Anda di halaman 1dari 268

PROSES PEMBELEJARAN MIKRO

BUKU AJAR

Disusun Oleh

Ma’mun Sutisna

PROGRAM DIV KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


PADJADJARAN
BANDUNG

1
2009
PRAKATA

Buku-buku mengenai proses pembelajaran sangat


penting bagi pihak yang berkecimpung di dunia
pendidikan. Hal inilah yang mendorong kami untuk
membuat buku ini yang umumnya membahas proses
dalam pembelajaran.
Buku ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk
menggantikan buku-buku teks mengenai proses
pembelajaran yang sudah ada, tetapi hanya sebagai
bahan bacaan pelengkap.
Buku ini terutama ditujukan kepada
pengajar/dosen yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan, calon dosen seperti mahasiswa yang akan
menjalani kepaniteraan di bidang pendidikan.
Kami menyadari buku ini masih ada kekurangan
sehingga kami mengharapkan komentar dan masukan
dari pembaca. Walaupun demikian, mudah-mudahan
buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkecimpung maupun yang menaruh minat dalam
bidang pendidikan.

Bandung, Mei 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................... i
PRAKATA ........................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................ iii
BAB I KONSEP PEMBELAJARAN
1.1 Pengertian Belajar ....................... 1
1.2 Prinsip-prinsip Umum
Pembelajaran ............................... 12
1.3 Cara Belajar Orang Dewasa ........ 16

BAB VII PERENCANAAN PEMBELAJARAN


MATERI TEORI DAN PRAKTEK

7.1 Lesson Plan ................................ 190

7.2 Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran 198
BAB VIII STRATEGI DASAR MENGAJAR
8.1 Teknik Membuka dan Menutup
Pembelajaran ............................... 214

3
8.2 Teknik Ceramah Ilustratif ........... 220
8.3 Teknik Bertanya dan
Reinforcement.............................. 221
8.4 Teknik Pengelolaan Kelas ........... 224
BAB IX PENGANTAR METODE-METODE
PEMBELAJARAN SCL
9.1 Metode Pembelajaran dalam SCL 228
BAB X MENGELOLA PEMBELAJARAN
DI KLINIK
10.1Teknik Coaching/Melatih ............ 239
10.2Teknik Pertemuan Pra-Klinik ...... 249
10.3Teknik Pertemuan Pasca Klinik . . 251
10.4Teknik Bimbingan Klinik ............ 252
10.5Preseptoring dan Monitoring ....... 254

4
BAB I
KONSEP PEMBELAJARAN

1.1 Pengertian Belajar


Belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana
Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa
sebagian terbesar perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar.
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi
Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.

5
Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne
dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,
belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada
dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian
di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah
perubahan dari diri seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua
aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar.

6
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas,
kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku.
Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan
ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja
(intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan
usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-
hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan,
misalnya pengetahuannya semakin bertambah
atau keterampilannya semakin meningkat,
dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu
proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa
sedang belajar tentang psikologi pendidikan.
Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha
mempelajari tentang Psikologi Pendidikan.
Begitu juga, setelah belajar Psikologi
Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya
telah terjadi perubahan perilaku, dengan
memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan

7
keterampilan yang berhubungan dengan
Psikologi Pendidikan.

2. Perubahan yang berkesinambungan


(kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan
yang dimiliki pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga,
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi
pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang
mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan
tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar
Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan
keterampilannya tentang “Hakekat Belajar”
akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar
Mengajar”.

8
3. Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu
yang bersangkutan, baik untuk kepentingan
masa sekarang maupun masa mendatang.
Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan
keterampilannya dalam psikologi pendidikan
dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan
mengembangkan perilaku dirinya sendiri
maupun mempelajari dan mengembangkan
perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia
menjadi guru.

4. Perubahan yang bersifat positif


Perubahan perilaku yang terjadi bersifat
normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar
tentang Psikologi Pendidikan menganggap
bahwa dalam dalam Proses Belajar Mengajar
tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-
perbedaan individual atau perkembangan

9
perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun
setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan
untuk menerapkan prinsip-prinsip perbedaan
individual maupun prinsip-prinsip
perkembangan individu jika dia kelak menjadi
guru.

5. Perubahan yang bersifat aktif


Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang
bersangkutan aktif berupaya melakukan
perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin
memperoleh pengetahuan baru tentang
psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut
aktif melakukan kegiatan membaca dan
mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang psikologi
pendidikan dan sebagainya.

6. Perubahan yang bersifat pemanen


Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses
belajar cenderung menetap dan menjadi bagian

10
yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer,
maka penguasaan keterampilan mengoperasikan
komputer tersebut akan menetap dan melekat
dalam diri mahasiswa tersebut.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah


Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar
psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai
dalam panjang pendek mungkin dia ingin
memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan tentang psikologi pendidikan yang
diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan
memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif
dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai
aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.

11
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar
memperoleh pengetahuan semata, tetapi
termasuk memperoleh pula perubahan dalam
sikap dan keterampilannya. Misalnya,
mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori
Belajar”, disamping memperoleh informasi atau
pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia
juga memperoleh sikap tentang pentingnya
seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”.
Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun,
2003), perubahan perilaku yang merupakan
hasil belajar dapat berbentuk :
1) Informasi verbal; yaitu penguasaan
informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun tulisan, misalnya
pemberian nama-nama terhadap suatu
benda, definisi, dan sebagainya.
2) Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan
individu dalam melakukan interaksi dengan

12
lingkungannya dengan menggunakan
simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination),
memahami konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat
dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
3) Strategi kognitif; kecakapan individu untuk
melakukan pengendalian dan pengelolaan
keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks
proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu
kemampuan mengendalikan ingatan dan
cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang
efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
4) Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang
berupa kecakapan individu untuk memilih
macam tindakan yang akan dilakukan.

13
Dengan kata lain sikap adalah keadaan
dalam diri individu yang akan memberikan
kecenderungan vertindak dalam
menghadapi suatu objek atau peristiwa,
didalamnya terdapat unsur pemikiran,
perasaan yang menyertai pemikiran dan
kesiapan untuk bertindak.
5) Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang
berupa kecakapan pergerakan yang
dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997)
mengemukakan bahwa hasil belajar akan
tampak dalam :
1) Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar
bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau
struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia
terbiasa dengan penggunaan bahasa secara
baik dan benar.
2) Keterampilan; seperti : menulis dan berolah
raga yang meskipun sifatnya motorik,
keterampilan-keterampilan itu memerlukan

14
koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran
yang tinggi.
3) Pengamatan; yakni proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan
yang masuk melalui indera-indera secara
obyektif sehingga peserta didik mampu
mencapai pengertian yang benar.
4) Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan
cara mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5) Berfikir rasional dan kritis yakni
menggunakan prinsip-prinsip dan dasar
dasar pengertian dalam menjawab
pertanyaan kritis seperti “bagaimana”
(how) dan “mengapa” (why).
6) Sikap yakni kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik
atau buruk terhadap orang atau barang
tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan.
7) Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).

15
8) Apresiasi (menghargai karya-karya
bermutu).
9) Perilaku afektif yakni perilaku yang
bersangkutan dengan perasaan takut,
marah, sedih, gembira, kecewa, senang,
benci, was-was dan sebagainya.

1.2 Prinsip-prinsip Umum Pembelajaran


Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan
maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar
tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien guru
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.
Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah inklusi
secara umum sama dengan prinsip-prinsip
pembelajaran yang berlaku bagi anak pada
umumnya. Namun demikian, karena di dalam kelas
inkulsi terdapat anak luar biasa yang mengalami
hambatan baik fisik, intelektual, sosial, emosional
dan/atau sensoris neurologis dibanding dengan anak
pada umumnya, maka guru yang mengajar di kelas
inklusi di samping menerapkan prinsip-prinsip
umum pembelajaran juga harus menerapkan prinsip-

16
prinsip khusus sesuai dengan hambatan yang
dimiliki oleh anak luar biasa.
1. Prinsip Motivasi
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus
senantiasa memberikan motivasi kepada siswa
agar tetap memiliki gairah dan semangat dalam
melakukan pembelajaran.

2. Prinsip Latar/Konteks
Guru harus mengenal dan mngetahui latar
belakang siswa secara lebih mendalam, dalam
proses pembelajaran penggunaan contoh
contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada
di lingkungan sekitar, serta menghindari
pengulangan yang tidak diperlukan jika anak
sudah mampu memahami sesuatu yang
dipelajari.

3. Prinsip Keterarahan
Sebelum melakukan pembelajaran guru
diharuskan untuk merumuskan lalu menjelaskan
tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran

17
selesai dilakukan, kemudian menyiapkan bahan
dan alat yang sesuai dengan materi yang
diberikan serta menggunakan strategi
pembelajaran yang dapat mempermudah siswa
dalam memahami materi yang diberikan.

4. Prinsip Hubungan Sosial


Interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, siswa dengan lingkungan dan seterusnya
sangat dibutuhkan dalam mengoptimalkan
pembelajaran yang diberikan sehingga tercapai
tujuan yang diharapkan.

5. Prinsip Belajar Sambil Bekerja


Dalam melakukan pembelajaran siswa harus
banyak diberikan kesempatan untuk melakukan
percobaan atau praktek sesuai dengan materi
yang ada, siswa diharapkan dapat menemukan
pengertiannya dalam psoses pembelajaran
sehingga hasil belajar yang dicapai dapat lebih
bermakna.

18
6. Prinsip Individualisasi
Kemampuan guru dalam mengenali dan
memahami siswa secara individu baik kelebihan
ataupu kelemahan siswa dapat diketahui oleh
guru,sehingga dalam melakukan pembelajaran
guru tidak menyamakan kemampuan siswa
sehingga masing-masing siswa mendapatkan
perhatian dan perlakuan yang sesuai dengan
kemampuannya.

7. Prinsip Menemukan
Guru diharuskan mampu mengembangkan
strategi pembelajaran yang mampu memancing
dan melibatkan siswa untuk aktif, baik secara
fisik, mental, sosial, dan emosional.

8. Prinsip Pemecahan Masalah


Hendaknya pembelajaran yang dilakukan
mengandung unsur pemecahan masalah
sehingga siswa dilatih untuk berfikir,
merumuskan, mengumpulkan data dan

19
menganalisis serta menyelesaikan permasalahan
yang ada.

9. Prinsip Kasih Sayang


Pembelajaran yang dilakukan hendaknya tidak
mengesampingkan prinsip kasih saying
sehingga siswa merasakan ketenangan dan
kenyamanan dalam belajar, tanpa merasa takut
dan tertekan.

1.3 Cara Belajar Orang Dewasa


Proses belajar bagi anak-anak dan orang dewasa
tidak sama. Belajar bagi anak-anak bersifat untuk
mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya.
Sedangkan bagi orang dewasa lebih menekankan
untuk apa ia belajar. Konsep diri pada seorang anak
adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain.
Ketika ia beranjak menuju dewasa, ketergantungan
kepada orang lain mulai berkurang dan ia merasa
dapat mengambil keputusan sendiri. Selanjutnya
sebagai orang dewasa, ia memandang dirinya sudah
mampu sepenuhnya mengatur diri sendiri. Dalam

20
proses pembelajaran orang dewasa (andragogi), ia
menghendaki kemandirian dan tidak mau
diperlakukan seperti anak-anak, misalnya ia diberi
ceramah oleh orang lain tentang apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar
yang memperlakukan dirinya dengan penuh
penghargaan, maka ia akan melakukan proses
belajar dengan penuh penghargaan pula. Ia akan
melakukan proses belajar dengan pelibatan dirinya
secara mendalam. Situasi tersebut menunjukkan
orang dewasa mempunyai kemauan sendiri untuk
belajar. Oleh sebab itu perlu diketahui cara-cara
yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi borang dewasa
dalam belajar dapat bersifat psikis dan fisik.
1. Faktor Psikis
a. Harapan masa depan
Harapan masa depan peserta paket dapat
mempengaruhi semangat belajar. Adanya
keterkaitan dengan pengembangan kariernya

21
di masa depan akan memacu semangat
belajar peserta paket.

b. Latar belakang sosial


Lingkungan sosial yang merupakan
masyarakat belajar dapat mempengaruhi
peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan
sebagai peluang berharga untuk menambah
kepercayaan dirinya di lingkungan
sosialnya.

c. Keluarga
Bagi para peserta, latar belakang keluarga
merupakan faktor yang cukup dominan.
Keluarga yang utuh dan harmonis serta
penuh syukur akan berpengaruh positif
terhadap dirinya, begitupun sebaliknya.
Keluarga dengan banyak anak dan yang
sedikit anak akan menimbulkan masalah
yang berbeda, hal tersebut juga
mempengaruhi sikap belajar.

22
d. Daya ingat
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut
usia dibarengi dengan penurunan daya ingat.
Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding
anak-anak.
Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan
orang dewasa dalam belajar bahwa anak
belajar ibarat mengukir di atas batu. Artinya
anak-anak lebih lama untuk memahami
sesuatu tetapi kalau sudah paham terus
diingatnya dan sulit untuk dilupakan.
Sedangkan pada orang dewasa, ia mudah
memahami sesuatu tetapi belum beberapa
lama sudah terlupakan. Ibarat mengukir di
atas air, oleh karena itu dalam proses belajar
orang dewasa catatan dan resume atau
rangkuman materi pelajaran sangatlah
membantu peserta.

23
2. Faktor Fisik
Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan
fisik terutama penglihatan, pendengaran,
artikulasi, dan penyakit.
a. Faktor penglihatan
Pada umumnya orang lanjut usia (40-60
tahun), ketajaman penglihatan berkurang
oleh karena itu pengelompokan peserta
jangan terlalu banyak. Usahan setiap
kelompok antara 15-25 orang, sehingga
dimungkinkan penataan tempat duduk lebih
dekat dengan sumber belajar. Media
pembelajaran seperti OHP, Flipchart, dan
lain-lain agar dibuat sedikmikian rupa
sehingga peserta dapat melihat dengan jelas.

b. Faktor pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi
pendengaran juga menurun. Dalam hal ini
perlu pengaturan secara baik dari fasilitator
maupun media yang digunakan seperti
radio, kaset, dan lain-lain harus

24
memungkinkan semua peserta dapat
mendengar dengan jelas.

c. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat
ucap di dalam rongga mulut. Pada usia
lanjut, banyak yang sebagian giginya
tanggal, tenggoroan yang tidak sesempurna
pada masa remaja. Apalagi yang mendapat
gangguan syaraf akibat stroke, bibir
menurun, dan pipi cekung serta tidak jarang
secara reflek bergetar, dan lain-lain. Kondisi
seperti ini mempengaruhi pelafalan
seseorang. Pelafalan yang tidak tepat
mempengaruhi makna bahasa. Hal tersebut
perlu disadarin oleh fasilitator agar pelafalan
kata diupayakan dengan tepat.

d. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan
penyakit yang disebabkan fungsi organ
tubuh mulai berkurang. Biasanya penyakit

25
yang mengiringi usia itu adalah gula darah,
kolesterol, tekanan darah yang meninggi
atau menurun, dan lain-lain. Gangguan
penyakit ini mengurangi stamina fisik dan
ketahanan psikis. Dengan kondisi ini perlu
diperhatikan:
Agenda pelajaran perlu dipertimbangkan
untuk tidak menjadwalkan proses belajar
hingga larut malam latihan fisik yang
berlebihan dan pengaturan menu makanan
yang cocok.
Oleh karena itu untuk memperlancar proses
pembelajaran orang dewasa perlu memperhatikan
beberapa prinsip yaitu :
1. Nilai dan Norma
Perbedaan orang dewasa dengan anak-anak
dalam pemahaman atas nilai dan norma adalah
pada orang dewasa terletak pada dirinya sendiri,
sedangkan pada anak-anak terletak pada
pendidik. Orang dewasa dalam memahami
suatu informasi tidak serta merta diterima atau
ditelan bulat-bulat tetapi selalu dibandingkan

26
dengan nilai dan norma yang sudah melekat
dalam dirinya yang terbentuk selama
pengelamannya. Orang dewasa tidak akan
mudah terbujuk dan lalu setuju terhadap
informasi yang diterima, apalagi yang ia
ragukan kebenaran dan kurang sejalan dengan
nilai dan norma yang diyakininya. Sedangkan
nilai dan norma pada diri anak masih dalam
proses “pembentukan”. Oleh karena itu mereka
memerlukan contoh dan teladan yang baik dari
pendidik.
Implikasi dalam proses pembelajaran orang
dewasa adalah lebih mengutamakan pendekatan
pembelajaran “terpusat pada peserta didik”.
Pada hakekatnya pendekatan pembelajaran ini,
peserta diberi kesempatan mengambil tanggung
jawab yang luas untuk mengambil keputusan
sendiri dalam belajar.

2. Belajar Menemukan
Orang dewasa belajar dengan cara menemukan
yaitu informasi yang diterima menjadi sikap

27
hidupnya setelah ia menganalisis, mensintesis,
merefleksi dan merenungkan. Apabila informasi
itu ternyata benar menurut dirinya maka ia
mengambil keputusan dalam dirinya berupa
setuju-tidak setuju, suka-tidak suka, boleh-tidak
boleh, maupun baik atau buruk. Anak-anak
belajar dengan cara mengumpulkan informasi.
Anak-anak tidak memproses informasi lebih
lanjut seperti cara orang dewasa tersebut.

3. Perhatian dan Motivasi


Proses belajar tidak akan terjadi tanpa perhatian
dari peserta. Perhatian dapat dibangkitkan
dengan penggunaan media dan metode
pembelajaran yang bervariasi. Hal tersebut
memunculkan motivasi pada diri peserta.
Motivasi sangat berperan dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah kondisi dalam diri
individu yang mendorong seseorang berbuat
(belajar). Motivasi berkaitan dengan minat.
Orang yang memiliki minat terhadap sesuatu
akan tumbuh motivasi untuk mempelajari

28
seseuatu itu. Motivasi dapat bersifat internal
yaitu datang dari diri sendiri dan bersifat
eksternal yaitu motivasi tumbuh karena
pengaruh dari luar.

4. Keaktifan
Secara psikologis setiap manusia mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuai inspirasinya.
Belajar tidak dapat dipaksaan dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi bila orang mengalaminya
sendiri. Belajar menyangkut apa yang harus
dikerjakannya untuk dirinya sendiri, inisiatif
belajar harus datang dari dalam diri peserta.
Orang dewasa belajar tidak hanya menerima,
menyimpan informasi tetapi juga
mentransformasikannya. Orang belajar
memiliki sifat aktif, konstruksif dan mampu
merencanakan sesuatu. Peserta diklat mampu
mencari, menemukan dan menggunakan
pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses
belajar peserta mampu mengidentifikasi,

29
merumuskan masalah, mencari dan menemukan
fakta, menganalisi, menafsirkan, menarik
kesimpulan, mengadopsi, dan mengambil
keputusan.
Prinsip keaktifan mengemukakan bahwa
individu merupakan manusia belajar yang selalu
aktif untuk ingin tahu. Keaktifan terlihat baik
berupa kegiatan fisik seperti membaca, menulis,
mendengar, berlatih, dan lain-lain, maupun
kegiatan psikis seperti menggunakan
pengetahuan dalam memecahkan masalah,
membandingkan suatu konsep, menganalisis,
mensisntesis, menilai, merefleksi, merasakan,
dan lain-lain. Belajar harus dilakukan secara
aktif baik individu maupun kelompok.

5. Keterlibatan Langsung
Belajar paling baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung. Belajar dengan prinsip
ini, peserta tidak sekedar mengamati, tetapi ia
harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap

30
hasilnya. Orang belajar naik sepeda yang paling
baik langsung diberi sepedanya untuk dapat
dinaiki. Belajar bersepeda tidak dapat melelui
modul dan diceramahi. John deway
mengungkapkan Learning by doing. Belajar
harus dilakukan dan dialami secara langsung.

6. Pengulangan
Prinsip belajar yang tidak kalah penting adalah
mengulang-ulang. Mengulang-ulang suatu
materi pelajaran merupakan latihan untuk
mengembangkan daya-daya dalam diri individu.
Daya-daya itu ialah inteligensi, mengamati,
menanggapi, mengingat, menghayal,
merasakan, berpikir, dan lain-lain. Ibarat
mengasah pedang yang terus menerus menjadi
tajam. Air yang beratus tahun menetes pada
batu, batu itupun akan berlubang. Orang hafal
do’a, lagu bahkan sebuah kitab suci adalah hasil
mengulang dan mengulang. Teori psikologi
asosiasi yang dipelopori “Thorndike” yang
mengatakan bahwa belajar adalah pembentukan

31
hubungan antara stimulus dan respon, dan
pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman
itu memperbesar peluang timbulnya respon
yang benar. Namun demikian tidak semua
bentuk belajar dapat dilakukan dengan
pengulangan.

7. Tantangan
Dalam situasi belajar orang akan menentukan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk
mencapai tujuan tersebut selalu ada hambatan
yang dapat diatasi dengan mempelajari bahan
ajar. Apabila tujuan sudah tercapai maka akan
menetapkan tujuan baru, demikian terus
menerus sehingga terjadi belajar yang terus
menerus. Untuk itu agar dapat memberi
tantangan yang lebih besar kepada peserta didik
perlu penggunaan metode eksperimen, inkuiri,
dan lain-lain.

32
8. Balikan dan Penguatan
Peserta akan belajar lebih serius manakala
mengetahui hasil belajarnya memuaskan. Hal
tersebut akan menjadi penguatan untuk belajar
lebih serius lagi. Penguatan belajar yang
disebabkan hasil yang memuaskan disebut
penguatan positif. Selain itu penguatan belajar
dapat disebabkan oleh rasa cemas karena hasil
belajar yang jelek. Misalnya dapat nilai
terendah. Penguatan ini disebut penguatan
negatif. Baik penguatan positif maupun
penguatan negatif akan mendorong peserta
untuk belajar.

9. Perbedaan Individual
Setiap peserta diklat memiliki karakteristik
mental yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini
menyebabkan setiap peserta diklat memiliki
variasi kecepatan belajar yang tidak sama.
Kesadaran akan hal tersebut akan mendorong
peserta untuk menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya.

33
BAB II
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI

2.1 Konsep Pendidikan Tinggi


Pendidikan Tinggi adalah pendidikan pada jalur
pendidikan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi
daripada menengah. Pendidikan Tinggi yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional untuk
dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian dan dapat dilakukan melalui proses
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
belajar mandiri.
Sistem Pendidikan Tinggi diharapkan
merupakan suatu sistem yang memudahkan
seseorang menuntut pendidikan tinggi sesuai dengan
bakat, minat dan tujuannya, meskipun dengan tetap
mempertahankan persyaratan-persyaratan pendirian
program studi yang bersangkutan.

34
1. Tujuan Pendidikan Tinggi
Tujuan pendidikan tinggi diatur dalam pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999
adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan teknologi
dan/atau kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian
serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional.

2. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik di tingkat pendidikan
tinggi adalah pendidikan yang diarahkan
terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan
dan pengembangannya. Pendidikan akademik

35
mengutamakan peningkatan mutu dan perluasan
wawasan ilmu pengetahuan. Pendidikan
akademik diselenggarakan oleh sekolah tinggi,
institut, dan universitas. Pendidikan akademik
terdiri atas Program Sarjana dan Program Pasca
Sarjana. Program Pasca Sarjana meliputi
Program Magister dan Program Doktor.

3. Pendidikan Profesional
Pendidikan Profesional merupakan pendidikan
yang diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu. Pendidikan
profesional mengutamakan peningkatan
kemampuan penerapan ilmu pengetahuan.
Pendidikan profesional di selenggarakan oleh
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas. Pendidikan profesional terdiri atas
Program Diploma I, Diploma II, Diploma III,
dan Diploma IV.

36
4. Satuan Pendidikan di Perguruan Tinggi
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi,
yang dapat berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut atau universitas.
Akademi merupakan perguruan tinngi yang
menyelenggarakan pendidikan terapan dalam
satu cabang atau sebagian ilmu pengetahuan,
teknologi atau kesenian tertentu.
Politeknik merupakan perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan terapan dalam
sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi
yang menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu
tertentu.
Institut merupakan perguruan tinggi yang
terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin
ilmu yang sejenis.

37
Universitas merupakan perguruan tinggi yang
terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin
ilmu tertentu.

2.2 Komponen Sistem Pendidikan Tinggi


1. Aspek-aspek yang Berkaitan dengan
Penyelenggaraan Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat diselenggarakan
oleh pemerintah atau masyarakat. Untuk
perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, penyelenggara perguruan tinggi
adalah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, departemen lain, atau pimpinan
lembaga pemerintah lainnya Sedangkan
perguruan tinggi yang diselenggarakan
masyarakat, penyelenggara perguruan tingginya
adalah badan penyelenggara perguruan tinggi
swasta.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan
tinggi didasarkan pada statuta yang merupakan

38
pedoman dasar yang dipakai sebagai acuan
untuk merencanakan, mengembangkan program
dan penyelenggaraan kegiatan fungsional sesuai
dengan tujuan perguruan tinggi yang
bersangkutan. Statuta berisi dasar yang dipakai
sebagai rujukan pengembangan peraturan
umum, peraturan akademik dan prosedur
operasional yang berlaku di perguruan tinggi
yang bersangkutan.
Tahun akademik penyelenggaraan
pendidikan tinggi dimulai pada bulan
September dan berakhir pada bulan Juni. Tahun
akademik dibagi dalam 2 (dua) semester, yang
masing-masing terdiri atas 19 minggu, dan
dipisahkan oleh masa libur selama 2 hingga 4
minggu.
Perguruan tinggi mengatur dan
menyelenggarakan seleksi penerimaan
mahasiswa baru. Penerimaan mahasiswa baru di
perguruan tinggi diselenggarakan dengan tidak
membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras,
kedudukan sosial dan tingkat kemampuan

39
ekonomi dengan tetap mengindahkan
kekhususan perguruan tinggi yang
bersangkutan. Warganegara asing dapat menjadi
mahasiswa perguruan tinggi.

2. Tri Darma Perguruan Tinggi


Perguruan tinggi menyelenggarakan tiga
kegiatan utama yang dikenal sebagai Tri Darma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan/pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Penelitian merupakan kegiatan dalam
upaya menghasilakn pengetahuan empirik,
teori, konsep, metodelogi, model, atau informasi
baru yang memperkaya ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan
kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan
dalam upaya memberikan sumbangan demi
kemajuan masyarakat.

40
3. Kurikulum Pendidikan Tinggi
Penyelenggaraan pendidikan tinggi
dilaksanakan dalam program-program studi.
Program studi merupakan pedoman
penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau
profesional yang diselenggarakan atas dasar
suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa
dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.
Kurikulum yang digunakan pada program
studi disusun sesuai dengan sasaran program
studi dan berpedoman pada kurikulum yang
berlaku secara nasional yang diatur oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurikulum yang berlaku secara nasional
merupakan rambu-rambu untuk menjamin mutu
dan kemampuan sesuai dengan program studi
yang ditempuh dan merupakan patokan proporsi
terhadap kategori kelompok mata kuliah.

41
4. Sistem Penilaian di Perguruan Tinggi
Kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa
dinilai secara berkala. Bentuk penilaian dapat
berupa ujian, tugas, dan pengamatan oleh dosen.
Jadi, selain memperhatikan hasil ujian,
penilaian keberhasilan belajar mahasiswa dapat
juga didasarkan atas penilaian pelaksanaan
tugas serta keikutsertaan dalam seminar,
penulisan makalah, praktikum, pembuatan
laporan, pembuatan rancangan atau tugas lain
serta hasil pengamatan.
Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian
semester, ujian akhir program studi, ujian
skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi. Untuk
bidang-bidang tertentu penilaian hasil belajar
program sarjana dapat dilaksanakan tanpa ujian
skripsi. Penilaian hasil belajar dinyatakan
dengan huruf A,B,C,D, dan E yang secra
berturut-turut bernilai 4,3,2,1, dan 0.
Pelaksanaan ketentuan ujian diatur oleh senat
masing-masing perguruan tinggi.

42
Ujian akhir program studi suatu program
sarjana dapat terdiri atas ujian komprehensif
atau ujian karya tulis, atau ujian skripsi.

5. Gelar Lulusan Perguruan Tinggi


Lulusan pendidikan akademik dapat
diberikan hak untuk menggunakan gelar
akademik (Sarjana, Magister, dan Doktor),
sedangkan lulusan pendidikan professional
dapat diberikan hak untuk menggunakan
sebutan profesional.
Gelar sarjana hanya diberikan oleh sekolah
tinggi, institut, dan universitas. Gelar magister
dan doktor diberikan oleh sekolah tinggi,
institut, dan universitas yang memenuhi
persyaratan. Sebutan profesional dapat
diberikan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan profesional.
Gelar akademik Sarjana dan Magister
ditempatkan dibelakang nama pemilik hak atas
penggunaan gelar yang bersangkutan dengan
mencantumkan huruf S. untuk Sarjana dan

43
huruf M. untuk Magister disertai singkatan
nama kelompok bidang ilmu. Gelar akademik
Doktor ditempatkan di depan nama pemilik hak
atas penggunaan gelar yang bersangkutan
dengan mencantumkan huruf Dr.
Sebutan profesional Ahli Pratama bagi
lulusan Program Diploma I, Ahli Muda bagi
lulusan Program Diploma II, Ahli Madya bagi
lulusan Program Diploma III dan Sarjana Sains
Terapan bagi lulusan Program Diploma IV
ditempatkan di belakang nama pemilik hak atas
penggunaan sebutan yang bersangkutan.

2.3 Filosofi Program Diploma


Pendidikan Profesional merupakan pendidikan
yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan
keahlian tertentu. Pendidikan professional
mengutamakan peningkatan kemampuan penerapan
ilmu pengetahuan. Pendidikan profesional di
selenggarakan oleh akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas. Pendidikan

44
profesional terdiri atas Program Diploma I, Diploma
II, Diploma III, dan Diploma IV.
Tujuan pendidikan tinggi adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan teknologi
dan/atau kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta
mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.

45
BAB III
MODEL-MODEL DESAIN
PENGEMBANGAN KURIKULUM

3.1 Subject Mater


Subjek, secara umum, adalah sesuatu yang
dapat dipakai untuk teori tertentu. Subjek bisa
ditujukan kepada :
1. Subjek ditetapkan (atau subjek hukum),
mendefinisikan apakah perlindungan tetap dan
tersedia.
2. Subjek-materi yurisdiksi, menentukan jenis
klaim atau sengketa dimana pengadilan
memiliki yurisdiksi.
3. Subjek-materi ahli, pakar di daerah tertentu.
4. Subjek pakar Turing tes, variasi dari tes Turing
dimana sistem komputer mencoba untuk meniru
seorang ahli dalam bidang tertentu.

46
3.2 Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Pendidikan Tinggi
1. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan
Sk Mendiknas 232
Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Vomor 232/U/2000 Mail menetapkan
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan
struktur kurikulum. berdasarkan tujuan belajar
(1) Learning to know, (2) learning to do, (3)
learning to live together, dan (4) learning to be.
Bersasarkan pemikiran tentang tujuan belajar
tersebut maka mata kuliah dalam kurikulum
perguruan tinggi dibagi atas 5 kelompok yaitu:
(1) Mata. kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK) (2) Mata Kuliah Keilmuan Dan
Keterampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian
Berkarya (MKB) (4) Mata Kuliah Perilaku
Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).

47
Dalam Ketentuan Umum (7.8,9.10,11)
dikemukakan deskripsi setiap kelompok mata
kuliah dalam kurikulum inti dan pada pasal 9
berkenaan dengan kurikulum institusional.
Dengan mengambil rumusan pada Ketentuan
Umum, deskripsi tersebut adalah sebagai
berikut:
Keputusan Mendiknas yang dituangkan dalam
SK nomor 232 tahun 2000 di atas jelas
menunjukkan arah kurikulum berbasis
kompetensi walau. pun secara. eksplisit tidak
dinyatakan demikian.

2. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan


SK Mendiknas No.045/U/2002
Surat Keputusan Mendiknas nomor
045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi mengemukakan "Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat

48
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu".
Kurikulum berbasis kompetensi adalah
kurikulum yang pada tahap perencanaan,
terutama dalam tahap pengembangan ide akan
dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan
pendekatan, kompetensi dapat menjawab
tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu
mengembangkan atau mengadopsi pemikiran
kurikulum berbasis kompetensi maka
pengembang kurikulum harus mengenal benar
landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan
pendekatan kompetensi dalam menjawab
tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan
tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa
kompetensi bersifat terus berkembang sesuai
dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi
maupun dunia ilmu.
SK Mendiknas nomor 045 tahun 2002 ini
memperkuat perlunya pendekatan KBK dalam
pengembangan kurikulum pendidikan tinggi.
Bahkan dalam SK Mendiknas 045 pasal 2 ayat

49
(2) dikatakan bahwa kelima kelompok mata
kuliah yang dikemukakan dalam SK nomor 232
adalah merupakan elemen-elemen kompetensi.
Selanjutnya keputusan tersebut menetapkan
pula arah pengembangan program yang
dinamakan dengan kurikulum inti dan
kurikulum institusional. Jika diartikan melalui
keputusan nornor 045 maka kurikulum inti
berisikan kompetensi utama sedangkan
kurikulum institusional berisikan kompetensi
pendukung dan kompetensi lainnya.
Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045 :
Kurikulum inti yang merupakan ciri kompetensi
utama, bersifat :
a. dasar untuk mencapai kompetensi lulusan;
b. acuan baku minimal mutu penyelenggaraan
program studi;
c. berlaku secara nasional dan internasional;
d. lentur dan akomodatif terhadap perubahan
yang sangat cepat di masa mendatang; dan

50
e. kesepakatan bersama antara kalangan
perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan
pengguna lulusan.
Sedangkan Kurikulurn institusional
berisikan kompetensi pendukung serta
kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut
dengan kompetensi utama.

3.3 Humanistik
Teori belajar humanistik adalah bahwa teori
belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar secara optimal. Hal ini
menjadikan teori belajar humanistik bersifat sangat
elektif. Banyak tokoh penganut aliran humansitik,
diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan
“belajar empat tahap”, Honey dan Mumford dengan
“pembagian tentang macam-macam siswa”,
Habermas dengan “tiga macam tipe belajar” Bloom
dan Krathwohl yang terkenal dengan “taksonomi
bloom.”

51
Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi
jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud
adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial,
sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Menurutnya ada 3 tipe belajar :
1) Belajar Teknis (technical learning) bagaimana
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
alamnya secara benar. Pengetahuan dan
keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu
dipelajari agar mereka dapat menguasai dan
mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik.
2) Belajar Praktis (practical learning) bagaimana
seseorang dapat berinterkasi dengan lingkungan
sosialnya, yaitu dengan orang-orang
disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar
lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang
harmonis antara sesama manusia.
Pemahaman dan keterampilan seseorang dalam
mengelola lingkungan alamnya tidak dapat
dipisahkan dengan kepentingan manusia pada
umumnya. Interaksi yang benar antara individu

52
dengan lingkungan alamnya hanya akan
tampak dari kaitan atau relevansinya dengan
kepentingan manusia.
3) Belajar Emansipatoris (emancipatory
learning) menekankan upaya agar seseorang
mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang
tinggi akan terjadinya perubahan atau
transformasi budaya dalam lingkungan
sosialnya. Dibutuhkan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap yang benar untuk
mendukung terjadinya transformasi kultural
tersebut. Pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural inilah yang oleh Habermas
dianggap sebagai tahap belajar yang paling
tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan
pendidikan yang paling tinggi.

3.4 Rekonstruksi Sosial


Salah satu model yang sampai sekarang ini
masih eksis adalah model rekonstruksi sosial. Secara
historis, hancurnya sistem kapitalisme yang
mendorong terjebaknya dunia dalam Depresi Besar

53
1929 membuat banyak ahli pendidikan jengah dan
sekaligus mempersoalkan kebenaran dari sistem
kapitalisme. Salah satunya Harrold Rugg. Dia
membuat analisis kritis mengenai kebohongan ilmu
sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pada
tahun 1939, dia menerbitkan serangkaian buku teks
yang mengubah lanskap pendidikan di Amerika
Serikat. Dia mengajarkan pentingnya para anak
didik untuk tidak sekedar menerima “kebenaran”
yang dicekokkan oleh otoritas, namun justru
mencari sumber belajar untuk mempersoalkan
“kebenaran” yang coba ditanamkan oleh otoritas.
Harrold Rugg menolak agenda pemerintah untuk
membentuk para siswa menjadi sosok-sosok pasif
tanpa mempersoalkan kebenaran yang dipaksakan.
Dua tahun pertama Harrold Rugg menerbitkan
bukunya, dia tercatat sebagai pemegang rekor
sebagai best-selling author, karena bukunya terjual
lebih dari 6 juta eksemplar. Uniknya, begitu Jepang
membombardir Pear Harbor 7 Desember 1941,
Harrold Rugg yang populer karena sikap anti

54
pemerintahnya dicampakkan dan dinilai tidak punya
patriotisme!
Namun demikian, teori rekonstruksi sosial tidak
mati. Ira Shor (1992) mengajarkan pendekatan
pedagogi demokratis-kritis yang berorientasi pada
kehidupan sehari-hari. Pertama-tama, dia mengajak
para siswanya untuk menuliskan esay pribadi
dengan tema pengembangan diri masing-masing
siswa. Berikutnya, dia mengajak anak didiknya
untuk memahami topic “bagaimana upaya
pengembangan diri kita masing-masing ditentukan
oleh ketersediaan sumber daya (ekonomis).” Dia
menghadirkan serangkaian bacaan tentang contoh-
contoh mengenai bagaimana banyak perusahaan lari
dari kota untuk mengembangkan usahanya di
daerah-daerah yang lebih murah tenaga kerjanya.
Sementara itu, ada juga bacaan-bacaan yang
menggambarkan keputusan pemerintah untuk
mempertahankan agar perusahaan-perusahaan ini
tetap tinggal di kota. Ira Shor kemudian mengajak
para siswanya untuk menimbang dan mendiskusikan
bagaimana kondisi ekonomi macam ini

55
memunculkan kebijakan ekonomi tertentu, dan
kemudian dampak-dampak macam apa yang akan
mempengaruhi pajak, pelayanan kota, dan biaya
pendidikan. Mereka akhirnya bisa mengaitkan
bahwa esay pribadi tentang pengembangan diri
sangat erat kaitannya dengan konteks sosial
ekonomi di tempat mereka tinggal.
Model rekonstruksi sosial ini memang
berorientasi pada terciptanya sikap kritis. Siswa
diharapkan tidak hanya sekedar menerima apa yang
diusung oleh guru. Dan guru pun harus siap dengan
serangkaian strategi untuk mengajak anak berpikir
kritis. Ira Shor menampilkan serangkaian bacaan
yang menantang para siswanya untuk berpikir
tentang keadilan gender. Di salah satu bacaan,
dikisahkan para wanita Irlandia yang mengerjakan
pekerjaan kasar, yang bekerja dalam kondisi yang
jauh dari ideal dan dibawahi oleh dominasi laki-laki.
Dia mengajukan beragam pertanyaan untuk
menggiring kesadaran kritis akan ketidaksamaan
posisi pria dan wanita dalam lingkup kerja.

56
Dapat diambil kesimpulan bahwa model
rekonstruksi sosial ini ditandai dengan lima langkah:
1. Mengidentifikasi suatu isu yang paling
problematik,
2. Mempelajari realitas dari kehidupan para
peserta didik, termasuk kesulitan dan sumber-
sumber persoalannya,
3. Mengaitkan beragam persoalan tersebut dengan
lembaga dan struktur dalam masyarakat yang
lebih luas,
4. Mengaitkan norma sosial dengan norma-norma
dan cita-cita ideal yang mereka miliki dalam
kaitannya dengan kehidupan di masyarakat
mereka, dan
5. Mengambil peran dan tanggung jawab untuk
membuat situasi lebih sesuai dengan harapan.

57
BAB IV
ANALISIS KOMPETENSI PROFESI

4.1 Pengertian Kebutuhan Instruksional


Kebutuhan adalah kesenjangan saat ini
dibandingkan dengan yang seharusnya. Dengan kata
lain, setiap keadaan yang kurang dari yang
seharusnya menunjukkan adanya kebutuhan.
Apabila kesenjangan itu besar atau menimbulkan
akibat lebih jauh sehingga perlu ditempatkan
sebagai prioritas untuk diatasi, kebutuhan itu disebut
masalah. Sering kali orang mencampurkan
kebutuhan (needs) dengan keinginan (wants).
Kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan
sekarang dengan yang seharusnya. Kebutuhan yang
menjadi prioritas untuk dipecahkan adalah masalah.
Sedangkan keinginan atau cita-cita (desire) terkait
dengan pemecahan terhadap suatu masalah.
Proses identifikasi kebutuhan yang dimulai dari
mengidentifikasi kesenjangan antara keadaan
sekarang dengan keadaan yang diharapkan

58
seringkali dilanjutkan sampai proses pelaksanaan
pemecahan masalah dan evaluasi terhadap efektifitas
dan efisiensinya. Hal ini dapat dipahami karena para
ahli dalam bidang ini membahas proses penilaian
kebtuhan (need assessment) secara tersendiri. Bila
mereka tidak mengkaitkanya dengan proses
selanjutnya, yaitu pelaksanaan pemecahan masalah
dan evaluasinya,proses menilai kebutuhan itu akan
kehilangan makna.
Proses tersebut ditempatkan sebagai permulaan
dari proses pengembangan. Sedangkan proses
pengembangan sendiri adalah bagian permulaan dari
siklus kegiatan instruksional yang masih harus
diikuti pelaksanaan dan evaluasi instruksional.
Karena itu,dalam bab ini proses mengidentifikasi
kebutuhan instruksional itu hanya sampai pada
perumusan,pengetahuan,keterampilan,dan sikap
yang perlu diajarkan pada mahasiswa.
Selanjutnya,hasil tersebut dijadikan dasar
perumusan TIU.

59
Jadi, ada tiga kelompok orang yang dapat
menjadi sumber informasi dalam mengidentifikasi
kebutuhan instruksional,yaitu:
1. Mahasiswa, terutama mahasiswa yang telah
bekerja
2. Masyarakat, termasuk orang tua dan orang yang
akan menggunakan lulusan
3. Pendidik, termasuk pengajar dan pengelola
program pendidikan.
Prof. Dr . Atwi suparman dalam buku Desain
Instruksional (1997:64) bahwa, Harles(1975)
melukiskan ketiga pihak tersebut dalam bentuk
segitiga sebagai berikut:
Secara umum informasi yang dicari dalam proses
mengidentifikasi kebutuhan instruksional
adalah,kompetensi mahasiswa saat ini untuk
dibandingkan dengan kompetensi yang seharusnya
dikuasai untuk dapat melaksanakan pekerjaan atau
tugasnya dengan baik.
Bagi seorang pengembang instruksional informasi
yang bermanfaat adalah tentang kurangnya prestasi
mahasiswa yang disebabkan oleh kurangnya

60
pengetahuan atau keterampilan mahasiswa, bukan
yang disebabkan oleh kekurangan peralatan kerja,
sikap atasan atau lingkungan kerja lainnya.
Sering kali pengembang instruksional terlalu cepat
mengambil kesimpulan bahwa seiap indikator yang
menunjukan rendahnya prestasi mahasiswa atau
pegawai harus diselesaikan dengan pemberian
pelajaran dan pelatihan. Begitu mereka mengetahui
bahwa mahasiswa atau kariyawan kurang mampu
melaksanakan tugasnya, mereka segera memutuskan
untuk memberikan pelajaran atau pelatihan
kepadanya. Kesimpulan seperti itu belum tentu
benar. Seharusnya pengembangan istruksional
melakukan satu langkah tambahan, yaitu mencari
faktor penyebab kekurangmampuan mahasiswa
sebelum menentukan cara membantunya dalam
mencapai kemampuan yang diharapkan.

4.2 Langkah-langkah Mengidentifikasi Kebutuhan


Instruksional
Mengidentifikasi kebutuhan instruksional
adalah suatu proses untuk :

61
1. Menentukan kesenjangan penampilan
mahasiswa yang disebabkan kekurangan
kesempatan mendapatkan pendidikan dan
pelatihan pada masa lalu.
2. Mengidentifikasi bentuk kegiatan instruksional
yang paling tepat.
3. Menentukan populasi sasaran yang dapat
mengikuti kegiatan instruksional tersebut.
Bagan berikut ini tampaknya rumit tetapi bila
anda ikuti penjelasan dengan seksama maka akan
terasa sederhana.

Langkah 1
Mengidentifikasi kesenjangan hasil produk atau
prestasi mahasiswa atau karyawan saat ini dengan
hasil yang seharusnya,berarti menjelaskan
perbedaan antara hasil atau produksi kerja saat ini
dengan yang diharapkan. Untuk mendapatkan kedua
jenis data ini pengembang instruksional dapat
membaca dari laporan tertulis (bila ada),
observasi,interviu,kuosioner, atau dari data dokumen
lain yang dapat dipercaya yang terdapat disekolah,

62
atau tempat kerja mahasiswa atau karyawan. Tidak
jarang pengelola atau pendidik yang bersangkutan
tidak menyadari adanya kesenjangan ini. Dalam hal
seperti itu,pengembang instruksional harus berusaha
mencarinya dengan berbagai cara diatas. Jumlah
lulusan program pendidikan dibandingkan dengan
yang seharusnya, nilai rata-rata dbandingkan dengan
nilai ideal,kualitas atau kuantitas produksi yang
diinginkan merupakan contoh data yang harus
dikumpulkan dalam langkah 1 ini. Data terebut
harus menyangkut hasil-hasil produksi atau
prestasi,bukan proses kerja karyawan atau proses
belajar mahasiswa.

Langkah 2
Mengetahui kesenjangan hasil seperti yang
dikemukakan dalam langkah 1 diatas tidaklah cukup
untuk mengambil tindakkan memecahkan masalah.
Pengembang instruksional harus menilai
kesenjangan tersebut dari segi :
1. Tingkat signifikansi pengaruhnya
2. Luas ruang lingkupnya

63
3. Pentingnya peranan kesenjangan tersebut
terhadap masa depan lembaga atau program.
Menilai signifikansi pengaruh suatu
kesenjangan tersebut untuk diatasi, merupakan hal
yang relatif. Ada orang yang menilai kesenjangan
seperti itu sudah cukup memprihatinkan dan harus
segera diatasi. Ada pula yang menganggapnya
sesuatu yang biasa saja sehingga dapat diabaikan.
Pengambilan keputusan adalah pimpinan lembaga
atau perusahaan yang menghadapi kesenjangan
tersebut. Tetapi, pengembangan instruksional harus
mampu menyajikan nilai kerugian yang ditimbulkan
kesenjangan tersebut dalam bentuk: uang, waktu
pemborosan bahan, penyusunan produksi kerja,
penyusunan kualitas kerja, bahaya yang
ditimbulkan, dan faktor-faktor lain yang tidak dapat
dihitung dalam bentuk biaya, seperti menurunnya
rasa aman, berkurangnya kerja sama, dan
merosotnya motivasi.
Bila pengaruh kesenjangan tersebut tidak
signifikan atau kecil ruanng lingkupnya sehinngga
dianggap tidak penting dan dianggap tidak menjadi

64
prioritas yang harus diatasi, keputusan yang diambil
adalah mengabaikannya. Kesenjangan itu tidak
dianggap sebagai masalah untuk diatasi.
Tetapi bila tidak ada kesenjangan yang lain
kecuali kesenjangan tersebut di atas atau bila
kesenjangan tersebut mempunyai pengaruh yang
berarti, mempunyai ruang lingkup luas, dan penting,
maka diteruskan ke langkah 3.

Langkah 3
1. Menganalisis kemungkinan penyebab
kesenjangan melalui pelaksanaan observasi,
interviu, dan analisis logis.
2. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak
berasal dari kekurangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk diserahkan
penyelesaianya kepada pihah lain.
3. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang
berasal dari kekurangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap tertentu untuk
diteruskan ke langkah 4.

65
Langkah 4
Menginterview mahasiswa atau karyawan yang
bersangkutan untuk memisahkan antara yang sudah
pernah dan yang belum pernah memperoleh
pendidikan atau pelatihan dlam bidang kerjanya.
Mahasiswa yang sudah pernah mendapatkan
pendidikan dan pelatihan meneruskan ke kelompok
5, sedangkan yang tidak pernah mendapatkan
pendidikan dan latihan tersebut meneruskan ke
langkah 8.

Langkah 5
Selanjutnya, mengelompokkan yang sudah
pernah mendapatkan pendidikan dan latihan dalam
dua kelompok, yaitu yang sering dan yang jarang.
Kemudian terus ke langkah berikutnya,yaitu langkah
6 dan 7.

Langkah 6
Kelompok yang telah sering mendapatkan
pendidikan dan latihan diberi umpan balik atas
kekuranganya dan diminta untuk mempraktikanya

66
kembali sampai dapat melakukan tugasnya seperti
yang diharapkan.

Langkah 7
Kelompok yang masih jarang mendapatkan
kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan dalam
pengetahuan,keterampilan atau sikap yang relevan
dalam bidang kerjanya diberi kesempatan
mempraktikkan lebih banyak apa yang telah
diperolehnya dari pendidikan atau latihan masa lalu.
Supervisi dari dekat itu diperlukan sampai mereka
mencapai hasil kerja yang diharapkan.

Langkah 8
Untuk kelompok mahasiswa atau kariyawan
yang belum pernah mempelajari pengethuan,
keterampilan, dan sikap tersbut, pengembang
instruksional terlebih dulu merumuskan tujuan
instruksional umum (TIU). Isi TIU tersebut
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang belum pernah dipelajari oleh mahasiswa dan
karyawan.

67
Mengidentifikasi kebutuhan instruksional
adalah kegiatan awal dari kegiatan menentukan
tujuan tujuan instruksional umum. Kegiatan itu
sendiri tanpa dikaitkan dengan penulisan tujuan
instruksional umum tidak ada manfaatnya.
Dalam keadaan itu pengembang instruksional
tidak mungkin melakukan identifikasi kebutuhan
instruksional yang berorientasikan kepada pekerjan
tertentu. Pengajar senior, pengembang kurikulum,
para ahli, pimpinan lembaga pendidikan yang
mewakili kelompok pendidik dan pimpinan lembaga
pemerintahan dan perusahaan swasta yang relevan
yang mewakili masyarakat yang menggunakan nanti
dapat dijadikan sumber pemberi informasi tentang
kebutuhan instruksional untuk mata pelajaran
tersebut. Pengajar senior yang telah mengajarkan
mata pelajaran itu denga baik mungkin termasuk
golongan pengajar yang disebut sebagai artistic
teachers. Walaupun tidak mempunyai tujuan yang
jelas tentang tujuan instrusional, mereka mempunyai
intuisi tentang apa yang dimaksud dengan mengajar
yang baik, apa bahan pelajaran yang baik, apa isi

68
peljaran yang sebaiknya diberikan dan bagaimana
mengembangkan topik-topik yang efektif bagi
mahasiswa. Demikian pula dari pimpinan lembaga
pendidikan, lembaga pemerintahan, dan perusahaan
swasta masih mungkin diperoleh informasi yang
berharga bagi pengembangan instruksional dalam
mengidentifikasi kebutuhan intrusional. Kemudian
informasi tersebut dianalisis dan hasilnya dijadikan
dasar untuk merumuskan tujuan instruksional umum
dan komponen berikutnya. Hasilnya lebih banyak
merupakan kesepakatan dari pihak-pihak terkait.
Hasil ini pasti jauh lebih daripada hanya ditetukan
oleh pengajar yang bersangkutan saja.
Disamping itu, sumber lain yang tidak kalah
pentingnya adalah rumusan TIU untuk mata kuliah
yang sama dilembaga lain. Bila rumusan TIU
tersebut telah ada, pengembang instruksional dapat
diharapkan mampu menyusun rumusam TIU yang
dapat diterima oleh berbagai pihak yang
bersangkutan.
Usaha pengembang instruksional untuk
mendapatkan rumusan TIU yang mencerminkan

69
kebutuhan ketiga pihak yang terlibat dalam dunia
pendidikan tersebut tidaklah mudah,setidak-tidaknya
pengembang instruksional harus melalui jalan yang
panjang. Usaha seperti ini sangatlah penting artinya
untuk menentukan dapat tidaknya kualitas lulusan
suatu program pendidikan diterima oleh masyarakat
dan pendidik serta dapat memenuhi hidup lulusan
itu sendiri.

70
1. Penyusunan Standar Kompetensi Bidan
Penyusunan standar kompetensi bidan
berdasarkan pada :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007
TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan


Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, dipandang perlu
menetapkan Standar Profesi bagi
Bidan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);

71
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004
(Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4548);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional (Lembaran Negara
Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3547);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga

72
Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4090);
7. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002
tentang Registrasi Dan Praktik
Bidan;

73
8. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003
tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN.
Kedua : Standar Profesi Bidan dimaksud
Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kedua agar

74
digunakan sebagai pedoman bagi
Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya.
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan
pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan Keputusan ini dengan
mengikutsertakan organisasi profesi
terkait, sesuai tugas dan fungsi
masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,
menyangkut fisik, mental, maupun sosial
budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal dilakukan berbagai

75
upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
terarah dan berkesinambungan. Masalah
reproduksi di Indonesia mempunyai dua
dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian
ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat
bebagai faktor termasuk pelayanan kesehatan
yang relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya
penyakit degeneratif yaitu menopause dan
kanker.
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan
pada persaingan global yang semakin ketat yang
menuntut kita semua untuk menyiapkan
manusia Indonesia yang berkualitas tinggi
sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut
haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini
yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi
dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan
sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan
yang memiliki posisi penting dan strategis

76
terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi
(AKB). Bidan memberikan pelayanan
kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia
berada. Untuk menjamin kualitas tersebut
diperlukan suatu standar profesi sebagai
acuan untuk melakukan segala tindakan dan
asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu,
keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input,
proses dan output.

2. Tujuan
a. Menjamin pelayanan yang aman dan
berkualitas.

77
b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan
perkembangan profesi.

3. Pengertian
a. Definisi Bidan
Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi
anggota ICM sejak tahun 1956, dengan
demikian seluruh kebijakan dan
pengembangan profesi kebidanan di
Indonesia merujuk dan mempertimbangkan
kebijakan ICM.
Definisi bidan menurut International
Confederation Of Midwives (ICM) yang
dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi
bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan Federation of International
Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi
tersebut secara berkala di review dalam
pertemuan Internasional / Kongres ICM.
Definisi terakhir disusun melalui konggres
ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di
Brisbane Australia ditetapkan sebagai

78
berikut: Bidan adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang
diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan
atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional
yang bertanggung-jawab dan akuntabel,
yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa
persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri
dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup
upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan.

79
Bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga
kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan antenatal
dan persiapan menjadi orang tua serta
dapat meluas pada kesehatan perempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan
pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit
kesehatan lainnya.

b. Pengertian Bidan Indonesia


Dengan memperhatikan aspek sosial
budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,
maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:
seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah
dan organisasi profesi di wilayah Negara

80
Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat
lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional
yang bertanggung-jawab dan akuntabel,
yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa
persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir,
dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan
akses bantuan medis atau bantuan lain yang
sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga

81
kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan antenatal
dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan
pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan
lainnya.

c. Kebidanan/Midwifery
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang
mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong
persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan,
klimakterium dan menopause, bayi baru
lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi
manusia serta memberikan

82
bantuan/dukungan pada perempuan,
keluarga dan komunitasnya.

d. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)


Pelayanan kebidanan adalah bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah
terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

e. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi
dari ilmu kebidanan oleh bidan yang
bersifat otonom, kepada perempuan,
keluarga dan komunitasnya, didasari etika
dan kode etik bidan.

f. Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen Asuhan Kebidanan adalah
pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan

83
metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data,
analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

g. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Adalah penerapan fungsi dan kegiatan
yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, masa
persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta
keluarga berencana.

4. Paradigma Kebidanan

84
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan
keprofesiannya berpegang pada paradigma,
berupa pandangan terhadap manusia/
perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan/ kebidanan dan keturunan.
a. Perempuan
Perempuan sebagimana halnya manusia
adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural
yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan
dasar yang unik, dan bermacam-macam
sesuai dengan tingkat perkembangan.
Perempuan sebagai penerus generasi,
sehingga keberadaan perempuan yang sehat
jasmani, rohani, dan sosial sangat
diperlukan.
Perempuan sebagai sumber daya insani
merupakan pendidik pertama dan utama
dalam keluarga. Kualitas manusia sangat
ditentukan oleh keberadaan/kondisi
perempuan/Ibu dalam keluarga. Para
perempuan di masyarakat adalah penggerak

85
dan pelopor peningkatan kesejahteraan
keluarga.

b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat
dalam interaksi individu pada waktu
melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan
fisik, psikososial, biologis maupun budaya.
Lingkungan psikososial meliputi keluarga,
kelompok, komunitas dan masyarakat. Ibu
selalu terlibat dalam interaksi keluarga,
kelompok, komunitas, dan masyarakat.
Masyarakat merupakan kelompok paling
penting dan kompleks yang telah dibentuk
oleh manusia sebagai lingkungan sosial
yang terdiri dari individu, keluarga dan
komunitas yang mempunyai tujuan dan
sistem nilai.
Perempuan merupakan bagian dari anggota
keluarga dari unit komunitas. Keluarga
yang dalam fungsinya mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia

86
berada. Keluarga dapat menunjang
kebutuhan sehari-hari dan memberikan
dukungan emosional kepada ibu sepanjang
siklus kehidupannya. Keadaan sosial
ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan
lokasi tempat tinggal keluarga sangat
menentukan derajat kesehatan reproduksi
perempuan.

c. Perilaku
Perilaku merupakan hasil seluruh
pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

d. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah
terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

87
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan
keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam
rangka tercapainya keluarga kecil bahagia
dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah
individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan pelayanan
kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1) Layanan Primer ialah layanan
bidan yang sepenuhnya menjadi
anggung jawab bidan.
2) Layanan Kolaborasi adalah
layanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota timyang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau
sebagai salah satu dari sebuah proses
kegiatan pelayanan kesehatan.
3) Layanan Rujukan adalah
layanan yang dilakukan oleh bidan

88
dalam rangka rujukan ke system
layanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam menerima
rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan yang
dilakukan oleh bidan ke tempat/
fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertical atau
meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan ibu serta bayinya.

e. Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor
yang menentukan kualitas manusia.
Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu
yang sehat.

5. Falsafah Kebidanan
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki
keyakinan yang dijadikan panduan dalam

89
memberikan asuhan. Keyakinan tersebut
meliputi :
a. Keyakinan tentang kehamilan dan
persalinan. Hamil dan bersalin merupakan
suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
b. Keyakinan tentang Perempuan.
Setiap perempuan adalah pribadi yang unik
mempunyai hak, kebutuhan, keinginan
masing-masing. Oleh sebab itu perempuan
harus berpartisipasi aktif dalam stiap
asuhan yang diterimanya.
c. Keyakinan fungsi Profesi dan
manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan
adalah mengupayakan kesejahteraan ibu &
bayinya, proses fisiologis harus dihargai,
didukung dan dipertahankan. Bila timbul
penyulit, dapat menggunakan teknologi
tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk
memastikan kesejahteraan perempuan &
janin/bayinya.
d. Keyakinan tentang pemberdayaan
perempuan dan membuat keputusan.

90
Perempuan harus diberdayakan untuk
mengambil keputusan tentang kesehatan
diri dan keluarganya melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) dan
konseling. Pengambila keputusan
merupakan tanggung jawab bersama antara
perempuan, keluarga & pemberi asuhan.
e. Keyakinan tentang tujuan Asuhan.
Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi
kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan
berfokus pada: pencegahan, promosi
kesehatan yang bersifat holistik, diberikan
dg cara yang kreatif & fleksibel, suportif,
peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan
berpusat pada perempuan; asuhan
berkesinambungan, sesuai keinginan &
tidak otoriter serta menghormati pilihan
perempuan .
f. Keyakinan tentang Kolaborasi dan
Kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan
dengan menempatkan perempuan sebagai

91
partner dengan pemahaman holistik
terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan
fisik, psikis, emosional, social, budaya,
spiritual serta pengalaman reproduksinya.
Bidan memiliki otonomi penuh dalam
praktiknya yang berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
g. Sebagai Profesi bidan mempunyai
pandangan hidup Pancasila, seorang
bidan menganut filosofis yang mempunyai
keyakinan didalam dirinya bahwa semua
manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual yang unik merupakan
satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh
dan tidak ada individu yang sama.
h. Bidan berkeyakinan bahwa setiap
individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan
sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
kebudayaan. Setiap individu berhak
menentukan nasib sendiri dan mendapatkan

92
informasi yang cukup dan untuk berperan
disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.
i. Setiap individu berhak untuk
dilahirkan secara sehat, untuk itu maka
setiap wanita usia subur, ibu hamil,
melahirkan dan bayinya berhak mendapat
pelayanan yang berkualitas.
j. Pengalaman melahirkan anak
merupakan tugas perkembangan
keluarga, yang membutuhkan persiapan
sampai anak menginjak masa masa remaja.
k. Keluarga-keluarga yang berada di
suatu wilayah/daerah membentuk
masyarakat kumpulan dan masyarakat
Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan
bangsa Indonesia. Manusia terbentuk
karena adanya interaksi antara manusia dan
budaya dalam lingkungan yang bersifat
dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai
yang terorganisir.

93
6. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya
pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu
dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai
dengan kewenangan atau bantuan lain jika
diperlukan, serta melaksanakan tindakan
kegawat daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada
keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan
pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan
lainnya.

94
7. Kualifikasi Pendidikan
a. Lulusan pendidikan
bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III
kebidanan, merupakan bidan pelaksana,
yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan praktiknya baik di institusi
pelayanan maupun praktik perorangan.

b. Lulusan pendidikan
bidan setingkat Diploma IV/S1 merupakan
bidan professional, yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan praktiknya
baik di institusi pelayanan maupun praktik
perorangan. Mereka dapat berperan sebagai
pemberi layanan, pengelola, dan pendidik.
c. Lulusan pendidikan
bidan setingkat S2 dan S3, merupakan
bidan profesional, yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan praktiknya
baik di institusi pelayanan maupun praktik
perorangan. Mereka dapat berperan sebagai

95
pemberi layanan, pengelola, pendidik,
peneliti, pengembang dan konsultan dalam
pendidikan bidan maupun system/ketata-
laksanaan pelayanan kesehatan secara
universal.

B. STANDAR KOMPETENSI
BIDAN
Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan
pengetahuan dan keterampilan
dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang
membentuk dasar dari asuhan
yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita,
bayi baru lahir dan keluarganya.

Pengetahuan dan Keterampilan Dasar


1. Kebudayaan dasar masyarakat di
Indonesia.

96
2. Keuntungan dan kerugian
praktik kesehatan tradisional dan modern.
3. Sarana tanda bahaya serta
transportasi kegawat-daruratan bagi anggota
masyarakat yang sakit yang membutuhkan
asuhan tambahan.
4. Penyebab langsung maupun
tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan
bayi di masyarakat.
5. Advokasi dan strategi
pemberdayaan wanita dalam mempromosikan
hak-haknya yang diperlukan untuk mencapai
kesehatan yang optimal (kesehatan dalam
memperoleh pelayanan kebidanan).
6. Keuntungan dan resiko dari
tatanan tempat bersalin yang tersedia.
7. Advokasi bagi wanita agar
bersalin dengan aman.
8. Masyarakat keadaan kesehatan
lingkungan, termasuk penyediaan air,
perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan
ancaman umum bagi kesehatan.

97
9. Standar profesi dan praktik
kebidanan.

Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan


1. Epidemiologi, sanitasi, diagnosa
masyarakat dan vital statistik.
2. Infrastruktur kesehatan setempat
dan nasional, serta bagaimana mengakses
sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan
kebidanan.
3. Primary Health Care (PHC)
berbasis di masyarakat dengan menggunakan
promosi kesehatan serta strategi penvegahan
penyakit.
4. Program imunisasi nasional dan
akses untuk pelayanan imunisasi.

Perilaku Profesional Bidan


1. Berpegang teguh pada filosofi,
etika profesi dan aspek legal.

98
2. Bertanggung jawab dan
mempertanggung jawabkan keputusan klinis
yang dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti
perkembangan pengetahuan dan keterampilan
mutakhir.
4. Menggunakan cara pencegahan
universal untuk penyakit, penularan dan
strategis dan pengendalian infeksi.
5. Melakukan konsultasi dan
rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan
kebidanan.
6. Menghargai budaya setempat
sehubungan dengan praktik kesehatan,
kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan,
bayi baru lahir dan anak.
7. Menggunakan model kemitraan
dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu
agar mereka dapat menentukan pilihan yang
telah diinformasikan tentang semua aspek
asuhan, meminta persetujuan secara tertulis

99
supaya mereka bertanggung jawab atas
kesehatannya sendiri.
8. Menggunakan keterampilan
mendengar dan memfasilitasi.
9. Bekerjasama dengan petugas
kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada ibu dan keluarga.
10. Advokasi terhadap pilihan ibu
dalam tatanan pelayanan.

PRA KONSEPSI, KB, DAN GINEKOLOGI


Kompetensi ke-2 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.

Pengetahuan Dasar

100
1. Pertumbuhan dan perkembangan
seksualitas dan aktivitas seksual.
2. Anatomi dan fisiologi pria dan
wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan
reproduksi.
3. Norma dan praktik budaya
dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan
bereproduksi.
4. Komponen riwayat kesehatan,
riwayat keluarga, dan riwayat genetik yang
relevan.
5. Pemeriksaan fisik dan
laboratorium untuk mengevaluasi potensi
kehamilan yang sehat.
6. Berbagai metode alamiah untuk
menjarangkan kehamilan dan metode lain yang
bersifat tradisional yang lazim digunakan.
7. Jenis, indikasi, cara pemberian,
cara pencabutan dan efek samping berbagai
kontrasepsi yang digunakan antara lain pil,
suntik, AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit

101
(AKBK), kondom, tablet vagina dan tisu
vagina.
8. Metode konseling bagi wanita
dalam memilih suatu metode kontrasepsi.
9. Penyuluhan kesehatan mengenai
IMS, HIV/AIDS dan kelangsungan hidup anak.
10. Tanda dan gejala infeksi saluran
kemih dan penyakit menular seksual yang lazim
terjadi.

Pengetahuan Tambahan
1. Faktor-faktor yang menentukan
dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kehamilan yang tidak
diinginkan dan tidak direncanakan.
2. Indikator penyakit akut dan
kronis yang dipengaruhi oleh kondisi geografis,
dan proses rujukan pemeriksaan/pengobatan
lebih lanjut.
3. Indikator dan metode
konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan
interpersonal, termasuk kekerasan dan

102
pelecehan dalam keluarga (seks, fisik dan
emosi).

Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data tentang
riwayat kesehatan yang lengkap.
2. Melakukan pemeriksaan fisik
yang berfokus sesuai dengan kondisi wanita.
3. Menetapkan dan atau
melaksanakan dan menyimpulkan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit
dan analisa urine.
4. Melaksanakan pendidikan
kesehatan dan keterampilan konseling dasar
dengan tepat.
5. Memberikan pelayanan KB
yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya
masyarakat.
6. Melakukan pemeriksaan berkala
akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai
kebutuhan.

103
7. Mendokumentasikan temuan-
temuan dari intervensi yang ditemukan.
8. Melakukan pemasangan AKDR.
9. Melakukan pencabutan AKDR
dengan letak normal.
Keterampilan Tambahan
1. Melakukan pemasangan AKBK.
2. Melakukan pencabutan AKBK
dengan letak normal.

ASUHAN DAN KONSELING SELAMA


KEHAMILAN
Kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal
bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan
selama kehamilan yang meliputi:
deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.

Pengetahuan Dasar
1. Anatomi dan fisiologi tubuh
manusia.

104
2. Siklus menstruasi dan proses
konsepsi.
3. Tumbuh kembang janin dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Tanda-tanda dan gejala
kehamilan.
5. Mendiagnosa kehamilan.
6. Perkembangan normal
kehamilan.
7. Komponen riwayat kesehatan.
8. Komponen pemeriksaan fisik
yang terfokus selama antenatal.
9. Menentukan umur kehamilan
dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau
tinggi fundus uteri.
10. Mengenal tanda dan gejala
anemia ringan dan berat, hyperemesis
gravidarum, kehamilan ektopik terganggu,
abortus imminen, molahydatidosa dan
komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan
letak serta pre eklamsia.

105
11. Nilai Normal dari pemeriksaan
laboratorium seperti Haemaglobin dalam darah,
test gula, protein, acetone dan bakteri dalam
urine.
12. Perkembangan normal dari
kehamilan: perubahan bentuk fisik,
ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan
fundus uteri yang diharapkan.
13. Perubahan psikologis yang
normal dalam kehamilan dan dampak
kehamilan terhadap keluarga.
14. Penyuluhan dalam kehamilan,
perubahan fisik, perawatan buah dada
ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas,
nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil).
15. Kebutuhan nutrisi bagi wanita
hamil dan janin.
16. Penatalaksanaan immunisasi
pada wanita hamil.
17. Pertumbuhan dan perkembangan
janin.

106
18. Persiapan persalinan, kelahiran,
dan menjadi orang tua.
19. Persiapan keadaan dan
rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran
bayi.
20. Tanda-tanda dimulainya
persalinan.
21. Promosi dan dukungan pada ibu
menyusukan.
22. Teknik relaksasi dan strategi
meringankan nyeri pada persiapan persalinan
dan kelahiran.
23. Mendokumentasikan temuan
dan asuhan yang diberikan.
24. Mengurangi ketidaknyamanan
selama masa kehamilan.
25. Penggunaan obat-obat
tradisional ramuan yang aman untuk
mengurangi ketidaknyamanan selama
kehamilan.

107
26. Akibat yang ditimbulkan dari
merokok, penggunaan alkohol, dan obat
terlarang bagi wanita hamil dan janin.
27. Akibat yang
ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu
terhadap kehamilan, misalnya
toxoplasmasmosis.
28. Tanda dan gejala dari
komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa
seperti pre-eklampsia, perdarahan pervaginam,
kelahiran premature, anemia berat.
29. Kesejahteraan janin termasuk
DJJ dan pola aktivitas janin.
30. Resusitasi kardiopulmonary.

Pengetahuan Tambahan
1. Tanda, gejala dan indikasi
rujukan pada komplikasi tertentu dalam
kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi
menular seksual (IMS), diabetes, kelainan
jantung, postmatur/serotinus.

108
2. Akibat dari penyakit akut dan
kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan
janinnya.
Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data riwayat
kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya
pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik
umum secara sistematis dan lengkap.
3. Melaksanakan pemeriksaan
abdomen secara lengkap termasuk pengukuran
tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan
penurunan janin.
4. Melakukan penilaian pelvic,
termasuk ukuran dan struktur tulang panggul.
5. Menilai keadaan janin selama
kehamilan termasuk detak jantung janin dengan
menggunakan fetoscope (Pinrad) dan gerakan
janin dengan palpasi uterus.
6. Menghitung usia kehamilan dan
menentukan perkiraan persalinan.

109
7. Mengkaji status nutrisi ibu
hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan
janin.
8. Mengkaji kenaikan berat badan
ibu dan hubungannya dengan komplikasi
kehamilan.
9. Memberikan penyuluhan pada
klien/keluarga mengenai tanda-tanda berbahaya
serta bagaimana menghubungi bidan.
10. Melakukan penatalaksanaan
kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis
gravidarum tingkat I, abortus imminen dan pre
eklamsia ringan.
11. Menjelaskan dan
mendemontrasikan cara mengurangi
ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam
kehamilan.
12. Memberikan immunisasi pada
ibu hamil.
13. Mengidentifikasi penyimpangan
kehamilan normal dan melakukan penanganan

110
yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas
pelayanan tepat dari :
a. Kekurangan gizi.
b. Pertumbuhan janin yang tidak adekuat:
SGA & LGA.
c. Pre eklamsia berat dan hipertensi.
d. Perdarahan per-vaginam.
e. Kehamilan ganda pada janin kehamilan
aterm.
f. Kelainan letak pada janin kehamilan
aterm.
g. Kematian janin.
h. Adanya adema yang signifikan, sakit
kepala yang hebat, gangguan pandangan,
nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan
darah tinggi.
i. Ketuban pecah sebelum waktu
(KPD=Ketuban Pecah Dini).
j. Persangkaan polyhydramnion.
k. Diabetes melitus.
l. Kelainan congenital pada janin.
m. Hasil laboratorium yang tidak normal.

111
n. Persangkaan polyhydramnion, kelainan
janin.
o. Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS,
vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan
saluran nafas.
14. Memberikan bimbingan dan
persiapan untuk persalinan, kelahiran dan
menjadi orang tua.
15. Memberikan bimbingan dan
penyuluhan mengenai perilaku kesehatan
selama hamil seperti nutrisi, latihan (senam),
keamanan dan berhenti merokok.
16. Penggunaan secara aman
jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia.

Keterampilan Tambahan
1. Menggunakan Doppler untuk
memantau DJJ.
2. Memberikan pengobatan
dan/atau kolaborasi terhadap penyimpangan
dari keadaan normal dengan menggunakan
standar local dan sumber daya yang tersedia.

112
3. Melaksanakan kemampuan
Asuhan Pasca Keguguran.

ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN


KELAHIRAN
Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat
selama persalinan, memimpin
selama persalinan yang bersih
dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru
lahir.

Pengetahuan Dasar
1. Fisiologi persalinan.
2. Anatomi tengkorak janin,
diameter yang penting dan penunjuk.
3. Aspek psikologis dan cultural
pada persalinan dan kelahiran.

113
4. Indikator tanda-tanda mulai
persalinan.
5. Kemajuan persalinan normal
dan penggunaan partograf atau alat serupa.
6. Penilaian kesejahteraan janin
dalam masa persalinan.
7. Penilaian kesejahteraan ibu
dalam masa persalinan.
8. Proses penurunan janinmelalui
pelvic selama persalinan dan kelahiran.
9. Pengelolaan dan
penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan
normal dan ganda.
10. Pemberian kenyamanan dalam
persalinan, seperti: kehadiran keluarga
pendamping, pengaturan posisi, hidrasi,
dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat.
11. Transisi bayi baru lahir terhadap
kehidupan diluar uterus.
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi
baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan
memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.

114
13. Pentingnya pemenuhan
kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika
memungkinkan antara lain kontak kulit
langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya
bila dimungkinkan.
14. Mendukung dan meningkatkan
pemberian ASI eksklusif.
15. Manajemen fisiologi kala III.
16. Memberikan suntikan intra
muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan
sedatif.
17. Indikasi tindakan kedaruratan
kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia
neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena
atonia uteri dan mengatasi renjatan.
18. Indikasi tindakan operatif pada
persalinan misalnya gawat janin, CPD.
19. Indikator komplikasi
persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan
presentasi, eklamsia kelelahan ibu, gawat janin,
infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi,

115
distosia karena inersia uteri primer, post term
dan pre term serta tali pusat menumbung.
20. Prinsip manajemen kala III
secara fisiologis.
21. Prinsip manajemen aktif kala III.

Pengetahuan Tambahan
1. Penatalaksanaan persalinan
dengan malpresentasi.
2. Pemberian suntikan anestesi
lokal.
3. Akselerasi dan induksi
persalinan.

Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data yang
terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-
tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik
yang terfokus.

116
3. Melakukan pemeriksaan
abdomen secara lengkap untuk posisi dan
penurunan janin.
4. Mencatat waktu dan mengkaji
kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
5. Melakukan pemeriksaan
panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap
dan akurat meliputi pembukaan, penurunan,
bagian terendah, presentasi, posisi keadaan
ketuban, dan proporsi panggul dengan bayi.
6. Melakukan pemantauan
kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograph.
7. Memberikan dukungan
psikologis bagi wanita dan keluarganya.
8. Memberikan cairan, nutrisi dan
kenyamanan yang kuat selama persalinan.
9. Mengidentifikasi secara dini
kemungkinan pola persalinan abnormal dan
kegawat daruratan dengan intervensi yang
sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat
waktu.

117
10. Melakukan amniotomi pada
pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai
dengan indikasi.
11. Menolong kelahiran bayi dengan
lilitan tali pusat.
12. Melakukan episiotomi dan
penjahitan, jika diperlukan.
13. Melaksanakan manajemen
fisiologi kala III.
14. Melaksanakan manajemen aktif
kala III.
15. Memberikan suntikan intra
muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan
sedatif.
16. Memasang infus, mengambil
darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan
hematokrit (HT).
17. Menahan uterus untuk
mnecegah terjadinya inverse uteri dalam kala
III.
18. Memeriksa kelengkapan
plasenta dan selaputnya.

118
19. Memperkirakan jumlah darah
yang keluar pada persalinan dengan benar.
20. Memeriksa robekan vagina,
serviks dan perineum.
21. Menjahit robekan vagina dan
perineum tingkat II.
22. Memberikan pertolongan
persalinan abnormal : letak sungsang, partus
macet kepada di dasar panggul, ketuban pecah
dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
23. Melakukan pengeluaran,
plasenta secara manual.
24. Mengelola perdarahan post
partum.
25. Memindahkan ibu untuk
tindakan tambahan/kegawatdaruratan dengan
tepat waktu sesuai indikasi.
26. Memberikan lingkungan yang
aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan
tali kasih ibu dan bayi baru lahir.

119
27. Memfasilitasi ibu untuk
menyusui sesegera mungkin dan mendukung
ASI eksklusif.
28. Mendokumentasikan temuan-
temuan yang penting dan intervensi yang
dilakukan.

Keterampilan Tambahan
1. Menolong kelahiran presentasi
muka dengan penempatan dan gerakan tangan
yang tepat.
2. Memberikan suntikan anestesi
lokal jika diperlukan.
3. Melakukan ekstraksi forcep
rendah dan vacum jika diperlukan sesuai
kewenangan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola
malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan
kematian janin dalam kandungan (IUFD)
dengan tepat.
5. Mengidentifikasi dan mengelola
tali pusat menumbung.

120
6. Mengidentifikasi dan menjahit
robekan serviks.
7. Membuat resep dan atau
memberikan obat-obatan untuk mengurangi
nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.
8. Memberikan oksitosin dengan
tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan
dan penanganan perdarahan post partum.

ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI


Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada
ibu nifas dan mneyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.

Pengetahuan Dasar
1. Fisiologis nifas.
2. Proses involusi dan
penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
3. Proses laktasi/menyusui dan
teknik menyusui yang benar serta

121
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk
pembengkakan payudara, abses, masitis, putting
susu lecet, putting susu masuk.
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan
istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis
lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru
lahir.
6. Adaptasi psikologis ibu sesudah
bersalin dan abortus.
7. “Bonding & Atacchment” orang
tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan
hubungan positif.
8. Indikator subinvolusi: misalnya
perdarahan yang terus-menerus, infeksi.
9. Indikator masalah-masalah
laktasi.
10. Tanda dan gejala yang
mengancam kehidupan misalnya perdarahan
pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan
(syok) dan pre-eklamsia post partum.

122
11. Indikator pada komplikasi
tertentu dalam periode post partum, seperti
anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine
dan incontinetia alvi.
12. Kebutuhan asuhan dan
konseling selama dan konseling selama dan
sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi
abortus.

Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data tentang
riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk
keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan
dan kelahiran.
2. Melakukan pemeriksaan fisik
yang terfokus pada ibu.
3. Pengkajian involusi uterus serta
penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
4. Merumuskan diagnosa masa
nifas.
5. Menyusun perencanaan.

123
6. Memulai dan mendukung
pemberian ASI eksklusif.
7. Melaksanakan pendidikan
kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri
sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru
lahir.
8. Mengidentifikasi hematoma
vulva dan melaksanakan rujukan bilamana
perlu.
9. Mengidentifikasi infeksi pada
ibu, mengobati sesuai kewenangan atau
merujuk untuk tindakan yang sesuai.
10. Penatalaksanaan ibu post partum
abnormal: sisa plasenta, renjatan dan infeksi
ringan.
11. Melakukan konseling pada ibu
tentang seksualitas dan KB pasca persalinan.
12. Melakukan konseling dan
memberikan dukungan untuk wanita pasca
persalinan.
13. Melakukan kolaborasi atau
rujukan pada komplikasi tertentu.

124
14. Memberikan antibiotika yang
sesuai.
15. Mencatat dan
mendokumentasikan temuan-temuan dan
intervensi yang dilakukan.

Keterampilan Tambahan
1. Melakukan insisi pada
hematoma vulva.
ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, komperhensif
pada bayi baru lahir sehat
sampai dengan 1 bulan.

Pengetahuan Dasar
1. Adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan di luar uterus.
2. Kebutuhan dasar bayi baru lahir:
kebersihan jalan napas, perawatan tali pusat,
kehangatan, nutrisi, “bonding & attachment”.

125
3. Indikator pengkajian bayi baru
lahir, misalnya dari APGAR.
4. Penampilan dan perilaku bayi
baru lahir.
5. Tumbuh kembang yang normal
pada bayi baru lahir selama 1 bulan.
6. Memberikan immunisasi pada
bayi.
7. Masalah yang lazim terjadi pada
bayi baru lahir normal seperti: caput, molding,
mongolian spot, hemangioma.
8. Komplikasi yang lazim terjadi
pada bayi baru lahir normal seperti:
hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan
infeksi, ikterus.
9. Promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit pada bayi baru lahir
sampai 1 bulan.
10. Keuntungan dan resiko
immunisasi pada bayi.
11. Pertumbuhan dan perkembangan
bayi premature.

126
12. Komplikasi tertentu pada bayi
baru lahir, seperti trauma intra-cranial, fraktur
clavicula, kematian mendadak, hematoma.

Keterampilan Dasar
1. Membersihkan jalan nafas dan
memelihara kelancaran pernafasan, dan
merawat tali pusat.
2. Menjaga kehangatan dan
menghindari panas yang berlebihan.
3. Menilai segera bayi baru lahir
seperti nilai APGAR.
4. Membersihkan badan bayi dan
memberikan identitas.
5. Melakukan pemeriksaan fisik
yang terfokus pada bayi baru lahir dan
screening untuk menemukan adanya tanda
kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang
tidak memungkinkan untuk hidup.
6. Mengatur posisi bayi pada
waktu menyusu.

127
7. Memberikan immunisasi pada
bayi.
8. Mengajarkan pada orang tua
tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus
membawa bayi untuk minta pertolongan medik.
9. Melakukan tindakan
pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir, seperti: kesulitan bernafas/asphyksia,
hypotermia, hypoglycemi.
10. Memindahkan secara aman bayi
baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila
dimungkinkan.
11. Mendokumentasikan temuan-
temuan dan intervensi yang dilakukan.

Keterampilan Tambahan
1. Melakukan penilaian masa
gestasi.
2. Mengajarkan pada orang tua
tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang normal dan asuhannya.

128
3. Membantu orang tua dan
keluarga untuk memperoleh sumber daya yang
tersedia di masyarakat.
4. Memberikan dukungan kepada
orang tua selama masa berduka cita sebagai
akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran,
atau kematian bayi.
5. Memberikan dukungan kepada
orang tua selama bayinya dalam perjalanan
rujukan diakibatkan ke fasilitas perawatan
kegawatdaruratan.
6. Memberikan dukungan kepada
orang tua dengan kelahiran ganda.

ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA


Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, komperhensif
pada bayi dan balita sehat (1
bulan-5 tahun).

Pengetahuan Dasar

129
1. Keadaan kesehatan bayi dan
anak di Indonesia, meliputi: angka kesakitan,
angka kematian, penyebab kesakitan dan
kematian.
2. Peran dan tanggung jawab orang
tua dalam pemeliharaan bayi dan anak.
3. Pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Kebutuhan fisik dan psikososial
anak.
5. Prinsip dan standar nutrisi pada
bayi dan anak. Prinsip-prinsip komunikasi pada
bayi dan anak.
6. Prinsip keselamatan untuk bayi
dan anak.
7. Upaya pencegahan penyakit
pada bayi dan anak misalnya pemberian
immunisasi.
8. Masalah-masalah yang lazim
terjadi pada bayi normal seperti:

130
gumoh/regurgitasi, diaper rash dll serta
penatalaksanaannya.
9. Penyakit-penyakit yang sering
terjadi pada bayi dan anak.
10. Penyimpangan tumbuh kembang
bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
11. Bahaya-bahaya yang sering
terjadi pada bayi dan anak di dalam dan luar
rumah serta upaya pencegahannya.
12. Kegawat daruratan pada bayi
dan anak serta penatalaksanaannya.

Keterampilan Dasar
1. Melaksanakan pemantauan dan
menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak.
2. Melaksanakan penyuluhan pada
orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya
pada bayi dan anak sesuai dengan usia.
3. Melaksanakan pemberian
immunisasi pada bayi dan anak.

131
4. Mengumpulkan data tentang
riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang
terfokus pada gejala.
5. Melakukan pemeriksaan fisik
yang berfokus.
6. Mengidentifikasi penyakit
berdasarkan data dan pemeriksaan fisik.
7. Melakukan pengobatan sesuai
kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan
cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan
anak.
8. Menjelaskan kepada orang tua
tentang tindakan yang dilakukan.
9. Melakukan pemeriksaan secara
berkala pda bayi dan anak sesuai dengan standar
yang berlaku.
10. Melaksanakan penyuluhan pada
orang tua tentang pemeliharaan bayi.
11. Tepat sesuai keadaan bayi dan
anak yang mengalami cidera dari kecelakaan.
12. Mendokumentasikan temuan-
temuan dan intervensi yang dilakukan.

132
KEBIDANAN KOMUNITAS
Kompetensi ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi dan komperhensif
pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan
budaya setempat.

Pengetahuan Dasar
1. Konsep dan sasaran kebidanan
komunitas.
2. Masalah kebidanan komunitas.
3. Pendekatan asuhan kebidanan
pada keluarga, kelompok dari masyarakat.
4. Strategi pelayanan kebidanan
komunitas.
5. Ruang lingkup pelayanan
kebidanan komunitas.
6. Upaya peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam
keluarga dan masyarakat.

133
7. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
8. Sistem pelayanan kesehatan ibu
dan anak.

Pengetahuan Tambahan
1. Kepemimpinan untuk semua
(kesuma).
2. Pemasaran sosial.
3. Peran serta masyarakat (PSM).
4. Audit maternal perinatal.
5. Perilaku kesehatan masyarakat.
6. Program-program pemerintah
yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak.

Keterampilan Dasar
1. Melakukan pengelolaan
pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita
dan KB di masyarakat.
2. Mengidentifikasi status
kesehatan ibu dan anak.

134
3. Melakukan pertolongan
persalinan di rumah dan polindes.
4. Mengelola pondok bersalin desa
(polindes).
5. Melaksanakan kunjungan rumah
pada ibu hamil, nifas dan laktasi bayi dan balita.
6. Melakukan penggerakan dan
pembinaan peran serta masyarakat untuk
mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan
anak.
7. Melaksanakan penyuluhan dan
konseling kesehatan.
8. Melaksanakan pencatatan dan
pelaporan.

Keterampilan Tambahan
1. Melakukan pemantauan KIA
dengan menggunakan PWS KIA.
2. Melaksanakan pelatihan dan
pembinaan dukun bayi.
3. Mengelola dan memberikan
obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.

135
4. Menggunakan teknologi
kebidanan tepat guna.

ASUHAN PADA IBU/WANITA DENGAN


GANGGUAN REPRODUKSI
Kompetensi ke-9 : Melaksanakan asuhan kebidanan
pada wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.

Pengetahuan Dasar
1. Penyuluhan kesehatan mengenai
kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual
(PMS), HIV/AIDS.
2. Tanda dan gejala infeksi saluran
kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
3. Tanda, gejala, dan
penatalaksanaan pada kelainan ginekologi
meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur
dan penundaan haid.

Keterampilan Dasar

136
1. Mengidentifikasi gangguan
masalah dan kelainan-kelainan sistem
reproduksi.
2. Memberikan pengobatan pada
perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila
belum sempurna).
3. Melaksanakan kolaborasi dan
atau rujukan secara tepat ada wanita/ibu dengan
gangguan system reproduksi.
4. Memberikan pelayanan dan
pengobatan sesuai dengan kewenangan pada
gangguan system reproduksi meliputi:
keputihan, perdarahan tidak teratur dan
penundaan haid.
5. Mikroskop dan penggunaannya.
6. Teknik pengambilan dan
pengiriman sediaan pap smear.

Keterampilan Tambahan
1. Menggunakan mikroskop untuk
pemeriksaan hapusan vagina.

137
2. Mengambil dan proses
pengiriman sediaan pap smear.

STANDAR PENDIDIKAN BIDAN

STANDAR I : LEMBAGA PENDIDIKAN


Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu
institusi pendidikan tinggi.
Definisi Operasional :
Penyelenggara pendidikan kebidanan adalah institusi
pendidikan tinggi baik pemerintah maupun swasta sesuai
dengan kaidah-kaidah yang tercantum pada sistim
pendidikan nasional.

STANDAR II : FALSAFAH
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai falsafah
yang mencerminkan visi misi dari institusi yang
tercermin pada kurikulum.
Definisi Operasional :

138
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai-
nilai mengenai pendidikan kebidanan dan pelayanan
kebidanan.
2. Penyelenggaraan pendidikan mengacu
pada sistim pendidikan nasional Indonesia.

STANDAR III : ORGANISASI


Organisasi lembaga pendidikan kebidanan konsisten
dengan struktur administrasi dari pendidikan tinggi dan
secara jelas menggambarkan jalur-jalur hubungan
keorganisasian, tanggung jawab dan garis kerjasama.
Definisi Operasional :
a. Struktur organisasi pendidikan kebidanan
mengacu pada sistem pendidikan nasional.
b. Ada kejelasan tentang tata hubungan
kerja.
c. Ada uraian tugas untuk masing-masing
komponen pada organisasi.

STANDAR IV : SUMBER DAYA PENDIDIKAN

139
Sumber daya manusia, finansial dan material dari
lembaga pendidikan kebidanan memenuhi persyaratan
dalam kualitas maupun kuantitas untuk memperlancar
proses pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Dukungan administrasi tercermin pada anggaran dan
sumber-sumber untuk program.
2. Sumber daya teknologi dan lahan praktik
cukup dan memenuhi persyaratan untuk mencapai
tujuan program.
3. Persiapan tenaga pendidik dan
kependidikan mengacu pada undang-undang sistem
pendidikan nasional dan peraturan yang berlaku.
4. Peran dan tanggung jawab tenaga
pendidik dan kependidikan mengacu pada undang-
undang dan peraturan yang berlaku.

STANDAR V : POLA PENDIDIKAN


KEBIDANAN
Pola pendidikan kebidanan mengacu kepada undang-
undang sistem pendidikan nasional, yang terdiri dari :
1. Jalur pendidikan vokasi

140
2. Jalur pendidikan akademik
3. Jalur pendidikan profesi
Definisi Operasional :
Pendidikan kebidanan terdiri dari pendidikan diploma,
pendidikan sarjana, pendidikan profesi dan pendidikan
pasca sarjana.

STANDAR VI : KURIKULUM
Penyelenggaraan pendidikan menggunakan kurikulum
nasional yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang
dan organisai profesi serta dikembangkan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi dan mengacu pada
falsafah dan misi dari lembaga pendidikan kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada
kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan
nasional dan organisasi profesi serta
2. Dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi dan mengacu pada falsafah dan misi
dari lembaga pendidikan kebidanan. Dalam

141
pelaksanaan pendidikan kurikulum dikembangkan
sesuai dengan falsafah dan visi dari institusi
pendidikan kebidanan.

STANDAR VII : TUJUAN PENDIDIKAN


Tujuan dan desain kurikulum pendidikan kebidanan
mencerminkan falsafah pendidikan kebidanan dan
mempersiapkan perkembangan setiap mahasiswa yang
berpotensi khusus.
Definisi Operasional :
1. Tujuan pendidikan merupakan dasar bagi
pengembangan kurikulum pendidikan, pengalaman
belajar dan evaluasi.
2. Tujuan pendidikan selaras dengan perilaku akhir
yang ditetapkan.
3. Kurikulum meliputi kelompok ilmu dasar (alam,
sosial, perilaku, humaniora), ilmu biomedik, ilmu
kesehatan, dan ilmu kebidanan.
4. Kurikulum mencerminkan kebutuhan pelayanan
kebidanan dan kesehatan masyarakat .

142
5. Kurikulum direncanakan sesuai dengan standar
praktik kebidanan.
6. Kurikulum kebidanan menumbuhkan
profesionalisme sikap etis, kepemimpinan dan
manajemen.
7. Isi kurikulum dikembangkan sesuai perkembangan
teknologi mutakhir.

STANDAR VIII : EVALUASI PENDIDIKAN


Organisasi profesi ikut serta dalam program evaluasi
pendidikan baik internal maupun eksternal.
Definisi Operasional :
1. Organisasi profesi merupakan bagian dari badan
akreditasi yang berwenang.
2. Dalam proses evaluasi, organisasi profesi
menggunakan institusi pelayanan atau yang terkait
dengan lahan praktik kebidanan yang telah diakui
oleh pihak yang berwenang.

STANDAR IX : LULUSAN

143
Lulusan pendidikan bidan mengemban tanggung jawab
profesional sesuai dengan tingkat pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Lulusan pendidikan bidan
sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan,
merupakan bidan pelaksana, yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di
institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
2. Lulusan pendidikan bidan
setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan
professional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan
maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan
sebagai pemberi layanan, pengelola, dan pendidik.
3. Lulusan pendidikan bidan
setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
praktiknya baik di institusi pelayanan maupun
praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai
pemberi layanan, pengelola, pendidik, peneliti,
pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan

144
maupun system/ketata-laksanaan pelayanan
kesehatan secara universal.
4. Lulusan program kebidanan,
tingkat master dan doktor melakukan praktik
kebidanan lanjut, penelitian, pengembangan,
konsultan pendidikan dan ketatalaksanaan pelayanan.
5. Lulusan wajib berperan aktif
dan ikut serta dalam penentuan kebijakan dalam
bidang kesehatan.
6. Lulusan berperan aktif dalam
merancang dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebagai tanggapan terhadap perkembangan
masyarakat.

STANDAR PENDIDIKAN BERKELANJUTAN


BIDAN
STANDAR I : ORGANISASI
Peyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan Bidan berada
di bawah organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada
tingkat Pengurus Pusat (PP-IBI), Pengurus Daerah (PD-
IBI)dan Pengurus Cabang (PC -IBI)
Definisi Operasional :

145
1. Pendidikan berkelanjutan untuk
bidan, terdapat dalam organisasi profesi IBI.
2. Keberadaan pendidikan
berkelanjutan bidan dalam organisasi profesi IBI,
disahkan oleh PP-IBI/PD-IBI/PC-IBI.

STANDAR II : FALSAFAH
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai
falsafah yang selaras dengan falsafah organisasi profesi
IBI yang terermin visi, misi dan tujuan.
Definisi Operasional :
1. Bidan harus mengembangkan
diri dan belajar sepanjang hidupnya.
2. Pendidikan berkelanjutan
merupakan kebutuhan untuk meningkatkan
kemampuan bidan .

146
3. Melalui penelitian dalam
Pendidikan Berkelanjutan akan memperkaya Body of
Knowledge ilmu kebidanan.

STANDAR III : SUMBER DAYA PENDIDIKAN


Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai
sumber daya manusia, finansial dan material untuk
memperlancar proses pendidikan berkelanjutan.
Definisi Operasional :
1. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi
kualifikasi dan mampu melaksanakan/mengelola
pendidikan berkelanjutan.
2. Ada sumber finansial yang menjamin
terselenggaranya program.

STANDAR IV : PROGRAM PENDIDIKAN DAN


PELATIHAN
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki program
pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan sesuai
dengan kebutuhan dan pengembangan.
Definisi Operasional :

147
1. Program Pendidikan Berkelanjutan bidan
berdasarkan hasil pengkajian kelayakan.
2. Ada program yang sesuai dengan hasil
pengkajian kelayakan.
3. Program tersebut disahkan/ terakreditasi
organisasi IBI (PP/PD/PC), yang di buktikan dengan
adanya sertifikat.

STANDAR V : FASILITAS
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas
pembelajaran yang sesuai dengan standar.

Definisi Operasional :
1. Tersedia fasilitas pembelajaran yang terakreditasi
2. Tersedia fasilitas pembelajaran sesuai
perkembangan ilmu dan tehnologi.

STANDAR VI : DOKUMEN
PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN

148
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan bidan
perlu pendokumentasian
Definisi Operasional :
1. Ada dokumentasi pelaksanaan pendidikan, pelatihan
dan pengembangan.
2. Ada laporan pelaksanaan pendidikan, pelatihan
dan pengembangan.
3. Ada laporan evaluasi pendidikan, pelatihan dan
pengembangan.
4. Ada rencana tindak lanjut yang jelas.

STANDAR VII : PENGENDALIAN MUTU


Pendidika berkelanjutan bidan melaksanakan
pengendalian mutu pendidikan, pelatihan dan
pengembangan.
Definisi Operasional :
1. Ada program peningkatan mutu pendidikan,
pelatihan dan pengembangan.
2. Ada penilaian mutu proses pendidikan,
pelatihan dan pengembangan

149
3. Ada penilaian mutu pendidikan, pelatihan
dan pengembangan.
4. Ada umpan balik tentang penilaian mutu.
5. Ada tindak lanjut dari penilaian mutu.

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN
Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan filosofi
bidan.
Definisi Operasional :
1. Dalam menjalankan perannya bidan memiliki
keyakinan yang dijadikan panduan dalam
memberikan asuhan
2. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan
dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada
promosi persalinan normal, pencegahan penyakit,
pencegahan cacad pada ibu dab bayi, promosi
kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan
cara yang kreatif, fleksibel, suportif, peduli,
bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada
perempuan. Asuhan berkesinambungan, sesuai

150
keinginan klien dan tidak otoriter serta menghormati
pilihan perempuan.

STANDAR II : ADMINISTRASI DAN


PENGELOLAAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman
pengelolaan, standar pelayanan dan prosedur tetap.
Pengelolaan pelayanan yang kondusif, menjamin praktik
pelayanan kebidanan yang akurat.
Definisi Operasional :
1. Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang
mencerminkan mekanisme kerja di unit pelayanan
tersebut yang disahkan oleh pimpinan.
2. Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada
pedoman standar alat, standar ruangan, standar
ketenagaan yang telah tindakan di sahkan oleh
pimpinan.
3. Ada standar prosedur tetap untuk setiap jenis
kegiatan/ kebidanan yang di sahkan oleh pimpinan.
4. Ada rencana/program kerja disetiap institusi
pengelolaan yang mengacu ke institusi induk.

151
5. Ada bukti tertulis terselenggaranya pertemuan
berkala secara teratur, dilengkapi dengan daftar hadir
dan notulen rapat.
6. Ada naskah kerjasama, program praktik dari institusi
yang menggunakan lahan praktik, program
pengajaran dan penilaian klinik.
7. Ada bukti administrasi.

STANDAR III : STAF DAN PIMPINAN


Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program
pengeloaan sumber daya manusia, agar pelayanan
kebidanan berjalan efektif dan efisien.

Definisi Operasional :
1. Tersedia SDM sesuai dengan kebutuhan baik
kualifikasi maupun jumlah.
2. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian.
3. Ada jadwal dinas sesuai dengan tanggung jawab dan
uraian kerja.
4. Ada jadwal bidan pengganti dengan peran fungsi
yang jelas.

152
5. Ada data personil yang bertugas di ruangan tersebut.

STANDAR IV : FASILITAS DAN PERALATAN


Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung
pencapaian tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan
beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan.
Definisi Operasional :
1. Tersedia sarana dan peralatan untuk mencapai tujuan
pelayanan kebidanan sesuai standar.
2. Tersedianya peralatan yang sesuai dalam jumlah dan
kualitas.
3. Ada sertifikasi untuk penggunaan alat-alat tertentu.
4. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.

STANDAR V : KEBIJAKAN DAN PROSEDUR


Pengelola pelayanan kebidanan memiliki kebijakan
penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personil
menuju pelayanan yang berkualitas.
Definisi Operasional :
1. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan
dan standar pelayanan yang disahkan oleh pimpinan.
2. Ada prosedur rekrutment tenaga yang jelas.

153
3. Ada regulasi internal sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk mengatur hak dan kewajiban personil.
4. Ada kebijakan dan prosedur pembinaan personal.

STANDAR VI : PENGEMBANGAN STAF DAN


PROGRAM PENDIDIKAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program
pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
Definisi Operasional :
1. Ada program pembinaan staf dan program
pendidikan secara berkesinambungan.
2. Ada program orientasi dan pelatihan bagi tenaga
bidan/personil baru dan lama agar dapat beradaptasi
dengan pekerjaan.
3. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan
evaluasi hasil pelatihan.

154
STANDAR VII : STANDAR ASUHAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar
asuhan/manajemen kebidanan yang diterapkan sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Definisi Operasional :
1. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan
(SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
2. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat
pada catatan medik.
3. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
4. Ada diagnosa kebidanan.
5. Ada rencana asuhan kebidanan.
6. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
7. Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan
kebidanan.
8. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
9. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen
kebidanan.

155
STANDAR VIII : EVALUASI DAN
PENGENDALIAN MUTU
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan
pelaksanaan dalam evaluasi dan pengendalian mutu
pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Definisi Operasional :
1. Ada program atau rencana tertulis peningkatan mutu
pelayanan kebidanan.
2. Ada program atau rencana tertulis untuk melakukan
penilaian terhadap standar asuhan kebidanan.
3. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari
kegiatan pengendalian mutu asuhan dan pelayanan
kebidanan.
4. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi
pelayanan dan rencana tindak lanjut.
5. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan
secara teratur kepada semua staf pelayanan
kebidanan

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN

156
STANDAR I : METODE ASUHAN
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode
manajemen kebidanan dengan langkah: Pengumpulan
data dan analisis data, penegakan diagnosa perencanaan
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Definisi Operasional :
1. Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam
catatan asuhan kebidanan.
2. Format manajemen asuhan kebidanan terdiri dari:
format pengumpulan data, rencana asuhan, catatan
implementasi, catatan perkembangan, tindakan,
evaluasi, kesimpulan dan tindak lanjut kegiatan lain.

STANDAR II : PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data
yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional :
Ada format pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus,
yang meliputi data :
1. Demografi identitas klien

157
2. Riwayat penyakit terdahulu
3. Riwayat kesehatan reproduksi :
 Riwayat haid
 Riwayat bedah organ reproduksi
 Riwayat kehamilan dan persalinan
 Pengaturan kesuburan
 Faktor kongenital/keturunan yang terkait
4. Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan
reproduksi
5. Analisis data

STANDAR III : DIAGNOSA KEBIDANAN


Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis
data yang telah dikumpulkan.

Definisi Operasional :
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil
analisa data.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan secara
sistematis.

158
STANDAR IV : RENCANA ASUHAN
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Ada format rencana asuhan kebidanan.
2. Format rencana asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa, berisi rencana tindakan,
evaluasi dan tindakan.

STANDAR V : TINDAKAN
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan diagnosa,
rencana dan perkembangan keadaan klien.
Definisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan perkembangan klien.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau
hasil kolaborasi.

159
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan
menerapkan etika dan kode etik kebidanan.
5. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada
format yang telah tersedia.

STANDAR VI : PARTISIPASI KLIEN


Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :
1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
 Status kesehatan saat ini
 Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
 Peranan klien/keluarga dalam tindakan
kebidanan
 Peranan petugas kesehatan dalam
tindakan kebidanan
 Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
2. Klien dan keluarga dilibatkan dalam
menentukan pilihan dan mengambil keputusan dalam
asuhan.

160
3. Pasien dan keluarga diberdayakan dalam
terlaksananya rencana asuhan klien

STANDAR VII : PENGAWASAN


Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus
menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan
klien.
Definisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus
dan sistimatis untuk mengetahui perkembangan
klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan dicatat dan
dievaluasi.

STANDAR VIII : EVALUASI


Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus
sesuai dengan tindakan kebidanan dan rencana yang
telah dirumuskan.
Definisi Operasional :

161
1. Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan
asuhan sesuai standar.
2. Hasil evaluasi dicatat pada format yang
telah disediakan.

STANDAR IX : DOKUMENTASI
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan
standar dokumentasi asuhan kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan
asuhan kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara
sistimatis, tepat, dan jelas.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari
pelaksanaan asuhan kebidanan.

C. KODE ETIK BIDAN INDONESIA


1. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang
bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan

162
komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi.

2. Kode Etik Bidan Indonesia


a. Kewajiban bidan terhadap klien dan
masyarakat.
1) Setiap bidan senantiasa
menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan
tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang
utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan
tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.

163
4) Setiap bidan dalam menjalankan
tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan nilai-
nilai yang dianut oleh klien.
5) Setiap bidan dalam menjalankan
tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluaraga dan
masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa
menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya
dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan
derajart kesehatannya secara optimal.

b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya


1) Setiap bidan senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya

164
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.
2) Setiap bidan berkewajiaban
memberikan pertolongan sesuai dengan
kewenangan dalam mengambil
keputusan termasuk mengadakan
konsultasi dan/atau rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin
kerahasiaan keterangan yang didapat
dan/atau dipercayakan kepadanya,
kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien

c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan


tenaga kesehatan lainnya.
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan
dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan
tugasnya harus saling menghormati

165
baik terhadap sejawatnya maupun
tenaga kesehatan lainnya.

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya


1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik
dan menjunjung tinggi citra profesi
dengan menampilkan kepribadian yang
bermartabat dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
2) Setiap bidan wajib senantiasa
mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta
dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan
mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

166
1) Setiap bidan wajib memelihara
kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan wajib meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan wajib memelihara
kepribadian dan penampilan diri.

f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah,


nusa, bangsa dan tanah air
1) Setiap bidan dalam menjalankan
tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayananan Kesehatan Reproduksi,
Keluarga Berencana dan Kesehatan
Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya
berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikiran kepada pemerintah untuk

167
meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga.

D. PENUTUP
Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang
bekerja untuk pelayanan masyarakat dan berfokus
pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga
Berencana, kesehatan bayi dan anak balita, serta
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Standar Profesi ini terdiri dari Standar
Kompetensi Bidan Indonesia, Standar Pendidikan,
Standar Pelayanan Kebidanan, dan Kode Etik
Profesi.
Standar profesi ini, wajib dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan
amanat profesi kebidanan.

168
BAB V
PENGEMBANGAN TUJUAN PEMBELAJARAN

5.1 Tujuan Umum/Aims


Secara filosofis tujuan pendidikan sama dengan
tujuan hidup. Pentingnya tujuan dalam proses
pendidikan sama hal pentingnya pendidikan dalam
proses kehidupan. Mungkin tidak ada tujuan
pendidikan bagi orang yang tidak memiliki tujuan
hidup. Tanpa adanya tujuan yang jelas seperti
dikatakan Davies (1976:73) semua perencanaan itu
bagaikan mimpi yang tak mungkin dilakukan.
Tujuan pendidikan menggambarkan tentang
idealisme, cita-cita keadaan individu atau
masyarakat yang dikehendaki. Karenanya tujuan
merupakan salah satu hal yang penting dalam
kegiatan pendidikan, sebab tidak saja memberikan
arah kemana harus dituju, tetapi juga memberikan
arah ketentuan yang pasti dalam memilih materi,

169
metode, alat/media, evaluasi dalam kegiatan yang
dilakukan.
Dengan sebuah rumusan tujuan pendidikan,
maka proses pendidikan akan dengan mudah
dinilai/diukur tingkat kebehasilannya. Keberhasilan
pendidikan akan dengan mudah dan cepat dapat
dilihat dari segi pecapai tujuan. Dengan tujuan juga
mempermudah menyusun/menetapkan materi,
metode dan alat atau media yang digunakan dalam
proses pendidikan.

Konsep Tujuan Pendidikan


Menurut Zais (1976:439) komponen kurikulum adalah :

Aims,
Goals,Objective
s

Content Learning
Aktivitie
s

Evaluasi
170
Tujuan adalah merupakan komponen utama yang
harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
Zais (1976:297) menegaskan bahwa sebagai komponen
dalam kurikulum, tujuan merupakan bagian yang paling
sensitif, sebab tujuan bukan hanya akan mempengaruhi
bentuk kurikulum tetapi juga secara langsung merupakan
fokus dari suatu program pendidikan.
Dalam beberapa literatur pendidikan/kurikulum
memakai beberapa istilah tujuan seperti purposes, aims,
goals dan objectives untuk menunjukkan harapan
pendidikan. Oliva menggunakan beberapa istilah seperti
“out come, aim, end, purpose, function, goal dan
objective”. Meskipun istilah-istilah ini dalam bahasa
umum mempunyai persamaan, tetapi dalam bahasa
pendidikan mempunyai perbedaan yang bermakna. Out
come mengarah kepada harapan akhir secara umum.
Sedangkan “aims” sama dengan “end”, purpose, function
dan univesal goal”.
Tujuan pendidikan ini sangat luas. Biasanya
merupakan pernyataan tujuan pendidikan umum, yang

171
dapat dipakai sebagai petunjuk pendidikan seluruh
negara tersebut.
Beberapa istilah tujuan yang menggambarkan pada
tingkat yang berbeda-beda, seperti: Aims yang
menunjukkan arah umum pendidikan. Secara ideal, aims
merefleksikan suatu tingkat tujuan pendidikan
berdasarkan pemikiran filosofis dan psikologis
masyarakat (Miller dan Seller, 1985: 175 dalam
Mohammad Ansyar 1989: 93). Dengan perkataan lain
aims adalah statemen tentang hasil kehidupan yang
diharapkan (expected life outcomes) berdasarkan skema
nilai filsafat hidup (Boudy, 1971:13). Menurut Zais,
(1976:298) aims untuk tujuan pendidikan jangka panjang
yang digali dari nilai-nilai filsafat suatu Bangsa.
Zais menjelaskan tujuan kurikulum (aim)
merupakan pernyataan yang melukiskan keidupan yang
diharapkan, tujuan atau hasil yang didasarkan pada
pandangan filsafat dan tidak langsung berhubungan
dengan dengan tujuan sekolah. Tujuan ini mungkin dapat
dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan.
Barangkali aims ini dapat disamakan dengan “tujuan
pendidikan nasional” di Indonesia, karena pada tujuan

172
pendidikan nasional ini dinyatakan keinginan bangsa
Indonesia untuk mencapai suatu hasil pendidikan yang
berlandasakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang
bernama Pancasila. Tujuan jenis ini tidak berkaitan
langsung dengan hasil pendidikan di sekolah atau hasil
proses belajar mengajar dalam ruang-ruang kelas.
Aim merupakan target yang pencapaiannya jauh dari
situasi sekolah dan hasilnya mungkin jauh setelah proses
belajar-mengajar di sekolah selesai. Contohnya untuk
menjadikan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab
pada negara, atau manusia yang sehat jasmani dan
rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan lain-lain. Dan
ini hanya mungkin dapat dicapai setelah anak
menyelesaikan beberapa tingkatan pendidikan formal,
informal dan bahkan mungkin non formal. Untuk
mencapai tujuan umum “aims” perlu ditentukan pula
yang lebih spesifik dari aims tersebut yang biasa
dinamakan dengan goals.
Goals merupakan tujuan antara yang terletak antara
aims dan objectives. Yang tersebut terakhir adalah tujuan
yang dicapai sebagai hasil belajar dalam ruang-ruang
kelas sekolah (Miller dan Seller, 1985: 179) dengan

173
perkataan lain, goals adalah hasil proses belajar
menurut suatu sistem sekolah (Zais, 1976:306). Goals
lebih umum dari objectives dan bukan merupakan hasil
langsung proses belajar dalam ruang kelas dan untuk
mencapainya memerlukan seperangkat objectives.
Contohnya antara lain adalah kemampuan berpikir
analitik dan berpikir kritis, mengapresiasi dan
mengamalkan ajaran agama Islam dan lain sebagainya.
Barangkali di Indonesia goals ini dapat disamakan
dengan tujuan kurikulum sekolah atau tujuan
institusional.
Tingkat tujuan yang lebih rendah dari goals adalah
objectives yaitu tujuan suatu unit atau pokok bahasan
yang lebih spesifik yang merupakan hasil belajar dalam
ruang-ruang kelas sekolah. Pada tingkat ini, kita
berbicara tentang kemungkinan pemakaian objectives
tingkah laku (behavioral objectives) yang menunjukkan
tingkah laku yang eksplisit yang dimiliki siswa setelah
mengikuti suatu pelajaran. Dengan perkataan lain
objective adalah hasil belajar siswa dalam kelas, yaitu
hasil proses belajar mengajar dalam kelas atau kegiatan
belajar mengajar setiap haris sebagai hasil implentasi

174
kurikulum. Contohnya: siswa menguasai prinsip-prinsip
dasar ilmu kimia, siswa dapat menyelesaikan 4 soal dari
5 soal persamaan kuadrat dan lain-lain.
Menurut Muhammad Ansyar (1989: 94) Marger
(1962) adalah salah seorang yang paling gigih
menekankan penting ditetapkan tujuan tingkah laku ini.
Dia mengemukakan bahwa tujuan tingkah laku harus
mencakup tiga komponen: (1) tingkah laku yang
diinginkan, (2) kondisi tertentu tempat tingkah laku itu
terjadi, dan (3) tingkat untuk kerja tingkah laku itu.
Di Indonesia kita kenal tingkatan/hirarkis tujuan itu
dalam beberapa istilah seperti Tujuan Pendidikan
Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, dan
Tujuan Instruksional Umum dan Khusus. (Depdikbud,
1984/1985:5).
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan
pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk
pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran
adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi
pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2)
tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
deskripsi yang spesifik.  Yang menarik untuk

175
digarisbawahi  yaitu dari pemikiran Kemp dan David E.
Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus
diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran
seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun
siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002)
mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam
mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara  lebih mandiri; (2)
memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
(3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan
belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru
mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran,
menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu,
petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan

176
prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar)
untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008)
mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan
pembelajaran dalam format ABCD. 
A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid  dan
sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat
diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan
yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat
diterima).
1. Tujuan pendidikan merupakan suatu elemen penting
dalam pengembangan kurikulum. Tujuan
pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
merancang kurikulum, terutama dalam memilih dan
menetapkan materi, metode/proses dan menetapkan
alat evaluasi. Tujuan juga sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan sebuah rancangan
kurikulum.
2. Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran
dituntut untuk dapat merumuskan tujuan
pembelajaran secara tegas dan jelas.

177
3. Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan
manfaat tertentu bagi guru maupun siswa
4. Saat ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan
tujuan pembelajaran dari penguasaan bahan ke
penguasan performansi.
5. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang
spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
untuk menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan.
6. Tujuan pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara
jelas, yang didalamnya mencakup
komponen: Audience, Behavior, Condition dan
Degree.

5.2 Objektif Perilaku Siswa/Tujuan Khusus


Tujuan Instruksional adalah kemampuan yang
harus diperoleh siswa.
1. Kemampuan siswa pada
awal pelajaran adalah kemampuan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional
(prasyarat).

178
2. Materi Pelajaran adalah
bahan pelajaran
3. Prosedur didaktis adalah
metode didaktis yang digunakan oleh guru,
misalnya ceramah, demostrasi dll.
4. Kegiatan belajar adalah
aktivitas belajar yang dijalankan oleh siswa
sendiri, misalnya diskusi kelompok, membaca
referensi.
5. Peralatan mengajar dan
belajar adalah berbagai media pengajaran dan
alat-alat bantu untuk belajar.
6. Evaluasi Belajar adalah
peniliaian terhadap kemampuan siswa.

Tujuan Instruksional adalah apa yang menjadi


tujuan belajar-mengajar.
1. Keadaan awal diarikan dengan dua cara :
a. Dalam arti luas: keadaan siswa, guru,
jaringan sosial di sekolah dan di kelas
sebagai instutusi pendidijan, faktor-faktor
situasional.

179
b. Dalam arti sempit : kemampuan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan
instruksional (prasyarat).
2. Evaluasi diartikan dalam dua hal :
a. Penilaian terhadap hasil belajar siswa yang
telah dicapai sesuai dengan tujuan
istruksional (evaluasi produk), baik dalam
aspek isi maupuj aspek jenis perilaku.
b. Penilaian terhadap proses belajar-mengajar
yang mengacu pada tujuan instruksional dan
keadaan awal siswa (evaluasi proses).
c. Proses belajar adalah kegiatan mental yang
dilakukan siswa menurut urutan fase
d. tertentu dan sesuai dengan jalur belajar
tertentu.
3. Prosesdur didaktis adalah cara-cara mengatur
kegiatan siswa.
4. Materi Pelajaran adalah hal yang menyangkut
aspekisi dan tujuan instruksional dan pokok
bahasan.
5. Pengelompokan siswa adalah tata cara mebentuk
kelompok-kelompok siswa di dalam kelas.

180
6. Media pengakjaran adalah alat-alat bantu yang
digunakan oleh guru sendiri atau ditawarkan
kepada siswa untuk digunakan.
7. Proses belajar-mengajar adalah interaksi antara
guru dan kegiatan siswa selama periode tertentu.
Tujuan Instruksional merupakan bagian dari
pembelajaran. Berbagai definisi tujuan instruksional
disampaikan oleh beberapa tokoh diantaranya :
1. Robert F. Mager (1962). Tujuan instruksional
sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau
yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
tingkat kompetensi tertentu.
2. Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981).
Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat
berupa fakta yang tersamar (covert).
3. Fred Percival dan Henry Ellington (1984).
Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan
yang jelas menunjukkan penampilan atau

181
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan
dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Dalam proses belajar-mengajar, Tujuan
Instruksional terbagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan Instruksional Umum yang menggariskan
hasil-hasil di aneka bidang studi yang harus
dicapai oleh siswa.
2. Tujuan Istruksional Khusus (TIK) yang
merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional
Umum yang menyangkut satu pokok bahasan
atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan
pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang
dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang
dapat direalisasikan dan bertahan lama untuk
tercapainya tujuan instruksional umum.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat
dibedakan menjadi dua aspek yakni :
a. Aspek jenis perilaku yang dituntut dari siswa.
b. Aspek isi(cont ent ) yakni aspek terhadap hal
yang harus dilaksanakan.
Adapun cara merumuskan tujuan instruksional
khusus :

182
a. Menyebutkan siapa yang mencapai tujuan dan
bagaimana cara mencapainya.
Dengan cara ini siswa diharapkan melakukan
sesuatu yang dapat dilihat, didengar (observable
behaviour) dan menampakkan hasil belajarnya
dengan menunjukkan perilaku (behavioral
aspect) yang diharapkan.
b. Menjelaskan sasaran siswa melakukan sesuatu
(isi).
c. Menjelaskan persyaratan yang berlaku bila siswa
melaksanakan tugas sesuai dengan instruksional
khusus.
d. Menentukan target prestasi minimal yang harus
dicapai.

5.3 Standar Kompetensi


Standar kompetensi dan kompetensi dasar
menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian

183
perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar
Penilaian.
catatan: SK tidak boleh diubah (sesuai kurikulum).
Namun boleh ditambah kalau tidak ada.
Penulisannya pun disesuaikan dengan peraturan
yang ada (kalau tidak salah ada lembar penggunaan
kalimat operasional yang berupa kata kerja untuk
pembuatan SK dan KD).
Standar Kompetensi (SK) adalah tujuan
pembelajaran secara umum. Misalkan, semester ini
saya ingin mengajarkan Corel Draw sebagai
program perangkat lunak pengolah grafis. Apa yang
saya harapkan dari siswa setelah mereka
mempelajari program pengolah grafis ini? Tentu
harapannya adalah agar siswa dapat menggunakan
program Corel ini. Maka, Standar Kompetensi nya
adalah: Menggunakan perangkat lunak pengolah
grafis.

184
5.4 Kompetensi Dasar
Selanjutnya, Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi dasar ini berupa penjabaran dari standar
kompetensi.
Contoh: Untuk dapat menggunakan program Corel
Draw apa yang ingin Anda berikan kepada siswa
terlebih dahulu? Menjelaskan aplikasi lain untuk
program grafis? Perbedaan program grafis berbasis
bitmap dan vektor? Contoh grafis berbasis vektor
dan bitmap? Nah, kesemuanya dapat Anda rangkum
di dalam kompetensi dasar. Jadi, kompetensi dasar
nya adalah Mengenal Corel Draw sebagai program
pengolah grafis. Sedangkan urutan materi yang
ingin diberikan tadi dapat dimasukkan dalam kolom
materi pokok.
Berikutnya, Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran ini adalah aktivitas yang dilakukan
oleh siswa bersama guru di kelas. Bisa berupa
demonstrasi, tanya jawab, diskusi, game, praktikum,
dll.

185
5.5 Indikator
Indikator, mengacu kepada materi pokok. Kalau
materi pokoknya adalah pengertian grafis berbasis
vektor dan bitmap, maka indikatornya adalah:
mampu menjelaskan pengertian grafis berbasis
vektor dan bitmap.
Indikator kompetensi adalah perilaku yang
dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

186
BAB VI
PENGEMBANGAN SILABUS

6.1 Pengertian Silabus


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai peserta
didik sesuai dengan yang dirumuskan oleh
Standar Isi (Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar).

187
2. Materi Pokok/Pembelajaran apa sajakah yang
perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk
mencapai Standar Isi.
3. Kegiatan Pembelajaran yang bagaimanakah
yang seharusnya diskenariokan oleh guru
sehingga peserta didik mampu berinteraksi
dengan objek belajar.
4. Indikator apa sajakah yang harus ditentukan
untuk mencapai Standar Isi.
5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian
kompetensi berdasarkan Indikator sebagai
acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang
akan dinilai.
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mencapai Standar Isi tertentu.
7. Sumber Belajar apa sajakah yang dapat
diberdayakan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
Adapun prinsip pengembangan silabus yaitu :
1. Ilmiah

188
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan
urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling
berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat
asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.

189
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi
di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Selain itu, adapun unit waktu silabus yaitu :
1. Silabus mata kuliah disusun berdasarkan
seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk
mata pelajaran selama penyelenggaraan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi
waktu yang disediakan per semester, per tahun,

190
dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang
sekelompok.
3. Implementasi pembelajaran per semester
menggunakan penggalan silabus sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu
yang tersedia pada struktur kurikulum.

6.2 Komponen Silabus


Pengembangan silabus merupakan salah satu
tahapan pengembangan kurikulum, khususnya
menjawab pertanyaan ”Apa yang akan diajarkan” ?
Hasil pengembangan silabus tercermin pada
komponen-komponen silabus yang antara lain
meliputi :
1. Standar kompetensi,
2. Kemampuan dasar,
3. Materi pelajaran,
4. Rincian/uraian materi pelajaran,
5. Pengalaman belajar siswa,
Adapun komponen dalam pembuatan silabus adalah:
1. Identitas

191
Berisi identitas sekolah, bidang/program
keahlian, standar kompetensi, mata pelajaran,
kelas/semester, durasi pembelajaran, kode
kompetensi.
2. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan uraian fungsi
dan tugas atau pekerjaan yang mendukung
tercapainya kualifikasi peserta didik
3. Kode Standar Kompetensi
Kode standar kompetensi adalah identitas
standar kompetensi. Kompetensi keahlian
menggunakan kodefikasi yang terdapat pada
GBPP. Standar kompetensi yang belum
memiliki kode, kodenya dapat dikembangkan
oleh institusi masing-masing.
4. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar/subkompetensi merupakan
sejumlah tugas/ kemampuan untuk mendukung
ketercapaian standar kompetensi.
5. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan

192
perilaku yang dapat diamati dan diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
6. Materi Pembelajaran
Merupakan substansi pembelajaran utama yang
berfungsi menunjang pencapaian kompetensi
dasar/subkompetensi, mencakup keseluruhan
ranah kompetensi (pengetahuan, keterampilan
dan sikap).
7. Kegiatan Pembelajaran
Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik dan
atau mental yang dilakukan peserta didik dalam
berinteraksi dengan sumber belajar.
8. Penilaian
Metode penilaian yang digunakan dalam bentuk
tes dan non tes disesuaikan dengan karakteristik
indikator anatara lain; tes tertulis, tes lisan,
pengamatan kinerja, produk dan lain-lain.
9. Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam
pembelajaran yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi dasar yang dirinci ke dalam jumlah

193
jam pembelajaran untuk tatap muka (teori),
praktik di sekolah, dan praktik di industri . Jam
yang tanpa kurung menunjuk jam setara dengan
tatap muka.
10. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau
bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, dapat berupa media cetak dan
elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya.

6.3 Pengembangan Silabus Pendidikan Bidan


Berbasis Kompetensi
1. Secara Yuridis F
a. Berdasarkan Tap. MPR No.II/GBHN/1999,
Kurikulum yang ada sekarang perlu
dikembangkan.
b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000
tentang Pemerintahan Daerah.
c. PP No. 25 Tahun 2000 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.

194
d. UU No. 34 tentang Otanomi Provinsi DKI
Jakarta kewenangan di Provinsi.
2. Realita Perkembangan Kurikulum sebelumnya
(Kurikulum 94 dan Suplemennya).
a. Kurikulum yang berlaku (Kurikulum 1994
dan Suplemennya) pada tahun 2004 yang
akan datang akan berusia 10 tahun,
sehingga perlu disesuaikan dengan
perubahan zaman.
b. Menurut pendapat masyarakat, Kurikulum
1994 dipandang terlalu sarat materi,
tumpang tindih, dan terlalu banyak hafalan.
c. Kurikulum 1994 terlalu sentralistik,
sehingga kurang menggambarkan nuansa
desentralisasi.
d. Dalam implementasi, Kurikulum 1994
kurang memperhatikan 4 pilar pendidikan
secara universal (UNESCO) dalam
pembelajaran yang menggambarkan :
1) Learning to know,
2) Learning to do,
3) Learning to be, dan

195
4) Learning to live together.
e. Siswa lebih cenderung diajar (sebagai
obyek) bukan belajar (sebagai subyek).
f. Pengertian-pengertiandisekitar KBK.
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi merupakan gambaran
penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat yang merupakan
perpaduan antara pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan
diukur. ( Hall dan Jones, 1976 ).
2. Pendidikan Berbasis Kompetensi
Pendidikan berbasis kompetensi
menekankan pada kemampuan yang
harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan konsekuensi dari
pendidikan berbasis kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi

196
dikembangkan berdasarkan prinsip,
model, serta isu penting.
4. Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi
adalah program pembelajaran di mana
hasil belajar atau kompetensi yang
diharapkan dicapai oleh siswa, sistem
penyampaian, dan indikator
pencapaian hasil belajar dirumuskan
secara tertulis sejak perencanaan
dimulai (Mc Ashan, 1989).
g. Konsep pengembangan silabus berbasis
kemampuan dasar
Untuk memahami konsep pengembangan
silabus berbasis kemampuan dasar, perlu
terlebih dahulu memahami konsep tentang :
1. Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan berisikan
seperangkat kompetensi yang harus
dikuasai lulusan yang menggambarkan
profil lulusan secara utuh.

197
2. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi merupakan
pernyataan tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai siswa serta tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai
dalam mempelajari suatu mata
pelajaran (Center for Civics Education,
1997: 2).
Dalam menentukan standar kompetensi
dilakukan 2 (dua) pendekatan :
1) Pendekatan Prosedural
Pendekatan prosedural (procedural
approach) dipakai bila standar
kompetensi yang diajarkan berupa
serangkaian langkah-langkah
secara urut dalam mengerjakan
suaru tugas pembelajaran.
2) Pendekatan Hirarkis
Pendekatan hirarkis menunjukan
hubungan yang bersifat
subordinatif antara beberapa

198
standar kompetensi yang ingin
dicapai. Dengan demikian ada
yang mendahului dan ada yang
kemudian. Standar kompetensi
yang mendahului merupakan
prasyarat bagi standar kompetensi
berikutnya.
3. Konsep Silabus
Silabus adalah penjabaran lebih lanjut
dari standar kompetensi dan
kemampuan dasar yang ingin dicapai,
serta pokok-pokok serta uraian materi
yang perlu dipelajari peserta didik
dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan kemampuan dasar.
4. Langkah Pengembangan Silabus
Berbasis Kompetensi
1. Merumuskan SK (dijabarkan dari
visi, misi, dan fungsi lembaga),
yang ditentukan pusat, sedang
proses pemilihan SK untuk
dikembangkan menjadi materi

199
pembelajaran digarap oleh
pengembang silabus.
2. Merumuskan KD (ditentukan
pusat), tugas pengembang:
menjabarkan materi pembelajaran
untuk menunjang tercapainya
kompetensi tersebut.
3. Menentukan materi pokok
pembelajaran: bisa fakta, konsep,
prinsip, prosedur (ditentukan
pusat).
4. Menentukan indikator
5. Menentukan penilaian
6. Menentukan alokasi waktu
7. Menentukan sumber bahan

200
BAB VII
PENYUSUNAN LESSON PLAN, RPP MATERI
TEORI DAN PRAKTIK

7.1 Lesson Plan


Sebuah rencana pelajaran adalah deskripsi rinci
seorang guru tentang jalannya instruksi untuk satu
kelas. Rencana pelajaran harian dikembangkan oleh
seorang guru untuk membimbing instruksi kelas.
Rincian akan bervariasi tergantung pada preferensi
guru, subjek yang dijamin, dan kebutuhan dan/atau
rasa ingin tahu anak-anak. Mungkin ada persyaratan
yang diamanatkan oleh sistem sekolah mengenai
rencana tersebut.
1. Mengembangkan Rencana Pelajaran
Meskipun ada banyak format rencana
pelajaran, rencana pelajaran yang paling
mengandung beberapa atau semua elemen,
biasanya dalam urutan ini :
 Judul pelajaran

201
 Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pelajaran.
 Daftar bahan yang dibutuhkan
 Daftar tujuan, yang mungkin tujuan perilaku
(apa yang siswa dapat melakukan pada
selesai pelajaran) atau tujuan pengetahuan
(apa yang mahasiswa tahu pada selesai
pelajaran).
 Set (atau timbal-in, atau jembatan-in) yang
berfokus pada keterampilan siswa pelajaran
atau konsep-ini termasuk gambar yang
menunjukkan atau model, mengajukan
pertanyaan terkemuka, atau review pelajaran
sebelumnya.
 Sebuah komponen instruksional yang
menggambarkan urutan peristiwa yang
membentuk pelajaran, termasuk masukan
instruksional guru dan dipandu praktek siswa
menggunakan untuk mencoba keterampilan
baru atau bekerja dengan ide-ide baru.

202
 Independen praktik yang memungkinkan
siswa untuk memperluas ketrampilan atau
pengetahuan sendiri.
 Ringkasan, dimana guru membungkus
pertanyaan diskusi dan jawaban.
 Komponen evaluasi, tes untuk penguasaan
keterampilan menginstruksikan atau konsep-
seperti serangkaian pertanyaan untuk
menjawab atau satu set instruksi untuk
mengikuti Analisis komponen.
 Guru menggunakan untuk merenungkan
pelajaran itu sendiri-seperti apa yang bekerja,
apa yang perlu meningkatkan.
 Sebuah komponen kontinuitas review dan
mencerminkan isi dari pelajaran sebelumnya.

2. Rencana Pembelajaran yang Berkembang


dengan Baik
Sebuah rencana pembelajaran yang
berkembang dengan baik mencerminkan
kepentingan dan kebutuhan siswa. Ini

203
menggabungkan praktek-praktek terbaik untuk
bidang pendidikan. Rencana pelajaran berkorelasi
dengan falsafah guru pendidikan, yang adalah
apa yang guru merasa adalah tujuan mendidik
para siswa.3
Rencana program Sekunder Inggris
pelajaran, misalnya, biasanya pusat sekitar empat
topik. Mereka adalah tema sastra, unsur-unsur
bahasa dan komposisi, sejarah sastra, dan genre
sastra. Sebuah rencana, pelajaran tematik yang
luas lebih baik, karena memungkinkan guru
untuk membuat berbagai penelitian, menulis,
berbicara, dan membaca tugas. Ini membantu
instruktur mengajarkan genre sastra yang berbeda
dan menggabungkan kaset video, film, dan
program televisi. Juga, ia memfasilitasi
pengajaran sastra dan Inggris bersama-sama
persyaratan Sekolah dan selera pribadi seorang
guru,. dalam rangka itu, menentukan persyaratan
yang tepat untuk rencana pelajaran.3
Unit rencana banyak mengikuti format yang
sama sebagai rencana pelajaran, tetapi meliputi

204
seluruh unit kerja, yang hari span mungkin
beberapa atau minggu. Gaya konstruktivis
mengajar Modern tidak mungkin memerlukan
rencana pelajaran individu. Rencana Unit
mungkin termasuk tujuan khusus dan jadwal,
namun rencana pelajaran dapat lebih rumit karena
mereka beradaptasi dengan kebutuhan siswa dan
gaya belajar.

3. Menetapkan Tujuan
Hal pertama seorang guru adalah tidak
membuat obyektif, pernyataan tujuan untuk
seluruh pelajaran. Sebuah pernyataan tujuan itu
sendiri harus menjawab apa siswa akan mampu
melakukan pada akhir pelajaran. Harry Wong
menyatakan bahwa, "Setiap [Tujuan] harus
dimulai dengan kata kerja yang menyatakan
tindakan yang akan diambil untuk menunjukkan
prestasi. Kata yang paling penting untuk
digunakan dalam tugas adalah kata kerja, karena
verba negara bagaimana menunjukkan jika
prestasi telah dilakukan atau tidak.”4

205
Tujuannya mendorong seluruh pelajaran, itu
adalah alasan pelajaran yang ada. Perawatan
diambil saat membuat tujuan untuk setiap
pelajaran hari itu, karena akan menentukan
kegiatan siswa terlibat masuk Guru juga
memastikan tujuan rencana pelajaran yang
kompatibel dengan tingkat perkembangan siswa.
Guru juga memastikan bahwa siswa mereka
harapan prestasi yang wajar.3

4. Selecting Lesson Plan Material


Sebuah rencana pelajaran harus berkorelasi
dengan buku teks kelas menggunakan. Sekolah
biasanya memilih buku teks atau menyediakan
guru dengan pilihan buku teks terbatas untuk unit
tertentu. Guru harus berhati-hati dan memilih
buku yang paling sesuai untuk para siswa.3

5. Jenis Tugas
Instruktur harus memutuskan apakah tugas
kelas seluruh kelas, kelompok-kelompok kecil,

206
lokakarya, kerja independen, rekan belajar, atau
kontrak :
 Seluruh kelas-guru kuliah kepada kelas
sebagai suatu keseluruhan dan memiliki
kelas kolektif berpartisipasi dalam diskusi
kelas.
 Kelompok-kelompok kecil-siswa bekerja di
tugas di kelompok tiga atau empat.
Lokakarya
 siswa melakukan berbagai tugas secara
bersamaan. Workshop kegiatan harus
disesuaikan dengan rencana pelajaran.
 Independen kerja siswa menyelesaikan tugas
individual.
 Peer-siswa belajar bekerja sama, tatap muka,
sehingga mereka bisa belajar dari satu sama
lain.
 Kerja guru-kontrak dan mahasiswa
menetapkan kesepakatan bahwa siswa harus
melakukan sejumlah bekerja dengan tenggat
waktu.3

207
Kategori tugas ini (misalnya rekan belajar,
mandiri, kelompok-kelompok kecil) juga dapat
digunakan untuk memandu pilihan tindakan
instruktur penilaian yang dapat memberikan
informasi tentang siswa dan pemahaman kelas
material. Seperti dijelaskan oleh Biggs (1999),
ada pertanyaan tambahan instruktur dapat
mempertimbangkan saat memilih jenis tugas
akan memberikan manfaat paling kepada siswa.
Ini termasuk :
 Bagaimana tingkat belajar melakukan siswa
perlu mencapai sebelum memilih tugas
dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda?
 Berapa jumlah waktu instruktur
menginginkan siswa untuk digunakan untuk
menyelesaikan tugas?
 Berapa banyak waktu dan usaha tidak
instruktur harus menyediakan grading siswa
dan umpan balik?
 Apa tujuan dari tugas? (Misalnya untuk
melacak belajar siswa, untuk memberikan

208
para siswa dengan waktu untuk konsep
praktek; untuk melatih kemampuan
insidental seperti proses kelompok atau
penelitian independen)
 Bagaimana tugas sesuai dengan sisa rencana
pelajaran? Apakah pengetahuan tugas
menguji konten atau tidak membutuhkan
aplikasi dalam konteks baru?

7.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


1. Pendahuluan
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan manajemen pembelajaran untuk mencapai
satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus.
Rencana pelaksaan pembelajaran pada
hakekatnya merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan apa yang akan dilakukan
dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP

209
merupakan upaya untuk memperkirakan
tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. RPP perlu dikembangkam untuk
mengkoordinasikan komponen-pembelajaran
yakni, kompetensi dasar, materi dasar, indicator
hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar
berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik, materi dasar berfungsi memberi makna
terhadap kompetensi dasar, indicator hasil
belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan
pembentukkan kompetensi peserta didik,
sedangkan penilaian berfungsi mengukur
pembentukkan kompetensi, dan menentukan
tindakan yang harus dilakukan apabila
kompetensi dasar belum terbentuk atau belum
tercapai.

2. Komponen RPP
Pada hakekatnya RPP merupakan perencanaan
jangka pendek untuk memperkirakan tindakan
apakah yang akan dilakukan dalam
pembelajaran, baik oleh pengajar maupun

210
perserta didik untuk mencapai suatu kompetensi
yang sudah ditetapkan. Dalam RPP harus jelas
Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai oleh
peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa
yang harus dipelajari, dan bagaimana
mempelajarinya, serta bagaimana pengajar
mengetahui bahwa peserta didik telah
menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek
tersebutlah yang merupakan unsur utama yang
harus ada dalam setiap RPP. RPP terdiri dari
komponen program kegiatan belajar dan proses
pelaksanaan program. Komponen program
mencakup KD, materi standar, metode
pembelajaran, media pembelajaran, sumber
belajar, dan waktu belajar. Dengan demikian,
RPP pada hakekatnya merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen-komponen yang
saling berhubungan serta berinteraksi satu
dengan lainnya, dan memuat langkah-langkah
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yaitu
membentuk kompentensi yang sudah ditetapkan
sebelumnya.

211
a. Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP
harus jelas. Semakin kongkrit kompetensi
akan semakin mudah diamati, dan akan
semakin mudah atau semakin tepat pula
merencanakan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan untuk mencapai
kompetensi tersebut. Perlu diketahui bahwa
beberapa materi standar mungkin memiliki
lebih dari satu KD. Disamping itu, perlu
ditetapkan pula focus kompetensi yang
diharapkan dari peserta didik sebagai hasil
akhir pembelajaran.
Kompetensi ini juga akan menjadi pedoman
bagi pengajar dalam menentukan materi
standar yang akan digunakan dan
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
membentuk kompetensi peserta didik.

b. Materi Standar
Materi standar yang dikembangkan dan
dijadikan bahan kajian peserta didik harus

212
disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuannya, mengandung nilai
fungsional, praktis, serta disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan,
institusi, dan daerah.

c. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan tahap-
tahap kegiatan yang dilakukan oleh
pengajar dan peserta didik untuk
menyelesaikan suatu materi standar yang
telah direncanakan oleh pengajar. Urutan
kegiatan pembelajaran menggambarkan
strategi pembelajaran yang telah
ditentukan. Tahap kegiatan tersebut terdiri
dari tahap PENDAHULUAN, tahap
PENYAJIAN, dan tahap PENUTUP.

d. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara
dalam menyajikan (menguraikan, member
contoh, memberi latihan dan lain-lain)

213
suatu bahan kajian kepada peserta didik.
Tidak semua metode pembelajaran sesuai
untuk digunakan dalam mencapai
kompetensi tertentu. Oleh karena itu harus
dipilih metode pembelajaran yang paling
tepat untuk suatu kompetensi yang ingin
dicapai. Berbagai contoh metode
pembelajaran yang sering digunakan antara
lain ceramah, diskusi, tanya jawab simulasi,
studi kasus, praktikum, seminar,
demonstrasi, bermain peran dan lain-lain.

e. Media Pembelajaran
Segala sesuatu yang dapat menyalurkan
atau menyampaikan pesan/informasi dari
sumber pesan/informasi ke penerima
pesan/informasi disebut media
pembelajaran. Jadi dengan adanya media
peserta didik dapat melihat, membaca,
mendengarkan atau ketiganya sekaligus
dalam menyerap berbagai informasi yang
disampaikan oleh pengajarnya. Media

214
tersebut dapat berupa alat-alat elektronik,
gambar, buku dan sebagainya. Sedangkan
alat pembelajaran adalah benda-benda atau
alat-alat yang digunakan dalam
pembelajaran sehingga memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran. Alat-alat
itu tidak disebut media pembelajaran
karena tidak dimaksudkan untuk membawa
pesan.

f. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dimanfaatkan untuk penggalian
informasi. Sumber belajar ini dapat berupa
dosen (sebagai nara sumber), buku teks,
jurnal ilmiah, laporan penelitian, internet,
dan lain-lain.

g. Alokasi Waktu
Jumlah waktu dalam menit yang
dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik

215
untuk menyelesaikan setiap langkah pada
urutan tahap Kegiatan Pembelajaran.

3. Cara Penyusunan RPP


Perlu diperhatikan bahwa untuk menyusun RPP
pengajar perlu menentukan batas lingkup materi
sub pokok bahasan mana saja yang akan
diajarkan setiap kali pertemuan dengan melihat
estimasi waktu dalam silabusnya. Bila suatu sub
pokok bahasan dalam silabus membutuhkan
waktu lebih dari sekali pertemuan atau beberapa
kali pertemuan, maka sub pokok bahasan itu
perlu dirinci lagi. Bila hal ini tidak mungkin,
karena akan mengganggu keutuhan materi,
maka dapat dibuat satu RPP yang digunakan
untuk dua kali pertemuan atau lebih. RPP harus
disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan
menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan
penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang
aktual. Dengan demikian RPP dapat berfungsi
untuk mengefektifkan proses pembelajaran
sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

216
RPP hendaknya disusun secara sederhana dan
fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran, dan pembentukan
kompetensi peserta didik. Berikut ini langkah-
langkah yang sebaiknya dilakukan dalam
penyusunan RPP suatu mata kuliah atau blok
mata kuliah:
a. Identifikasi Mata Kuliah atau Blok Mata
Kuliah
Tuliskan identitas Program studi, nama
mata kuliah atau blok mata kuliah, kode
mata kuliah, bobot SKS, semester
(bersumber pada kurikulum yang sudah
ada).

b. Perumusan Standar Kompetensi (SK)


Tuliskan rumusan SK dari setiap mata
kuliah yang didasarkan pada tujuan akhir
dari mata kuliah tersebut. Tuliskan dengan
kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur, yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik (lihat silabusnya).

217
c. Perumusan Kompetensi Dasar (KD)
Tuliskan rumusan KD yang merupakan
penjabaran dari SK dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur, yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik (lihat silabusnya).
Tuliskan satu KD pada setiap RPP untuk
satu kali pertemuan atau lebih.

d. Perumusan Indikator
Tuliskan indikator sebagai penjabaran dari
KD dengan kata kerja operasional. Kata
kerja operasional pada rumusan indikator
dapat dirinci sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan dan dapat ditulis secara terpisah
antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik (lihat silabusnya).

e. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Output (hasil langsung) dari suatu paket
kegiatan pembelajaran.

218
f. Penentuan Tahap Pembelajaran
Urutan tahap pembelajaran terdiri dari
komponen Pendahuluan, Penyajian, dan
Penutup. Pendahuluan merupakan tahap
awal kegiatan yang dimaksudkan untuk
mempersiapkan peserta didik agar secara
mental siap mempelajari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baru. Pada tahapan
ini berisi penjelasan ringkas materi yang
akan dikaji, keterkaitan materi kajian
dengan materi sebelumnya atau dengan
praktek keseharian (apersepsi), dan
kompetensi yang harus dicapai peserta
didik.
Tahap penyajian merupakan tahapan utama
dalam pembelajaran, di dalamnya berisi
uraian, contoh, diskusi atau latihan tentang
materi yang dikaji. Sedangkan tahap
Penutup merupakan tahapan akhir suatu
pembelajaran. Pada tahap Penutup ini
digunakan untuk memberikan penegasan,

219
ringkasan, penilaian maupun tindak lanjut
tentang materi yang dikaji tersebut.

g. Penentuan Kegiatan Pembelajaran


Tuliskan berbagai kegiatan utama yang
harus dilakukan oleh pengajar maupun
peserta didik selama proses pembelajaran
yang akan dilakukan, yang mampu
menggambarkan strategi pembelajaran.

h. Pemilihan Metode Pembelajaran


Tentukan metode pembelajaran yang akan
diterapkan untuk memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik selama proses
pembelajaran, mulai dari tahap
Pendahuluan, Penyajian sampai tahap
Penutup. Pemilihan metode pembelajaran
hendaknya disesuaikan dengan KD yang
ingin dicapai, karena tidak setiap metode
pembelajaran sesuai untuk digunakan
dalam mencapai tujuan KD tertentu.

220
i. Pemilihan Media Pembelajaran
Tuliskan media yang akan digunakan dalam
melaksanakan pembelajaran. Media
hendaknya dipilih yang sesuai dengan
metode pembelajaran yang akan digunakan.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat
dapat menjadikan pembelajaran lebih
menarik, sehingga akan mempermudah
untuk mencapai KD yang telah ditetapkan.

j. Penentuan Sumber Belajar


Tuliskan sumber belajar yang akan
digunakan (didasarkan pada relevansi,
konsistensi, dan edukuasi). Adapun yang
dimaksud sumber belajar adalah buku-buku
rujukan atau referensi berupa buku teks,
jurnal, laporan penelitian atau bahan ajar
lainnya. Sumber belajar juga dapat berupa
manusia, misalnya dosen, peserta didik atau
obyek lainnya tempat asal informasi
diperoleh, atau sebagai nara sumber.

221
k. Alokasi Waktu
Tuliskan jumlah waktu yang dibutuhkan
oleh pengajar dan peserta didik untuk
menyelesaikan setiap langkah pada urutan
Tahap Pembelajaran yaitu Pendahuluan,
Penyajian, dan Penutup. Porsi terbesar
adalah tahap Penyajian, yaitu antara 80-
90% dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan Pendahuluan
biasanya hanya membutuhkan 5%, dan
Penutup memerlukan 10-15% dari
keseluruhan waktu yang digunakan untuk
pembelajaran.

4. Formulir Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PROSES PEMBELAJARAN

NAMA DOSEN :
PROGRAM STUDI :
KODE MATA KULIAH :
NAMA MATA KULIAH :

222
JUMLAH SKS :
SEMESTER :
PERTEMUAN KE :
ALOKASI WAKTU :

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

MATERI AJAR

METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN

TAHAP PELAKSANAAN
Pertemuan
a. Kegiatan Awal
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Penutup
ALAT/BAHAN BELAJAR

223
SUMBER BELAJAR

PENILAIAN

BAB VIII
STRATEGI DASAR MENGAJAR

224
VIII.1 Teknik Membuka dan Menutup
Pembelajaran
Yang dimaksud dengan set induction ialah
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan
prokondisi bagi murid agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya
sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain,
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan
perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajarinya.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya
dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi
juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran
yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik
perhatian siswa, member acuan, dan membuat kaitan

225
antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh
siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya.
1. Tujuan Pokok Siasat Membuka Pelajaran
Menyiapkan mental siswa agar siap memasuki
persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan.
Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian
siswa terhadap apa yang akan dibicarakan
dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Siasat Menutup Pelajaran


Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran
atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup
pelajaran itu dimaksudkan untuk member
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar, Bentuk usaha
guru dalam mengakhiri kegiatan belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
1) Merangkum atau membuat garis-garis besar
persoalan yang baru dibahas atau dipelajari

226
sehingga siswa memperoleh gambaran
yang jelas tentang makna serta esensi
pokok persoalan yang baru saja
diperbincangkan atau dipelajari.
2) Mengonsolidasikan perhatian siswa
terhadap hal-hal pokok dalam pelajaran
yang bersangkutan agar informasi yang
telah diterimanya dapat membangkitkan
minat dan kemampuannya terhadap
pelajaran selanjutnya.
3) Mengorganisasi semua kegiatan atau
pelajaran yang telah dipelajari sehingga
memerlukan suatu kebulatan yang berarti
dalam memahami materi yang baru
dipelajari.
4) Memberikan tindak lanjut (follow up)
berupa saran-saran serta serta ajakan agar
materi yang baru dipelajari jangan
dilupakan serta agar dipelajari kembali di
rumah.

227
3. Komponen Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran
1) Membuka Pelajaran
a. Menarik perhatian siswa: banyak cara
yang dapat digunakan guiru untuk
dapat menarik perhatian siswa, antara
lain dengan :
 Gaya mengajar guru
 Penggunaan alat bantu pelajaran
 Pola interaksi yang bervariasi
b. Menimbulkan motivasi dngan cara :
 Disertai kehangatan dan
keantusiasan
 Menimbulkan rasa ingin tahu
 Mengemukakan ide yang
bertentangan
 Memperhatiakan minat siswa
c. Memberi acuan melalui berbagai usaha
seperti :
 Mengemukakan tujuan dan batas-
batas tugas

228
 Menyarankan langkah-langkah
yang akan dilakukan
 Mengingatkan masalah pokok
yang akan dibahas
 Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan
d. Membuat kaitan atau hubungan antara
materi-materi yang akan dipelajari
dengan pengalaman dan pengetahuan
2) Menutup Pelajaran
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menutup pelajaran adalah :
a. Meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran dan membuat ringkasan.
b. Mengevaluasi. Bentuk evaluasi yang
dapat dilakukan guru.

4. Latihan Penerapan dalam Pengajaran Mikro


1. Sajikan suatu pengajaran selama 10-15
menit. Khususkan pelatihan dalam hal :
 Menarik perhatian siswa

229
 Menimbulkan motivasi
 Memberi acuan
 Menutup pelajaran
2. Sajikanlah suatu pengajaran selama 10-15
menit. Latihlah semua komponen membuka
dan menutup pelajaran.

5. Latihan Penerapan dalam PPL


1. Amatilah dahulu nguru pamong yang sedang
mengajar. Catatlah komponen-komponen
yang dilakukan yangn banyak muncul dan
perhatikan mana cara yang terbaik.
2. Meintalah bantuan teman sejawat untuk
mengamati proses pengajaran yang anda
lakukan dengan menggunakan lembar
observasi. Periksalah dan tandai hasilnya,
mana hal yang dianggap penting tapi
terlupakan.
3. Mintalah saran dan komentar dari guru
pamong di sekolah tempat anda praktek
tentang proses pengajaran yang telah anda

230
lakukan untuk memperbaiki proses
pengajaran yang akan anda lakukan
slanjutnya. 1

VIII.2 Teknik Ceramah Ilustratif


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Menguasai bahan ceramah
 Peka terhadap isyarat-isyarat halus audience
 Berbicara cukup keras dan jelas
 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
audience
 Posisi berdiri berganti-ganti
 Distribusikan pandangan secara merata
 Tampak bergairah, jangan monoton
 Gunakan gerakan-gerakan tubuh untuk
menekankan arti, hindari kebiasaan kurang baik
 Bersikap wajar dan rileks
Ceramah Yang Menggunakan Ilustrasi
1. Analogi
Suatu perbandingan antara suatu dengan hal lain
Yang menitik beratkan pada persamaannya.

231
2. Kerangka Acuan
Suatu perbandingan antara suatu pengalaman
dengan pengalaman atau referensi lain yang
menitikberatkan pada persamaannya.
3. Anekdot
Suatu cerita lucu/menarik untuk
mengilustrasikan sesuatu yang sedang
dijelaskan.

VIII.3 Teknik Bertanya dan Reinforcement


Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai
guru, untuk memancing jawaban, komentar,
pemahaman dari murid-murid.
Ada tiga hal penting dalam keterampilan
bertanya yaitu :
1. Pausing
Setelah guru mengajukan pertanyaan, murid
diminta tenang sebentar. Ini bertujuan untuk :
1) Memberikan kesempatan berfikir mencari
jawaban.
2) Untuk memperoleh jawaban yang komplit.

232
3) Memahami pertanyaan/menganalisa
pertanyaan.
4) Agar banyak murid yang menjawab.

2. Prompting
Guru mengajukan pertanyaan “sulit”, sehingga
sehingga tidak ada murid yang menjawab,
karena sulitnya atau karena pertanyaan tidak
jelas. Oleh sebab itu guru harus melakukan
“prompt” mendorong. Caranya ialah :
1) Memberikan informasi tambahan, agar
murid dapat menjawab.
2) Mengubah pertanyaan dalam bentuk lain.
3) Pecah pertanyaan semula menjadi beberapa
sub pertanyaan sehingga akhirnya
semuanya dapat terjawab.

3. Probing
Melacak, menuntun, mengarahkan. Probing
dilakkukan karena belum memperoleh jawaban
memuaskan . untuk memperoleh jawaban yang
sempurna, maka guru menunjuk murid lain

233
untuk menjawab. Apabila belum puas, minta
murid yang lain lagi. Yang akhirnya diperoleh
jawaban yang sempurna.
Ada 3 (tiga) aspek di dalam keterampilan
bertanya :
1) Clear and brief, clarity and brevity= jelas
dan singkat.
2) Directing or distributing questions,
pertanyaan harus diarahkan ke seluruh
kelas, kemudian carilah murid yang akan
menjawab. Sebaiknya pertanyaan tiodak
dijawab oleh seluruh murid secara
serempak.
3) Redirectinng the question. Pertama tama
pertanyaan diajukan ke seluruh kelas, lalu
yang mau menjawab, diminta untuk
menunjuk. Kemudian masing-masing yang
mau menunjuk diminta untuk menunjuk
satu per satu, ini disebut redirecting.
Pertanyaan yang diajukan dapat dibagi atas
2 (dua) kategori, yaitu :

234
a. Low order question, yaitu pertanyaan
yang bersifat recall, ini pertanyaan
mudah, misalnya apa ibu kota Jawa
Barat.
b. Higher order question, pertanyaan ini
agak sulit dengan memakai kata,
bagaimana, mengapa? Mengapa
Bandung ditunjuk sebagai ibukota
provinsi Jawa Barat?

VIII.4 Teknik Pengelolaan Kelas


Masalah pokok yang dihadapi guru, baik
pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengeloaan kelas. Aspek yang paling sering
didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para
pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa
demikain? Jawabnya sederhana. Pengelolaan kelas
merupakan pola tingkah laku yang kompleks, dan
guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa
sehingga anak didik dapat mencapai tujuan
pengajaran secara efisien dan memungkinkan

235
mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan
kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran
yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru
adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada
satupun pendekatan yang dikatan paling baik.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan menjaga kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan
kata lain, ialah kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadi
proses belajar mengajar. Yang termasuk ke dalam
ini misalnya adalah, penghentian tingkah laku dan
anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemeberian hadiah bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan
norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik

236
dantara guru dan anak didik dan anak didik dengan
anak didik, merupakan syarat keberhasilan
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif
merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
belajar mengajar yang efektif.
Setiap guru masuk dalam kelas, maka pada saat
itu pula ia menghadapi duamasalah pokok, yaitu
masalah pengajaran dan masalah manajemen.
Masalah pengajaran adalah usaha membantu anak
didik mencapai tujuan khusus pengajaran secara
langsung, misalnya membuat suatu pelajaran,
penyajian informasi, mengajukan pertanyaan,
evaluasi, dan masih banyak lagi. Ssedangkan
masalah manajemen adalah usaha untuk mencapai
dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secar efektif dan efisien. Misalnya, memberi
penguatan, mengembangan hubungan guru dan anak
didik, membuat aturan kelompok yang produktif.
Kadang-kadang sukar untuk dapat membedakan
mana masalah pengajaran dan mana masalah
manajemen. Masalah pengajaran harus diatasi

237
dengan cara pengajaran, dan masalah pengelolaan
harus diatasi dengan cara pengelolaan.

238
BAB IX
PENGANTAR METODE-METODE
PEMBELAJARAN SCL

9.1 Metode Pembelajaran dalam SCL


1. Small Group Discussion
Mahasiswa peserta kuliah diminta membuat
kelompok kecil (5 sampai10 orang) untuk
mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen
atau bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota
kelompok tersebut.
Dengan aktivitas kelompok kecil, mahasiswa
akan belajar :
1) Menjadi pendengar yang baik
2) Memberikan dan menerima umpan balik
yang konstruktif
3) Menghormati perbedaan pendapat
4) Mendukung pendapat dengan bukti
5) Menghargai sudut pandang yang bervariasi
(gender, budaya, dan lain-lain)

239
2. Simulasi
Simulasi adalah model yang membawa situasi
yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam
kelas. Misalnya untuk mata kuliah aplikasi
instrumentasi, mahasiswa diminta untuk
membuat perusahaan fiktif yang bergerak
dibidang aplikatif instrumentasi, kemudian
perusahaan tersebut diminta melakukan hal
yang sebagaimana dilakukan oleh perusahaan
sesungguhnya dalam memberikan jasa kepada
kliennya, misalnya melakukan bidding, dan
sebagainya. Simulasi dapat berbentuk :
1) Permainan peran (role play). Dalam contoh
di atas, setiap mahasiswa dapat diberi peran
masing-masing, misalnya sebagai direktur,
engineer, pemasaran dll.
2) Simulation exercise and simulation games.
3) Model computer.
Simulasi dapat merubah cara pandang (mindset)
mahasiswa, dengan jalan :

240
 Mempraktekkan kemampuan umum
(misalnya komunikasi verbal & non
verbal).
 Memperbaiki kemampuan khusus
 Mempraktekkan kemampuan tim
 Mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah (problem solving)
 Menggunakan kemampuan sintesis
 Mengembangkan kemampuan empati

3. Discovery Learning (DL)


DL adalah metode belajar yang difokuskan pada
pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang
diberikan dosen maupun yang dicari sendiri
oleh mahasiswa, untuk membangun
pengetahuan dengan cara belajar mandiri.

4. Self Directed Learning (SDL)


Adalah proses belajar yang dilakukan atas
inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal
ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

241
terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani,
dilakukan semuanya oleh individu yang
bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak
sebagai fasilitator, yang memberi arahan,
bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan
belajar yang telah dilakukan individu
mahasiswa tersebut.
Metode belajar ini bermanfaat untuk
menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa,
bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka
sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa
didorong untuk bertanggungjawab terhadap
semua pikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan
apabila asumsi berikut sudah terpenuhi. Sebagai
orang dewasa, kemampuan mahasiswa mestinya
bergeser dari orang yang tergantung pada orang
lain menjadi individu yang mampu belajar
mandiri.
 Pengalaman merupakan sumber belajar
yang sangat bermanfaat.

242
 Kesiapan belajar merupakan tahap awal
menjadi pembelajar mandiri.
 Orang dewasa lebih tertarik belajar dari
permasalahan daripada dari sisi mata
kuliah.
 Pengakuan, penghargaan dan dukungan
terhadap proses belajar orang dewasa perlu
diciptakan dalam lingkungan belajar.
Dalam hal ini dosen dan mahasiswa harus
memiliki semangat yang saling melengkapi
dalam melakukan pencarian pengetahuan.

5. Cooperative Learning (CL)


Adalah metode belajar berkelompok yang
dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu
masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas.
Kelompk ini terdiri atas beberapa orang
mahasiswa yang memiliki kemampuan
akademik yang beragam. Metode ini sangat
terstruktur, karena pembentukan kelompok,
materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi

243
serta produk akhir yang harus dihasilkan,
semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen.
Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti
prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen.
Pada dasarnya CL seperti ini merupakan
perpaduan antara teacher centered dan student
centered learning. CL bermanfaat untuk
membantu menumbuhkan dan mengasah :
 Kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa
 Rasa tanggung jawab individu dan
kelompok mahasiswa
 Kemampuan dan ketrampilan bekerjasama
antar mahassiwa
 Ketrampilan sosial mahasiwa

6. Collaborative Learning (CbL)


Adalah metode belajar yang menitikberatkan
pada kerja sama antar mahasiswa yang
didasarkan pada consensus yang dibangun
sendiri oleh anggota kelompok.
Masalah/tugas/kasus memang berasal dari tugas

244
dan bersifat open ended, tetapi pembentukan
kelompok yang didasar pada minat, prosedur
kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat
diskusi/kerja kelompok, sampai dengan
bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok, ingin
dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui
konsensus bersama antar anggota kelompok.

7. Contextual Instruksi (CI)


Adalah konsep belajar yang membantu dosen
mengaitkan isi matakuliah dengan situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari dan memotifasi
mahasiswa untuk membuat keterhubungan
antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota
masyarakat, pelaku professional atau
manajerial, entreupeneur maupun investor.
Sebagai contoh, apabila kompetensi yang
dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat
menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi
proses transaksi jual beli, maka dalam
pembelajarannya, selain konsep transaksi

245
dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh, dan
mendiskusikanya.
Mahasiwa juga diberikan tugas dan kesempatan
untuk terjun langsung di pusat-pusat
perdagangan untuk mengamati secara langsung
proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan
terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya,
sebagai pembeli, misalnya. Pada saat itu,
mahasiwa dapat melakukan pengamatan
langsung, mengkajinya dengan berbagai teori
yang ada, sampai ia dapat menganalisis factor-
faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
proses transaksi jual beli. Hasil, keterlibatan,
pengamatan dan pengkajiannya ini selanjutnya
dipresentasikan di dalam kelas, untuk dibahas
dan menampung saran dan masukan lain dari
seluruh anggota kelas.
Pada intinya dengan CI, dosen dan mahasiswa
memanfaatkan pengetahuan secara bersama-
sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut
oleh mata kuliah, serta memberikan kesempatan

246
pada semua orang yang terlibat dengan sangat
hati-hati

8. Project Based Learning(PjBL)


Adalah metode belajar yang sistematis, yang
melibatkan mahasiswa dalam belajar
pengetahuan dan ketrampilan melalui proses
pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang
dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik
dan komplek serta tugas dan produk yang
dirancang dengan hati-hati.

9. Problem-Based Learning/inquiry (PBL/I)


Adalah belajar dengan memanfaatkan masalah
dan mahasiswa harus melakukan pencarian
/penggalian informasi inquiry untuk dapat
memecahkan masalah. Pada umumnya, terdapat
empat hal yang perlu dilakukan mahasiswa
dalam PBL/I yaitu :
 Menerima masalah yang relevan dengan
salah satu/beberapa kompetensi yang
dituntut mata kuliah dari dosennya.

247
 Melakukan pencarian data dan informasi
yang relevan untuk memecahkan masalah.
 Menata dan mengaitkan data dengan
masalah.
 Menganalisis strategis pemecahan masalah.
Peran dosen dalam pelaksanaan pembelajaran
SCL antara lain :
 Sebagai fasilitiator dalam proses pembelajaran.
 Mengkaji kompetensi mata kuliah yang perlu
dikuasi mahasiswa di akhir pembelajaran.
 Merancang strategi dan lingkungan
pembelajaran yang dapat menyediakan beragam
pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa
dalam rangka mencapai kompetensi yang
dituntut mata kuliah.
 Membantu mahasiswa mengakses informasi,
menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan
dalam memecahkan permasalahan hidup sehari-
hari.

248
 Mengidentifikasi dan menentukan pola
penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan
dengan kompetensi yang diukur.
Sedangkan peran mahasiswa dalam pendekatan
pembelajaran SCL, adalah :
 Mengkaji kompetensi mata kuliah yang
dipaparkan dosen.
 Mengkaji strategi pembelajaran yang
ditawarkan dosen.
 Membuat rencana pembelajaran untuk mata
kuliah yang diikutinya.
 Belajar secara aktif (dengan cara mendengar,
membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam
pemecahan masalah serta lebih penting lagi
terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi,
seperti analisis, sintetis, dan evaluasi), baik
secara individu maupun kelompok.

249
BAB X
MENGELOLA PEMBELAJARAN DI KLINIK

10.1Teknik Coaching/Melatih
Coaching adalah art/seni dan praktek
menginspirasi, memberikan energi, dan
memfasilitasi kinerja, pembelajaran dan
perkembangan seseorang (Myles Downey).
Kunci coaching yang efektif adalah bertanya
dan mendengarkan.
Dikarenakan Coaching sebagai seni/art, ilmu
ilmiah/science dan Praktek/ practice, sehingga :
 Art: seni bertanya yang efektif.
 Science:tujuan dari coaching adalah mendorong
pencapaian dan kinerja seseorang yang dapat
diukur. Science dalam coaching terkait dengan
people skills/keterampilan seseorang,
pencapaian manajemen, motivasi yang efektif
dan pengukuran kinerja.

250
 Practice mendengarkan/listening, memberikan
umpan balik dan mengorganisir sesi coaching.
1. Bertanya yang Efektif
Bagaimana anda bertanya sangat penting untuk
membangun komunikasi yang efektif.
Pertanyaan yang efektif membuka pintu
pengetahuan dan pemahaman. Seni bertanya
terletak pada pengetahuan apa yang akan
ditanyakan dan kapan menanyakannya.
Pertanyaan terbuka, yang tidak mengarahkan,
tidak dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”,
akan memberikan gambaran tentang karakter di
dalam orang tersebut serta mengundang respon.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat
digunakan untuk proses pembelajaran :
 Apa yang sudah berjalan baik dan
mengapa?
 Apa yang belum berjalan baik dan
mengapa?
 Apa yang sekarang akan kita lakukan
berbeda?

251
 Apa yang sekarang akan kita lakukan
sama?
 Apa yang telah terjadi dengan baik di luar
harapan?mengapa?
 Apa hal buruk yang terjadi dan tidak
diharapkan?mengapa?
 Aturan/asumsi baru apa yang perlu dibuat?
 Mengapa kita tidak memprediksikan hal ini
terjadi?
 Bagaimana kita dapat memperbaiki
pembelajaran ke depannya?

2. Mendengarkan yang Efektif (Effective


Listening)
Mendengarkan secara aktif adalah bentuk
mendengarkan dan merespon yang terstruktur
yang memfokuskan perhatian pada si pembicara
dan memotivasi kedua pihak, baik pembicara,
maupun pendengar.

3. Benefit Mendengarkan Secara Aktif

252
1) Cenderung membuat orang berbicara lebih
banyak.
2) Mendorong anda untuk mendengarkan
orang lain dengan penuh perhatian.
3) Menghindari kesalahpahaman dimana anda
harus mengkonfirmasikan apa yang benar-
benar anda pahami tentang apa yang
dikatakan oleh si pembicara.

4. Hambatan Mendengarkan yang Efektif


1) Kita berpikir kita “tahu” apa yang ingin kita
dengarkan.
2) Kita menghakimi bagaimana cara mereka
menyampaikannya bukan isinya (apa yang
dikatakan).
3) Kita mencari konfirmasi, bukan informasi.
4) Apa yang dikatakan, adalah apa yang
seharusnya dikatakan.

5. Aturan Listening/Mendengarkan yang


Efektif
1) Stop bicara

253
Anda tidak dapat sekaligus bicara dan
mendengarkan. Bila anda bicara, maka
anda tidak mendengarkan. Hal ini juga
terjadi ketika anda bicara di dalam kepala
anda. Jika anda sedang berpikir tentang apa
yang akan anda katakan, maka anda sedang
tidak mendengarkan apa yang sedang
dikatakan lawan bicara anda.
2) Beri ruang dalam pikiran untuk mendengar
Berfokuslah untuk bereaksi dan member
respon pada si pembicara. Luangkan juga
ruangan dalam pikiran anda terhadap apa
yang pembicara harus katakan. Diamkan
pikiran anda dan fokuskan perhatian anda
untuk mendengarkan.
3) Tahan untuk menghakimi
Berikan ruang waktuuntuk berpikir dan
bereaksi, tanyakan pada diri sendiri,
“apakah saya sudah mendengarkan cerita
secara utuh”.
4) Hindari men’Cap’ atau memberi label pada
orang terlebih dahulu

254
Manusia itu unik. Kita cenderung
menciptakan label seperti orang ini Liberal,
Kepala Batu, orang bijak dan berpikir kita
tahu apa yang ada di dalamnya. Kita
percaya kita tahu segalanya tentang
seseorang, tetapi mereka sama sekali tidak
sama.
5) Buka pikiran anda
Ketika seseorang mengatakan sesuatu yang
tidak mungkin dilakukan atau tidak
realistis, bukalah pikiran anda, bahwa hal
tersebut bukanlah sesuatu yang tidak baik.
6) Fokus
Bila seseorang sedang bicara, fokuslah. Jika
anda sedang perhatian, tunjukkan beberapa
tanda bahwa anda sedang fokus seperti
kontak mata-tanpa berpikir sama sekali. Di
bawah ini adalah beberapa cara yang
menunjukkan anda sedang mendengarkan :
a. pertahankan kontak mata

255
b. beri tanda non verbal, seperti
mengangguk, menunjukkan sikap
ketertarikan anda.
c. mendorong pembicara untuk
melanjutkan pembicaraan
d. jangan memotong pembicaraan
e. menanyakan pertanyaan terbuka
f. menyimpulkan, hal ini berguna untuk
menghindari kesal ketidakyakinan akan
apa yang diharapkan, atau
kesepakatan.
7) Visualisasi
Sebuah gambar kadang lebih bermanfaat
daripada kata-kata. Beberapa orang lebih
mudah memahami sesuatu secara visual
disbanding dengan orang lain.
Ingatlah nama
8) Langkah pertama untuk mengingat nama
adalah memutuskan bahwa mereka penting
untuk diingat.
9) Menggunakan Pertanyaan
10) Waspada/Aware

256
Kita harus sadar akan si pembicara, baik
verbal maupun non verbal, dan sadar akan
kekuatan dan tantangan kita dalam
mendengar.

6. Coaching dengan Model GROW


Seorang coach akan membantu anggota timnya
untuk memecahkan masalah, membuat
keputusan yang lebih baik, belajar keterampilan
baru, atau bahkan peningkatan karir orang
tersebut.
Model GROW terbukti efektif dapat digunakan
dalam sebuah sesi coaching.

G : Goal = Tujuan
R : Reality = Situasi saat ini
O : Option = Pilihan
W : Will = Kemauan bertindak

1. Tetapkan Gol / Tujuan


Pertama, Coach membantu anggota tim untuk
menetapkan dan menyepakati tujuan atau sesuatu yang
ingin dicapai yang spesifik, dapat diukur dan realistis.

257
Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan :
 Bagaimana anda tahu apakah anda sudah
mencapai tujuan anda?
 Bagaimana anda tahu masalah ini sudah
terselesaikan?

2. Melihat situasi saat ini (Reality)


Selanjutnya, tanyakan kepada anggota tim untuk
menjelaskan situasi mereka saat ini. Langkah ini sangat
penting. Seringkali orang mencoba menyelesaikan suatu
masalah tanpa mempertimbangkan dari titik mana
mereka memulai, dan seringkali mereka kehilangan
beberapa informasi yang mereka butuhkan untuk
menyelesaikan maslah mereka secara efektif.
Ketika seorang anggota tim menceritakan situasi
mereka saat ini, mungkin saja suatu solusi akan mulai
timbul.
Di bawah ini adalah beberapa pertanyaan
coaching yang bermanfaat :
 Apa yang sedang terjadi sekarang?
 Apa, siapa, kapan, dan berapa sering?
 Apa dampak atau hasil dari hal itu?

258
3. Menggali pilihan-pilihan (Option)
Berikutnya adalah menggali kemungkinan-
kemungkinan pilihan yang anda punya untuk
menyelesaikan masalah. Bantu anggota tim anda untuk
mencari sebanyak mungkin pilihan-pilihan baik yang
memungkinkan dan diskusikanlah hal ini.
Tawarkan saran-saran anda, tetapi biarkan
anggota tim anda menawarkannya terlebih dahulu dan
biarkan mereka berbicara lebih banyak.

Di bawah ini adalah beberapa pertanyaan coaching yang


bermanfaat :
 Apa lagi yang dapat anda lakukan?
 Bagaimana jika hambatan ini disingkirkan?
 Apa benefit dan kelemahan dari setiap
pilihan ini?
 Faktor-faktor apa yang akan anda gunakan
untuk mempertimbangkan pilihan ini?

259
4. Menetapkan kemauan/komitmen (will) untuk
bertindak
Dengan mengetahui situasi saat ini dan menggali
pilihan-pilihan yang memungkinkan, anggota tim anda,
sekarang akan mempunyai sebuah ide yang baik
bagaimana ia dapat mencapai tujuannya. Hal ini bagus,
tapi tidak cukup sampai di sini saja. Lalu, langkah
terakhir sebagai seorang coach adalah mendapatkan
komitmen anggota tim anda untuk melakukan sesuatu
yang spesifik. Dalam hal ini, anda akan membantu
menetapkan kemauan atau komitmen dan motivasi untuk
bertindak.
Pertanyaan yang bermanfaat
 Lalu apa yang akan anda lakukan sekarang
dan kapan?
 Apa yang dapat menghambat anda untuk
melangkah selanjutnya?
 Bagaimana anda akan mengatasinya?
 Apakah ini akan membantu mencapai tujuan
anda?
 Bagaimana sepertinya pilihan ini akan
sukses?

260
 Apa lagi yang akan anda lakukan?

10.2 Teknik Pertemuan Pra-Klinik


Anda harus bertemu dengan peserta sebelum
dimulainya sesi praktek klinik. Jadwalkan pertemuan
seawal mungkin agar peserta siap bertemu dengan klien
sebelum klinik dibuka. Ingatlah, bahwa klien tidk
diharapkan menunggu sampai peserta siap, karena hal ini
akan menyebabkan klien dan staff klinik menunggu
terlalu lama.
Pertemuan pra klinik haruslah singkat dan
mencakup tujuan belajar,perubahan jadwal, peran dan
tanggung jawab peserta, tugas-tugas khusus dan topic
pertemuan pasca klinik hari itu. Pertanyaan tentang
kegiatan hari itu dan hari sebelumnya dapat dijawab
selama pertemuan pra klinik. Jika pertanyaan itu dapat
dijawab dengan cepat dan tepat jika tidak, jawablah pada
pertemuan pasca klinik.
Penting bagi anda dan peserta untuk mengadakan
pertemuan pada awal setiap sesi praktek klinik untuk
mengulas tujuan belajar,perubahan jadwal, peran dan
tanggung jawab peserta, tugas-tugas khusus dan topic

261
pertemuan pasca klinik hari itu. Pertemuan pra klinik
harus ditindak lanjuti dengan pertemuan pasca klinik
pada akhir hari klinik.

10.3 Teknik Pertemuan Pasca Klinik


Adalah penting untuk mengakhiri hari dengan
pertemuan pasca klinik yang membahas kegiatan hari itu
dan mengembangkannya sebagai pengalaman belajar.
Anda membutuhkan waktu sedikitnya 1 jam dan lokasi
yang jauh dari tempat pelayanan klien. Tempat
pertemuan haruslah cukup luas untuk memungkinkan
terjadinya diskusi bebas, kegiatan kelompok kecil dan
praktek dengan model. Pertemuan dapat dilakukan diluar
ruangan jika cuaca memungkinkan atau di ruang kelas
bila waktu pelatihan yang berharga tidak terbuang untuk
perjalanan.
Gunakan pertemuan pasca klinik untuk
membahas tujuan belajar hari itu, kemajuan peserta, dan
kasus-kasus yag ditemui pada hari itu. Selama
pertemuan, anda dapat menanggapi pertanyaan meliputi
klien, dan pengetahuan klinik sambil merencanakan sesi

262
klinik berikutnya. Peserta dapat menggunakan model
sebagai praktek tambahan dan menyajikan studi kasus
atau permainan peran yang berhubungan dengan
pengalaman klinik hari itu. Topic yang memungkinkan
untuk kegiatan belajar adalah managemen efek samping,
kualitas pelayanan, penyediaan pelayanan dan hambatan-
hambatan dalam penyediaan pelayanan berkualitas.
Gunakan waktu sedikitnya 1 jam setiap akhir hari
klinik untuk mengadakan pertemuan dengan peserta dan
membahas kegiatan hari itu. Pertemuan paska klinik
memungkinkan peserta untuk lebih memahami
pengalaman kliniknya. Pertemuan pra dan pasca klinik
digunakan untuk mengelola praktek klinik sebelum dan
sesudah sesi praktek. Begitu peserta memulai, anda
bertanggung jawab untuk supervisi praktek klinik
mereka.

10.4 Teknik Bimbingan Klinik


Tugas sulit bagi peneliti dalam setting klinik:
- menjadi pembimbing yang baik
- memberikan umpan balik

263
Sesi umpan balik :
- Terjadi sebelum dan sesudah praktek dengan model
atau klien
- Peserta mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu
diperbaiki
- Pelatih memberikan umpan balik yang spesifik dan
saran untuk memperbaiki kinerja
- Peserta dan pelatih setuju terhadap fokus sesi praktek
Umpan balik selama prosedur yaitu positive dan
korektif:
Umpan balik positif
1. Mudah diberikan di depan klien
2. Dapat diberikan di depan klien
3. Mempertahankan rasa percaya diri peserta
4. Terkendali dan tenang
5. Disampaikan melalui kata-kata, air muka atau
nada bicara
Teknik pemberian umpan balik korektif
 Gunakan air muka atau gerakan tangan
 Sampaikan saran dengan cara yang tenang dan
langsung

264
 Tanyakan pertanyaan yang sederhana dan
langsung tentang prosedur
 Jika perlu, bersiaplah mengambil alih prosedur

10.5 Preseptoring dan Monitoring


Istilah preceptoring dan mentoring tidak memiliki
makna konsisten dan kadang-kadang digunakan secara
bergantian. Untuk tujuan dokumen ini, definisi
operasional dan sebuah kontinum antara preceptoring
dan mentoring disediakan untuk memungkinkan
pembaca untuk menavigasi dokumen, dan juga untuk
memperjelas bahwa istilah-istilah ini berbeda secara
konseptual dalam beberapa aspek. Bagian ini
membandingkan preceptoring, bimbingan dan terkait
"peran mengajar," dan menyoroti beberapa persamaan
dan perbedaan dalam peran penting.

Meskipun dirancang untuk aplikasi umum, tidak


seluruh materi akan relevan dalam setiap situasi. Setiap
situasi harus dinilai secara individual berdasarkan

265
pengetahuan individu, program dan persyaratan
organisasi.
Strategi untuk Membantu preceptors Memfasilitasi
Pembelajaran
1. Mengurangi kecemasan sebelum
memperkenalkan informasi baru, keterampilan.
2. Mulai di tengah jika terasa benar.

3. Fokus pada apa yang relevan dan meninggalkan


sisanya keluar.

4. Sebelum memberikan umpan balik negatif,


tanyakan pada diri sendiri, "Apakah pelajaran
besar?" Kita belajar lebih dari pengampunan dari
dari hukuman.

5. Biarkan pengalaman belajar peserta didik dengan


sebagai indra sebanyak mungkin.

6. Minta pelajar untuk mengulang penjelasan Anda


dalam kata-katanya sendiri. Ini memberitahu
Anda apa yang telah dipelajari dan seberapa baik
Anda menyampaikan informasi.

266
7. Kadang-kadang "tidak" harus digunakan. Ini
adalah sebanyak kata peduli sebagai "ya!"

8. Menciptakan lingkungan dimana "Tidak ada


pertanyaan bodoh."

9. Ambil istirahat saat Anda frustrasi. Tidak ada


seorang guru 24 jam / hari.

10. Tertawa bersama dan menikmati pengalaman.

11. Jangan takut untuk mengatakan "Saya tidak


tahu." Jangan mencoba untuk berpura-pura.

12. Pengulangan membantu mengkonsolidasikan


belajar.

13. Gunakan pertanyaan dengan cara yang tidak


mengancam.

14. Memainkan peran adalah menyenangkan dan


cara mudah untuk menangani isu-isu sensitif.

267
15. Putar pertanyaan kembali ke peserta didik jika
Anda berpikir bahwa mereka harus tahu.

16. Memiliki fun

17. Gunakan sebagai penguat positif banyak,


sesering Anda bisa.

18. Jadilah antusias.

19. Kenali pelajar perlu untuk berbagi

20. Menjaga lingkungan yang menghormati dan


penerimaan.

268

Anda mungkin juga menyukai