Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Good dan Brophy dalam

bukunya yang berjudul Education Psychology A Realistic Approach

mengemukakan arti belajar yaitu “Learning is the development of new association

as result of experience”. Menurutnya belajar bukan tingkah laku yang tampak,

melainkan yang utama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam

individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.10

Belajar adalah proses berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap situasi yang disebabkan oleh pengalamannya tidak dapat dijelaskan atas

dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan

sesaar seseorang (misalnya : kelebihan, pengaruh obat-obatan, dan lain

sebagainya).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari

beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas

dapat kita pahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Dari itu dapat disimpulkan bahwa

10
Muhammad Thobroni dan Anif Musthofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogyakarta:
Ruzz Media. 2011), hlm17

9
10

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor.11

Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari

atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan

aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan

demikian, dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan baik

apabila intensitas keaktifan jasmani maupun mental seseorang semakin tinggi.

Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun jika keaktifan

jasmaniah dan mentalnya rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak secara

nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar. 12

Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi individu dengan

lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah obyek-obyek lain yang

memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan,

baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh

atau ditemukan sebelumnya tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu

tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses belajar itu sendiri atau proses membentuk

perubahan menuju arah yang positif pada peserta didik. Pembelajaran pada

hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan

11
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), hlm 12-13
12
Ainurrahman,(2013), Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, , hlm. 36.
11

mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan

sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam

melakukan proses belajar. Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari

banyaknya peserta didik yang bermasalah.

Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang

mampu menerima materi pelajaran ada pula peserta didik yang lambah dalam

mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru

mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap

peserta didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka

hakikat pembelajaran adalah “pengaturan”, 13

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu

lingkungan belajar.14 Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi

edukatif yang terjadi, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar

dari pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar secara pedagogis pada diri peserta

didik, berproses secara sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-

tahapan tertentu. Dalam pembelajaran, pendidik memfasilitasi peserta didik agar

dapat belajar dengan baik. Dengan adanya interaksi tersebut maka akan

13
Bahri djamarah,(2013),Strategi Belajar,Jakarta,Rineka Cipta, hlm 27
14
Repulik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, hlm.6
12

menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang telah

diharapkan.15

Pola pembelajaran yang terjadi saat ini seringkali masih bersifat transmisif,

yaitu siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau

yang ada pada buku pelajaran saja. Adapun menurut beberapa ahli, menyatakan

bahwa system pembelajaran dalam pandangan konstruktivis memberikan

perbedaan yang nyata, Ciri-cirinya adalah: (a) siswa terlibat aktif dalam

belajarnya. Siswa belajar materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir,

dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehinya

menyatu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh dua

orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku

siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut tidak terlepas

dari bahan pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah

kegiatan terencana yang mengkondisikan atau yang merangsang seseorang agar

dapat bealajar dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran ini bermuara pada

dua kegiatan pokok, yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan

tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan tindakan

perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan

tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh karena

itu, makna pembelajaran merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan

belajar adalah tindakan internal dari pembelajaran. 16

15
Muh.Sain Hanafy, Jurnal Pendidikan: Konsep Belajar dan Pembelajaran,Lentera
Pendidikan, Vol. 17 No. 1 Juni 2014: 66-79, hlm 74
16
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 1
13

3. Komponen-komponen Pembelajaran

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu sistem, karna pembelajaran

merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan, yaitu membelajarkan siswa.

Sebagai suatu sistem, tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung

komponen. Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang

melibatkan berbagai komponen yang satu sama lain saling berinteraksi, dimana

guru harus memanfaatkan komponen tersebut dalam proses kegiatan untuk

mencapai tujuan yang ingin direncanakan.

a) Guru dan Siswa

Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, dan

melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam upaya memberikan

sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Seorang guru

haruslah memiliki kemampuan dalam mengajar, membimbing dan membina

peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran. 17

b) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman dan sasaraan

yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah

jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.

Tujuan dalam pembelajaran yang telah dirumuskan hendaknya disesuaikan

dengan ketersediaan waktu, sarana prasarana dan kesiapan peserta didik.

Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh kegiatan guru dan peserta didik harus

diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah diharapkan.

17
Abudin Nata,(2009) Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran Jakarta: Kencana,
, hlm.315
14

c) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses

belajar mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran proses belajar mengajar

tidak akan berjalan. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan

menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Materi

pelajaran merupakan satu sumber belajar bagi siswa. Materi yang disebut sebagai

sumber belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan

pembelajaran. Suharsimi Arikunto memandang bahwa materi pelajaran

merupakan unsure inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena bahan

pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa. Maka, seorang guru

ataupun pengembang kurikulum seharusnya tidak boleh lupa harus memikirkan

sejauh mana bahan-bahan yang topiknya. tertera yang berhubungan dengan

kebutuhan siswa pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.

d) Metode Pembelajaran

Menurut J.R David dalam Abdul Majid, Teaching Strategies for College

Class Room mengatakan bahwa pengertian metode adalah cara untuk mencapai

sesuatu. Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkan metode

pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian ini, maka metode pembelajaran

menjadi ssalah satu unsure dalam strategi belajar mengajar. Metode pembelajaran

digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mengkhususkan

aktivitas guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran.18 Metode

pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

18
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 132.
15

fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode

pembelajaran dengan tekhnik adalah dua hal yang berbeda. Metode pembelajaran

lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapantahapan tertentu, sedangkan tekhnik

adalah cara yang digunakan dan bersifat implementatif. Dengan kata lain, metode

dapat sama, akan tetapi tekhniknya berbeda. 19

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam

menentukan komponen-komponen penunjang belajar. Munandar mengemukakan

bahwa model pembelajaran dapat digunakan untuk menentukan materi atau

konten pembelajaran dan metode-metode untuk penyampaian materi tersebut,

dalam arti bahwa model memberikan kerangka untuk menentukan pilihan.

Pendapat diatas menunjukan bahwa model pembelajaran menjadi penentu dalam

keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar sehingga guru dituntut dapat memilih

model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran adalah sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang

teratur atau sistematis, serta mengandung pikiran yang bersifat uraian atau

penjelasan. Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model

pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar

teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan

sebagainya. Pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

19
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hlm. 7.
16

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Penjelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memiliki peranan penting sebagai

kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. 20

2. Model-model Pembelajaran

a. Kooperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial

yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung

jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan

kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan

untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab.

Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena

kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari

kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan

cara berkelompok. Untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,

menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar

kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5

orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada control dan fasilitasi,

dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi,

20
Novi Marliani, (2015), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), Jurnal Formatif, vol : 14-25
ISSN: 2088-35
17

membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan

pelaporan.21

b. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan

kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu

dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk

memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, ide-ide,

yaitu siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Model kontruktivis dalam mengajar ada beberapa macam, yaitu diantaranya:

1. Menyiapkan benda-benda nyata untuk digunakan siswa, 2. Memperhatikan

empat cara berbuat terhadap benda-benda, 3. Memperkenalkan kegiatan, 4.

Menciptakan pertanyaan, masalah-masalah dan pemecahannya, 5. Siswa saling

berinteraksi, 6, hindari istilah teknis dan tekanan berpikir, 7. Memperkenalkan

kembali (Reintroduce) materi kegiatan.22

c. Team Accelerated Instruction (TAI)

Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran

kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap

anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih

21
Fathurrohman, S.Pd, (2006), Model-Model Pembelajaran, jurnal: Pendidikan,
Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan
22
Indayana Febriani Tanjung, (2018), Strategi Pembelajaran Biologi, Medan, CV Widya
Puspita
18

dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal

tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang

sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian

didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.23

d. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)

Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai

dengan mengajukan masalah dan dilanjutkan dengan menyelesaikan masalah

tersebut. Untuk menyelesaikan masalah itu, peserta didik memerlukan

pengetahuan baru untuk menemukan solusinya. Masalah tersebut dapat

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang di dalamnya

mencakup kemampuan berfikir analitis. PBL atau biasa disebut kepentingkan

pendidikan tingkat tinggi mengacu pada pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada proses pemecahan masalah dengan yang peserta didik memperoleh

pengetahuan yang diperlukan.

PBL adalah metode pembelajaran di mana siswa belajar dengan inspirasi,

pemikiran kelompok, dan menggunakan informasi terkait. Untuk mencoba untuk

memecahkan masalah baik yang nyata maupun hipotetis, siswa dilatih untuk

mensintesis pengetahuan dan keterampilan sebelum mereka menerapkannya ke

masalah.24

Terdapat sejumlah definisi Problem-Based Learning (PBL). Berikut

merupakan salah satu pengertian yang dapat dikutip. “PBL is a learning

23
Abdullah, (2017), Pendekatan dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Siswa,
Jurnal: Institut Agama Islam, Vol:01 No. 01
24
Asrani Assegaf,(2016), Upaya meningkatkan kemampuan berfikir analitis melalui
model problem based learning (PBL), Jawa Barat, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
Vol.1 No,1
19

methodology that encourages students to take responsibility for their own learning

and to develop a broad set of generic skills and attributes, along with relevant

content knowledge. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga memberikan

definisi PBL sebagai berikut.

PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus

melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan

masalah tersebut. Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan

mahasiswa dalam PBL/I, yaitu:

(a) Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi

yang dituntut mata kuliah, dari dosennya;

(b) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan

masalah;

(c) Menata data dan mengaitkan data dengan masalah; dan

(d) Menganalis strategi pemecahan masalah PBL/I adalah belajar dengan

memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian

informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.25

e. Project Based Learning

Project Based Learning ialah proses pembelajaran yang secara langsung

melibatkan siswa untuk menghasilkan suatu proyek. Pada dasarnya model

pembelajaran ini lebih mengembangkan keterampilan memecahkan dalam

mengerjakan sebuah proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam

25
Made Budi Arsika,(2016), Buku Pedoman Problem Based Learning (PBL), Denpasar
20

implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk

membuat keputusan dalam memilih topik, melakukan penelitian, dan

menyelesaikan sebuah proyek tertentu. 26

Model pengajaran Project Based Learning seringkali disebut dengan metode

pengajaran yang menggunakan persoalan masalah dalam sistemnya dengan tujuan

mempermudah siswa dalam proses pemahaman serta penyerapan teori yang

diberikan. Model tersebut menggunakan pendekatan kontekstual serta

menumbuhkan keahlian siswa dalam berpikir kritis. Sehingga mampu

mempertimbangkan keputusan paling baik yang diambil sebagai solusi

penyelesaian dalam permasalahan yang diterima. 27

f. Student Teams Achievment-Divisions (STAD)

Salah satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

hasil belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD

(Student Teams Achievement Division). Pembelajaran STAD merupakan

pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dalam suatu

kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap

kelompok haruslah heterogen terdiri laki dan perempuan, berasal dari berbagai

suku memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Pembelajaran kooperatif STAD mempunyai beberapa keuntungan, yaitu

siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah sehingga

26
Rona Taula, (2018), Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Upaya Peningkatan Kreativitas Mahasiswa, Universitas Bung Hatta, Varia Pendidikan, Vol.30,
No.1, ISSN 0853-0976
27
Putri Dewi Anggraini, (2021), Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Project
Based Learning Dalam Peningkatan Kreatifitas Siswa, Surabaya, Jurnal Pendidikan, Volume 9,
Nomor 2, ISSN 23389621
21

siswa dari kelompok bawah memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang

sama. Dalam proses tutorial ini kemampuan akademik siswa kelompok atas akan

meningkat, karena sebagai tutor dituntut untuk memperdalam pemahaman dan

penguasaan materi yang akan disampaikan. 28

g. Quiz

Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz merupakan “salah satu tipe pembelajaran

yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Team

Quiz dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka

pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak

membuat mereka merasa takut”.

Pembelajaran Active Learning tipe Team Quiz dipilih karena merupakan

pembelajaran yang membuat siswa langsung terlibat dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga proses kegiatan belajar dikelas akan terasa lebih hidup,

karna adanya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dengan

membuat pertanyaan berupa soal-soal akan melatih kemampuan siswa dalam

membuat dan menjawab pertanyaan sehingga akan berdampak pada perolehan

hasil belajarnya.29

28
I Ghozali,(2014), Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Division (Stad) Dengan Umpan Balik Kuis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
Viii Smp Negeri 11 Semarang,Semarang, Unnes Physic Education Journa, Vol. 3 (1)
29
Yayan Kristian,(2018), Pengaruh Metode Active Learning Tipe Team Quiz Terhadap
Hasil Belajar Siswa Smpn 6 Nanga Pinoh, Stkip Persada Khatulistiwa Sintang, ISSN 2541-0938
22

h. Picture and Picture

Picture And Picture merupakan model pembelajaran yang kooperatif atau

mengutamakan adanya kelompok-kelompok dengan menggunakan media gambar

yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pada model ini peserta

didik diajak secara sadar dan terencana untuk mengembangkan interaksi diantara

mereka agar bisa saling asah, saling asih dan saling asuh. Dan model ini memiliki

karakteristik yang inovatif, kreatif, dan tentu saja sangat menyenangkan. 30

Picture And Picture merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang

mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran, gambar-gambar

ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.31 Gambar sangat penting

digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui gambar, peserta didik

mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat membantu guru

mencapai tujuan instruksional karena selain merupakan media yang murah dan

mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Selain itu

pengetahuan dan pemahaman peserta didik menjadi lebih luas, jelas dan tidak

mudah dilupakan.

i. Debat

Debat adalah sebuah teknik di mana pembicara dari pihak yang pro dan

kontra menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau

balasan ataupun tidak, serta peserta dari masing-masing kelompok dapat

mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain. Debat adalah suatu bentuk retorika

30
Imas kurniasih, (2015), Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru,
CV. Solusi Distribusi: Kata Pena, h.44
31
Gusti Ayu Bintang Yuniari, Penerapan Model Picture And Picture Untuk
meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Mengwi
Tahun Pelajaran 2016/2017 Vol 7, No.2, 2017
23

modern yang pada umumnya tercirikan oleh adanya dua pihak atau lebih yang

melangsungkan komunikasi dengan bahasa dan saling mempengaruhi sikap/

beradu argumen dengan lawan bicara.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari debat sendiri adalah adu

argumen pro dan kontra antara dua orang atau lebih dalam kelompok tentang

suatu masalah tertentu untuk memecahkan suatu masalah. Biasanya debat terjadi

karena adanya perbedaan pandangan mengenai suatu masalah yang kontroversial,

sehingga perlu dibicarakan untuk mendapatkan suatu pemecahan masalahnya. 32

C. Pandemi Covid-19

Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu

coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus

disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,

Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat ini sudah

dipastikan terdapat lebih dari 220 negara yang telah terjangkit virus ini. (Data

WHO, 15 Mei 2020) dimana di Indonesia terdapat 16.496 kasus positif COVID-

19 dengan 3.803 orang yang dinyatakan sembuh dan 1.076 orang meninggal dunia

(Data covid19.go.id, 15 Mei 2020) dengan sebaran di keseluruhan 34 provinsi. Di

Sumatera Selatan terdapat 458 kasus positif COVID-19 dengan 73 orang sembuh

dan 11 orang meninggal dunia (Data corona.sumselprov.go.id, 15 Mei 2020)

dengan sebaran di keseluruhan 14 kota/kabupaten. Di kota Pelembang terdapat

248 kasus positif COVID-19 dengan 51 orang sembuh dan 2 orang meninggal

dunia.

32
Ita Suratiyanti,(2015), Keefektifan Penerapan Metode Debat Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas V Sdn Petinggen Yogyakarta,Yogyakarta,Universitas Negeri Yogyakarta
24

Penyebaran COVID-19 terjadi sangat cepat dan meluas karena dapat menular

melalui kontak dari manusia ke manusia. Sebagai respon, Pemerintah telah

menerbitkan peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 dan Permenkes No. 9 Tahun 2020.

Hingga saat ini, berita seputar COVID-19 masih menjadi perhatian utama semua

negara di dunia dan di tanah air untuk waspada dan tetap siaga menghadapi

COVID-19 yang belum ditemukan obat dan vaksinnya.

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini

utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.

Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,

betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness

Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

(MERS-CoV).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk

dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe

Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.15

Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan

nama SARS-CoV-2.33

33
Adityo Susilo,dkk, (2020), Coronavirus Disiase 2019, Jurnal: Penyakit dalam
Indonesia, Vol. 7, No. 1
25

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda,

kucing, dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang

ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang membawa

patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar,

tikus bambu, dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk

Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk

kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory

syndrome (MERS).34

Pandemi global COVID-19 melahirkan problematika baru bagi negara-

bangsa, khususnya mengenai bagaimana upaya negara untuk mencegah dan

menghentikan penyebaran virus ini agar tidak semakin meluas. Vaksin sosial

seperti kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan lockdown pun

dilakukan oleh negara-negara sebagai respons atas situasi darurat ini. Namun,

vaksin sosial ini masih perlu didukung oleh elemen lain, salah satu yang

terpenting adalah transparansi data.

Persoalan mengenai transparansi data pada situasi krisis COVID-19 sempat

menjadi perbincangan hangat di kalangan para ekspertis informasi dan media di

seluruh dunia. Mereka mempertanyakan bagaimana pihak berwenang (atau dalam

hal ini pemerintah) menangani situasi krisis melalui penggunaan data. Karena

melalui data inilah berbagai skenario model, proyeksi dan juga perhitungan

khususnya pemerataan kurva atau ‘flattening the curve’ dapat dilakukan.

34
Yuliana, (2020), Wellness And Healthy Magazine, Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, Vol. 2, No. 1, ISSN: 2656-0062
26

Sebagaimana yang mungkin diketahui, bahwa model ‘flattening the curve’ sempat

menjadi viral dalam berbagai saluran informasi dan media lokal dan global juga

media sosial, menjadikan model ini menjadi obsesi hampir semua negara di dunia

dalam mencegah peningkatan kasus penyakit akibat virus COVID-19 di tingkat

daerah (lokal) dan nasional. Dan untuk mendukung pemodelan ini, maka data

menjadi sumber yang sangat penting, termasuk dalam proses penginformasian

mengenai strategi kelangsungan hidup secara kolektif dari pemerintah kepada

masyarakat dalam melawan virus corona.35

Virus corona termasuk superdomain biota, kingdom virus. Virus corona

adalah kelompok virus terbesar dalam ordo Nidovirales. Semua virus dalam ordo

Nidovirales adalah nonsegmented positive-sense RNA viruses. Virus corona

termasuk dalam familia Coronaviridae, sub familia Coronavirinae, genus

Betacoronavirus, subgenus Sarbecovirus. Pengelompokan virus pada awalnya

dipilah ke dalam kelompokkelompok berdasarkan serologi tetapi sekarang

berdasar pengelompokan filogenetik. Lebih jauh dijelaskan bahwa subgenus

Sarbecovirus meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-nCoV. BatSL-CoV

awalnya ditemukan di Zhejiang, Yunan, Guizhou, Guangxi, Shaanxi dan Hubei,

China. (4) Pengelompokan yang lain memperlihatkan bahwa virus corona grup

beta meliputi Bat coronavirus (BcoV), Porcine hemagglutinating

encephalomyelitis virus (HEV), Murine hepatitis virus (MHV), Human

coronavirus 4408 (HcoV-4408), Human coronavirus OC43 (HCoV-OC43),

Human coronavirus HKU1 (HCoV-HKU1), Severe acute respiratory syndrome

35
Anggia Valerasha dan Marshell Adi Putra, (2020), Pandemi Global COVID-19 dan
Problematika Negara-Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-digital , Fakultas Ilmu
sosial
27

coronavirus (SARSCoV) dan Middle Eastern respiratory syndrome coronavirus

(MERS-CoV).36

D. Media Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Kata “media” berasal dari bahasa Latin “medium” yang berarti “perantara”

atau “pengantar”. Lebih lanjut, media merupakan sarana penyalur pesan atau

informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran

atau penerima pesan tersebut. Penggunaan media pengajaran dapat membantu

pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim bahwa hasil penelitian

telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam

proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa.

Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu

penyebab lemahnya mutu belajar siswa.37

Media sebagai salah satu komponen dalam sistem itu, mempunyai fungsi

sebagai sarana komunikasi non-verbal. Sebagai salah satu komponen sistem,

berarti media mutlak harus ada atau harus dimanfaatkan di dalam setiap

pembelajaran. Dikatakan demikian sebab jika salah satu komponen itu tidak ada

maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Terkait dengan hal itu, Partisipasi

siswa dapat dilakukan dengan jalan mendengarkan, melihat, menulis, merasakan,

dan memikirkan.38

36
Mle Parwanto, 2020, Virus Corona (2019-Ncov) Penyebab Covid-19, Jurnal biomedika
dan kesehatan, Vol.3, No. 1
37
Nunu Mahnun, (2012), Media Pembelajaran, UIN suka riau, jurnal pemikiran islam,
Vol. 37, No. 1
38
Supriyono, (2018), Pentingnya Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa, Jurnal Pendidikan Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 2 No.1, ISSN: 2614-4417
28

Dalam hal ini, media pendidikan merupakan salah satu pendukung yang

efektif dalam membantu terjadinya proses belajar. Hal senada juga ditegaskan

oleh Danim bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektifitas

penggunaan alat bantu atau media dalam proses pembelajaran di kelas, terutama

dalam hal peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan

dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar

siswa.39

Selama wabah covid 19 masuk ke Indonesia, ada beberapa peraturan

pemerintah yang diterbitkan guna untuk pencegahan penyebaran wabah tersebut.

Salah satu yang digalakkan adalah adanya social distancing. Social distancing

merupakan upaya jaga jarak, misalnya seperti menghindari kerumunan, dan

kontak fisik. Adanya social distancing tersebut sudah jelas sangat berpengaruh

pada dunia pendidikan. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah telah diliburkan

mulai bulan Maret 2020. Bahkan hingga bulan Mei 2020 saat inipun pembelajaran

masih dilakukan dari rumah masing-masing. Sesuai dengan Undang-Undang

Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 3 tahun 2020 menjelaskan bahwa

“pembatasan sosial berskala besar ini paling sedikit meliputi peliburan sekolah

dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan

di tempat atau fasilitas umum.” Tantangan tersendiri untuk dunia pendidikan

supaya pembelajaran dapat terus berjalan di tengah pandemi covid 19 ini.

Salah satu jalan keluar untuk menangani masalah tersebut adalah

pembelajaran dilakukan secara daring. Pembelajaran daring ialah pembelajaran

yang dilakukan dengan jarak jauh dengan bantuan internet. Dalam pembelajaran

39
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 1
29

daring dibutuhkan sarana dan prasarana, berupa laptop, komputer, smartphone,

dan bantuan jaringan internet. 40

Internet telah dipadukan sebagai alat untuk melengkapi aktivitas

pembelajaran bahasa. Salah satu media teknologi yang sering digunakan saat ini

adalah aplikasi di telepon genggam. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa

yang banyak berinteraksi dengan aplikasi di telepon genggam dapat lebih muah

memahami isi teks bacaan. Studi lain menguji tenang strategi membaca siswa di

sebagian besar Universitas di Swedia. Data diambil dari aktivitas blog bacaan

mahasiswa.41

Salah satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 adalah

dengan melakukan pembatasan interaksi masyarakat yang diterapkan dengan

istilah physical distancing. Namun, kebijakan physical distancing tersebut dapat

menghambat laju pertumbuhan dalam berbagai bidang kehidupan, baik bidang

ekonomi, sosial, dan tentu saja pendidikan. Keputusan pemerintah untuk

meliburkan para peserta didik, memindahkan proses belajar mengajar di sekolah

menjadi di rumah dengan menerapkan kebijakan Work From Home (WFH)

membuat resah banyak pihak.

WFH adalah singkatan dari work from home yang berarti bekerja dari rumah.

Kebijakan WFH tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN & RB) Nomor 50/2020 tentang Perubahan

Kedua atas Surat Edaran Menteri PAN & RB Nomor 19/2020 tentang

Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan

40
Oktafia Ika dan Siti Sri Wulandari, (2020), Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study
From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19, Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran,
Surabaya, Vol. 8 No. 3
41
Nurul Lailatul dan Lukam Hakim, (2019), Efektifitas Pembelajaran Berbasis Daring,
Mataram, Jurnal Tatsqif, Vol. 17 No.1 ISSN: 2503-4510
30

Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Sebagai ASN, guru

dalam upaya melaksanakan proses pembelajaran perlu dilakukan secara online

atau dalam jaringan (daring). 42

2. Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan salah satu solusi dari

berbagai masalah yang terkait dengan keefektifan pembelajaran mahasiswa.

Penggunaa media yang tepat akan meningkatkan perhatian mahasiswa pada materi

yang akan dipelajari, dengan bantuan media minat dan motivasi mahaiswa dapat

ditingkatkan, mahasiswa akan lebih konsentrasi dan diharapkan proses

pembelajaran menjadi lebih baik sehingga pada akhirnya pemahaman siswa

terhdadap materi pembelajaran dapat ditingkatkan. Oleh karena itu penggunaan

media sebagai alat bantu dalam pembelajaran harus dipilih yang sesuai dan benar-

benar dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan.

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar dan pembelajaran secara

umum adalah memperlancar proses interaksi antara dosen dan mahasiswa.

Tujuannya membantu mahasiswa dapat belajar secara optimal. Dari hasil

penelitian ini penulis dapat mengidentifikasikan ada 8 (delapan) manfaat media

dalam prosesbelajar dan mengajar yaitu : a). Penyampaian materi perkuliahan

dapat diseragamkan; melalui media, penafsiran yang bergam dapat direduksi dan

disampaikan kepada mahasiswa secara seragam. Setiap mahasiswa yang melihat

atau mendengar uraian tentang suatu ilmu melalui media yang sama akan

42
Mustakim, (2020), Efektivitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media Online
Selama Pandemi Covid-19 Pada Mata Pelajaran Matematika, Sulawesi Selatan, Journal Of
Islamic Education, Vol.2, No.1 , ISSN : 2715-2812
31

menerima informasi yang persis sama seperti yang terima temantemannya. b).

Proses Belajar dan mengajar menjadi lebih menarik; penggunaan media dapat

membangkitkan keingintahuan mahasiswa, merangsang mereka untuk berinteraksi

yang menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mereka mngkonkretkan

sesuatu yang abstrak. Secara ringkas, media dapat membantu dosen

menghidupkan suasana kelas, tidak monoton dan membosankan. c). Proses belajar

mahasiswa menjadi lebih interaktif ; jika dirancang dan dipillih dengan benar,

media dapat membantu dosen dan mahasiswa melakukan komunikasi dua arah

secara aktif. Tanpa media, dosen mungkin akan cendrung berbicara satu arah

kepada mahasiswa. Namun dengan mengunakan media, para dosen dapat

mengatur kelas mereka sehinggi bukan hanya mereka sendiri yang aktif, tetapi

juga mahasiswa.43

Pemanfaatan media pengajaran pada hakekatnya bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran. Dengan bantuan media, siswa

diharapkan menggunakan sebanyak mungkin alat inderanya untuk mengamati,

mendengar, merasakan, meresapi, menghayati dan pada akhirnya memiliki

sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil belajar.44

Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media

pembelajaran berfungsi sebagai berikut :

a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan

pengajaran bagi guru.

43
Abdul istiqlal, (2018), Manfaat Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Dan
Mengajar Mahasiswa Di Perguruan Tinggi, Jurnal Kepemimpinan Dan Pengurusan Sekolah Vol.
3 No. 2
44
Azhar Arsyad, (2010), Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, h. 26-27
32

b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).

c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).

d. Semua indera murid dapat diaktifkan.

e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya. 45

Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar

tidak lagi peraga dari guru, melainkan pembawa informasi atau pesan

pembelajaran yang dibutuhkan siswa.46

3. Klasifikasi Pembelajaran Daring

Klasifikasi media adalah alat bantu yang dgunakan oleh pendidik yang

dijelaskan sesuai dengan mata pelajarannya dan peserta didik dapat memahami

pelajaran.47

Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajiannya,

kita mendapatkan formal klasifikais yang meliputi tujuh media penyaji, yaitu: 48

a) Media Grafis

Media grafis yaitu disajikan dalam bentuk tulsan. Biasanya digunakkan

untuk menarik perhatian dan memperjelas sajian ide. Kelebihan didalam media

grafis yaitu dapat dilengkapi dengan warna-warni sehingga lebih menarik

perhatian peserta didik. Sedangkan kekurangannya salah satunya penyajiannya

hanya berupa unsur visual.

45
Benni Agus Pribadi, Op.cit, h. 23-25
46
Umar Satin, (2014), Media Pendidikan: Peran Dan Fungsinya Dalam Pembelajaran,
Jurnal Tarbawiyah, Vol.11, No.1
47
Muhson, A. (2010), Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol.8, No.2
48
Riyana, C. (2012). Media pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Ri.
33

b) Media Bahan Cetak

Media yang pembuatannya melalui proses percetakan. Yang menonjol dalam

media cetak adalah dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah banyak

dan penyebab terjadinya karena banyak mengunakan media online.

c) Media Gambar Diam

Gambar dapat diperoleh secara fotograafer, didalam media gambar pasti ada

kelebihan dan kekurangan. kelebihannya yaitu pembuatannya mudah dan

hargannya murah. Kelemahannya ukurannya terbatas sehingga efesien untuuk

pembelajaran kelompok.

d) Media Proyeksi Diam

Media visual yang diproyeksikan melalui pesan, dimana hasilnya tidak

bergerak atau memiliki sedikit gerakan. Pada media proyeksi diam dapat

digunakkan untuk penyajian pesan disemua ukuran ruangan kelas. Sedangkan

kelemahannya dapat

e) Media Audio

Media yang langsung diterima oleh pendengaran seperti radio dan recorder.

Keunggulan dari media audio adalah memiliki variasi program yang cukup

banyak dan Kekuranganya sifat komunikasina hanya satu arah.8

f) Media Audio Visual

Media yang penyampaianya melalui indera pendengar dan indera penglihat

agar siswa dapat memahaminya secara langsung. kelebihannya dapat

meningkatkan daya tarik peserta didik dan kekurangannya lambat dan kurang

praktis.
34

g) Media Film

Rangkaian bentuk film yan bergerak dengan bergantian atau dapat

ditayangka dalam bentuk begerak atau hidup. Keungguannya mampu untuk

mengabarkan peristiwa masa lalu secara realitas dalam bentuk waktu yang

singkat. Dan kelemahannya menekankan materi dari pada proses pengembangan

materi tersebut.49

Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi siswa. Penggunaan media

mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu, media juga

harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan

rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam

memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong mahasiswa untuk

melakukan praktik-praktik dengan benar.

Dari semua itu, kemudian dikembangkan media dalam suatu konsepsi

teknologi pembelajaran yang memiliki ciri : (a) berorientasi pada sasaran (target

oriented); (b) menerapkan konsep pendekatan sistem; (c) memanfaatkan sumber

belajar yang bervariasi. Dengan demikian, aplikasi media dan teknologi

pendidikan, bisa merealisasikan suatu konsep “teaching less learning more”.

Artinya secara aktivitas fisik bisa saja aktivitas kegiatan guru di kelas dikurangi,

karena ada sebagian tugas guru yang didelegasikan pada media, namun tetap

mengusung tercapainya produktivitas belajar siswa.50

49
Anshori, D. M. (2013). Efektifitas Media Film Dalam Bimbingan Kelompok Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
50
Maimunah, (2016), Metode Penggunaan Media Pembelajaran, Jurnal Al-Afkar, Vol.5,
No.1
35

E. Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam

pembelajaran diantaranya yaitu:

1. Penelitian dari Friska Noviyanti, dkk dengan judul “Penerapan Model

Bermain Peran Pada Pembelajaran Biologi Materi Kode Genetik Dan

Sintesis Protein Di Sma Negeri 1 Indralaya Utara’’ penelitian yang

digunakan adalah Pre-Experimental Design dengan bentuk desain

One-Group Pretest-Postest Penelitian ini menggunakan tes awal yang

diberikan sebelum perlakuan dan tes akhir yang diberikan sesudah

perlakuan. Pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian yaitu

teknik simple random sampling. Teknik tersebut dibuat dengan

mengambil nilai peserta didik dikelas XII IPA-1 dan XII IPA-2

kemudian diuji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan hasil uji

normalitas dan homogenitas, peneliti memilih kelas XII IPA-2 yang

berjumlah 30 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki dan 19 orang

perempuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu

instrumen penelitian, pelaksanaan penelitian, skenario pembelajaran,

dan penyelesaian penelitian.

Data tes yang digunakan pada tes awal dan tes akhir berupa

tes objektif bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 5

pilihan jawaban. Rata-rata nilai tes awal, tes akhir, gain dan n-gain

peserta didik dapat dilihat pada tabel.

Berdasarkan uji hipotesis, penelitian ini termasuk penelitian yang

relevan. Penerapan model bermain peran berpengaruh signifikan


36

terhadadap hasil belajar peserta didik kelas XII IPA-2 SMA Negeri 1

Indralaya Utara.51

2. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Yulia Alisa, dkk. Dengan judul

“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Smp Menggunakan

Model Problem Based Learning” Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk

mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses

pembelajaran IPA-Biologi dikelas VII1 SMPN 14 Kota Bengkulu.

Sedangkan tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar

siswa secara individu setelah proses belajar dengan menerapkan model

Problem Based Learning yang mengacu pada kompetensi dasar (KD)

Mendeskripsikan interaksi antar mahluk hidup dan lingkungannya,

Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi mahluk hidup dengan

lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan dengan

menerapkan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar IPA siswa kelas VII1 SMPN 14 kota bengkulu materi

ekosistem yang dilaksanakan selama dua siklus diperoleh hasil sebagai

berikut: Berdasarkan analisis dan hasil yang didapat dalam penelitian

yang telah dilakukan dengan menerapkan model PBL pada pokok

bahasan Ekosistem pada siklus I, dan II dapat meningkatkan.

Siklus I, Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 24 orang.

Presentase ketuntasan belajar klasikal 70,6% , Kriteria Tidak tuntas.

51
Frisca Noviyanti, dkk,(2016), Penerapan Model Bermain Peran Pada Pembelajaran
Biologi Materi Kode Genetik Dan Sintesis Protein Di Sma Negeri 1, Universitas Sriwijaya,
Indralaya Utara, Jurnal Pembelajaran Biologi, Vol.3 No.2
37

Siklus II, Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 30 orang,

presentase ketuntasan belajar klasikal 88,2% , Kriteria tuntas.

Berdasarkan analisis dan hasil yang didapat dalam penelitian yang

telah dilakukan dengan menerapkan model PBL pada pokok bahasan

Ekosistem pada siklus I, dan II dapat meningkatkan aktivitas guru dan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dikelas VII1

SMPN 14 Kota Bengkulu. Peningkatan aktivitas guru dan aktivitas

siswa dari siklus I hingga siklus II. Meningkatnya hasil belajar siswa

pada siklus II merupakan hasil dari perbaikan dari siklus I dimana

setelah melakukan evaluasi terhadap kelemahan-kelemahan hasil

belajar siswa, sehingga dilakukanlah perbaikanperbaikan di

pembelajaran siklus II.52

Berdasarkan uji hipotesis, penelitian ini termasuk penelitian yang

relevan. Penerapan model PBL berpengaruh signifikan terhadadap

hasil belajar peserta didik kelas.

3. Penelitian yang relevan ketiga yaitu diteliti oleh Nurul Widyarti

Hanifah dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Assisted Individualization (Tai) Terhadap Peningkatan

Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Sma Negeri 1

Kasihan”

Dari data hasil belajar peserta didik didapatkan dari pretest dan

posttest peserta didik. Dari hasil analisis tersebut didapatkan nilai rata-

52
Yulia Alisa, (2017), Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Smp
Menggunakan Model Problem Based Learning, Universitas Bengkulu, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Biologi, Vol.1 No.1, ISSN: 2598-9669
38

rata pretest, rata-rata posttest, dan gain hasil belajar peserta didik.

Peningkatan hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil lain.

Dari hasil gain dianalisis kemudian didapatkan nilai normalized

gain untuk mengetahui kategori peningkatan hasil belajar peserta didik.

diketahui normalized gain untuk kelas kontrol yaitu 0,28 dan untuk

kelas eksperimen yaitu 0,47. Dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen

memiliki peningkatan hasil belajar kognitif yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol. Apabila nilai normalized gain

diintepretasikan sesuai dengan tabel 4, maka peningkatan hasil belajar

kognitif kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam kategori sedang. 53

Berdasarkan uji hipotesis, penelitian ini termasuk penelitian yang

relevan. Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh signifikan

terhadadap hasil belajar peserta didik kelas.

4. Penelitian yang keempat ini juga termasuk penelitian yang relevan

yang diteliti oleh Husna dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Type Tebak Kata Dapat Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pelajaran Biologi Pada Sma”

Hasil siklus I. Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini sebelum

dilakukan penelitian tindakan kelas itu berjalan monoton dan pasif,

dimana para guru melakukan tehnik mengajar berceramah, bagi siswa

tehnik ini sangat membosankan sehingga berdampak pada hasil belajar

dan motivasi mereka.

53
Nurul Widyarti Hanifah,(2018), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (Tai) Terhadap Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Peserta
Didik Sma Negeri 1 Kasihan, Universitas Negeri Yogyakarta
39

Melihat kondisi ini penulis merasa perlu melakukan penelitian

yang mengarah untuk menanggulangi masalah yang timbul, untuk itu

penulis melakukan penelitian yang menggunakan konsep model

pembelajaran cooperative learning tipe tebak kata. Berikut merupakan

tabel rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus I.

Hasil siklus II. Tingkat keberhasilan pada siklus II mengalami

peningkatan yang menggembirakan. Berikut merupakan rekapitulasi

hasil tes formatif siswa pada siklus II. Diperoleh nilai ratarata prestasi

belajar siswa adalah 8,15 dan ketuntasan belajar mencapai 92% atau

ada 23 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan

secara klasikal siswa sudah mampu memahami penjelasan guru serta

sudah tuntas dalam pembelajaran biologi pada materi sel. Adanya

peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode tebak kata

sehingga siswa menjadi terbiasa dengan pembelajaran seperti ini, siswa

lebih mudah memahami materi yang telah diberikan. 54

Berdasarkan temuan hasil penelitian mengenai penggunaan model

cooperative learning tebak kata untuk meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI-A2 dalam pembelajaran Biologi di SMA Negeri 6 Banda

Aceh dapat dikatakan penelitian ini sudah relevan.

54
Husna,(2014), Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Type Tebak
Kata Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pelajaran Biologi Pada Sma, Banda Aceh, Jurnal
Serambi Ilmu, Vol.17, No.2

Anda mungkin juga menyukai