QUR’AN
RESUME
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu tugas terstruktur pada mata kuliah fiqh
Nurhafidzoh (1192080051)
Hirza Nur Intan Swari (1162080032)
Siti Sarah (1192080067)
Perbedaan dalam bidang furu’ pada hakikatnya sudah ada sejak masa sahabat.
Akan tetapi perbedaan ini bersifat terbatas. Oleh karna itu, perbedaan tersebut tidak
sampai membuat konflik. Setelah daerah kekuasaan islam meluas dan para sahabat tidak
lagi berada pada satu tempat yang sama, melain kan memperluas dan menyebar ke
beberapa daerah yang baru di kuasai islam, dan masing-masing sahabat dengan perbedaan
kemampuan dan pengetahuan masing-masing menghasilkan ijtihad berbeda-beda pula.
Inilah yang menambahkan kawasan perbedaan dalam bidang furu’ semakin luas.
Dalam Hal ini dipaparkan secara singkat dua bagian pertama penyebab perbedaan
tersebut sebagai sebuah gambaran tentang adanya pengaruh perbedaan dalam ushul ql-fiqh
dan kaidah usuliyah terhadap perbedaan furu’.
a. Perbedaan yang bersifat Umum
Menurut al-khin penyebab terjadinya perbedaan dalam ilmu fiqh itubanyak
sekali, tetapi yang di anggap penting ada beberapa macam, yaitu :
• Perbedaan dalam qiro’at.
Penyebab perbedaan adalah adanya ayat al-Quran, surah al-Maidah ayat 6 yang
beriri tata cara berwudhu yang oleh sebagian ulama (dalam hal ini diwakili jumhur
ulama) kata-kata arjul (kaki) pada ayat itu dibaca nasab sehingga terbaca wa
arjulakum oleh sebagian yang lain (ulama shi’ah imamiyah) dibaca dengan jar, wa
arjulukum.
Dimakasudkan adanya perbedaan pendapat yaitu terdapatnya dua buah nas atau
lebih dari sisi makna tampaknya bertentangan yang sebagian ulama berpendapat bahwa
kesemuanya tidak mungkin diamalkan secara bersamaan titik oleh karena itu para
ulama menempuh berbagai macam cara dalam mengkompromikan nasnas tersebut.
untuk menyelesaikan nash-nash ulama memiliki cara-cara yang berbeda, istilah-istilah
yang banyak dijumpai dalam hal ini antara lain:
a. Al tarjih yaitu meneliti dan menentukan petunjuk hadis yang memiliki argumen
yang lebih kuat.
b. Al jam’u yaitu kedua hadits yang tampak bertentangan itu dikompromikan, atau
sama-sama diamalkan sesuai dengan konteksnya.
c. Al-nasikh wa al-mansukh yaitu petunjuk dalam hadis yang satu dinyatakan sebagai
penghapus sedang hadis yang satunya sebagai yang dihapus.
d. Al-tauqif yaitu menunggu sampai ada petunjuk atau dalil lain yang dapat
menjernihkan dan menyelesaikan pertentangan.
D. Urgensi pengetahhuan terhadap sebab perbedaan dalam konteks kekinian
Pengetahuan akan sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat untuk saat ini
sangatlah dibutuhkan kurangnya informasi menyebabkan terjadinya perbedaan. Pada
kasus di Indonesia misalnya, sudah menjadi bukan rahasia lagi bahwa ada sebagian
masyarakatnya yang melaksanakan tarawih di bulan Ramadlan dengan 8 raka’at, dan
ada sebagian yang melakukannya dengan 20 raka’at. Dalam melaksanakan shalat, ada
yang mengeraskan bacaan basmalah dan ada yang tidak mengeraskannya atau bahkan
tidak membacanya sama sekali. Perbedaan seperti ini, di masyarakat akar rumput sering
menimbulkan permasalahan, menjadikan salah satu kelompok tidak bersedia shalat
berjama’ah atau bekerja sama dengan kelompok lain yang tidak sependapat. Perbedaan
tersebut tidak lagi menjadi perbedaan furù’ fiqhiyyah, tetapi dianggap sebagai
perbedaan ideologi, akidah dan keyakinan yang menjadikan sebagiannya berhak
“menyesatkan” sebagian yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-bani, Muhammad. 1996. Sifah Salah an-Nabi. Riyadl: Maktabah Al-Ma’arif.
Al-kin, Mustafan Sa’id. 1996. Atsar al-ikhtilaf fi al-Qawa’id al-Ushuliyah fi
ikhtilaf al-Fuqoha. Beirut: Mu’assasah ar-Risalah.
Al- Zuhaili, Wahbah. 1986. Usul al-Fiqh al-Islami. Beirut: Dal al-Fikr
Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.