Anda di halaman 1dari 43

ANDROLOGI DASAR

Sansri Diah KD
Definisi Andrologi
 Bahasa Yunani :
andros=laki-laki dan logos= ilmu
 Andrologi adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang struktur dan
fungsi sistem reproduksi pria
 Organ genitalia terhubung dengan organ urinaria → sistem
genitourinaria.
 penyakit alat vital pria  gangguan fungsi seksual pria
 penyakit kelamin  penyakit yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi pria.
Ruang Lingkup Andrologi

ORGAN MEKANISME
REPRODUKSI REPRODUKSI MASALAH PADA
LAKI LAKI LAKI LAKI SPERMA
NORMAL NORMAL

MASALAH
MASALAH
ORGAN
SEMEN
REPRODUKSI
Komponen Sistem Reproduksi Pria

 ALAT REPRODUKSI DALAM


 SALURAN DAN KELENJAR PELENGKAP (KELENJAR
ASESORI)
 ALAT KELAMIN LUAR
ALAT REPRODUKSI DALAM
 Testis
 Testis berbentuk oval dengan ukuran sebesar buah zaitun
 (panjang 4 cm, lebar 2,5 cm dan kedalaman 3 cm)
 Terletak di dalam skrotum
 Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan
 membuat testosteron (hormon seks pria yang utama)
 90 % tersusun atas tubulus seminiferus
 Tubulus seminiferus terdiri atas sel epitel yang akan mengadakan
 pembelahan mitosis dan meiosis menjadi spermatozoa
 Spermatogenesis dimulai dari usia 13 tahun (usia pubertas) berlangsung
 seumur hidup
 Diantara tubulus seminiferus terdapat sel interstitial (sel Leydig) → fungsi
 mengontrol perkembangan karakteristik seks sekunder pria.
Gbr Anatomi testis

Testis
Tubulus
seminiferus

Sel
spermatogonia
SALURAN DAN KELENJAR PELENGKAP
(KELENJAR ASESORI)
VAS DEFERENS
 Dari testis keluar saluran pendek disebut Vas eferens yang menyalurkan sperma
ke dalam EPIDIDIMIS.
 Panjang sekitar 18 inchi
 Dinding mengandung otot-otot licin utk pengangkutan semen saat ejakulasi
 Sebelum masuk ke uretra, vas deferens bergabung dengan saluran Ekskresi
 vesikula seminalis dan membentuk ductus Ejakulasi berlanjut ke uretra.
 Fungsi vas deferens :
  Pengangkut sperma dari epididymis ke uretra
EPIDIDIMIS
 Struktur melingkar-lingkar dengan panjang 20 kaki
 meliputi setengah bagian dorsal testis
 Bagian terdiri atas :
 Head (Caput Epididymis)
 Body (Corpus Epididymis)
 Tail (Cauda Epididymis)
Epididimis
FUNGSI :
 Tempat spermatozoa melakukan proses pematangan sehingga
mampu membuahi ovum
 Bagian cauda epididimis berfungsi sbg tempat penyimpanan sperma
 Membuat suspensi spermatozoa encer yang berasal dari testis
menjadi lebih pekat
 Mengangkut spermatozoa dari vas eferensia ke vas deferens
Uretra

Fungsi Uretra
 Pengangkut spermatozoa dari vas deferens ke penis
 Pengangkut urine Kelenjar dalam saluran spermatozoa yaitu :
 Kelenjar vesicula seminalis
 Kelenjar prostat
 Kelenjar cowper (kelenjar bulbo-urethralis)
Vesika Seminalis
 Berupa kantong semen (mani) yang dindingnya menghasilkan
cairan lendir yang berwarna jernih, kental, yang mengandung
fruktosa, asam askorbat dan asam amino sebagai makanan dan
pelindung sperma sebelum membuahi ovum.
Fungsi:
 mengeksresikan prostaglandin
 prostaglandin membuat berkontraksi otot uterin untuk mendorong
semen mencapai uterus.
Spermatozoa
 Spermatozoa yang dikeluarkan tubulus seminiferous belum mampu
bergerak, perlu pematangan di dalam epididimis
 Spermatozoa mengalami pematangan selama 18 jam sampai 10 hari
 Epididimis mensekresi banyak cairan yang mengandung hormon,
Enzim dan gizi khusus untuk pematangan spermatozoa
Gbr. Alat Reproduksi Pria

Kelenjar
Prostat
Vas deferens

Kelenjar
Bulbouretra

Epididimis
Uretra

Testis
Kelenjar Prostat
 Terletak dibawah kandung kemih didalam pinggul dan mengelilingi
bagian tengah dari uretra.
 Ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan
pertambahan usia.
 Menghasilkan cairan basa berwarna putih susu disebut semen.
 Cairan ini berfungsi untuk menetralkan sifat asam pada saluran vasa
eferentia dan cairan pada vagina sehingga sperma dapat bergerak
dengan aktif
Kelenjar Bulbouretralis (Cowper)
 Kelenjar ini kecil, berjumlah sepasang, dan terletak disepanjang
uretra.
 cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis
mengeluarkan sperma
 Cairan tersebut ini memiliki fungsi sebagai penetral urin asam yang
tertinggal di dalam uretra dan juga berfungsi sebagai cairan
lubrikasi pada uretra
Penis

Alat kelamin luar yang berfungsi alat kopulasi/coitus dan pengeluaran


urine
Penis terdiri dari:
 akar / Radix (menempel pada dinding perut)
 badan / corpus (merupakan bagian tengah dari penis)
 glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).dibentuk
oleh jaringan seperti busa dan dibungkus oleh preputium
SKROTUM
 Kantong pembungkus testis
 Tersusun oleh kulit dan jaringan subkutan yang tidak mengandung lemak.
 Fungsi :
 Termoregulator untuk testis agar temperatur optimal sehingga proses
spermatogenesis berjalan lancar.
 Spermatogenesis memerlukan suhu tetap dan beberapa derajat lebih rendah dari suhu
tubuh
 Jika udara panas dan suhu panas maka skrotum akan menggantung jauh dari tubuh
 jika udara dingin, skrotum mengecil dan mendekati tubuh yang suhunya lebih tinggi
 Turunnya testis ke dalam skrotum agar suhu di sekitar testis tsb lebih rendah dari
suhu rongga tubuh
 Suhu testis berkisar antara 1 – 8 ⁰C lebih rendah dari suhu rongga tubuh
SPERMATOGENESIS
Yaitu : pembentukan spermatozoa di dalam tubulus seminiferus (organ testis) terdiri
dari 3 tahap
1. Tahap Proliferasi / spermatositogenesis
 Spermatogonium A disebut spermatogonium induk membelah 2 x secara mitosis
membentuk 4 spermatogonia A
 1 sel berfungsi untuk spermatogenesis berikutnya
 3 sel lain membelah membentuk 6 spermatogonia intermediet dan membelah lagi
membentuk 12 spermatogonia B
 Masing-masing spermatogonia B membelah membentuk spermatosit primer
2. Tahap Meiosis
 Spermatosit I mengalami meiosis I menempuh fase leptoten, zigoten,
pakiten, diploten dan diakinesis dari profase lalu metafase. anafase dan
telofase
 Terbentuk spermatosit II (sekunder) yang mengalami meiosis II menjadi
spermatid haploid.
 Setiap spermatosit I menghasil 4 spermatid Spermatid dijumpai pada
potongan tubulus seminiferus
3. Tahap Spermiogenesis
 Terjadi perkembangan spermatid menjadi spermatozoa
 Rangkaian perubahan ini dibagi 4 fase yaitu :
 Fase Golgi
 Fase Tudung/Kap
 Fase Akrosom
 Fase Pematangan
 Saat diejakulasikan, spermatozoa bercampur dengan plasma semen.
 Campuran spermatozoa dengan plasma semen disebut semen
Proses Pembentukan Sel Kelamin (Gametogenesis)
27
Bagian Spermatozoa

 Kepala sperma mengandung inti. Inti memegang DNA dari sel. Kepala juga
mengandung enzim yang membantu sperma memecah melalui membran sel telur.
 Bagian tengah sperma (midpiece) dikemas dengan mitokondria. Mitokondria
adalah organel dalam sel yang menghasilkan energi. Sperma menggunakan
energi dalam midpiece untuk bergerak.
 Ekor sperma bergerak seperti baling-baling, berputar-putar. Ekor ini adalah
flagella panjang yang mendorong sperma ke depan.
 Sebuah sperma dapat melakukan perjalanan sekitar 30 inci per jam. Ini mungkin
tidak terdengar sangat cepat
HORMON YANG MEMPENGARUHI SPERMATOZOA

Hormon Testosteron
 Hormon ini di sekresi oleh jenis sel Leydig yang dapat ditemukan pada tubulus
seminiferus.
 Jenis hormon ini sangat berperan penting terhadap proses pembelahan jenis sel
germinal yang nantinya akan membentuk sperma t/u untuk membantu terjadinya
pembelahan pada meiosis yang berperan untuk membentuk jenis spermatosit
sekunder
 Fungsi
 membentuk jenis jaringan organ pada reproduksi para pria.
 meningkatkan libido
 membantu proses reproduksi sel sperma
 membangun atau mempertahankan bagian karakteristik seksual
sekunder
Hormon LH atau Luteinizing Hormone

 Dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior.


 Hormon LH berfungsi untuk melakukan stimulasi pada seluruh sel sel
Leydig yang dapat melakukan sekresi pada testosteron.
Hormon FSH atau Follicle Stimulating
Hormone
 Hasil sekresi oleh jenis sel yang terdapat pada kelenjar hiposifis
anterior.
 Fungsi hormon yaitu untuk dapat melakukan stimulasi pada
bagian sel sel sertoli.
 Jika stimulasi ini tidak di lakukan maka spermatid tidak dapat
berubah menjadi sperma atau spermiasi.
Hormon Estrogen
 dibentuk dari sel sel sertoli saat sedang di stimulasi oleh FSH.
 Jenis sel Sertoli dapat melakukan sekresi pada suatu protein yang
juga dikenal sebagai pengikat androgen yang berfungsi untuk
dapat mengikat testosteron dan juga estrogen.
 Kedua hormon tersebut akan dibawah menuju cairan tubulus
seminiferus. Kemudian kedua hormon ini nantinya akan bersiap
untuk membantu pematangan sperma.
Hormon Pertumbuhan (GH)

 Berperan untuk meningkatkan proses tumbuh kembang pria.


 GH mengatur seluruh fungsi metabolisme yang terdapat pada testis.
 GH dapat meningkatkan proses pembelahan awal yang terjadi pada
spermatogenesis.
Kelainan Sel Sperma
 Azoospermia
 Asthenospermia
 Oligospermia
 Teratospermia
 Oligoasthenozoospermia
 Oligoteratozoospermia
 Oligoasthenoteratozoospermia (OAT)
Azoospermia
 ketika dalam cairan ejakulasi (air mani) tidak ditemukan sel
spermatozoa
 testis tidak bisa memproduksi sel sperma atau bisa juga karena ada
saluran sperma yang tersumbat yang menyebabkan sel sperma tidak
terkandung dalam air mani
Oligospermia
 masih memiliki sel sperma dalam air mani, hanya saja jumlahnya lebih rendah
dari pria yang memiliki sperma dalam jumlah normal.
 Untuk dikatakan normal, dalam 1 mililiter air mani harus memiliki sekiranya 20
juta sel sperma. (WHO,1999).
 Ada 3 jenis klasifikasi Oligospermia dilihat dari jumlah sel sperma yang
terkandung, yaitu :
 Oligospermia ringan. Ketika terdapat sekitar 10-20 juta sel /ml air mani
 Oligospermia sedang. Ketika kandungan sel sperma berkisar 5-10 juta/ml
 Oligospermia parah. jumlah sel sperma antara 0-5 juta/ml
 Penyebab:
a. trauma pada testis akibat adanya benturan
b. penyempitan saluran
c. gaya hidup tidak sehat, merokok, kelebihan berat badan
sering berendam air hangat
d. memakai celana dalam terlalu ketat dan meletakkan
laptop di paha
Asthenospermia
 kondisi dimana sel sperma dikatakan memiliki jumlah yang normal
akan tetapi pergerakannya tidak cepat.
 Pergerakan atau motilitas sperma juga jadi faktor penentu terjadinya
pembuahan, karena sperma hanya bisa bertahan hidup dalam waktu
singkat.
Pergerakan atau motilitas sperma memiliki grade atau tingkatan
tersendiri. WHO mengklasifikasikannya menjadi progresif A – D.
 Progresif A menandakan sel sperma yang bergerak dengan cepat dan maju lurus
ke depan
 Progresif B, sel sperma bergerak ke depan tapi terkadang berbelokbelok sehingga
menyebabkan pergerakan yang lambat
 Progresif C, sel sperma hidup dan menggerakkan ekornya tetapi diam di tempat
dan tidak maju ataupun mundur sedikitpun
 Progresif D, yaitu ketika sel sperma tidak bergerak sama sekali baik ekor maupun
badan, dalam arti mati
Teratospermia
Kelainan bentuk dan ukuran sel sperma.
 Teratospermia sangat berpengaruh besar pada kesuburan pria, karena jumlah sel
sperma yang abnormal lebih banyak daripada sel yang bentuknya normal

Oligoasthenozoospermia
gangguan yang terjadi akibat jumlah sel sperma lebih sedikit dan juga
pergerakannya yang lambat. Gangguan ini disebabkan dari gabungan Oligospermia
dan juga Asthenospermia
Oligoteratozoospermia
 Kondisi ini terjadi saat produksi sel sperma sangat kurang, baik dari jumlah dan
juga kualitasnya.

Oligoasthenoteratozoospermia (OAT)
 kondisi yang mencakup oligospermia (jumlah sperma sedikit/kurang),
asthenospermia (sperma lemah/tidak gesit), dan teratospermia (bentuk sperma
abnormal). Jadi selain memiliki sel sperma yang sedikit, kecepatan dan bentuk
selnya juga kurang baik.
TERIMA KASIH

43

Anda mungkin juga menyukai