IKHTILAF
1. Pengertian Ikhtilaf
Secara bahasa, ikhtilaf berasal dari bahasa Arab ikhtalafa-
yakhtalifu-ikhtilaafan yang berarti perselisihan. Ibnu katsir
mengemukakan bahwa kata ini dapat ditemukan di dalam al-Qur’an,
salah satunya berada di surat Maryam ayat 37. Dalam KBBI, ikhtilaf
diartikan sebagai perbedaan pendapat atau perselisihan pikiran.
Sedangkan secara terminologi, ikhtilaf merupakan perbedaan yang
terjadi di kalangan para ulama (mujtahid) dalam memahami sebuah
teks syariat (al-Qur’an dan al-Hadits), demi mengafirmasi kebenaran.
Terdapat beberapa definisi ikhtilaf menurut para ulama, seperti
menurut Thaha Jabir, ikhtilaf berarti kecenderungan seseorang
terhadap suatu sikap atau pendapat tertentu. Kemudian, menurut
Muhammad ‘Abd al-Rauf al-Manawi, ikhtilaf berarti sikap atau
pendapat yang diambil oleh seseorang yang berbeda dari sebelumnya.
Sedangkan menurut al-Jurjaini, ikhtilaf berarti perbedaan yang terjadi
di antara dua orang untuk mengafirmasi suatu kebenaran dan
menegasikan kesalahan.1
2. Sebab-sebab Ikhtilaf
Sebenarnya, ikhtilaf telah ada sejak zaman Rasulullah. Pada masa
itu ikhtilaf yang terjadi tidak sampai menimbulkan perpecahan karena
Rasulullah selalu berusaha mengembalikan segala urusan mereka
melalui mekanisme musyawarah dan mufakat. Sepeninggal Rasullah,
para sahabat pernah berikhtilaf tentang wafatnya Rasulullah,
pemakaman, dan pengganti Rasullah.
Pada periode Khalifah Abu Bakar dan Umar, ikhtilaf diantara
sahabat tetap ada, namun mereka masih sangat menghormati dan
memelihara musyawarah. Namun ini tidak bertahan lama karena
1
Mohammad Hanief Sirajulhuda, “Konsep Fikih Ikhtilaf Yusuf al-Qardhawi”, Tsaqafah, Vol.13,
No.2, November 2017, 258.
bertambah luasnya wilayah islam, yang di dalamnya terdapat adat
kebiasaan, tradisi dan pola hidup yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Menurut Muhammad Khudari Bek, ahli fiqih dari Mesir, ikhtilaf
disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:
a. Munculnya faksi-faksi dalam Islam.
b. Tersebarnya ulama di berbagai wilayah taklukan Islam sejak
berakhirnya Khulafaur Rasyidin.
c. Berkembangnya dinamika kehidupan manusia yang dibarengi
perbedaan adat istiadat dan budaya non-Arab yang memerlukan
fatwa baru.
d. Munculnya banyak hadits maudhu’.
e. Munculnya ulama non-Arab yang memicu kecemburuan sosial
bagi beberapa orang Arab yang fanatik.
f. Adanya kontestasi antara Ahl al-Hadits dan Ahl al-Ra’y serta
para pendukung masing-masing pihak.
2
Masruhan, “Pengaruh Ikhtilaf al-Hadith”, Islamica, Vol. 7 No. 2, Maret 2013, 273.
wurudnya mengundang perbedaan pendapat ulama dalam
meng-istinbat-kan hukum. Misalnya, ikhtilaf tentang mencuci
atau membasuh kedua kaki dalam wudhu. Allah berfirman:
3
Anwar Sadat, “Ikhtilaf di Kalangan Ulama Al-Mujtahidin”, Ar-Risalah, Vol. 15 No. 2,
Nopember 2015, 182-189
DAFTAR PUSTAKA