Anda di halaman 1dari 35

[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 1
TUESDAY, MARCH 20, 2012
PENGERTIAN DAN TUJUAN DARI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. PENDAHULUAN
Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami
bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran yang
mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat memahami
proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar
belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh
dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih setelah
diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara
legal memberi pengertian tentang pembelajaran. Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara
teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan
belajar yang potensial untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya
potensi individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan
pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan perilaku dalam diri individu.
Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja
dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan
parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar
merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa
akuntabilitas belajar bersifat internal/individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat
publik. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)
Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan
menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran
sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan
bahan acuan interaksi. Didalamnya dikembangkan teori teori yang meliputi teori tentang
tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul-modul pengembangan
kurikulum. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Sedangkan menurut Morgan, et.al (1986) belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pendapat ini


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 2
serupa dengan pendapat Cronbach (Suryobroto, 1983) yakni Learning is shown by a change in
behavior as results of experience, dan pendapat Mazur dan Rocklin (Slavin, 1997) bahwa
: Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Demikian
juga Reber (1988) yang mengemukakan bahwa Learning is a relatively permanent change in
response potentiality which occurs as a result of reinforced practice, belajar merupakan suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif tetap sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Ormrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Difinisi
pertama menyatakan bahwa, Learning is relatively permanent change in behavior due to
experience, belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen karena pengalaman.
Sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa, Learning is relatively permanent change in
mental associations due to experience, belajar merupakan perubahan mental yang relative
permanen karena pengalaman. Sehingga, belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon
terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan.
Pengertian- pengertian ini memperlihatkan adanya beberapa karakteristik, bahwa :
a. Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
belajar.
b. Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan tanggapan terhadap
suaturangsangan.
c. Perubahan itu terjadi secara permanen.
d. Perubahan tersebut terjadi bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik,
melainkan karena usaha sadar.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Dimyati dan Mudjiono
(1996:7) mengemukakan bahwa penentu dari proses belajar adalah siswa. Selain itu Hilgard dan
Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses pencarian ilmu dalam diri sendiri melalu
latihan, pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L.
Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami, mencari,
menelusuri dan memperoleh sendiri apa yang kita inginkan.
Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana seorang individu
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat,
belajar merupakan proses yang terjadi dalam jangka waktu yang lama melalui latihan yang
membawa terjadinya perubahan dalam diri sendiri. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan
bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-
sikap. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Selanjutnya berikut ini pendapat beberapa ahli pendidikan dan psikologi tentang belajar
yaitu:
1) Belajar menurut pandangan Skinner
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) merupakan suatu perubahan yang terjadi
dalam peluang munculnya respon.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 3
2) Belajar menurut pandangan Robert M. Gagne
Meunurut Robert M. Gagne (1970), belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
3) Belajar menurut pandangan Piaget
Jean Piaget seorang psikologis Swiss (1896-1980) mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian belajar adalah perubahan struktural yang saling melengkapi antara proses
penyesuaian dan penyusunan kembali (pengubahan) informasi baru terhadap informasi yang
telah kita miliki sehingga informasi baru tersebut dapat disesuaikan dengan baik.
4) Belajar menurut pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psiko terapi) belajar adalah suatu kebebasan atau
kemerdekaan untuk mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk, tetapi dengan penuh
tanggung jawab.
5) Belajar menurut pandangan Benjamin Bloom
Menurut Benjamin Bloom (1956) belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai
masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
6) Belajar menurut pandangan Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif. Menurutnya belajar adalah suatu cara bagaiman orang memilih, mempertahankan,
dan mentransformasi informasi secara efektif.
Bertitik tolak dari pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun
diantara mereka terdapat kesamaan makna dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada
suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa
perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu utamanya didapat
karena kemampuan baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja.

2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaranmerupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008).
Pembelajaran juga bisa diartikan sebagai upaya untuk menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Degeng (1984) pembelajaran merupakan upaya
untuk membelajarkan siswa. Sehubungan dengan pelajaran Matematika, Nikson (1992)
mengemukakan bahwa pembelajaran Matematika adalah suatu upaya dalam membantu siswa
untuk mengkontruksi (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip Matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 4
kembali. Dengan demikian pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun
pemahaman siswa. Pembelajaran disini lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk
mendorong atau memfasilitasi siswa dalam belajar. Istilah pembelajaran agaknya berkaitan
dengan istilah mengajar dalam pengertian kualitatif menurut Biggs. Biggs (Syah, 1997)
membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian, yakni:
a. Pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni mengajar
merupakan suatu proses transmisi pengetahuan.
b. Pengertian institusional, mengajar diartikan sebagai the efficient orchestration of teaching
skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
c. Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yakni upaya
membantu memudahkan kegiatan belajar siswa.
Beberapa ciri pembelajaran yang perlu diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
a. Mengaktifkan motivasi
b. Memberitahukan tujuan belajar
c. Merancang kegiatan dan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat
secara aktif, terutama secara mental
d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang berpikir siswa (provoking
question)
e. Memberikan bantuan terbatas kepada siswa tanpa memberikan jawaban final
f. Menghargai hasil kerja siswa dan memberi umpan balik
g. Menyediakan aktivitas dan kondisi yang memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan.

3. Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari
individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan
dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek
lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan
pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan
belajar atas tiga ranah, yakni:
1. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui,
dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati &
Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
a. Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang
dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
1) Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam
bentuk lain.
2) Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 5
3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di
luar data yang diberikan
c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakanatas
tiga jenis, yakni:
1) Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari
suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
2) Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen
dalam suatu struktur.
3) Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur
kompleks.
e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan
memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru.
Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
1) Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
2) Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
3) Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
f. Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau
beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.

2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan
sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis
perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:
a. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli
tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk
memperhatikan hal tersebut.
b. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif
terhadap fenomena atau stimuli.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan
penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
d. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan
keterhubungan diantara nilai-nilai.
e. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup
seseorang.



[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 6
3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman
& Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
a. Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih
berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.
b. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri
dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh atau gerak peniruan.
d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan
lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
e. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan
gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan
efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan
dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar
prakarsa dan inisiatif sendiri.

4. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:
a. Penentuan isi (materi) bahan ajar.
b. Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran.
c. Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.
Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang
mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang
hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.
Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:
1. Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3 tujuan, yakni:
a) Tujuan orientatif konseptual
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep
penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b) Tujuan orientatif prosedural
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan
prosedur.
c) Tujuan orientatif teoritik


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 7
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal
penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
2. Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
a) Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa yang harus
diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
b) Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan
konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.
Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang
lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.

C. PENUTUP
1. Simpulan
Ada beberapa hal yang dapat disimpulakan antara lain:
a. Belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan
berdasarkan pengalaman.
b. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman siswa.
Pembelajaran disini lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau
memfasilitasi siswa dalam belajar.
c. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
d. Tujuan dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
2. Saran
Bagi calon guru hendaknya mampu memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan
pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar
dalam kondisi pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Ratumanan, Tanwey, Gerson, Drs., M.Pd. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya. Unesa
University Press.
Sagala, Syaiful, DR.,H.,M.Pd. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta. Alfabeta Bandung.
Udin. S. Winataputra, dkk. (2008).Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.

Sumber : http://sainsmatika.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-tujuan-dari-belajar-dan.html



[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 8
Jenis - Jenis Metode Pembelajaran
Posted by khairul anas 03:55 Labels: Bhs. Indonesia

Jenis-jenis metode penyampaian materi di antaranya adalah metode diskusi, ceramah,
independent study, tanya jawab, dan demonstrasi. Adapun pembahasan secara lebih mendalam,
akan dikupas dalam pembahasan berikut ini.

1. Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara
peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk
mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan
peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi
biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode
lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,permainan, dan lain-
lain.

Kelebihan
Berikut ini adalah kelebihan yang dimiliki metode diskusi:
a. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai
sumber data.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-
sama.
d. Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
e. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang
pendapat teman-temannya.
f. Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau
keputusan yang akan atau telah diambil.
g. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi.
h. Menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
i. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan
pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 9
Berikut ini adalah kelemahan yang dimiliki metode diskusi:
a. Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja
yang dapat didiskusikan.
b. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
c. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d. Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang
karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
e. Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa
berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
f. Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya
sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain
sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.

Aplikasi dalam Pembelajaran
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi
tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode
diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang,
siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain,
dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil
pemikiran bersama.

2. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Metode ceramah dipandang monoton, karena penyampai informasi seperti ini tidak mengundang
umpan balik.
Langkah-langkah di bawah ini dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mempertinggi hasil metode
ceramah:
a. Tujuan pembicaraan (ceramah) harus dirumuskan dengan jelas.
b. Setelah menetapkan tujuan, harus diteliti sesuaikah metode ini dengan tujuan.
Sering terjadi setelah melihat tujuan dan metode ternyata untuk keperluan ini lebih tepat
digunakan metode lain. Menyusun ceramah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 10
1) Bahan ceramah dapat dimengerti dengan jelas, maksudnya setiap pengertian dapat
menghubungkan pembicaraan dengan pendengar dengan tepat.
2) Dapat menangkap perhatian siswa
3) Memperlihatkan kepada pendengar bahwa bahan yang mereka peroleh berguna bagi
kehidupan mereka.
c. Menanamkan pengertian yang jelas. Hal ini dapat dilaksanakan dengan berbagai jalan. Salah
satu diantaranya adalah guru memulai pembicaraan dengan suatu ikhtisar/ringkasan tentang
pokok-pokok yang akan diuraikan. Kemudian menyusul bagian dari pokok bahasan yang
merupakan inti, dan akhimya disimpulkan kembali pokok-pokok yang penting dari pembicaraan
itu. Jalan lain yang dapat ditempuh misalnya, untuk setiap ungkapan sulit, terlebih dahulu
dikemukakan contoh-contoh.
Guru terlebih dahulu mengemukakan suatu cerita singkat bersifat ilustratif, sehingga dapat
menggambarkan dengan jelas apa yang dimaksud. Menangkap perhatian siswa dengan
menunjukkan penggunaannya. Siswa akan tertarik bila mereka melihat bahwa apa yang di
pelajari berguna bagi kehidupan. Sebuah teknik yang sering dapat menguasai perhatian siswa
pada awal ceramah sampai selesai adalah dengan menghadapkan siswa pada pertanyaan. Dengan
pertanyaan itu mereka diajak berpikir dan seterusnya mengikuti pembicaraan guru.

Kelebihan metode ceramah
Berikut ini adalah kelebihan dari metode ceramah:
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan

Kelemahan metode ceramah:
Berikut ini adalah kelemahan yang dimiliki metode ceramah:
a. Membuat siswa pasif.
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa.
c. Mengurung daya kritis siswa.
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih
tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 11
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.
h. Terkadang penafsiran murid dengan apa yang dijelaskan guru berbeda.

Aplikasi dalam pembelajaran
Jika guru akan menyampaikan pengajaran kepada sejumlah siswa yang besar (misalnya sekitar
75 orang atau lebih), maka metode ceramah lebih efisien dari pada metode lain seperti diskusi,
demonstrasi atau eksperimen. Sebab dengan diskusi, guru harus mengatur siswa berkelompok
dengan mengubah susunan kursi, sudah tentu dibutuhkan kelas yang besar. Juga guru akan
mengalami kesulitan dalam mengawasi kelompok-kelompok yang berjumlah besar. Demikian
pula untuk penyelenggaraan demonstrasi atau eksperimen untuk jumlah besar, selain alat-alat
yang tidak mencukupi, pengelolaan pengajaran juga mengalami kesulitan.
Guru akan menyimpulkan pokok-pokok penting yang telah diajarkan, sehingga memungkinkan
siswa untuk melihat lebih jelas hubungan antara pokok yang satu dengan lainnya. Misalnya,
setelah guru selesai mengajarkan sejarah perjuangan bangsa, kepada para siswa ia memberi tugas
untuk menjawab beberapa pertanyaan yang dikerjakan dirumah. Kemudian pada pelajaran
berikutnya, guru membicarakan bersama tugas yang telah dikerjakan siswa, dan guru
menyimpulkan garis besar sejarah tersebut.

3. Independent Study
Independent Study, Istilah ini diperkenalkan oleh Charles Wedemeyer dari Universitas
Wiscounsin sebagai istilah umum untuk jenis-jenis pendidikan yang di Amerika Serikat biasa
disebut sebagai belajar melalui korespondensi, pendidikan terbuka, pengajaran melalui radio
dan TV, atau belajar mandiri. Sedangkan di Eropa jenis-jenis yang disebutkan tadi digolongkan
ke dalam Belajar Terbuka/Jarak Jauh.
Istilah Independent Study ini seringkali dipakai sebagai ganti istilah Belajar Terbuka/Jarak Jauh
di Amerika Serikat. Kelemahan istilah ini kadang-kadang ditafsirkan sebagai ketidakterikatan
pada lembaga pendidikan, Padahal Belajar Terbuka/Jarak Jauh itu selalu terikat dan dikelola oleh
suatu lembaga pendidikan. Di Amerika Serikat sendiri orang seringkali ragu-ragu untuk
menggunakan istilah ini sebab istilah tersebut sudah sering dipakai sebagai pengganti istilah
belajar secara individual. Memang proses belajar dalam sistem PT/JJ seringkali dilakukan secara
individual, tetapi tidak semua belajar secara individual adalah pendidikan jarak jauh. Pada sistem


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 12
belajar konvensional kadang kala siswa diminta belajar secara individual. Tujuan dan hasil yang
ingin dicapai ditentukan melalui kontrak yang disepakati oleh guru dan siswa secara individual.

Kelebihan
a. Memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar
masing-masing.
b. Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning.
c. Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam memilih tempat belajar.
d. Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan kemauan
dan waktu yang dimilikinya.
e. Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri cara belajar yang sesuai untuk dirinya.
f. Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam menentukan kecepatan belajarnya.
Lama waktu untuk mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran (learning chunk) ditentukan oleh
siswa sendiri.

Kelemahan
a. Kontrol dari guru kurang sehingga siswa belajar sesuai kehendaknya sendiri.
b. Jika siswa mengalami kesulitan, tidak bisa secara langsung berkonsultasi dengan guru ataupun
teman.
c. Kualitas ilmu yang didapatkan kurang maksimal, karena siswa belajar dengan kontrol dirinya
sendiri.

4. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan pada pengajaran manipulatif dan keterampilan,
pengembangan pengertian, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru dan
memperbaiki cara melakukan sesuatu.

Jenis Demonstrasi (Nursidik, 2002)
1) Metode Demonstrasi Cara:
Demonstrasi cara menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini termasuk bahan-bahan
yang digunakan dalam pekerjaan yang sedang dikerjakan, memperlihatkan apa yang dikerjakan
dan bagaimana mengerjakannya, serta menjelaskan setiap langkah pengerjaannya. Biasanya
dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 13
2) Metode Demonstrasi Hasil:
Demonstrasi hasil dimakduskan untuk menunjukan hasil dari beberapa praktik dengan
menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.

Kelebihan
a. Demonstrasi menarik dan menahan perhatian
b. Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara mudah dipahami
c. Demonstrasi menyajikan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat dikerjakan.
d. Metode demonstrasi adalah objektif dan nyata.
e. Metode demonstrasi menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh.
f. Demonstrasi mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya.
g. Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan lokal
h. Dapat memberikan bukti bagi praktik yang dianjurkan.
i. Melihat sebelum melakukan. Manfaat bagi siswa dengan melihat sesuatu yang dilakukan
sebelum mereka harus melakukannya sendiri.
Kelemahan
a. Demonstrasi yang baik tidak mudah dilaksanakan. Keterampilan yang memadai diperlukan
untuk melaksanakan demonstrasi yang baik.
b. Metode demonstrasi terbatas hanya untuk jenis pengajaran tertentu.
c. Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal.
d. Memerlukan banyak persiapan awal.
e. Dapat dipengaruhi oleh cuaca.
f. Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil
g. Tidak mengalami langsung. Sebuah demonstrasi bukan merupakan pengalaman langsung bagi
siswa kecuali mereka mengikuti dari awal, sebagai guru adalah menunjukkan langkah atau
keterampilan.

Aplikasi dalam Pembelajaran

Sebagai seorang guru sebaiknya menggunakan teknologi dan media untuk membantu
demonstrasi di kelas. Misalnya, menyiapkan video dari demonstrasi di depan kelas,
menunjukkan ke seluruh kelas dan berbicara dengan siswa tentang apa yang mereka lihat. Hal ini
berguna untuk melakukan demonstrasi sehingga guru tidak perlu melakukan demonstrasi dan


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 14
panduan pengamatan mereka pada waktu yang sama. Hal ini sangat efektif dengan prosedur yang
kompleks. Juga, guru dapat menggunakan objek aktual untuk demonstrasi; hanya memastikan
bahwa setiap orang akan memiliki pandangan yang benar mengenai apa yang ditayangkan.
Demonstrasi dapat digunakan pada seluruh kelas, kelompok kecil, atau individu yang
membutuhkan sedikit tambahan penjelasan tentang bagaimana melakukan suatu tugas.
Siswa dapat memberikan demonstrasi kepada kelas mereka pada keterampilan atau prosedur
baru yang telah mereka pelajari. Sebagai contoh, seorang siswa yang sudah tahu cara untuk
memindahkan foto dari kamera digital ke komputer dapat meminta untuk menunjukkan teman-
temannya atau kepada seluruh kelas. Menggunakan peralatan yang tersedia dalam laboratorium
kimia antarsiswa dapat menampilkan kepada seluruh kelas mengenai prosedur tertentu yang
mereka gunakan dalam menyelesaikan tugas.
Demonstrasi dalam kerucut Dale berada pada urutan ke-4 setelah dramatisasi, pengalaman
buatan, dan pengalaman langsung. Metode ini memberikan porsi waktu 70% milik pengajar/
guru dan 30% milik siswa.

5. Metode Eksperimen (Percobaan)
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen merupakan
suatu metode mengajar yang menggunakan alat dan tempat tertentu dan dilakukan lebih dari satu
kali.Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Sama halnya dengan metode-metode lainnya, metode ini juga memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing. Kelebihan dan kelemahan tersebut menurut Martiningsih (2007) dalam blognya
yakni sebagai berikut.

Kelebihan
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Memotivasi peserta didik untuk mengeksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dapat membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
sebagai hasil percobaan.



[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 15
Kelemahan
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan
ekperimen.
b. Memerlukan jangka waktu yang lama.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu sains dan teknologi.
Aplikasi dalam Pembelajaran
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) dalam kutipan blog Martiningsih (2007)
adalah :
a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah
yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
b. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan
dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang
perlu dicatat.
c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi
saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan
di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta
emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan
dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa
percaya diri dan juga perilaku yang
inovatif dan kreatif.

6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab terkadang susah dibedakan dengan metode diskusi. Akan tetapi jika dilhat
dari tujuannya, maka tanya jawab lebih bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
siswa mengenai fakta-fakta yang telah disampaikan guru. Untuk mengukur sejauh mana
pengetahuan itu, maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa, kemudian muncul respon
jawaban dari siswa.

Kelebihan


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 16
a. Kelas lebih aktif karena siswa tidak hanya mendengarkan saja.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang
belum diketahui siswa.
c. Guru dapat mengetahui sejauh mana penangkapan siswa terhadap sesuatu yang diterangkan.

Kelemahan
a. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila
dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga
membuat persoalan baru.
b. Membutuhkan waktu lebih banyak. (Sofa, 2008)

Aplikasi dalam pembelajaran
Praktek metode tanya jawab, guru memberikan pertanyaan kepada siswa setelah selesai
menyamaikan pelajaran. Materi yang ditanyakan tidak lepas dari pelajaran yang telah
disampaikan.


sumber:
http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-metode-pembelajaran.html

Prinsip-prinsip Belajar
OPINI | 25 November 2010 | 12:58 Dibaca: 13598 Komentar: 2 Nihil
A. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya
peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk
belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka
dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 17
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok
umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan
murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar
terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai
hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang
sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran.
B. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1. Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil
penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar.
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian
membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan
sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya.
Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 18
dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk
belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain
menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi intrinsik
adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi
eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Motivasi eksternal melalui
proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya dapat berubah menjadi
motivasi internal. Proses perubahan dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik
pada seseorang disebut transformasi motif (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat
berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan
dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut :
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan
emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang
lebih dari yang ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha.
c. Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi
belajar.
e. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian
besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi
dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang
ingin belajar.
h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 19
i. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :
Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.
Mengkondisikan proses belajar aktif.
Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya kebutuhan
untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula
memberitahukan hasilnya kepada siswa.
Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
2. Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu
terjadi.
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 20
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan
dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan
prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang
agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi,
yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
3. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka
pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan
yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif
bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan
itu.
Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran
orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai
pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pegertian
kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh
si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt, 1989).


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 21
Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan;
(1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan
membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan,
dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada pengalaman
yang lain.
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran
adalah:
a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam
prose pembelajarannya.
b. Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan
eksperimen.
c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari
kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam penggolongan
pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui penglaman
langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang langsung
dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai
percobaan atau eksperimen.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 22
c. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau
eksperimen.
d. Memberikan tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa harus
terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran, (2)
siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.
5. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar
pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati,
manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut
semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya
tersebut semakin lambat perkembangannya.
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori
Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike dengan
salah satu hukum belajarnya Low of exercise yang mengemukakan bahwa belajar
adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi condisioning
juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan. Psikologi ini
berpandangan bahwa munculnya respons, tidak saja disebabkan oleh adanya stimulus,
akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus yang dikondisikan.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People,
mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan
dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan
mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah
motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam hidup
kita, kita harus mempunyai ketiga hal tersebut. Pandangannya ini digambarkan sebagai
berikut:



[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 23
Pengetahuan
(apa yang harus dilakukan, mengapa)
Keterampilan
(bagaimana melakukan)
Pola Terbentuknya Kebiasaan
KEBIASAAN
Keinginan
(mau melakukan)
Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b. Merancang kegiatan pengulangan.
c. Mengembangkan soal-soal latihan.
d. Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam
agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh guru
maupun atas inisiatif dan dorongan diri sendiri.
6. Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa
lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka
memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam
suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari Universitas Chicago dikenal
karena penelitiannya dalam mendokumentasikan suatu keadaan dimana seseorang sangat
terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tak berarti lagi. Goleman
menjelaskan tentang keadaan flow ini. Jika tuntunan terlalu sedikit, orang akan menjadi


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 24
bosan. Jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas. Flow terjadi
di daerah genting antara kebosanan dan kecemasan.
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya Teori Medan (Field Theory),
mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan
atau lapangan psikologis.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk
menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.
7. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori
belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu
hukum belajar dari Thorndike yaitu law of effect. Menurut hukum belajar ini, siswa
akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan belajar,
menurut Skinner tidak hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi
juga terdorong oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan
positif dan negatif dapat memperkuat belajar.
Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu
bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku
pada waktu yang lain.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 25
Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan
dari pemberian penguatan, yaitu:
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah
perilaku yang mendukung belajar.
Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:
1) Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang
diucapkan, seperti: bagus, baik, smart, tepat dan sebagainya.
2) Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang
memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa; tepuk
tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.
3) Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku peserta didik
dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan
ketika peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, berdiskusi atau sedang
melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
4) Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara
menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan, mengusap kepala
peserta didik, atau bentuk-bentuk lainnya.
5) Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan. Memberikan
penghargaan kepada kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu,
seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal
pada temannya.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 26
6) Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada peserta didik
berupa simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tetulis
atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana, dan sebagainya.
Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus mendapat perhatian guru.
Bilamana penguatan dipergunakan pada situasi dan waktu yang tidak tepat, maka hal itu
dapat kehilangan keefektifannya. Sebaliknya bilamana penguatan itu dipergunakan secara
tepat, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar peserta
didik.
Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain; (1)
memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu maupun bentuknya,
(2) memberikan kepada siswa jawaban yang benar, (3) mengoreksi dan membahas
pekerjaan siswa, (4) memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka
maupun komentar-komentar tertentu, (5) memberikan lembar jawaban atau kerja siswa,
(6) mengumumkan atau menginformasikan peringkat secara terbuka, (7) memberikan
penghargaan.
8. Prinsip Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa,
kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta memberikan dan konteks pembelajaran
merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang
sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau
modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a. Orang-orang yang visual, yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika
berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada
mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka
mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara
daripada menulis.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 27
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak
atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk
dan diam.
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan
tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap
individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan
individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh
guru antara lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin
besar memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan
individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu
belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau memberikan pengayaan
bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
Implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses
pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhklan.
2) Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya
mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras
dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para
pesrta didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa
lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta
pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa
yang lain.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 28
5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana
para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya
sehingga mereka memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam
kegiatan belajar.
6) Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki
dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
Prinsip Belajar Kognitif
a) Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar
kognitif terjadi.
b) Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang
ada.
c) Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca, kecakapan dan
pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
d) Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan unit-unit yang sesuai.
e) Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting. Perilaku mencari,
penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu
konsep benar-benar bermakna.
f) Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi
lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah
dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir yang multi dimensional (divergent
thinking).
Prinsip Belajar Afektif
a) Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi sering
diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
b) Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
c) Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 29
d) Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi
dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
e) Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan
tetap melekat sepanjang hayat.
f) Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yng erat.
g) Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran di kelas, dapat
memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di kalangan siswa.
h) Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi mereka
untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta emosi.
Prinsip Belajar Psikomotorik
a) Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan dan sebagian
diantaranya tidak beraturan.
b) Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi kemampuan dasar psikomotorik.
c) Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomorik.
d) Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan memperoleh
kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik.
e) Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk memadukan dan
memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat.
f) Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan
psikomotor individu.
g) Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi
belajar psikomotorik.
h) Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses
belajar psikomotorik.


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 30
i) Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan keputusasaan dan
kelelahan yang lebih cepat.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/25/prinsip-prinsip-belajar/


Macam-Macam Teori Belajar Berdasarkan Kelompok

Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti
(Atkinson, dkk. 1997; Gledler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang
secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi:
1. ALIRAN BEHAVIORISTIK (Tingkah Laku)
Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku (behavioristik), tidak lain
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain;
Thorndike, (1911); Wathson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1968).
a). Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan) dan respons ( yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya,
menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret
(dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut
sebagai aliran koneksionis (connectionism).
Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika
dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-
coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba itu kemudian secara kebetulan
ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang cocok
itu kemudian dipegangnya. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang
dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
1). Trial and error (mencobva-coba dan mengalami kegagalan), dan
2). Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu
keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari
dengan sebaik-baknya.

b). Watson


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 31
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah
Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan
mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang
tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam
benak siswa tidak penting. Semua itu penting, akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak
bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.

c). Clark Hull
Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak
banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai
eksperimen dalam laboratorium.
Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanyaIncentive
motivation (motivasi insentif) dan Drive reduction (pengurangan stimulus
pendorong). Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro) berubah.
Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah
sebagai berikut:
1). Teori belajar didasarkan pada Drive-reduction atau drive stimulus reduction.
2). Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.
3). Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga memudahkan
terjadinya proses belajar.
4). Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/ mudah menuju kepada yang lebih
kompleks/ sulit.
5). Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar.
6). Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi.
Dengan perkataan lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar.
7). Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang
terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang
mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.

d). Edwin Guthrie
Guthrie juga mengemukakan bahwa hukuman memegang peran penting
dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan
mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan
yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai.
Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu
kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya
di tempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung
topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun
demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 32
laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang penguatan
(reinforcement).
e). Skinner
Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program
pembelajaran seperti Teaching machine, Mathetics, atau program-program lain yang
memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement), adalah
contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner.
Prinsip belajar Skinner adalah :
1). Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
2). Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sebagai sistem modul.
3). Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4). Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5). Dalam pembelajaran digunakan shapping.


2. ALIRAN KOGNITIF
a). Piaget
Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat,
bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni
1). Asimilasi,
2).Akomodasi, dan
3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

b). Ausubel
Ausubel percaya bahwa advance organizer dapat memberikan tiga manfaat;
1). Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan
dipelajari oleh siswa.
2). Dapat berfungsi sebagai jembatan antara apa yang sedang dipelajari siswa saat ini
dengan apa yang akan dipelajari siswa, sedemikian rupa sehingga;
3). Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

c). Bruner


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 33
Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif,
sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan,
sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan
penjumlahan.

3. ALIRAN HUMANISTIK
a). Bloon dan Krathowl
Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut;
1). Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu :
i). Pengetahuan (mengingat, menghafal)
ii). Pemahaman(menginterprestasikan)
iii). Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah)
iv). Analisis (menjabarkan suatu konsep)
v). Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi
suatu konsep utuh)
vi). Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan
sebagainya)

2). Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
i). Peniruan (menirukan gerak).
ii). Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).
iii). Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
iv). Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
v). Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

3). Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan;
i). Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
ii). Merespons (aktif berpartisipasi)
iii). Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai
tertentu)
iv). Pengorganisasisan (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai)
v). Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola
hidup).

b). Kolb


[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 34
Sementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi
empat tahap, yaitu;
1). Pengalaman konkret
2). Pengamatan aktif dan reflektif
3). Konseptualisasi
4). Ekperimen aktif
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang
hakikat kejadian tersebut.
Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi
aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori
tentang suatu hal yang diamatinya.
Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu mengaplikasikan
suatu aturan umum kesituasi yang baru.

c). Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa.
Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu;
1). Aktivis
2). Reflector
3). Teoris, dan
4). Pragmatis

d). Habermas
Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar
sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan
sesamamanusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi
tiga bagian, yaitu;
1). Belajar teknis (technical learning)
2). Belajar praktis (practical learning)
3). Belajar emansipatoris (emancipatory learning).
4. ALIRAN SIBERNETIK
a). Landa
Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut
Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikiralgoritmik, yaitu
berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu. Jenis kedua, adalah
cara berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target
sekaligus.




[ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ]

Page 35
b). Pask dan Scott
Ahli lain adalah pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan
Scott.Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan
pendekatanalgoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist) tidak sama
dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat
ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat
lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu
sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.

Sumber: http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/macam-macam-teori-
belajar-dan.html

Anda mungkin juga menyukai