Anda di halaman 1dari 15

Alat Reproduksi Pria

Organ reproduksi merupakan organ yang sangat penting bagi manusia. Mulai bekerja
setelah pertumbuhan yang matang pada tubuh manusia. Dimulai dengan gejala puberitas. Pada
masing-masing jenis kelamin mempunyai perbedaan sistem reproduksi, yaitu antara pria dan
wanita. Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum (kantung zakar) dan
testis (buah zakar). Struktur dalamnya terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan
vesikula seminalis.

Organ dari sistem reproduksi laki-laki mempunyai fungsi sebagai berikut:

 Untuk menghasilkan, menjaga, dan transportasi sperma (sel reproduksi laki-laki) dan
cairan pelindung (semen)

 Untuk mengantarkan semen yang mengandung sperma ke dalam alat genital wanita

 Untuk memproduksi dan sekresi hormon seks pria


1. Penis

Penis adalah organ pada pria untuk melakukan hubungan seksual dan memiliki tiga bagian:

 akar, yang melekat pada dinding perut

 Bagian badan atau batang

 Glans, merupakan ujung penis yang berbentuk seperti kerucut

Glans, atau disebut juga dengan kepala penis, ditutupi dengan lapisan kulit longgar yang
disebut kulup. (Kulit ini kadang-kandang dibuang dalam proses sunat.)
Ujung dari saluran uretra, saluran yang mengangkut semen dan urin, berada pada ujung glans.
Pada penis juga terdapat sejumlah ujung syaraf yang sensitif.

Bagian badan penis berbentuk silinder dan terdiri dari tiga bilik. Bilik-bilik ini terdiri dari
jaringan khusus seperti spons yang bernama jaringan erektil. Jaringan ini berisi ribuan ruang
besar dan dapat diisi dengan darah ketika laki-laki tersebut terangsang secara seksual. Apabila
penis terisi dengan darah, ia menjadi kaku dan tegak, yang memungkinkan untuk penetrasi
selama hubungan seksual. Kulit penis longgar dan elastis yang memungkinkan perubahan ukuran
penis saat ereksi.
Semen, yang mengandung sperma, dikeluarkan (ejakulasi) melalui ujung penis ketika
laki-laki tersebut mencapai klimaks seksual (orgasme). Ketika penis ereksi, aliran urin diblokir
dari saluran uretra sehingga hanya semen yang keluar pada saat orgasme/ejakulasi.

2. Skrotum

Skrotum adalah kulit berbentuk kantong-kantong longgar yang menggantung di belakang


penis dan berisi buah zakar (atau disebut juga testis), serta banyak syaraf dan pembuluh darah.
Skrotum berfungsi untuk melindungi dan pengatur suhu testis. Untuk perkembangan sperma
secara normal, testis harus berada pada suhu sedikit lebih rendah dari suhu tubuh. Dengan otot
khusus pada dinding skrotum yang dapat berkontraksi dan relaksasi. Saat berkontraksi, skrotum
dapat mendekatkan testis ke tubuh sehingga menjadi hangat dan sebaliknya saat berelaksasi testis
akan menjauh dari tubuh untuk menurunkan suhunya.

3. Buah Zakar ( Testis )

Testis adalah organ berbentuk oval dan berukuran sebesar buah zaitun yang terletak pada
skrotum. Kebanyakan pria memiliki dua testis. Testis bertanggung jawab dalam pembuatan
hormon testosteron, hormon seks pria yang utama, dan untuk menghasilkan sperma. Dalam testis
terdapat gulungan saluran yang disebut dengan tubulus seminiferus. Tubulus ini memproduksi
sel-sel sperma melalui proses spermatogenesis.
4. Epididimis

Epididimis merupakan saluran panjang dan bergulung dan melekat pada bagian belakang
testis. Epididimis berfungsi dalam pengangkutan dan penyimpanan sel sperma yang diproduksi
oleh testis. Kemudian, epididimis juga bertugas untuk maturasi atau pendewasaan sel sperma,
karena sel sperma yang belum dewasa tidak dapat melakukan fertilisasi. Saat terjadi rangsangan
seksual, terjadi kontraksi pada epididimis yang membawa sel sperma ke vas deferens.

5. Vas Deferens

Vas Deferens adalah saluran berotot yang menghubungkan antara epididimis dengan
vesikula seminalis yang terletak di belakang kandung kemih. Vas deferens mengangkut sperma
matang ke uretra untuk persiapan ejakulasi.
6. Saluran Ejakulasi

Dibentuk dari gabungan antara vas deferens dan vesikula seminalis. Saluran ini berakhir
di uretra.

7. Uretra

Uretra adalah saluran yang membawa urin deri kandung kemih ke luar tubuh. Pada laki-
laki, ia mempunyai fungsi tambahan untuk mengeluarkan (ejakulasi) semen ketika pria mencapai
orgasme. Ketika penis ereksi, aliran urin diblokir dari saluran uretra sehingga hanya semen yang
keluar pada saat orgasme/ejakulasi.
8. Vesikula Seminalis

Vesikula Seminalis adalah kantong yang menempel pada kandung kemih. Vesikula
Seminalis menghasilkan cairan kaya gula (fruktosa) yang berfungsi untuk memberi makan
sperma dan membantu dalam mobilitas sperma (kemampuan untuk bergerak). Cairan dari
vesikula seminalis memberikan kontribusi terbanyak dalam menambah volume semen pada pria.

9. Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat adalah kelenjar berbentuk seperti kacang walnut yang erletak dibawah
kandung kemih dan dekat dengan rektum. Kelenjar prostat memberikan kontribusi cairan
tambahan untuk ejakulasi. Cairan prostat juga membantu memelihara sperma.
10. Kelenjar Cowperi

Kelenjar bulbouretral, atau kelenjar cowper adalah kelenjar berbentuk seperti kacang Pea
dan terletak tepat di bawah kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang licin dan
bening dan bermuara pada uretra. Cairan ini berfungsi untuk melumasi uretra dan menetralisir
keasaman yang terjadi akibat sisa-sisa urin dalam saluran uretra.

 Bagaimana fungsi sistem reproduksi laki-laki?

Sistem reproduksi laki-laki secara keseluruhan bergantung pada hormon, yang


merangsang atau mengatur aktivitas sel-sel atau organ. Hormon-hormon utama yang terlibat
dalam fungsi sistem reproduksi laki-laki adalah follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing
hormone (LH) dan testosteron.

FSH dan LH diproduksi oleh kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak. FSH
diperlukan untuk memproduksi sperma (spermatogenesis), dan LH merangsang produksi
testosteron, yang diperlukan untuk melanjutkan proses spermatogenesis. Testosteron juga
penting dalam pengembangan karakteristik pria, termasuk massa dan kekuatan otot, distribusi
lemak, massa tulang dan dorongan / hasrat seks.
 Apakah seorang pria dapat mengalami “Menopause” ?

Menopause adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan akhir dari fungsi
normal menstruasi wanita. Seorang wanita menopause ditandai dengan perubahan dalam
produksi hormon. Tetapi testis tidak seperti ovarium yang bisa kehilangan kemampuan untuk
membuat hormonnya. Seorang pria yang sehat masih dapat memproduksi spermanya pada usia
80 tahun atau lebih.

Di sisi lain, perubahan secara perlahan-lahan pada fungsi testis dapat terjadi pada usia 45
sampai 50 tahun, dan perubahan drastis terjadi ketika memasuki usia 70 tahun. Kebanyakan pria,
produksi hormonnya bisa tetap normal meskipun menginjak usia tua. Sedangkan sisanya
mengalami penurunan akibat penyakit seperti diabetes.

Selain itu penurunan fungsi testis yang menyebabkan gejala kelelahan, depresi, atau
impotensi masih belum jelas kaitannya.

 Bisakah “Menopause” pada pria disembuhkan?

Jika kadar hormon testosteron dalam darah rendah, terapi dengan injeksi hormon dapat
meringankan gejala seperti kehilangan gairah seks, depresi, dan kelelahan. Namun, hal tersebut
dapat memperparah kanker prostat dan aterosklerosis (pengerasan pada arteri).

Sebelum memulai terapi penambahan hormon, seorang peria harus menjalani


pemeriksaan fisik lengkap dan uji laboratorium terlebih dahulu. Tetapi manfaat dari terapi ini
untuk pria muda masih meninggalkan tanda tanya.

 Spermatogenesis

Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus.


Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan
dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel
terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.

Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B.

Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit
primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer
membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah
spermatid.

Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n
atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi
menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.

Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian
membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom.
Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus
lapisan pelindung ovum.

Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan
sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.

Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang
memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
 Hormon Pada Pria

Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH


(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.

1. Testoteron

Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

2. LH (Luteinizing Hormone)

LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig


untuk mensekresi testoteron

3. FSH (Follicle Stimulating Hormone)

FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-
sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.

4. Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga
mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta
membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk
pematangan sperma.

5. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon


pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
 Gangguan Reproduksi Pada Pria

1. Hipogonadisme

Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi
hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas,
impotensi dan tidak adanya tanda- tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi
hormon.

Disfungsi erektil yang disebut impotens, adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk menyelesaikan koitus. Pasien dapat melaporkan
penurunan frekuensi ereksi, ketidakmampuan untuk mencapai ereksi yang keras atau
detumescence ( menghilangkan ereksi ) yang cepat.

2. Kriptorkidisme

Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga
abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian
hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga,
dilakukan pembedahan.

3. Masalah – masalah Ejakulasi

Ejakulasi premature terjadi ketika pria tidak dapat secara sadar mengontrol reflex
ejakulasi dan sekali terangsang, pria akan langsung mencapai orgasme atau segera setelah masuk
ke liang vagina ( intromisi ). Kondisi ini merupakan disfungsi umum pada pria.

Ejakulasi Lambat ( Retarded Ejaculation ). Ejakulasi lambat adalah penghambatan


imvolunter reflek ejakulasi . berbagai respon mencakup ejakulasi okasional melalui hubungan
seksual atau stimulasi mandiri atau ketidakmampuan komplit untuk ejakulasi di bawah segala
situasi.

4. Gangguan Akibat Kekurangan Testosteron.

Tidak ada atau berkurangnya testosteron dalam perkembangan embrio/janin dengan


kromosom XY mengakibatkan terbentuknya genitalia eksternal perempuan atau genitalia
eksternal ganda. Pada perkembangan janin tahap akhir, testis turun dari abdomen ke skrotum atas
pengaruh testosteron. Jika kadar testosteron tidak memadai, maka testis tidak akan turun.
Keadaan ini, kriptorkidisme, berkaitan dengan adanya kemungkinan terjadin penyakit di
kemudian hari.

Abnormalitas kadar testosteron pada masa pra pubertas dan pubertas mengakibatkan
terlambatnya penutupan epifisis ddan proporsi kerangka eunukoid dengan rentang lengan lebih
panjang 2 inci atau lebih tinggi dari tinggi badan, dan jarak dari tumit sampai tulang pubis dua
inci atau lebih panjang dari jarak tulang pubis sampai ke puncak kepala.

Selain itu, perubahan-perubahan lain akibat pengaruh testosteron seperti suara yang
dalam; pertumbuhan rambut pubis dan aksila; pertumbuhan jenggot; testis, penis, dan ukuran
prostat; dan perkembangan bentuk tubuh laki-laki tidak akan terjadi. Hipogonadisme sebelum
pubertas mengakibatkan eunukoidisme.

Pada laki-laki dewasa, testosteron berfungsi mempertahankan karakteristik seksual laki-


laki, akan tetapi hilangnya testosteoron biasanya secara klinis tidak jelas. Namun demikian,
testosteron dalam jumlah yang tidak memadai pada masa dewasa akan mengakibatkan fungsi
seksual yang buruk (yaitu, impotensi dan hilangnya libido); dan kualitas serta kuantitas sperma
yang buruk (yaitu, infertilitas).

 Penyakit Sistem Reproduksi Pria

1. Sifilis

Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri. Tanda-tanda sifilis, antara
lain terjadinya luka pada alat kelamin, rektum, lidah, dan bibir; pembengkakan getah bening
pada bagian paha; bercak-bercak di seluruh tubuh; tulang dan sendi terasa nyeri ruam pada
tubuh, khususnya tangan dan telapak kaki.

Tanda-tanda penyakit ini dapat hilang, namun bakteri penyebab penyakit tetap masih di
dalam tubuh, setelah beberapa tahun dapat menyerang otak sehingga bisa mengakibatkan
kebutaan dan gila. Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan
penggunaan antibiotik secara cepat.

2. Gonore (kencing nanah)

Gonore (kencing nanah) disebabkan oleh bakteri. Gejala dari gonore, antara lain
keluarnya cairan seperti nanah dari saluran kelamin; rasa panas dan sering kencing. Bakteri
penyebab penyakit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada
persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan.
Penyakit ini dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik
secara cepat.

3. Herpes Genetalis

Herpes genetalis disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit herpes genetalis adalah
Herpes simpleks. Gejala penyakit herpes genetalis, antara lain timbulnya rasa gatal atau sakit
pada daerah kelamin dan adanya luka yang terbuka atau lepuhan berair.

 Kelainan Sistem Reproduksi Pria

Alat kelamin laki-laki dan perempuan terbentuk dari jaringan yang sama dalam embrio.
Ketika bertindak berdasarkan testosteron tingkat tinggi sebelum lahir (sama pada janin laki-laki
normal), kelamin menjadi penis, skrotum, dan penile urethra. Rendah atau tidak adanya tingkat
testosteron membuat terbentuknya klitoris, labia majora, dan separate vaginal dan saluran
urethral.

Testosteron tingkat intermediate menyebabkan kelamin rancu ; kelamin laki-laki


memiliki penis dan testikel kecil yang menetap di perut sebagai gantinya masuk kedalam
skrotum (undescended testicle, juga dikenal sebagai cryptorchidism), dan kelamin wanita
memiliki klitoris yang membesar dan menyatu dengan labia. Penampakan kelamin pada kedua
kelamin sangat mirip.

Pseudohermaphroditism pada laki-laki (better termed undervirilized 46,XY intersex),


terjadi pada kelamin laki-laki yang memiliki kelamin luar yang terlihat sebagai wanita tetapi
memiliki undescended testikel. Pseudohermaphroditism kemungkinan disebabkan oleh
kekurangan sebelum lahir pada hormon kelamin laki-laki (androgen), sebuah kemampuan
jaringan tubuh untuk bereaksi terhadap androgen, mengarah kepada hormon kelamin wanita
(estrogen), atau ketidakmampuan kromosom.

Setelah terbentuk, testis memproduksi lebih banyak androgen tubuh laki-laki. Tidak ada
atau tidak terbentuknya testis disebabkan kekurangan androgen.

Kekurangan androgen selama masa kanak-kanak menyebabkan pembentukan kelamin


yang tidak sempurna. Anak laki-laki yang terkena mendapatkan suara yang melengking dan otot
pembentukan yang lemah untuk seusianya. Penis, testis, dan skrotum tidak terbentuk. Rambut di
kelamin dan rambut di ketiak adalah tipis, dan lengan serta kaki panjangnya tidak normal.
Kekurangan androgen bisa diobati dengan testosteron. Testosteron tersebut biasanya
diberikan dengan suntikan atau melalui lapisan kulit. Suntikan dan aplikasi kulit menyebabkan
beberapa efek samping dibandingkan menggunakan testosteron yang diminum. Testosteron
merangsang pertumbuhan, perkembangan kelamin, dan kesuburan.

 Mitos Seputar Sperma

Flu dapat mempengaruhi kesuburan.  Benar bahwa penyakit yang menyebabkan demam
mempengaruhi produksi dan kualitas sperma tetapi tidak mempengaruhi fertilitas dalam 2
sampai 3 bulan.

Bersepeda merusak sistem reproduksi.  Tidak sedramatis itu, tetapi bila dikaitkan dengan
suhu skrotum, bersepeda lebih dari 30 menit akan meningkatkan suhu skrotum dan
mempengaruhi produksi sperma lebih lagi penggunaan celana bersepeda yang ketat.

Gaya hidup sehat, hindari hal-hal yang mempengaruhi fertilitas tentunya akan
meningkatkan probabilitas keberhasilan upaya mendapatkan anak.  Konsultasikan ke dokter
untuk analisa sperma.  Demikian pula untuk kesehatan reproduksi calon ibu.

Faktor yang Membahayakan Sperma

 Hati-hati bahaya racun. Termasuk di dalamnya perlengkapan rumah tangga yang tidak
food grade, pestisida, lingkungan yang terkontaminasi logam berat dsb.

 Jauhi rokok. Sperma pria perokok  bergerak lebih lambat daripada pria bukan perokok.

 Batasi alcohol karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sperma.

 Jauhi narkoba karena dapat menurunkan densitas dan motilitas sperma, di samping
meningkatkan sperma abnormal.

 Hindari sauna atau mandi berendam di bak panas. Berendam 30 menit lebih di air
bersuhu 40 C atau lebih dapat menurunkan jumlah sperma.

 Jaga daerah pribadi anda tetap sejuk. Peningkatan suhu di wilayah skrotum dapat
mengganggu produksi sperma.

 Hindari pelumas selama hubungan pasutri.

 Penting! Bagi pria yang dalam perawatan seperti diabetes, darah tinggi, asam urat,
kemoterapi, konsultasikan dengan dokter mengenai perawatan tersebut dengan masalah
fertilitas).
 Proses Pematangan Sperma

Setelah sperma terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa


hari untuk melewati saluran tersebut yang panjangnya 6 meter di tiap lobusnya. Sperma yang
bergerak dari tubulus seminiferus dan di bagian awal epididimis ini tidak motil dan tidak dapat
membuahi ovum, tapi setelah 18-24 jam berada di epididimis, sperma memiliki kemampuan
motilitas, walaupun masih ada beberapa inhibitor protein yang dalam cairan epididimis ini masih
mencegah motilitas sampai sperma tersebut dikeluarkan dalam proses ejakulasi (ada juga yang di
simpan di vas deferens dalam keadaan ini sperma dapat dipertahankan hingga 1 bulan dalam
keadaan inaktif oleh berbagai inhibitor dari sekresi duktus-duktus).

 Regulasi Hormon Kontrol pada Pria

Pada masa pubertas, sel-sel neurosecretory di hypothalamus aka meningkatkan


sekresinya terhadap Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Dimana GnRH kemudian akan
menstimulasi gonadotrop pada anterior pituitary untuk meningkatkan sekresinya terhadap dua
gonadotropin : FSH dan LH.

LH menstimulasi sel-sel leydig yang berlokasi di tubulus seminiferus untuk mensekresi


hormone testosterone. Di beberapa sel target, enzim 5 alpha-reductase akan mengubah
testosterone menjadi androgen lain yang disebut dihidroxytestosteron (DHT).

FSH juga bekerja secara tidak langsung untuk menstimulasi spermatogenesis. FSH dan
testosterone bekerja secara sinergis pada sel-sel sertoli untuk menstimulasi sekresi androgen
binding protein (ABP). ABP berikatan dengan testosterone dan menjaga agar konsentrasinya
tetap tinggi.

Kemudian testosterone menstimulasi tahapan terakhir spermatogenesis di tubulus


seminiferus. Sekalinya tingkatan spermatogenesis yang dibutuhkan untuk fungsi reproduksi telah
mencapai levelnya, sel-sel sertoli akan mengeluarkan inhibin. Dimana inhibin adalah hormone
yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH oleh anterior pituitary.

Dan selanjutnya melalui negative feedback, testosterone menghambat sekresi LH oleh


gonadotroph pada anterior pituitary dan menghambat sekresi GnRH oleh sel-sel neurosecretory
hypothalamus.

Anda mungkin juga menyukai