Anda di halaman 1dari 17

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin.

Sel gamet terdiri


dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang
dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis.
Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromosom
contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel
baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel
dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel
kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada pembelahan
mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang
bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom
pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri 4 tahap :
perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu
spermatogenesis dan oogenesis.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelum (tubuli)
seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli
seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase,
yaitu fase spermatogonial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 1314 hari. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses

Gambar 1. Struktur testis dan spermatogenesis

pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang
disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel
epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma.

PROSES SPERMATOGENESIS
Pada proses spermatogenesis terjadi proses-proses dalam istilah sebagai berikut :
Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari spermatogenesis yaitu
peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer (mitosis), selanjutnya
spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan
spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi
spermatid.
Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi sperma yang
dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi, axonema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan
cap akrosom, 3) pembentukan bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel
Sertoli.
Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli ke lumen
tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki kemampuan bergerak
sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel
Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu
bergerak dalam saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan
karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.

Tahapan Spermatogenesis

Gambar 3. Spermatogenesis

1.

Tahapan Spermatocytogenesis
Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali
yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi
dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat
diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis
menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya
menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Spermatosit primer mengandung
kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan
menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2.

Tahapan Meiosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah
spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih

yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

Gambar 4. Proses meiosis

3.

Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase
golgi, fase tutup (cap), fase akrosom, dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat
spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki
bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan
terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Pembentukan spematid sebagai hasil dari bagian
pematangan (maturation) merupakan sel dengan organel-organel di dalamnya. Dalam bentuk ini,
sel tidak dapat berperan sebagai sel gamet. Banyak perubahan yang ikut serta untuk merubah
dari spermatid non-motil menjadi spermatozoa motil. Tujuan utama adanya perubahan untuk
menambah motilitas sperma. Perubahan-perubahannya yaitu:
Inti sel menyusut karena kehilangan air dan DNA menjadi padat.
Sebuah akrosom dibentuk dari kompleks golgi.
Sebuah filamen aksial ekor dari spermatozoa dibentuk dari sentriol distal spermatid.
Sebuah cincin mitokondria dibentuk dari mitokondria disekitar sentriol distal dan
dinamakan sebagai nebenkern.

Banyak sitoplasma dari spermatid menghilang dan sitoplasma yang tertinggal


membentuk sebuah tudung sekitar spiral mitokondria. Tudung ini disebut manchette.

Gambar 5. Spermiogenesis

Selama proses diferensiasi, perkembangan sperma memiliki kepala yang melekat dalam
sel sertoli, yang dianggap untuk menyediakan nutrisi untuk perkembangan sperma, karena
sitoplasma mereka terdiri dari simpanan yang banyak dari glikogen yang berkurang seperti
spermatid matang. Tidak ada bukti langsung untuk fungsi nutrisi, tetapi beberapa bentuk sterilitas
pria dihubungkan dengan kegagalan produksi normal sel-sel sertoli. Mikroskop elektron telah
menangkap membran plasma yang jelas sekitar dua tipe sel pada poin koneksi, dan hubungan sel
sertoli-spermatid tidak sinkron seperti yang dianggap. Pada semua tahap diferensiasi, sel-sel
spermatogenik ada dalam koneksi yang dekat dengan sel-sel sertoli. Sebuah sel sertoli
memperluas dari membran dasar ke lumen tubulus seminiferus, meskipun proses sitoplasmik
sulit untuk dibedakan dengan mikroskop cahaya. Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma
dewasa yaitu spermatozoa. Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan
mengandung kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.
Keseluruhan proses spermatogenesis - spermiogenesis normal pada pria memerlukan waktu 6070 hari.

Gambar 6. Spermiogenesis pada sel sertoli

HORMON YANG BERPENGARUH DALAM PROSES SPERMATOGENESIS

a.
b.
c.
d.

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya


Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/ FSH)
dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/ LH).
LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/ testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

STRUKTUR SPERMA
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi sperma saat
pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa
sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup
selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani
untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan
adalah 40-100 juta per ml.

Spermatozoa masak terdiri dari :

1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung
inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran
permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom.
Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk
menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil
energi untuk pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan
ductus ejakulotoris.

Gambar 6. Struktur sperma

OOGENESIS
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Pembentukan
sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan.
Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel-sel primordial atau oogonium. Oogonium akan
berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada
pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa pubertas.
Pada masa pubertas terjadilah oogenesis.

Gambar 7. Oogenesis dan Ovum

1. Sel-Sel Kelamin Primordial


Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus
vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6
kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium)
dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara
bersama-sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan
sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan
intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu
pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf
dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom
merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosomkromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin
membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai
sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan
terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar
dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat
membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder
dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona
pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi
ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak,
semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal

mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami
perkembangan embrional.

Gambar 8. Bagan Oogenesis

Pengaruh Hormon dalam Oogenesis


Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel
folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut
Folikel de Graaf, Folikel de Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen
merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang
terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi
badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon
progresteron yang berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH. Kemudian korpus luteum
mengecil dan hilang, sehingga akhirnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai
terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali.
Catatan : Pada laki-laki spermatogenesis terjadi seumur hidup, dan pelepasan spermatozoa
dapat terjadi setiap saat. Pada wanita, ovulasi hanya berlangsung sampai umur sekitar 45 5O
tahun. Seorang wanita hanya mampu menghasilkan paling banyak 400 ovum selama hidupnya,
meskipun ovarium seorang bayi perempuan sejak lahir sudah berisi 500 ribu sampai 1 juta oosit
primer. Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur dari salah satu ovariumnya. Bila sel telur
ini tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan (menstraasi). Menstruasi terjadi
secara perfodik satu bulan sekali. Saat wanita tidak mampu lagi melepaskan ovum karena sudah

habis tereduksi, menstruasi pun menjadi tidak teratur lagi, sampai kemudian terhenti sama
sekali. Masa ini disebut menopause.

Gambar 10. Ovulasi

Fungsi Ovum
Gamet adalah satu-satunya jenis sel yang haploid (mereka hanya berisi satu set
kromosom, yang merupakan setengah bahan genetik mereka ditemukan yang diperlukan untuk
membuat organisme). Pada manusia, ini berarti mereka memiliki 23 kromosom. Fungsi ovum
adalah untuk membawa set kromosom untuk disumbangkan oleh perempuan dan menciptakan
lingkungan yang tepat untuk memungkinkan terjadinya pembuahan dengan sperma. Ova juga
menyediakan nutrisi bagi embrio berkembang sampai tenggelam ke dalam rahim dan plasenta
mengambil alih.
Struktur dari Ovum
Meskipun ukurannya besar (itu satu-satunya sel hewan yang Anda dapat lihat dengan
mata telanjang dan sebagai besar sebagai periode di akhir kalimat ini), sebagian besar sel telur
dilapisi, lapisan yang melindungi informasi berharga pada intinya.Sebagian besar struktur dalam
sel telur adalah sama seperti yang di setiap sel hewan lainnya namun diberi nama khusus.
Misalnya, inti disebut sebagai vesikel germinal dan nukleolus sebagai tempat germinal.

Sitoplasma sel telur disebut ooplasm (berarti bahan telur) atau vitellus. Seolah-olah dua nama itu
tidak cukup, ia juga dikenal sebagai kuning telur. Hal ini dapat sedikit membingungkan ketika
Anda memikirkan salah satu yang paling umum, yang terlihat dan ovum dapat dimakan sekitar,
telur ayam, di mana kuning terlihat seperti inti sel tetapi sebenarnya berisi sebagian besar sel
telur (seperti yang terlihat dalam gambar di bawah). Kuning ini memasok nutrisi ke embrio
berkembang, jumlah yang lebih kecil pada mamalia dibandingkan dengan hewan yang bertelur

Gambar 11. Struktur Ovum

Sebagian besar struktur dalam sel telur adalah sama seperti yang di setiap sel hewan lainnya
namun diberi nama khusus. Misalnya, inti disebut sebagai vesikel germinal dan nukleolus
sebagai tempat germinal.
Sitoplasma sel telur disebut ooplasm (berarti bahan telur) atau vitellus. Seolah-olah dua
nama itu tidak cukup, ia juga dikenal sebagai kuning telur. Hal ini dapat sedikit membingungkan
ketika Anda memikirkan salah satu yang paling umum, yang terlihat dan ovum dapat dimakan
sekitar, telur ayam, di mana kuning terlihat seperti inti sel tetapi sebenarnya berisi sebagian besar
sel telur (seperti yang terlihat dalam gambar di bawah). Kuning ini memasok nutrisi ke embrio
berkembang, jumlah yang lebih kecil pada mamalia dibandingkan dengan hewan yang bertelur.

Gambar 12. Sel Telur pada Telur Ayam


Membran plasma dari sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama seperti
pada sel lain, terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari mereka.
Zona pelusida, lebih dikenal sebagai jelly mantel, adalah yang tebal, lapisan berbasis protein
meliputi bagian luar membran vitelline yang membantu melindungi sel telur. Hal ini juga terlibat
dalam pengikatan sperma selama pembuahan dan mencegah lebih dari satu sperma memasuki sel
telur.
Lapisan terluar disebut korona radiata. Hal ini terdiri dari beberapa baris sel granulosa yang
mrmbiarkan telur menempel setelah dikeluarkan dari folikel. Korona radiata menyediakan sel
telur dengan protein esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung, melindunginya saat
berjalan menuruni tuba falopi.

Gambar 13. Mikrograf Telur dengan korona Radiata

FERTILISASI

Gambar 14. Fertilisasi berlangsung di dalam tuba falopi

Fertilisasi terjadi pada saat wanita dalam periode masa subur yaitu setelah terjadi
ovulasi dan oosit sekunder bergerak disepanjang tuba falopii menuju uterus. Dari 200 hingga 400
juta sperma hasil ejakulasi di dalam vagina, sebagian yang tertinggal di vagina akan terseleksi
oleh asam vagina dan hanya beberapa ratus ribu sperma yang dapat mencapai uterus. Dengan
bantuan kontraksi otot uterus, sperma akan menyebar diseluruh permukaan uterus. Sebagian dari
sperma ini terseleksi kembali oleh sel darah putih di dalam uterus hingga akhirnya hanya tinggal
beberapa ribu bahkan hanya beberapa ratus yang berhasil mencapai tuba falopii untuk bertemu
denganovum.
Sperma harus menembus korona radiata dan zona pelusida yang membungkus oosit sekunder.
Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan zat tertentu yang saling
mendukung
sehingga sperma
dapat
menembus
pembungkus
oosit
sekunder.
Pada sperma, bagian akrosom sperma mengeluarkan:
1. hialuroidase, suatu enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2. akrosin, suatu enzim protease yang dapat menghancurkan senyawa glukoprotein pada
zona pelusida.
3. antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.
Sedangkan oosit sekunder mengeluarkan fertilizin, yang tersusun dari senyawa glikoprotein.
Fertilizin berfungsi:
1. mengaktifkan sperma agar bergerak cepat.
2. menarik sperma secara kemotaksis positif.
3. mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Bila sebuah sperma telah menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian kortek
oosit akan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat
ditembus oleh sperma lain. Adanya penetrasi sperma juga akan merangsang penyelesaian meiosis
2 sehingga dihasilkan sebuah ovum yang fungsional dan tiga buah polosit degeneratif. Segera
setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan membesar dan
ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti sperma yang
mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk zigot yang
mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom.

Gambar 15. Terjadi Penyatuan Sperma dan Ovum

Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi, zigot mengalami proses pembelahan (cleavage)
menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah menjadi beberapa
buah sel dengan ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang disebut morula.
Morula terus membelah hingga membentuk rongga yang disebut blastocoel, pada fase ini embrio
disebut blastula. Blastula akan menempel dan terimplantasi pada endometrium. Sel-sel bagian
dalam blastula akan berkembang menjadi embrio yang terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga lapis jaringan tersebut akan mengalami
organogenesis atau berkembang menjadi berbagai macam organ.

Gambar 16. Pembelahan Zigot

KEHAMILAN
Embrio berupa blastula bergerak dari oviduct menuju uterus akhirnya tertanam
(mengalami implantasi/nidasi) dalam dinding endometrium. Setelah implantasi embrio terjadilah
kehamilan. Sel-sel bagian luar blastula disebut trofoblas mensekresikan enzim proteolitik yang
berfungsi untuk melisiskan sel-sel endometrium, kemudian membentuk tonjolan-tonjolan
sebagai alat kait untuk menempel pada endometrium. Sel-sel di bawah trofoblas dengan cepat
membelah (berproliferasi) membentuk plasenta dan selaput/kantung kehamilan

Gambar 17. Proses Implantasi

Macam-macam membran kehamilan:


1. sakus vitelinus atau kantung telur adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali
dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam blastosit). Sakus vitelinus
merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama
embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
2. korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk
vili korion atau jonjot-jonjot di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah
embrio yang berhubungan dengan darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium
uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang
merupakan organ pemberi nutrisi embrio.
3. amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruangan
yang berisi cairan amnion (air ketuban). Cairan amnion dihasilkan dari membran amnion,
cairan ini berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, menjaga
suhu lingkungan embrio dan menjaga dari pengaruh goncangan.
4. alantois merupakan membran pembentuk tali pusat. Didalam alantois terdapat 2 macam
pembuluh darah: arteri pusar dan vena pusar. arteri pusar mengalirkan darah dari jantung
fetus menuju plasenta mengandung sisa metabolisme dan karbondioksida. Vena pusar
mengalirkan darah dari plasenta menuju jantung fetus mengandung nutrisi dan oksigen.

Gambar 18. Membran Kehamilan

Sel-sel bagian dalam blastula disebut embrioblas atau bakal embrio. Mula-mula terdapat 2
lapisan embrioblas yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam), lapisan luar
akan melekuk membentuk lapisan tengah atau mesoderm. Pada fase 3 lapisan ini embrio disebut
gastrula. Selanjutnya ketiga lapisan ini akan berkembang membentuk berbagai macam organ
(organogenesis) pada minggu ke empat sampai ke delapan; lapisan ektoderm membentuk kulit
dan rambut, saraf, hidung, mata dsb. Mesoderm berkembang menjadi tulang, otot, jantung,
pembuluh darah, ginjal, limpha dan kelenjar kelamin. Sedangkan endoderm akan membentuk
organ-organ pernafasan dan pencernaan. Selanjutnya mulai minggu ke sembilan hingga
menjelang kelahiran terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh terjadi
sangat pesat, pada masa ini disebut fetus atau janin

DAFTAR ACUAN :
Fried, H. George dkk.(2005). Schaums Outlines BIOLOGI edisi kedua. Jakarta: ERLANGGA
Campbell, dkk.(2004). Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Jakarta : Erlangga
Pratiwi, D.A. (1996). Biologi 2. Jakarta. Erlangga
Syahrum, H. M. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pujiyanto, S. (2008). Biologi untuk SMA Kelas XI. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
http://www.ilmuternak.com/2015/04/spermatogenesis-proses-pembentukan-sperma.html

Anda mungkin juga menyukai