduksi,
spermatogenesis dan hormon-hormon pada pria. Organ reproduksi dibagi
menjadi organ reproduksi dalam dan luar.
Organ reproduksi dalam terdiri dari testis, saluran pengeluaran dan
kelenjar asesoris.
a. Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang, terletak
didalam skrotum (kantung pelir), dan banyak terdapat saluran halus
yang disebut tubulus seminiferus. Berfungsi sebagai tempat
memproduksi sperma dan hormon testosteron
b. Saluran pengeluaran, terdiri dari :
1) Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar
dari testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan
mematangkan sperma.
2) Vas deferens merupakan saluran panjang dan lurus yang
mengarah ke atas dan berujung di kelenjar prostat. Berfungsi
untuk mengangkut sperma menuju vesikula seminalis/ kantung
semen atau mani.
3) Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek dan
menghubungkan vesikula seminalis dengan urethra.  
4) Urethra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi
dan terdapat di penis. Berfungsi sebagai  saluran kelamin yang

27
berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin
dari kantung kemih.
c. Kelenjar asesoris
1) Vesikula seminalis, merupakan tempat untuk menampung
sperma sehingga disebut dengan kantung semen, berjumlah
sepasang. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya
akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk
menetralkan suasana asam dalam saluran reproduksi wanita.
2) Kelenjar Prostat, merupakan kelenjar yang terbesar dan
menghasilkan getah putih yang bersifat asam. 
3) Kelenjar Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra, merupakan kelenjar
yang menghasilkan getah berupa lender yang bersifat alkali.
Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
urethra.

Sedangkan organ reproduksi pria bagian luar, terdiri dari:


a. Pada penis terdapat uretra yang dikelilingi oleh jaringan erektil, yaitu
rongga-rongga yang banyak mengandung pembuluh darah dan ujung
saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi
penuh oleh darah, sehingga penis menjadi tegang dan mengembang
(ereksi).
b. Skrotum (kantung pelir),  berjumlah sepasang , terdapat testis,  untuk
alat pembentukan sperma.

28
2. Organ Sistem Reproduksi Perempuan
Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis,
hormon pada wanita, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan laktasi.
Organ Reproduksi terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar. Organ reproduksi dalam terdiri dari ovarium dan saluran
reproduksi (oviduk, uterus, dan vagina).
a. Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan
panjang 3 - 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah
pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28
hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran
reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur)
serta hormon estrogen dan progesteron.
b. Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di
kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian
pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada
infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi
menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang
ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk
berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
c. Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga
pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir
dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher
rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan
zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa
lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan
lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim)
tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan
endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh
darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi
(pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat
menstruasi.

29
d. Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian
dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki
dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput
berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam
berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa)
menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir
tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan
jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk
melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke
kondisi semula setelah janin dikeluarkan.

Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan


celah paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons
pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari
vulva yang banyak menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut. 

Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar)


yang berjumlah sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan
labium minor (bibir kecil) yang juga berjumlah sepasang. Labium mayor
dan labium minor berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium
mayor dan labium minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan
kecil yang disebut klitoris. Klitoris merupakan organ erektil yang dapat
disamakan dengan penis pada pria. Meskipun klitoris secara struktural
tidak sama persis dengan penis, namun klitoris juga mengandung korpus
kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-
ujung saraf perasa. 

Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran


kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung
vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen merupakan selaput
mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.

30
B. Pembentukan Sel Kelamin
1. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma.
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus
seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal
dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang  bertujuan
untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Tubulus seminiferus
terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri,
sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Tahap-tahap spermatogenesis :

31
Pada tahap pertama, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A
membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian,
setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit
primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu,
setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah
spermatosit sekunder yang bersifat haploid. 
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis
membentuk empat buah spermatid.Spermatid merupakan calon sperma
yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23
kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi
menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi
sperma disebut spermiasi. 
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki
bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang
menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit
sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut acrosom. Acrosom mengandung
enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus
lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang
terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung
mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan
sperma. 
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-
sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan
mengatur proses spermatogenesis.
Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu
testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating
Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.

32
a. Testoteron
Testosteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-
sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis
untuk membentuk spermatosit sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan
berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam
cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk
pematangan sperma. 
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus
meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam
ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau
sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23
pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara
mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi
perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia
sekitar 5 bulan dalam kandungan. 

33
Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan
membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit
primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak
perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam
keadaan istirahat (dorman). Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam
setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika
mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit
primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhannya. Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan
mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer
melanjutkan meiosis tahap pertamanya. 

Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang


tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran
normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang
berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit
primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II
(meiosis kedua). 
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan
sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak
terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika
ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan
dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan

34
menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang
disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar
dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu
oogonium. 
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel
telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi
ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi
oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit
primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer
muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. 
Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer
berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder,
folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi,
folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel
matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah
menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan
mengkerut menjadi korpus albikan.
Hormon kelamin wanita meliputi:
a. Esterogen, dihasilkan oleh ovarium dan placenta, berpengaruh pada
pertumbuhan organ reproduksi, kelenjar mamae, sekresi cairan pada
serviks yang memudahkan sperma masuk ke uterus, dan proses
kelahiran.
b. Progesteron, dihasilkan oleh ovarium dan plasenta, berfungsi
merangsang pertumbuhan endometrium uterus, merangsang
pertumbuhan sel alveolar kelenjar mamae, meningkatkan viskositas
mukus serviks untuk menghambat masuknya sperma, dan sedikit
meningkatkan suhu tubuh.
c. Luitenizing Hormone (LH), dihasilkan oleh hipofisi berfungsi
merangsang ovarium untuk memproduksi esterogen dan progesteron,
serta memacu pertumbuhan korpus luteum dan ovulasi.

35
d. Follicle Stimulating Hormone (FSH),dihasilkan oleh hipofisis,
berfungsi merangsang ovarium untuk memproduksi esterogen dan
progesteronserta memacu pertumbuhan untuk perkembangan folikel
(sel telur).
e. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), dihasilkan oleh
hipotalamus, berfungsi merangsang hipofisis untuk menyekresi LH
dan FSH.
f. Human Chorionic Gonadootropin (HCG), dihasilkan oleh sel-sel
embrionik mulai dari hari ke-10 setelah fertilisasi, befungsi
mempertahankan produksi progesteron dan estrogen oleh ovarium.
g. Laktogen plasenta (Human Placental Lactogen/HPL), dihasilkan
oleh plasenta, berfungsi merangsang pertumbuhan kelenjar mamae
untuk persiapan laktasi dan menyediakan energi pada ibu hamil
h. Tirotropin korionik, dihasilkan oleh plasenta, berfungsi
meningkatkan laju metabolisme pada ibu hamil.
i. Relaksin, dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan
plasenta, berfungsi merelaksasi serviks dan fibrokartilago pada
tulang panggul untuk memudahkan kelahiran.
j. Prolaktin, dihasilkan oleh hipofisim berfungsi merangsang
pertumbuhan duktus dan alveolus pada kelenjar mame saat
kehamilan dan produksi ASI saat menyusui.
k. Oksitosin, dihasilkan oleh hipofisis, berfungsi merangsang
kontraksi uterus untuk proses kelahiran dan merangsang kelenjar
mamae untuk pengeluaran air susu.
l. Corticotropin Releasing Hormone (CRH), dihasilkan oleh plasenta,
berfungsi memacu produksi estrogen plasenta dan perubahan paru-
paru janin untuk menghirup udara.
m. Prostaglandin, dihasilkan oleh uterus, berfungsi memengaruhi
robeknya folikel saat ovulasi dan merangsang kontraksi uterus saat
kelahiran.
3. Ovulasi dan Menstruasi

36
Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan  atau  luruhnya dinding rahim
(endometrium). Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh
sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari.
Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut
ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan
ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-
hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi. Untuk
mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya
adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi
terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau
siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung
sejak hari pertama menstruasi.
Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase
menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi fase pasca-ovulasi. 

a. Fase Menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma,


sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon
estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal
(endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium
sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan

37
pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan
terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya
berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-
rata sekitar 50mL.
b. Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi
satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh
sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel
de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya,
folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun
dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi
estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks
untuk mengeluarkan lendir yang bersipat  basa. Lendir yang bersifat
basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih
mendukung lingkungan hidup sperma.
c. Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase
pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan
LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan
oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh
sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
d. Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh
oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan
berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi
estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi

38
estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus
atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada
vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan
fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk
menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi
pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini berlangsung
dari hari ke-15 sampai hari ke-28. 
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki
kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga
konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini,
hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH,
sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase
menstruasi berikutnya.
4. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan (fusi) gamet-
gamet haploid, yaitu sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk
membentuk zigot haploid. Tempat terjadinya fertilisasi umumnya di 1/3
Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar Oviduct (Fertilisasi In vitro).
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang
mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi
segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. 

39
Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-
tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di
sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma
juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.
Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa
glikoprotein yang membungkus oosit sekunder. Sperma dapat menembus
oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling
mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas
yang saling mendukung. 
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan hialuronidase,
akrosin, dan antifertilizin.  hialuronidase yaitu enzim yang dapat
melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata. Akrosin merupakan
protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona
pelusida. Antifertilizin yaitu antigen  terhadap oosit sekunder sehingga
sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu
fertilizin yang tersusun dari glikoprotein. Fungsi fertilizin adalah untuk
mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat, menarik sperma secara
kemotaksis positif, dan mengumpulkan sperma di sekeliling oosit
sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit
di bagian korteks oosit sekundermengeluarkan senyawa tertentu yang
menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya.
Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada
inti oosit sekunder, sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai
penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang
disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus)
pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan
berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom
(haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan

40
bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46
kromosom.
5. Gestasi
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus.
Dalam perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-
kali. Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama
besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap
morula. Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap
ini disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel
(blastosol).
Perkembangan tersebut melalui pola dasar tertentu yang dapat
dibagi beberapa tahap, morula, blastula, gastrul. Blastosit terdiri dari sel-
sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam. Sel-sel bagian luar blastosit
merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada
uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah
endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga
mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta
mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian
dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot
berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di
bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk
plasenta dan berbagai membran kehamilan.
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu
proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya
selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan
membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar,
termasuk kekeringan.
Selaput pembungkus embrio terdiri atas bagian-bagian :
1. Amnion, menghasilkan cairan ketuban berguna untuk menjaga agar
embrio tetap basah dan tahan goncangan.

41
2. Korion, terdapat pembuluh pembuluh darah yang berhubungan dengan
peredaran darah induknya dengan perantaraan plasenta. Organ
pemberi nutrisi bagi embrio.
3. Alantois berfungsi menghubungkan sirkulasi embrio dengan plasenta
4. Kantong kuning telur/ sakus vitelinus , berfungsi menyediakan
makanan utama bagi embrio.
5. Plasenta/ari-ari berfungsi untuk pertukaran gas, makanan, dan zat sisa
antara ibu dan anak serta melindungi janin dari serangan
mikroorganisme dan menghasilkan hormon.
6. Persalinan
Otot rahim berkontraksi, serviks membesar, dan bayi didorong ke
luar. Pada saat tertekan, amnion pecah, cairan amnion keluar bersama bayi
untuk melicinkan jalan keluar. Pemotongan tali pusat dilakukan beberapa
saat setelah bayi keluar. Keluarnya plasenta terjadi kira-kira tiga puluh
menit setelah bayi keluar karena dinding rahim berkontraksi lagi.
7. Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, rekresi, dan pengeluaran ASI
(Air Susu Ibu). Saat kehamilan, estrogen merangsang perkembangan
saluran kelenjar, dan progesteron merangsang pembentukan alveoulus
lobulus dalam payudara. HPL diproduksi plasenta untuk pertumbuhan
payudara, puting, dan areola. Prolaktin dan somatomammotropin
korionik merangsang perkembangan kelenjar mamae. Penurunan
estrogen dan progesteron saat kelahiran akan memicu laktasi.
Oksitosin merangsang pengeluaran susu.
Setelah terjadi kelahiran, bayi membutuhkan makanan yang kaya
akan nutrisi, yaitu ASI (air susu ibu). Sejak lahir sampai berusia 6 bulan,
ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. ASI memiliki komposisi
sempurna yang sesuai kebutuhan bayi. ASI memiliki glukosa, albumin
dan kandungan air lebih tinggi dibandingkan air susu yang lain. Glukosa
sangat diperlukan bayi untuk tumbuh dan menghasilkan energi. Albumin

42
adalah protein untuk mencerdaskan bayi dan sangat baik untuk
pertumbuhannya.
ASI memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
a. Saat baru belajar menyusui, hisapan bayi merangsang keluarnya air
susu. Sehingga, bayi tidak mengalami kesulitan menyusui.
b. ASI steril sehingga mudah dicerna oleh bayi dan mengandung
antibodi.
c. Memberi ASI memerlukan kalori sehingga mempercepat
pengurangan bobot badan ibu setelah melahirkan.
d. Menambah ikatan emosi antara ibu dan anak.
e. Sebagai salah satu pencegah kehamilan, bila ibu memberi ASI
eksklusif (tanpa makanan tambahan apapun).
f. Untuk menghemat pengeluaran. Asi merupakan susu dengan
komposisi sempurna yang tidak bisa digantikan oleh susu formula.
Tetapi, karena kondisi tertentu ibu tidak bisa memberi ASI.
Beberapa kondisi yang menyebabkan ibu tidak dapat menyusui, antara
lain:
a. Hambatan Psikis
Hambatan psikis ini disebabkan karena kurangnya dukungan dari
suami atau keluarga sehingga sang ibu tidak merasa nyaman untuk
menyusui. Selain itu, karena ibu mengalami depresi pasca kelahiran
atau ibu merasa jera karena rasa sakit saat awal menyusui.
b. Hambatan Fisik
Hambatan fisik ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain
kesehatan ibu tidak memungkinkan untuk menyusui, air susu tidak
keluar, atau karena ibu mengkonsumsi obat-obatan tertentu sehingga
tidak diperbolehkan memberi ASI pada bayi.

8. KB
Metode kontrasepsi adalah menghambat pergerakan sperma ke
ovum, mencegah ovulasi, atau mencegah implantasi zigot.

43
Jenis metode kontrasepsi:
a. Kontraseps alami (sistem kalender)
b. Koitus interuptus
c. Kontrasepsi kimiawi, yang bersifat toksik bagi sperma.
d. Penghambatan implantasi
e. Metode sawar mekanis (vasektomi dan tubektomi)
f. Pencegahan ovulasi (pil KB, susuk KB, atau suntik KB
Pengontolan kehamilan secara mekanis:
a. IUD: menghalangi implantasi
b. Diafragma: mencegah sperma masuk uterus
c. Kondom: mencegah sperma masuk vagina
Pengontrolan secara kimiawi:
a. Spermisida baik dalam bentuk busa, jeli atau tablet: mematikan
sperma
b. Penggunaan kontrasepsi secara oral berupa pil: mengandung hormon
sintetik estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi.
Sterilisasi merupakan mencegah kehamilan dengan tingkat
keberhasilan 100%
a. Vasektomi: pemotongan dan pengikatan vas deferens
b. Tubektomi: pemotongan dan pengikatan Tuba fallopii

9. Penyakit/Gangguan Sistem Reproduksi


Kelainan atau penyakit pada sistem reproduksi ada beberapa
macam, antara lain:
a. Kanker leher rahim adalah kanker yang menyerang leher rahim
perempuan melalui tahap-tahap pra-kanker (displasia ringan),
displasia berat, kanker yang belum menyebar dan kanker yang akan
menyebar. Pada stadium lanjut, kanker ini memiliki gejala
pendarahan setelah senggama, pendarahan setelah menopouse dan
keputihan atau keluar cairan kekuningkuningan, berbau dan
bercampur dengan darah.

44
b. Kanker Leher Rahim Kanker ovarium adalah kanker yang
menyerang indung telur kiri atau kanan, atau kedua-duanya. Kanker
indung telur biasanya menyerang perempuan yang sudah menopouse
(berumur 50 tahun ke atas).
c. Kanker Ovarium Endometrosis adalah penyakit pada sistem
reproduksi wanita. Hal ini disebabkan oleh jaringan endometrium
tumbuh di luar rahim, seperti serviks atau vagina.
d. Endometrosis Hamil anggur merupakan suatu kehamilan yang tidak
berisi janin, tetapi berisi gelembung-gelembung mola dan bekuan
darah. Hamil anggur dapat menyebabkan kesakitan atau kematian
karena pendarahan, tembusnya dinding rahim oleh proses mola dan
infeksi.
e. Kanker prostat adalah kanker yang menyerang kelenjar prostat pada
pria. Kanker ini menyebabkan sel-sel dalam kelenjar prostat tumbuh
abnormal dan tidak terkendali. Kanker prostat biasanya menyerang
pria usia 60 tahun ke atas.
f. Penyakit gonorhoe adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit kelamin ini bisa menular
melalui seks bebas. Gejalanya adalah keluar cairan berwarna putih,
rasa nyeri pada saat buang air kecil, pada pria mulut uretra bengkak
dan agak merah.
g. Sifilis (Raja singa) Penyakit herpes genitalis disebabkan oleh virus
herpes simpleks. Gejala yang timbul adalah bintil-bintil
berkelompok pada kemaluan, hilang dan timbul, akhirnya menetap
seumur hidup. Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual. Gejala
yang timbul adalah luka pada kemaluan, bintik atau bercak merah di
tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf, dan kulit.
h. Herpes Genitalis Penyakit condiloma accuminata disebabkan oleh
virus Human papilloma. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kutil

45
yang dapat membesar dan akhirnya dapat menimbulkan kanker
mulut rahim.
i. Condiloma Accuminata Infertilitas atau ketidaksuburan dapat terjadi
pada pria atau wanita. Pada pria infertilitas terjadi karena adanya
penyakit, seperti impotensi, ejakulasi dini, adanya sumbatan pada
saluran sperma, adanya kelainan gerak sperma dan kerusakan testis.
Sedangkan, pada wanita disebabkan oleh kelainan lendir leher rahim,
adanya tumor, adanya sumbatan pada saluran telur, menstruasi tidak
teratur dan karena obesitas.

46

Anda mungkin juga menyukai