PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan
permasalahnnya sebagi berikut:
1. Adakah peningkatan prestasi belajar IPA materi reproduksi organisme
menggunakan teknik pembuatan teka-teki silang pada siswa kelas IX D SMP
Negeri 1 Karas tahun pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimanakah pengaruh pembuatan teka-teki silang dapat meningkatan
prestasi belajar IPA materi reproduksi organisme pada siswa kelas IX D
SMP Negeri 1 Karas tahun pelajaran 2016/2017.?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
2
1. Ingin mengetahui seberapa jauh peningkatan prestasi belajar IPA setelah
diterapkannya pembelajaran dengan teknik penugasan pembuatan Teka-teki
Silang .
2. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran dengan teknik pembuatan teka-teki
silang dapat meningkatan prestasi belajar IPA materi reproduksi organisme
pada siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Karas .
D. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan
proses belajar-mengajar Sains.
2. Meningkatkan pestasi prestasi dan motivasi pada pelajaran Sains / IPA
3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi Sains /
IPA
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian
ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode kooperatif adalah:
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama
2. Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan
mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam
bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran IPA materi
Reproduksi Organisme.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan
masalah yang meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas kelas IX D
SMP Negeri 1 Karas tahun pelajaran 2016/2017.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober
semester ganjil tahun palajaran 2016/2017.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Reproduksi
Organisme terbagi reproduksi Manusia (Siklus I) dan reproduksi tumbuhan
dan hewan ( Siklus II)
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestrasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap
dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir
dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses
yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang
yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan
tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam
diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
5
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap
individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil
dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi
adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan
dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau
pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa
yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam
hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus
mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
6
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan
atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan
yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.
Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.
Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan
dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau
hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak
menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor
diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui
kesulitan.
7
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA atau
Sains bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.
Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa
alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA atau Sains itu selalu berkembang ke
arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan
kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA atau Sains
merupakan
bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses
dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah
kemudian diperoleh hasil (produk).
E. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
9
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik
kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya
rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka
sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
penuh dengan variasi.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah
menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI
merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari siswa yang masuk memiliki
orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu
bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman
langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu
dan baru kemudian menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder,
menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang
benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima
banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar
aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi
10
dan debat, dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan,
simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa
masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar
bersama.”
Temuan-teman ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita
mempertimbangkan secepatnya laju kehidupan modern. Dimasa kini siswa
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak
pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan
warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari
satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.
12
untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata
(Buck Institue for Eduction, 2001).
Siswa diberikan tugas/proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi
realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secekupnya agar mereka dapat
menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-
komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan terwujud
menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut).
Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas
seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untuk disajikan
kepada forum pendengar yang sesungguhnya, dan tugas-tugas autentik lainnya.
Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan
pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyata, tugas-tugas outentik/asli
yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjaklan sebagai pekerjaan
kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini akan membantu
siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
1. Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat
mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga
siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk
kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya
apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan
rumah mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki
tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka
harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang
dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada
dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah
apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
13
2. Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah
daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan
besar ttap terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih
bervariasi dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif
mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas
beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati,
laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn
berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan
kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat
jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
3. Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk
keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas
tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas
tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan
berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan
guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan
yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat
kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu
yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan
menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah
sendiri.
14
dengan mencoba-coba. Kelebihan teka-teki silang dalam kaitannya dengan
pembelajaran siswa adalah sebagai beriku :
1. TTS Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar
TTS adalah media pembelajaran yang menarik untuk anak, sehingga mereka
akan lebih termotivasi untuk giat belajar serta mempelajari hal-hal yang baru.
2. TTS Dapat Membuat Belajar Lebih Menyenangkan
Menyusun huruf demi huruf di TTS dapat membuat belajar lebih
menyenangkan. Karena sejak awal otak anak tidak terbebani dengan ringkasan
materi yang harus dihafal.
3. TTS Dapat Mengasah Otak
Dengan mengerjakan TTS akan memberikan efek menyegarkan ingat,
sehingga fungsi kerja otak kembali optimal, karena anak dibiasakan untuk
belajar dengan santai dan menyenangkan.
4. TTS Dapat Meningkatkan Daya Ingat
Belajar dan mengerjakan TTS dengan santai akan membuat memori otak kuat,
sehingga daya ingat anak akan meningkat. Selanjutnya ketika mengerjakan
soal-soal ujian lainnya, mereka tidak akan mengalami hambatan tentang
hafalan.
5. TTS Dapat Melatih Ketelitian dan Keuletan
Rasa penasaran mencari jawaban soal TTS akan memotivasi anak untuk terus
mencari jawaban yang tepat hingga semua kolom terisi. Rasa penasaran itulah
yang akan menuntunnya untuk lebih ulet dan teliti mengisi jawaban.
B. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Put
ara
n1
Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancan Put
awal/rancan
gan ara
gan
Tindakan/ n2
Observasi
Rencana
Refleksi Rencana
yangdirevisi
direvisi Put
yang
ara
Tindakan/
n3
Observasi
Rencana
Refleksi Rencana
yang direvisi
yang direvisi
Tindakan/
Observasi
19
Secara garis besar rancangan tindakan meningkatkan yang akan dilakukan
pada saat pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar
siswa adalah sebagai berikut :
1. Siklus I :
a. Siswa diberi tugas membuat teka-teki silang (TTS) dengan menyusun kata-
kata konsep pada materi Reproduksi Organisme. Jumlah kata konsep yang
dibuat sebanyak-banyaknya.
b. Siswa membuat pertanyaan dari setiap kata konsep yang digabungkan baik
mendatar maupun menurun.
c. Guru mengamati keaktivan siswa dalam membuat Teka-teki Silang, sambil
membimbing siswa yang kesulitan membuat pertanyaan atau
menggabungkan kata.
d. Diakhir pertemuan siswa disuruh melaporkan jumlah kata konsep yang
dapat dibuat teka-teki silang.
e. Siswa saling mengoreksi pekerjaan Teka-teki temannya secara bebas untuk
menyempurnakan karya teka-teki temannya.
f. Guru mencatat hasil karya pembuatan TTS, dengan mendicatat jumlah
kata dan pertanyaan yang dapat digabungkan dan mencatat jumlah
pekerjaan temannya yang dikoreksi/disempurnakan.
g. Dilakukan Diskusi / Tanya jawab terhadap konsep yang belum jelas.
h. Dilakukan tes akhir untuk Siklus I.
Langlah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
Langkah-langkah pembelajaran Siklus I
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Ketr
Memberi Tugas Membuat TTS materi Membaca Paket
membuat Teka- Reproduksi Manusia Menyusun Kata
teki Silang (TTS) Membuat Pertanyaan
Observasi /pernyataan untuk
aktivitas siswa jawaban TTS
Menyurus siswa Melaporkan hasil Untuk mengambil nilai
20
melaporkan hasil karya TTS aktivitas
TTS (berapa
kata)
Mencatat hasil Siswa saling Untuk mengambil nilai
koreksian mengoreksi Karya aktivitas
(Jumlah kata / TTS temannya
pertanyaan yang Siswa
dikoreksi) mengkomunikasikan
Karyanya
Melakukan
Refleksi
2. Siklus II :
Siklus kedua yang akan TTsilakukan adalah sama dengan langlah-
langkah pembelajaran berbasi tugas pembuatan nTTS seperti pada siklus I
tetapi lebih disempurnakan agar aktivitas belajar siswa dan belajar social
siswa menjadi lebih meningkat.
Materi yang dipelajari untuk dibuat TTS adalah : Reproduksi Tumbuhan dan
Hewan.
Langlah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
Langkah-langkah pembelajaran Siklus II
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Ketr
Memberi Tugas Membuat TTS materi Membaca Paket
membuat Teka- Reproduksi Menyusun Kata
teki Silang (TTS) Tumbuhan dan Hewan Membuat Pertanyaan
Observasi /pernyataan untuk
aktivitas siswa jawaban TTS
Menyurus siswa Melaporkan hasil Untuk mengambil nilai
melaporkan hasil karya TTS aktivitas
TTS (berapa
kata)
Mencatat hasil Siswa saling Untuk mengambil nilai
koreksian mengoreksi Karya aktivitas
(Jumlah kata / TTS temannya
pertanyaan yang
21
dikoreksi) Siswa
mengkomunikasikan
Karyanya
Melakukan Jika Ketuntasan Kelas
Refleksi minimal 85%, TUNTAS
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Tes formatif/ Tes akhir Siklus
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Sains pada
pokok bahasan Reproduksi organisme. Tes formatif ini diberikan setiap akhir
putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).
22
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor KKM = 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila
di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau
sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
23
P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24
Table 4.1. Nilai Hasil Tes Siklus I
KET
No Nama NILAI
T TT
1 BARIR ADRIKATUL BISYAROT 75 v
2 RIZALDI ANANDA MUSOWIFIN 60 v
3 ARYA YUDHA WAHYU PAMUNGKAS 80 v
4 SITI FATIMAH QODRI 80 v
5 GALIH ADJI NUGROHO 70 v
6 DINIDA TRIAS FEBRIANTI 85 v
7 NIKO BUDIYANTO 75 v
8 NUNUNG SUSANTI 70 v
9 QOIRUL NUR ARIFIN 70 v
10 AYU PUJI LESTARI 80 v
11 ELLY RAHMAWATI 80 v
12 ALFIAN DWI CAHYANTO 70 v
13 IFADA MUFIDATUL ULA 80 v
14 MUHAMMAD HANIF AZAM 80 v
15 SITI IFTIANAFATUL KHASANAH 75 v
16 AZZUA MALIA AMDINI 75 v
17 FATHUR ROZI FADLY 65 v
18 FUJIATI 75 v
19 RIA RISMAWATI 75 v
20 TEGAR PRAWIRA VINANGGA 60 v
21 YUSMA AYUDYA RATRI 80 v
22 SEFTI LIA RISKA DEWI 75 v
23 MIRTA APRILIYA 65 v
24 DIMAS RAMADHAN AL FIQRI ANWAR 75 v
25 ILHAM MUJAHIDIN 70 v
26 IMAM MUSTAKIM 70 v
Jumlah Skor 1915 16 10
Jumlah Skor Maksimal 2600
Rata-rata Nilai 73,65
% Ketercapaian Per Kelas 62
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 16
25
Jumlah siswa yang belum tuntas : 10
Klasikal = 62 % : Belum tuntas
2. Siklus II
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Table 4.3. Nilai Hasil Tes II
KET
No Nama NILAI
T TT
1 BARIR ADRIKATUL BISYAROT 85 v
2 RIZALDI ANANDA MUSOWIFIN 70 v
26
3 ARYA YUDHA WAHYU PAMUNGKAS 85 v
4 SITI FATIMAH QODRI 90 v
5 GALIH ADJI NUGROHO 80 v
6 DINIDA TRIAS FEBRIANTI 90 v
7 NIKO BUDIYANTO 80 v
8 NUNUNG SUSANTI 75 v
9 QOIRUL NUR ARIFIN 80 v
10 AYU PUJI LESTARI 85 v
11 ELLY RAHMAWATI 85 v
12 ALFIAN DWI CAHYANTO 70 v
13 IFADA MUFIDATUL ULA 80 v
14 MUHAMMAD HANIF AZAM 80 v
15 SITI IFTIANAFATUL KHASANAH 80 v
16 AZZUA MALIA AMDINI 85 v
17 FATHUR ROZI FADLY 70 v
18 FUJIATI 75 v
19 RIA RISMAWATI 80 v
20 TEGAR PRAWIRA VINANGGA 75 v
21 YUSMA AYUDYA RATRI 85 v
22 SEFTI LIA RISKA DEWI 85 v
23 MIRTA APRILIYA 75 v
24 DIMAS RAMADHAN AL FIQRI ANWAR 80 v
25 ILHAM MUJAHIDIN 80 v
26 IMAM MUSTAKIM 75 v
Jumlah Skor 2080 23 3
Jumlah Skor Maksimal 2600
Rata-rata Nilai 80
% Ketercapaian Per Kelas 88
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 23
Jumlah siswa yang belum tuntas :3
Klasikal = 88 : Tuntas
B. Pembahasan
1. Nilai Rata-rata Siswa
Melalui analisis data hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis proyek/tugas pembuatan teka-teki silang memiliki
dampak positif dalam meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat
dari semakin mengkatnya rata-rata nilai siswa dari 73,65 (siklus I) menjadi
80 (siklus II). Peningkatan ini mengindikasikan bahwa aktivitas belajar siswa
meningkat secara individual. Hanya ada 3 siswa yang belum tuntas sampai
siklus II, sehingga kepada siswa tersebut perlu diberi tindakan remedial.
28
II) yaitu masing-masing 62 % dan 88%. Pada siklus II ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pembelajaran berbasis proyek/tugas pembuatan Teka-
teki Silang memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa yang ditandai dengan meningkatnya nilai rata kelas dari 73,65 (siklus
I) menjadio 80 (siklus II) dan terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa
dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62%), siklus II (88%).
2. Penerapan pembelajaran berbasis proyek/tugas pembuatan Teka-teki Silang
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar yang
ditandai dengan peningkatan aktivitas siswa untuk mempelajari kembali
materi pelajaran yang telah diterima selama ini yang ditunjukan dengan rata-
rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode ini
B. Saran
30
Pembelajaran IPA dapat lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disarankan sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan latar
belakang permasalahan siswa dan karakteristik materi, agar dalam proses
belajar mengajar diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau
dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu mmenyusun pengetahuannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
Aneka Ilmu.
Hadi, Sutrisno. 198. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
31
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
32