Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam belajar-mengajarm guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan

salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-

teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pengajaran.

Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara

pengajaran yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah

sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau

penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas , agar pelajaran

tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di

dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang

digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan

kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa

dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang

digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan

pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun

untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang

digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan

pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.

1
Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional,

yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru

akhir-akhir ini.

Perkembangan selanjutnya para ahli masih perlu mengadakan

penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang

dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab,

kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.

Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan

peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang

menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset,

video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah

menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya

digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan

untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan

bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan

perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar

bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis

dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan

keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata

tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan

hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

2
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.

Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah

dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit,

menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering

meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras

(movong about dan thinking alound)

Untuk bias mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,

melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan orang

lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan

sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba

mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka

dalam penelitian ini penuliis mengambuil judul ‘ Meningkatkan Prestasi

Belajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Dengan Menerapkan Strategi

Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Pada

Siswa kelas………………………………………tahun

pelajaran…………………………….

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diats maka penulis merumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

3
1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis

proyek/tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi

pelajaran Kewarganegaraan pada siswa kelas

………………………………………………….?

2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran

berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan motivasi, minat, perhatian dan

partisipasi belajar kewarganegaraan pada siswa

kelas……………………………………….?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar

kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontekstuial model

pengajaran berbasis proyek/tugas pada siswa kelas

……………………………..?

2. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran

berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar

terhadap materi pelajaran. Kewarganegaraan setelah diterapkan

pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas pada

siswa kelas ……………………………………..

4
D. Kegunaan Penelitian

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi:

1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan

proses belajar mengajar kewarganegaraan.

2. Meningkatkan prestasi dan motivasi pada pelajaran kewarganegaraan

3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru

dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Kewarganegaraan

4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran kewarganegaraan.

5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran

Kewarganegaraan.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini maka

perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengajaran berbasis tugas/proyek (problem Based Learning) adalah

Pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari

konteks bermakna. Siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan

pemecahan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata

2. Motivasi belajar adalah

Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau

tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau

5
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah

lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapi tujuan tertentu.

3 Prestasi belajar adalah

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas

………………………………………………..tahun pelajaran………….

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun

pelajaran…………………………………

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………………..

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.

Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,

formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada

khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan

suatu perbuatan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajarm maka perubahan harus merupakan akhir

dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung

sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan

akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari ,

berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan

suatu proses yanbg tidak dapat dilihat dengan nyata prose situ terjadi dalam

diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan

belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara

internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan memperoleh hubungan-

hubungan baru.

7
2. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih

dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil

ynag telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang

telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas

tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu

belajar menginginkan hasil yang baik mungkin. Oleh karena itu setiap

individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil

degna baik. Sedan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi

adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu

dalam mengerjakan sesuatu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasl belajar yang baik dilakukan dengan

baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau

pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok

digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk

anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan

individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima

materi pelajaran.

8
Oleh Karen itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

factor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktot-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Adapun factor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

a. Factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor

individu. Yang termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor

kematangan atau pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor

pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor social

Sedangkan yang faktor social antara lain faktor keluarga, keadaan

rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan dan

kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di

atas, bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan

belajar akan dapat dilalui dengan lancer dan pada gilirannya akan

memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.

9
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang

tidak menguntungkan dalam arti tidak ditunjang atau di dukung oleh

faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan

terhambat atau menemui kesulitan.

2. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Pancasia dan Kewarganegaraan

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ditetapkan atas dasar

ketentuan yang tersirat dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989

pasal 39 ayat (1) Penjelasan pasal tersebut menyatakan “ Pendidikan

Pancasila megarahkan perhatian pada model yang diharapkan dapat

diwujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang

memancarkan nilai-nilai Pancasila” “Dirjen Dikdasmen, 1989:5).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada dasarnya merupakan

usaha untuk membekali peserta didk dengan kemampuan dan sikap serta

pengetahuan dan ketrampilan dasar agar dapat tumbuh menjadi pribadi,

anggota masyarakat, dan warga Negara yang dapat diandalkan oleh

bangsa dan Negara dengan didasari nilai dan norma Pancasila. Sejalan

dengan pengertian itu, pendekatan kemampuan tanpa mengabaikan

adanya pemahaman terhadap konsep-konsep pengetahuannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 pasal 39 ayat (3),

dalam penjelasannya menyatakan sebagai berikut, “ sebutan-sebutan

pada ayat (3) bukan nama mata pelajaran, melainkan sebuatan yang

mengacu pada pembentukan kepribadian dan unsure-unsur kemampuan

10
yang diajarkan dan dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari

satu unsure tersebut dapat digabungkan dalam satu mata pelajaran atau

sebaliknya satu unsur dapat dibagi menjadi lebih dari satu mata

pelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dan prinsip penyederhanaan yang

digunakan dalam pengembangan kurikulum, Pendidikan Pancasila dan

Pendidikan Kewarganegaraan disatukan menjadi satu mata pelajaran

dengan sebutan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(Kewarganegaraan)

b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Sebagaimana fungsi pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan,

maka tujuan Pendidikan nasional, tujuan setiap jenjang pendidikan,

serta tahap perkembangan peserta didik yang didasarkan pada nilai

morall Pancasila dalam kehidupan seharu-hari merupakan bekal untuk

mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.

c. Fungsi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Penentuan fungsi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan

didasarkan pada tahap perkembangan peserta didik. Makin tinggi taraf

perkembangan peserta didik makin meluas fungsi pendidikan pancasila

dan kewarganegaraan. Dalam bagian pendahuluan pengajaran

Kewarganegaraan dirumuskan dalam 3 jenjang sesuai dengan satuan

pendidikan dengan rincian sebagai berikut:

11
1. Mengambangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Mengambangkan dan membina siswa agar sadar akan hak dan

kewajiban taat pada peraturan yang berlaku serta berbudi pekerti

luhur.

3. Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara

sesame anggota keluarga, sekolah dan masyarakat serta dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara (Depdikbud, 1994:1)

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung

dalam stimulus tindakan kea rah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak

ada gerakan menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa

dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di di luar diri individu

atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses

membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.

Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu

mengambil jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin

berpandangan bawah di dalam kelas para siswa harus mengabdikan

dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa tidak selalu

melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menujui kearah

kebebasan , produktivitas , kedewasaan atau apa saja yang dipandang

12
mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas

guru adalah menolong mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau tujuan

yang bermanfaat baimk untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

D. Motivasi Belajar Remaja

1. Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah tingkah laku

Untuk memecahkan masalah tingkah laku

a. Kesulitan tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah

dimiliki individu untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit

mempelajari sejumlah pengalaman dalam waktu yang sama)

b. Penggunaan situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang

khusus.Ada dua kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu gagal

dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang

diharapkan. Untuk membuktikan kelompok mana yang berhasil “baik”

ada empat kelompok percobaan yaitu:

a. Kelompok yang diberi dorongan

b. Kelompok yang diberi rintangan (tak diberi dorongan)

c. Kombinasi kelompok a dan b

d. Kelompok pengontrol yang tidak diberi penguatan verbal.

2. Tinjauan masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis

Tujuan memberikan arah bagi perilaku sekaligus memberi motivasi

untuk bekerja pada saat itu. Individu yang berprestas akademi tinggi

13
tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan

perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang.

Menurut teori Eston yang sejalan teori Lewi, bila dalam diskusi para

pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan dating, berarti mereka

mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya , mereka yang kurang

perhatian, tanpa konsentrasi, berarti harapanny6a pendek dan prestasinya

rendah.

3. Motivasi siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial

Menurut teori Boyle M.Bortner ( dalam Halamik, Oemar, 2000:179),

guru tidak selalu dapat menciptakan motivasi, sedangkan motivasi adalah

dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh terhadap pihak lain. Contohnya

pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim, selalu memikirkan motivasi.

Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain. Motivasi itu sangat penting

dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja tidak punya motivasi

maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas tertentu, baik kegiatan

belajarnya maupun keberhasilannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk

dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini.

Motivasi sangat penging karena suatu kelompok yang tidak punya motvasi

(belajarnya kurang atau tidak berhasil). Dengan demikan, motivasi harus

dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan individual. Secara

umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat bekerja kecuali

(mungkin0 orang yang sudah tua dan orang yang sedang sakit.

14
4. Dorongan Aktivitas

Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan.

hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat,

berteriak, bermain membangun remaja biasanya belajar berorganisasi,

berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi dan membuat rencana. Ini

berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif

dan kreatif sehigga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu

siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk

dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata, survey, wawancara dengan

warga masyarakat dan sebagainya.

5. Dorongan untuk merasa aman

Remaja mempunyai motif yang kuat untuk mengembangkan minat

dan memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan

mengembangkan emosi yang normal.

Motivasi dapat digunakan sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar

dengan demikian , guru harus membantu mereka dalam memenui kebutuhan

akan keamanannya antara lain dengan cara sebagai berikut:

a. Memberikan kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi

semangat, memberi ide dan menyediakan situasi belajar yang baik.

b. Melaksanakan kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru

dan para siswa.

c. Mengadakan survaim wawancara dan mendorong keberanian mereka

dalam forum pertemuan dengan orang dewasa.

15
d. Memecahkan masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah

secara samara-samar karena tidak akan berhasil baik.

6. Dorongan untuk Masteri (The Mastery)

Remaja memiliki keinginan untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan

dorongan ini guru harus memberi semangat kepada mereka, antara lain

dengan cara :

a. Membantu setiap siswa sampai dia sukses.

b. Membebaskan siswa dar keterbelakangan

c. Mengembangkan kemampuan mereka secara optimal.

d. Memberikan bimbingan dan latihan

7. Dorongan untuk Dihargai (the Drive for Recognition)

Setiap orang ingin dihargai oleh orang lain. Misalnya

a. Anak kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya.

b. Pada masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat untuk dikenal

oleh teman-temannya.

Beberapa orang siswa merasa tidak beruntung karena mereka tidak

mendapat pengakuan social sebagaimana mestinya. Mungkin siswa yang

bersangkutan kurang kemampuannya. Guru akan berusaha meningkatkan

hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang lainnya. Guru perlu

memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia hendaknya

berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan

dan dalam hobinya.

16
8. Dorongan untuk Merasa Memiliki (The for Belonging)

Keinginan untuk hidup berkelompok juta terdapat di kalangan remaja.

Hal ini perlu dikembangkan sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka

menyukai setiap orang. Hal ini dapat dijadikan modal guru dalam

memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui aktivitas kelompok, panitia

kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus, misalnya klub

percakapan bahasa inggris.

E. Prinsip Motivasi

Prinsip ini di susun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka

mendorong motivasi belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan

demokrasi. Ada 17 prinsp motivasi yang dapat dilaksanakan:

1. Pujian lebih efektif dari pada hukuman . hukuman bersifat menghentikan

suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah

dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi motifasi belajar.

2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang

harus mendapat pemusatan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri

dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi

kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan belajar hanya memerlukan

sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.

3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi

yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai

dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.

17
4. Jawaban ( perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan

usaha penguatan (reinformancement) apabila suatu perbuatan belajar

mencapai tujuan maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa

menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu

dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar.

5 Motivasi mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat

tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga

berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi

para siswa lainnya.

6. Pemaham yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi

apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya,

perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.

7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang

lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu

dipaksanakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk

menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri ia akan

mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.

8. Pujian-pujian yang datannya dari luar (external rewards) kadang-kadang

diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.

Berkat dorongan orang lain misalnya untuk memperoleh angka yang lebih

tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.

18
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk

mendorong minat siswa. Cara mengajar yang bersifat ini akan

menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.

10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari

hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya

minat bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam

bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.

11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong

kurang tidak ada artinya bagi para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini

disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh

karena itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya

hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.

12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi

dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.

13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik

mengajar tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan

kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa apabila diberi semacam

hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah,

kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan itu.

14. Kecemasan akan menimbulkanm kesulitan belajar. Kecemasan ini akan

mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya

perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak

efektif.

19
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi

yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetic, kelakuan

yang lebih bergairah.

16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat

menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa

cenderung melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga manifestasi dari

frustasi yang terkandun di dalam dirinya.

17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan.

Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak

yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan

timbulnya kegagalan. Hal ini tergantung pada stabilitas emosi masing-

masing.

F. Teknik Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan

1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran

Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuh kembangkan minat anak

untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu. Tujuan pemberian

penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi

penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena

telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan

kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.

2. Pemberian Angka atau Grade

20
Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas perbandingan

interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal :

anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada

anak yang mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri

dan tidak ada semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.

Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure

(1969) (dalam Hamalik Umat, 2000:184) menyatakan “ karena grade a tau

angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan dan

karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah,

maka saya menyarankan system pelaporan kemajuan siswa yang

keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan jangan ada

siswa yang tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa

gagal dengan adanya system angka”.

3. Keberhasilan dan tingkat Aspirasi

Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang

diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan

dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan

konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.

Menurur Smith apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan

pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apa—apa yang

mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirai banyak tergantung pada

inteligensi, status social ekonomi, hubungan dan harapan orang tua. Akan

21
tetapi faktor yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya

(proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik,

Oemar, 2000:185)

Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-

tujuna harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan

mampu mencapainya.

4. Pemberian Pujian

Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun harus

diingat bahwa efek pujian itu tergantung pada siapa yang memberi pujian

dan siapa yang menerima pujian itu. Para siswa yang sangat membutuhkan

keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa tergantung

para orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan

baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk nonverbal

misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu .

5. Kompetisi dan Kooperasi

Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi

dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat

kesepakatan uyan sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu

tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.

Ada tiga jenis persaingan yang efektif:

a. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan

semangat persaingan.

22
b. Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan

sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan

motivasi yang sangat kuat.

c. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi

terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.

Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok dan

kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi

dengan cara kerja sama. Menurut lowry dan Rankin (1969) kerja sama

adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari

hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000: 186)

6. Pemberian Harapan

Harapan selalu mengacu ke depan Artinya, jika seseorang berhasil

melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya dia dapat

memperole dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya

sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat

menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa

harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah,

kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak

menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada

para siswa.

23
G. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas

Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning)

membutuhkan suatu pendekatan pengajaranm komprehensif di mana

lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan

terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu

topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya. Pendekatna ini

memperkenalkan siswa untuk secara mandiri dalam mengkonstruksikannya

dalam produk nyata (Buck institute for Education, 2001)

Siswa diberikan tugas/ proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi

realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka

dapat menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit

komponen-komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan

terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks

tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di

kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untukj

disajikan kepada forum mendengar yang sesungguhnyam dan tugas-tugas

autentik lainnya. Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk

menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyatam, tugas-

tugas outentik/asli yang sebenarnya.

Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjakan sebagai

pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini

membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajaran mandiri

yang efektif.

24
1. Membuat tugas bermakna, jelas dan menantang

Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat

mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga

siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi siswa

untuk kehilangan minat dan melakukan tindakan yang tidak relevan

khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.

Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan

rumah mandiri yang dapat dipertahankan ketertiban siswa memiliki tujuan

yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus

kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu dan apa yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada

dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah

apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secara bermakna.

Linda Anderson (1985) menunjuk bahwa guru jarang menaruh

perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang

terlibat. Sebaliknya guru menekankan pada arahan-arahan procedural.

Sebagai contoh guru dapat menghabiskan waktu banyak menjelaskan

kepada siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun

jawaban-jawabannya. Sementara petunjuk-petunjuk tentang “ apa yang

dilakukan “ adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “

mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang

terlibat. Sebelum memberikan suatu tugasm guru hendaknya

mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian

25
menyediakan waktu cukup untuk menjelaskan cirri penting itu kepada

siswa.

2. Menganekaragamkan tugas-tugas

Sama dengan kehidupanb pada umumnya, keanekaragaman

menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah siswa

kemungkinan besar tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka jika

tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada tindak monoton. Guru

yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping

hakikat tugas belajar dan strategi-strategi kognitif yang terlibat. Membaca

dalam hati, laporan proyek-proyek khusus dan bahan-bahan multimedia

menawarkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri.

Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak ada alas an bagi guru untuk

membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.

3. Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan

Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang

diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk

keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyesuaian tugas-tugas

tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas

tersebut seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin

kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-

tugas yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas

seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang

baik perlu memiliki tngkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa

26
memandangnya sebagai sesuatu yang menantangm namun cukup mudah

sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan

mengerjakannya tugas tersebut atas jerih payah sendiri.

4. Monitoring Kemajuan siswa

Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitoring

tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya

meliputi pengecekan untuk menetahui apakah siswa memahami tugas

mereka dan proses-proses kognitif yang terlibat. Monitoring ini juga

termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan pengembalian tugas dengan

umpan balik. Pada saat beberapa sswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru

dapat bekerja dengan siswa lain dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5

atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk

memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani

siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka

guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara

bergantinga dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri.

Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru

mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepada

mereka dengan umpan balik.

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk, (2002L54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian

tindakana social eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan diatas ada persamaan dan

perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaiman dikutip oleh Kasbolah,

(2000) (dalam Sukidin, dkk 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung

pada (1) tujuaan utamanya atau pada tekanannya (2) tingkat kolaborasi antara

pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3) proses yang digunakan dalam melakukan

penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana

guru angat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk

in, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-

praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara

28
penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran

pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus

ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah

cukup.

A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di ………………………… tahun pelajaran…………………………..

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September semester ganjila 2004/2005

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas 1-

2………………………….tahun pelajaran …………………………………

pada pokok bahasan nilai, macam-macam norma dan sanksinya.

29
B. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-

hal yang terjadi di masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi

2002:82). Cirri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah

adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok

sasaran. Penelitian tindakana adalah satu strategi pemecahana masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif

yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam

prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling

mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus memenuhi criteria yitu benar-

benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta

dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidakj memboroskan waktu dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah

dari tindakana dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan

pembuktiannya.

30
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82)

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindkaan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari

siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut:

31
Putar
an 1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah:

1. Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di

dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsepo siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterampkannya pembelajaran kontekstual model

pengajaran berbasis proyek/tugas.

32
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya:

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana

masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)

dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di

akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk m

emperbaiki system pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang

fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai

bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan

apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai

(Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal.

Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana

TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka

juga digunakan metode observasi (pengamatan ) yang dilakukan oleh teman

33
sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses

belajar mengajar.

D. Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan

maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan

data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa

dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-

masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti

yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan

tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan

secara individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari

sama dengan 65%.

3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada

aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara

klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%

sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub

pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.

A. Analisis data Penelitian Persklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan

pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tigas dan

lembar observasi aktivitas siswa.

b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 4 September 2004 di kelas 1-2 dengan jumlah siswa 40

siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar

35
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus

I adalah sebagai berikut:

Table 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklud I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 70,25
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 28
3 Persentase ketuntasan belajar 70.00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas

diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,25 dan

ketuntasan belajar mencapai 70,00% atau ada 28 siswa dari 40 siswa

sudah tuntas belajar. Hasil ter sebut menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klalsik siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai 65 hanya sebesar 70,00% lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan

karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang

dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran

kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Perlu lebih intensif dalam pemotivasian dan penyampaan tujuan

poembelajaran.

2. Perlu lebih efektif dalam pengelolaan waktu

36
3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

d. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

1. Minat

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%)

memiliki minat baik, 5 anak (12,50%) memiliki perhatian cukup, dan

10 anak (25,00% memiliki minat kurang.

2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 anak (50,00%)

memiliki perhatian baik, 10 anak (25,00%) memiliki perhatian cukup,

dan 10 anak (40,00) memiliki perhatian kurang.

3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 17 anak (42,50%)

memiliki partisipasi baik, 13 anak (35m50%) memiliki partisipasi

cukup, dan 10 anak (25,00% memilik pastisipasi kurang.

e. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

37
2. Guru perlui mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bias lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar

observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran

berbasis proyek/tugas dan lembar observasi siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal II September 2004 di kelas 1-2 dengan jumlah

siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

38
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes

formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 75,50
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 33
3 Persentase ketuntasan belajar 82,50

Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah

75,50 dan ketuntasan belajar mencapai 82,50% atau ada 33 siswa dari 40

siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II

ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit

lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar sisw ini karena

setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi

untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mengerti apa yang dimaksud

dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual moel

pengajaran berbasis proyek//tugas.

c. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi.

1. Minat

39
Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (67,50%)

memiliki minat baik, 6 anak (15,00%) memiliki minat cukup, dan 7

anak (17,05%) memiliki minat kurang.

2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%)

memiliki perhatian baik, 7 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup

dan 8 anak (20,00%) memiliki perhatian kukrang .

3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%)

memiliki partisipasi baik, 9 ana (22,50%) memiliki partisipasi cukup,

dan 6 anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3. Pengelolaan waktu

e. Refisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

40
1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih

termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, scan tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar

observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran

berbasis proyek/tugas dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 18 September 2004 di kelas 1-2 dengan

41
jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti

terlihat pada tabel berikut

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 80,50
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 37
3 Persentase ketuntasan belajar 92,50

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar

80,50 dan dari 40 siswa yang telah tuntas sebanyak 37 siswa dan 3 siswa

belum mencapai ketuntasan belajar. Maka se cara klasikal ketuntasan

belajar yang telah tercapai sebesar 92,50% (termasuk kategori tuntas).

Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.

Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh

42
adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapokan pembelajaran

kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas sehingga siswa lebih

mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c. Analisis data Minat, Perhatian, Partisipasi

1. Minat

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 31 anak (77,50%)

memiliki minat baik, 5 anak (12,50%) memiliki minat cukup dan 4

anak (10,00%) memiliki minat kurang.

2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 29 anak (72,50%)

memiliki perhatian baik, 7 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup,

dan 4 anak (10,00%) memiliki perhatian kurang.

3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (67,50%)

memiliki partisipasi baik, 9 anak (22,50%) memiliki partispasi cukup,

dan 4 anak (10,00%) memiliki partisipasi kurang.

d. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan pembelajaran kontektual model pengajaran berbasis

proyek/tugas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai

berikut:

43
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

e. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual

model pengajaran berbasis proyek/tugas dengan baik dan dilihat dari

aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar

mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi

terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah

ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran

berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar siswa

44
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas memiliki dampak

positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,II dan III) yaitu masing-

masing 70,00%,82,50% dan 92,50% . pada siklus III ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model

pengajaran berbasis proyek/tugas dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap

siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai, macam norma

dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pengajaran berbasis

proyek/tugas yang paling dominant adalah belajar dengan sesame anggota

kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi

antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

45
a. Minat

Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 25 siswa

(62,50%) memiliki mina baik, 5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup

dan 10 siswa (25,00%) memiliki minat kurang. Siklus II sebanyak 27

siswa (67,50%) memiliki minat baik, 6 siswa (15,00%) memiliki minat

cukup dan 7 siswa (17,50%) memiliki minat kurang. Dan siklus III

diperoleh hasil sebanyak 31 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 5 siswa

(12,50%) memiliki minat cukup dan 4 siswa (10,00%) memiliki minat

kurang.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran

Kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model

pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan minat siswa

terhadap pembelajaran.

b. Perhatian

Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa

(50,00%) memiliki perhatian baik, 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian

cukup, 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh

hasil sebanyak 25 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik, 7 siswa

(17,50%) memiliki perhatian cukup dan 8 siswa (20,00%) memiliki

perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 31 siswa

(77,50%) memiliki minat baik, 5 siswa (12m50%) memiliki minat cukup,

dan 4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang

46
Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran

kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontektual model

pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan perhatian siswa

terhadap pembelajaran.

c. Partisipasi

Dari analisis data siklus I diperol hasil sebanyak 17 siswa (42,50%)

memiliki partisipasi baik, 13 siswa 932,50%) memiliki perhatian cukup,

dan 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh

hasil sebanyak 25 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik, 9 siswa

(22,50%) memiliki perhatian cukup dan 6 siswa (15,00%) memiliki

perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 27 siswa

(67,.50%) memiliki perhatian baik, 9 anak (22,50%) memiliki partisipasi

cukup dan 4 siswa (10,00,%) memiliki perhatian kurang.

Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran

kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model

pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan partispasi siswa

terhadap pembelajaran.

47
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk

meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil

penelitian yang telah dipaparkan selama tigas siklus, hasil seluruh pembahasan

serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebaga berikut:

1. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran Kewarganegaraan.

2. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas

memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,

yaitu siklus I (70,00%), siklus II (82,50%), siklus III (92,50%)

3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu

mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

4. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis

proyek/tugas mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan

motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa.

48
B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis

proyek/tuygas memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru

harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias

diterapkan dengan pembelajaran kontektual model pengajaran berbasisw

proyek/tugas dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang

optimal.

2. Dalam tahap awal pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasiws

proyek/tugas sebaiknya perlakukan kontekstual model pengajaran berbasis

proyek/tugas yang diterapkan.

3. Dalam pembelajaran sebaiknya memiliki metode pembelajaran yang dapat

memberikan keuntungan lebih baik bagi siswa dari segi akademik maupun

non akademik.

4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih

lanjut dalam waktu yang lebih lama misalnya triwulan atau satu semester

karena siswa perlu waktu untuk bisa menyesuaikan diri.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar
Baru Algesindo

Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta


Rineksa Cipta

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta; Rikena Cipata

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta


Usaha Nasional

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa


Cipta.

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak.


Psikologi UGM

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru
Algesindo.

Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar . Bandung :


Remaja Rosdakarya

Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta

Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press

Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif .
Bandung Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja


Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press
Universitas Negeri Surabaya.

Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And


Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang (UM Press)

50
Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan


Cendikia

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.


Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung;
Remaja Rosdakarya

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja


Rosdakarya.

51
Lampiran 1
RENCANA PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : ……………………………


Mata Pelajaran : Kewarganegaraan
Pokok Bahasan : Nilai, macam-macam norma dan sanksinya
Sub pokok Bahasan : Pengertian nilai, macam-macam nilai. Pengertian
norma dan sanksinya.
Waktu : 2 x 45 menit
Putaran : 1

A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma( agama,
kesusilaan, kesopanan dan hukum)

B. INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR


1. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam nilai
2. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam norma serta sanksinya
3. Menerapkan nilai dan macam-macam norma di lingkungan sekolah dan
masyarakat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat
1. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam nilai
2. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam norma
3. Menerapkan nilai dan macam-macam norma di lingkungan sekolah dan
masyarakat

D. PENGALAMAN BELAJAR
Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat
1. Merumuskan pengertian nilai
2. Merumuskan macam-macam nilai
3. Merumuskan pengertian norma dan macam norma
4. Mengidentifikaskan sanksi dari masing-masing norma melalui studi
pustaka
5. Kecakapan hidup:
- Menggali informasi
- Mengolah informasi
- Komunikasi tertulis atau lisan, kerjasama
- Menghubungkan variable
- Merumuskan macam-macam norma
- Mendiskipsikan sanksi norma yang ada di sekolah dan masyarakat
melalui persepsi hasil tugas clipping.

E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Model : Model Pembelajaran tugas proyek
2 Metode : Ekspsitori
F. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku Teks
2. LKS
3. Koran
4. Majalah

52
Lampiran 2
RENCANA PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : ……………………………


Mata Pelajaran : Kewarganegaraan
Pokok Bahasan : Nilai, macam-macam norma dan sanksinya
Sub pokok Bahasan : Hubungan nilai dan norma, nilai sebagai sumber norma
Waktu : 2 x 45 menit
Putaran : 2

A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma( agama,
kesusilaan, kesopanan dan hukum)

B. INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR


1. Menyimpulkan hubungan nilai dengan norma
2. Merumuskan nilai sebagai sumber norma

C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat
1. Menghubungkan nilai dan norma
2. Menyimpulkan nilai sebagai sumber dan norma

D. PENGALAMAN BELAJAR
Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat
1. Menganalisis hubungan antara nilai, norma dan sanksinya
2. Mengkaji nilai sebagai sumber norma melalui diskusi kelompok
3. Menguraikan nilai sebagai sumber norma
4. Menunjukkan contoh nilai sebagai sumber norma
5. Kecakapan hidup:
- Menggali informasi
- Mengolah informasi
- Komunikasi tertulis
- Menghubungkan variable

E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Model : Model Pembelajaran tugas proyek
2 Metode : Ekspsitori

F. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku Teks
2. LKS
3. Koran
4. Majalah

53
Lampiran 3
RENCANA PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : ……………………………


Mata Pelajaran : Kewarganegaraan
Pokok Bahasan : Pengertian hukum
Sub pokok Bahasan : Pengertian dan penggolongan hukum
Waktu : 2 x 45 menit
Putaran : 3

A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai norma,kesopanan dan
hukum

B. INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR


Siswa mampu mendiskripsikan pengertian dan penggolongan hukum

C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat
1. Merumuskan pengertian dan penggolonan hukum

D. PENGALAMAN BELAJAR
Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat
1. Merumuskan pengertian hukum
2. Mendiskripsikan penggolongan hukum melalui pengkajian referensi di
kelas.
E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Model : Model Pembelajaran tugas proyek
2 Metode : Ekspsitori

F. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku Teks
2. LKS
3. Koran
4. Majalah

54
Lampiran 4

Hasil Ulangan Harian pada Siklus I


No Nama Nilai Keterangan
1 70 T
2 60 TT
3 80 T
4 60 TT
5 80 T
6 80 T
7 80 T
8 60 TT
9 60 TT
10 70 T
11 80 T
12 70 T
13 80 T
14 80 T
15 90 T
16 70 T
17 60 TT
18 60 TT
19 60 TT
20 70 T
21 70 T
22 80 T
23 80 T
24 70 T
25 70 T
26 60 TT
27 80 T
28 60 TT
29 80 T
30 80 T
31 80 T
32 60 TT
33 60 TT
34 70 T
35 70 T
36 70 T
37 80 T
38 50 TT
39 90 T
40 70 T
2850 12
28

55
Keterangan

T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 28

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 12

Skor Maksimal Ideal : 4000

Skor tercepat : 2850

Rata-rata skor Tercepat : 71,25

Prosentase Ketuntasan : 70,00%

56
Lampiran 5

Hasil Ulangan Harian pada Siklus II


No Nama Nilai Keterangan
1 80 T
2 70 T
3 90 T
4 60 TT
5 80 T
6 80 T
7 80 T
8 70 T
9 60 TT
10 70 T
11 90 T
12 80 T
13 80 T
14 80 T
15 90 T
16 70 T
17 60 TT
18 60 TT
19 60 TT
20 80 T
21 70 T
22 90 T
23 90 T
24 70 T
25 80 T
26 60 TT
27 90 T
28 70 T
29 80 T
30 90 T
31 80 T
32 70 T
33 60 TT
34 80 T
35 70 T
36 70 T
37 80 T
38 60 TT
39 90 T
40 80 T
3020 7
33

57
Keterangan

T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 33

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7

Skor Maksimal Ideal : 4000

Skor tercepat : 3020

Rata-rata skor Tercepat : 75,50

Prosentase Ketuntasan : 82,50

58
Lampiran 6

Hasil Ulangan Harian pada Siklus III


No Nama Nilai Keterangan
1 90 T
2 70 T
3 90 T
4 80 T
5 80 T
6 90 T
7 80 T
8 70 T
9 60 TT
10 70 T
11 90 T
12 90 T
13 90 T
14 80 T
15 90 T
16 70 T
17 60 TT
18 90 T
19 70 T
20 80 T
21 70 T
22 90 T
23 90 T
24 90 T
25 80 T
26 90 T
27 80 T
28 90 T
29 80 T
30 90 T
31 80 T
32 90 T
33 60 TT
34 80 T
35 70 T
36 90 T
37 80 T
38 60 T
39 90 T
40 80 T
3220 3
37

59
Keterangan

T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 37

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 3

Skor Maksimal Ideal : 4000

Skor tercepat : 3020

Rata-rata skor Tercepat : 80,50

Prosentase Ketuntasan : 92,50

60
Lampiran 7

Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I


No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi
1 B C K B C K B C K
2   
3   
4   
5   
6   
7   
8  
9    
10  
11   
12     
13  
14    
15   
16  
17  
18   
19   
20   
21    
22   
23   
24   
25   
26   
27  
28    
29   
30   
31   
32  
33    
34   
35  
36    
37   
38   
39   
40   
Jumlah 25 5 10 20 10 10 17 13 10

61
Keterangan

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

Minat : 25 siswa (62,50%) memiliki minat baik

5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup

10 siswa (25,00%) memiliki minat kurang

Perhatian : 20 siswa (50,00%) memiliki perhatian baik

10 siswa (25,00%) memiliki perhatian cukup

10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang

Partisipasi : 17 siswa (42,50%) memiliki partisipasi baik

13 siswa (32,50%) memiliki partisipasi cukup

10 siswa (25,00%) memiliki partisipasi kurang

62
Lampiran 8
Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran II
No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi
B C K B C K B C K
1   
2   
3   
4   
5   
6   
7   
8   
9   
10   
11   
12   
13   
14   
15   
16   
17   
18   
19   
20   
21   
22   
23   
24   
25   
26   
27   
28   
29   
30   
31   
32   
33   
34   
35  
36  
37   
38 
39   
40   
Jumlah 27 6 7 25 7 8 25 9 6

63
Keterangan

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

Minat : 27 siswa (67,50%) memiliki minat baik

6 siswa (15,00%) memiliki minat cukup

7 siswa (17,50%) memiliki minat kurang

Perhatian : 25 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik

7 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup

8 siswa (20,00%) memiliki perhatian kurang

Partisipasi : 25 siswa (62,50%) memiliki partisipasi baik

9 siswa (22,50%) memiliki partisipasi cukup

6 siswa (15.00%) memiliki partisipasi kurang

64
Lampiran 9

Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I


No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi
B C K B C K B C K
1   
2   
3   
4   
5   
6   
7   
8   
9   
10   
11   
12   
13   
14   
15   
16   
17   
18   
19   
20   
21   
22   
23   
24   
25   
26   
27  
28   
29   
30   
31   
32   
33   
34   
35  
36   
37   
38   
39   
40   
Jumlah 31 5 4 29 7 4 27 9 4

65
Keterangan

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

Minat : 31 siswa (77,50%) memiliki minat baik

5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup

4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang

Perhatian : 29 siswa (72,50%) memiliki perhatian baik

7 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup

4 siswa (10,00%) memiliki perhatian kurang

Partisipasi : 27 siswa (67,50%) memiliki partisipasi baik

9 siswa (22,50%) memiliki partisipasi cukup

4 siswa (10.00%) memiliki partisipasi kurang

66
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DENGAN
MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN

……………………………………

TAHUN ………………………

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

………………………………………….

NIP……………………..

DINAS PENDIDIKAN KOTA…………


……………………………………

67
68
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA ILMIAH

BERJUDUL
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PELAJARAN
KEWARGANEGARAAN DENGAN MENERAPKAN STRATEGI
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS
TUGAS/PROYEK PADA SISWA KELAS…….

TAHUN………

OLEH
…………………………………………………..

Telah disetujui,

Pengelola Perpustakaan Ketua PGRI


………………………. . Kota

……………………… …………………
NIP: NIP

69
ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Ahlahmudlillah kehadiran Allah SWT hanya dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesai8kan tugas
penyuluhan karya ilmiah dengan judul “ meningkatkan Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Kewarganegaraan Dengan menerapkan Strategi Pembelajaran
Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Tugas/Proyek Pada Siswa Kelas 1-2
……………………. Tahun…………………………………… Penulisan karya
ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru
dari IV ke IVb

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak . Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam
dalamnya kepada :

1. Yth Kepala Dinas Pendidikan Kota …………….

2. Yth Ketua PGRI Kota ………………………

3. Yth Rekan-rekan Guru …………………

4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat mambangun dari semua pihak
selalu penulis harapkan.

70
iii
ABSTRAKSI

………………………….., 2004 meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran


Kewarganegaraan Dengan Menerapkan Pembelajaran Kontekstual Model
Pengajaran Berbasis Tugas Proyek Pada Siswa Kelas 1-2
……………………………. Tahun……………
Kata kunci: PKn, metode pembelajaran kooperatif
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan tentangnya dengan membahasnya dengan orang lain.
Bukan Cuma itu, perlu “ mengerjakannya” yakni penggambarkan sesuatu dengan
cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan
keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut pengetahuan yang telah atau harus
mereka daptkan.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Apakah penerapan
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran kewarganegaraan?
(b) bagaimanakan pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
tugas/proyel dalam meningkatkan motivasi , minat perhatian dna partisipasi
belajar kewarganegaraan?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui
bagaimanakah peningkatan prestasi belajar kewarganegaraan setelah diterapkan
pembelajaran kontektual model pengajaran berbasis proyek/tugas. (b) ingin
menetahui pengaruh penbelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
proyek/tugas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi
pelajaran Kewarganegaraan
Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas 1-
2……………………………………………………………..tahun
pelajaran…………………. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (70,00%), siklus II (82,50%),
siklus III (92,50%)
Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat
berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar Siswa
……………………………., serta model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternative pembelajaran Kewarganegaraan.

iv
71
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................


Halaman pengesahan ......................................................................
Kata Pengantar ......................................................................
Abstraksi ......................................................................
Daftar Isi ......................................................................
Daftar Lampiran ......................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
D. Kegunaan Penelitian......................................................................
E. Definisi Operasional Variabel.......................................................
F. Batasan Masalah ......................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ................................................
B Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.................................
C. Motivasi Belajar ......................................................................
D. Motivasi Belajar Remaja ..............................................................
E. Prinsip Motivasi ......................................................................
F. Teknik Motivasi Berdasarkan Kebutuhan.....................................
G. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat, waktu dan subjek penelitian............................................
B. Rancangan Penelitian.....................................................................
C. Alat Pengumpulan Data.................................................................
D. Analisis Data ......................................................................

v
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus.................................................
B. Pembahasan ......................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ......................................................................
B. Saran ......................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

vi
73
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran 1 Rencana Pembelajaran 1 ..........................................................
Lampiran 2 Rencana Pembelajaran 2 ..........................................................
Lampiran 3 Rencana pembelajaran 3 ..........................................................
Lampiran 4 Hasil Ulangan Harian Pada Siklus I .......................................
Lampiran 5 Hasil Ulangan Harian Pada Siklus I .......................................
Lampiran 6 Hasil Ulangan Harian Pada Siklus I .......................................
Lampiran 7 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Paratan I. ......................................................................
Lampiran 8 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Puratan II ......................................................................
Lampiran 9 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa
Paratan III ......................................................................

74vii

Anda mungkin juga menyukai