Anda di halaman 1dari 65

PROGRAM STUDI

S1 KEPERAWATAN

NAMA MATA KULIAH


PERTEMUAN - 1

IMUNOLOGI

OLEH : NS., RINA MARIYANA, S.KEP., M. KEP

Jl. Soekarno Hatta No.11 Website : Telp. : 0813-7016-


Kel. Manggis Ganting www.fdk.ac.id 7733
Kec. MKS, Kota
Bukittinggi Instagram : Fax : (0752)
Sumatera Barat @universitasfdk 31878
FDK EDUTAINMENT
• Sistem imunitas atau sering juga disebut
kekebalan tubuh, merupakan pertahanan
tubuh menghadapi organisme dan kuman-
kuman berbahaya. Sistem imunitas
merupakan hasil kerjasama dari rangkaian sel,
jaringan, protein, dan organ tubuh.
• Imunologi dasar:
– Innate immunity
Sistem imun bawaan adalah mekanisme suatu organisme
mempertahankan diri dari infeksi organisme lain, yang
dapat segera dipicu beberapa saat setelah terpapar
hampir semua jenis patogen

Peran innate imunity pada 0-12 jam pertama setelah


pathogen masuk kedalam tubuh manusia

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
– Adaptive immunity
Imuniti adalah suatu kemampuan tubuh dalam melawan penyebab infeksi. sel,
jaringan dan molekul bekerja untuk memediasi proses melawan infeksi (Abbas,
2016).
Jika  dianalogikan sistem imunitas adalah mekanisme tubuh dalam
mempertahankan diri dari ancaman pathogen/ musuh serta mengenali diri sendiri/
self.
Leukosit atau yang sering di kenal dengan istilah sel darah putih adalah sel yang
memilki fungsi dan peran penting dalam mencegah terjadinya proses infeksi dan
menjalankan fungsi untuk mengawasi dan memusnahkan pathogen atau musuh
yang masuk dalam tubuh manusia.
Leukosit dikelompokkan berdasarkan morfologi, termasuk jumlah lobus yang
dimiliki nukleusnya dan ada atau tidaknya butiran yang terlihat secara mikroskopis
dalam sitoplasma mereka (Harvey, 2013)
Selain itu system imunitas juga memilki peran untuk mencegah pertumbuhan sel
tumor dan membersihkan cell yang mati.
• Adaptive immunity berperan pada 12 jam -5 hari dimana B-lymphosyt dan
T-lyphosyt berperan.
Risalah sistim imun

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
• Masalah imunologis pada pasien kritis:
– Trauma/luka bakar
– Sepsis
– Alergi
IMUNOLOGI DASAR

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Organ limfoid
Sistem
imun tubuh terdiri
dari sel, jaringan,
protein,
dan organ.
Beberapa
komponen
utama sistem
imun: sel darah
putih (leukosit),
antibodi
(Imunoglobulin
atau
Ig), sistem komple
men, sistem limfa
tik, timus, dan
sumsum tulang
belakang.

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Sel yang berperan

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Fungsi umum sistim imun
• Pertahanan terhadap invasi patogen: bakteri,
virus, parasit, fungi
• Respon anti-kanker
• Pembuangan komponen non-self/ benda asing
• Pencegahan respon self-reactive/autoreactive
(autoimun)
• Pencegahan alergi

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Pembagian sistem imun
Sistem imun spesifik dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan
dapat memacu perkembangan respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut.

Sistem imun
Sistem imun spesifikertahanan tubuh bawaan
karena sistem imunitas nonspesifik ini merupakan garis utama tubuh yang
pertama dalam melawan semua patogen yang masuk ke tubuh kita

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting
10/12/2020 SI/DFV
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Instagram : 7733 11
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Pertahanan imun :
Sistim imun non spesifik Sistim imun spesifik
• Komponen alami • Ditujukan untuk
tubuh misal kulit, silia mikroorganisme
sal. nafas, asam tertentu
lambung, dll • Mengenali benda asing
• Tidak ditujukan untuk & menyingkirkannya
mikroorganisme • Limfosit T & B
tertentu

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting
SI/DFV
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Instagram : 7733 12
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
fisik & biokimia
SISTEM IMUN Komplemen 🡪 bakteri

humoral C reaktif protein 🡪 bakteri


Sistem imun non spesifik
Interferon 🡪 virus

Fagosit 🡪 bakteri
selular
NK sel 🡪 virus
Makrofag 🡪 pengenal
Sistem imun antigen
Sel mast 🡪 reaksi alergi

humoral Limfosit B 🡪 membentuk antibodi

Sistem imun spesifik

selular Limfosit T 🡪 mengaktifkan sel


B
Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting
SI/DFV
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Instagram : 7733 13
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Imun adaptif

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Koordinasi Sistem Imunitas Tubuh

Antigen masuk ke tubuh

Fase
Identifikasi Imunitas non spesifik terangsang

Fase
Diferensiasi Infeksi teratasi Infeksi tidak dapat diatasi
-Kooperasi

Reaksi stop (berhenti)

???
Tubuh tetap sehat
Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting
SI/DFV
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Instagram : 7733 15
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Koordinasi Sistem Imunitas Tubuh

Infeksi tidak dapat diatasi

Meminta bantuan imunitas spesifik

Limfosit T Limfosit B

Sel T memory: Membentuk antibodi (Ig)


Fase pendataan antigen yang sesuai
Efektor Sel T sitotoksik/killer: IgM: pertama dibentuk
menyerang antigen IgG: dibentuk pada akhir
Sel T helper: serangan
membantu pembentukan Ig oleh sel B
Sel T suppressor:
menghentikan reaksi Ag-Ab bila Rx
10/12/2020
telah selesai Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis
Ganting
SI/DFV
Website
Instagram :
: www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
7733 16
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Memory cells

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Gangguan fungsi pada sistem imunitas dapat menyebabkan empat kondisi khusus yang
mengganggu kesehatan anak, yaitu:
• Reaksi alergi yaitu reaksi berlebihan dari sistem imunitas terhadap faktor/senyawa
yang dianggap asing dan berbahaya. Reaksi alergi akibat gangguan sistem imunitas
bisa memicu terjadinya asma, eksim, dan alergi terhadap berbagai macam alergen
seperti obat, makanan, dan lingkungan.
• Gangguan autoimun. Kondisi di mana sistem imunitas menyerang organ dan jaringan
tubuh yang sehat karena dianggap benda asing. Kondisi ini terjadi pada penyakit
lupus, scleroderma, serta radang sendi pada anak.
• Gangguan imunodefisiensi. Kondisi di mana sebagian dari sistem imunitas
menghilang atau tidak berfungsi, disebut juga kekurangan kekebalan tubuh. Contoh
penyakit akibat kekurangan kekebalan tubuh antara lain defisiensi IgA yaitu
kekurangan Imunoglobulin A yang merupakan zat antibodi pada air liur dan cairan
tubuh lainnya dan sindrom Chediak-Higashi yaitu ketidakmampuan sel darah putih
jenis netrofil melaksanakan tugasnya sebagai pemakan kuman.
• Kanker sistem imunitas. Dua jenis kanker yang berkaitan dengan sistem imunitas
adalah kanker sel darah putih atau leukemia yang sering terjadi pada anak-anak dan
limfoma yaitu kanker yang muncul dalam sistem limfatik.
• Proses Pembentukan
• Sistem imunitas dibentuk sejak awal kehidupan, yaitu
dalam masa kandungan. Sistem imunitas ini akan terus
berkembang seiring dengan pertambahan usia. Itu
sebabnya bayi dan anak-anak tampak lebih sering
terkena infeksi atau sakit, jika dibanding remaja atau
dewasa. Alasannya, sistem imunitas pada bayi dan
anak masih belajar mengenali dan melindungi tubuh
dari kuman yang masuk. Sedangkan pada anak remaja
dan orang dewasa, sistem imunitas tubuhnya sudah
langsung mengenali jenis kuman dan segera
menyerangnya begitu kuman masuk ke dalam tubuh.
• Bayi yang baru lahir mendapat dukungan sistem imunitas
melalui air susu ibu (ASI) yang pertama kali keluar atau
disebut kolostrum. Kolostrum mengandung
immunoglobulin A (IgA) yang mampu melindungi tubuh
bayi dari kuman. Caranya, dengan membentuk jaringan
pelindung pada usus, hidung, dan tenggorokan.
• Saat menyusui, bayi memperoleh antibodi dan faktor
pelindung kuman lain dari tubuh ibunya. Kedua hal inilah
yang akan memperkuat sistem imunitas. Hal tersebut akan
membantu memerangi infeksi dan berbagai penyakit seperti
diare, infeksi telinga dan pernapasan, serta meningitis. Bayi
menyusui juga terlindung dari asma, obesitas, alergi,
diabetes, serta sindrom kematian bayi mendadak atau 
sudden infant death syndrome (SIDS).
• Perlindungan ASI terus berlanjut bahkan jauh setelah masa menyusui telah selesai.
Penelitian menunjukkan, bayi yang memperoleh ASI memiliki risiko lebih rendah
terhadap kanker karena menurut dugaan, bayi didukung sistem imunitas yang baik.
Selain itu, ASI juga dapat menghindarkan penyakit  yang diperoleh pada masa
mendatang misalnya diabetes tipe 1 dan 2, kolesterol tinggi, dan peradangan pada
usus, bahkan tekanan darah tinggi yang bisa menyerang seseorang di usia remaja.
• Secara umum, rendahnya sistem imunitas dapat menyebabkan terganggunya proses
tumbuh kembang anak, yang mungkin disertai dengan penyakit paru-paru.
Gangguan fungsi imunitas juga dapat memicu terjadinya alergi, (termasuk asma dan
eksim pada kulit), atau sensitivitas terhadap debu, cuaca, makanan, dan obat-obatan
tertentu.
• Pada kasus anak-anak yang terinfeksi HIV (penyakit virus yang melemahkan sistem
imunitas tubuh), umumnya juga disertai kegagalan tumbuh kembang penderitanya.
Adanya tanda kekurangan gizi yang parah, berat tubuhnya tidak naik walaupun
mendapat asupan, terlambat bicara, atau bila anak-anak sudah mencapai usia
sekolah akan terlihat kesulitan berkonsentrasi dan mengingat.  Virus HIV menyerang
tidak hanya sistem imunitas tubuh tapi juga memengaruhi sistem persarafan pusat,
yaitu otak.
MASALAH IMUNOLOGIS PADA
PASIEN KRITIS
Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Kondisi
• Neonatus dan bayi prematur
• Penggunaan obat imunosupresif
• Penyakit Infeksi
• Penyakit hematologis dan infiltratif
• Trauma dan pembedahan
• Lainnya

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Neonatus
• Imunodefisiensi primer
• Lebih banyak sel imatur
• Pengenalan antigen masih sedikit

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Konsekuensi trauma
• Leukositosis (neutrofilia, limfopenia)
• Penurunan respon proliferasi limfosit pada
mitogen
• Aktivitas sitotoksik sel T menurun atau buruk
• Ekspresi hipersensitivitas tipe lambat sangat
buruk
• Penurunan produksi IL-2 dan IFN-γ
• Peningkatan sitokin pro-inflamasi (IL-1, IL-6, TNFα)
• Produksi antibodi terganggu

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Infeksi/Sepsis (ATS dan ASCCM)
• Infeksi: Respons inflamasi terhadap
keberadaan mikroorganisme atau invasi
jaringan host yang biasanya steril
• Bakteremi: terdeteksinya bakteri dalam darah
• Sepsis: suhu < 36 atau > 38 C, FDJ > 90x/mnt,
Leukosit < 4000 atau > 12000/mL
• Sepsis berat: disfungsi organ, hipoperfusi,
hipotensi
Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Kemotaksis
Tatalaksana pada sepsis
• Tidak ada terapi imunomodulasi pada sepsis
(untuk meningkatkan sitokin antiinflamasi
atau menurunkan sitokin proinflamasi) saat ini
yang dapat menurunkan mortalitas
• Pemberian antibiotik yang tepat bersama
menjaga perfusi jaringan masih lebih unggul
• Kortikosteroid tidak terbukti dapat
menurunkan mortalitas
Penggunaan obat pada pasien kritis
Opioid
Penggunaan obat pada pasien kritis
• Sedatif:
– Propofol: menekan kemotaksis, fagositosis dan
respiratory burst neutrofil → menurunkan
kemampuan mengeliminasi bakteri
– Benzodiazepin (diazepam, nitrazepam) : menekan
aktivitas kemotaksis dan adhesi sel imun,
fagositosis, respiratory burst sel Natural Killer
Penggunaan obat pada pasien kritis
• Antibiotik
– Makrolid (misal eritromisin) dan kuinolon (misal
siprofloksasin) dianggap memiliki fungsi
imunomodulasi
• NSAID
– Pemakaian dalam dosis rendah dianggap dapat
mengurangi produksi sitokin proinflamasi selain
mengurangi rasa nyeri (misal diklofenak)
• Steroid
– Efek secara umum adalah imunosupresi dengan
menurunkan aktifitas sitokin proinflamasi
Alergi obat
Reaksi alergi tipe cepat
(Hipersensitifitas tipe I)

Gejala:
Urtikaria
Bronkokonstriksi
Syok anafilaksis
Pengobatan
Alergi obat: reaksi hipersensitifitas tipe 2 dan 3
• Pengobatan untuk reaksi hipersensitifitas tipe
3 adalah imunosupresan, antara lain steroid
Assalammualaikum wr,wb

KELAINAN SISTEM IMUN/AIDS

Jl. Soekarno Hatta No.11, Kel. Manggis Website : www.fdk.ac.id Telp. : 0813-7016-
Ganting Instagram : 7733
Kec. MKS, Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat @universitasfdk Fax : (0752) 31878
Definsi
AIDS adalah sindrom akibat defisiensi imunitas seluler
tanpa penyebab lain yang diketahui dan ditandai dengan
infeksi opurtunistik keganasan yang berakibat fatal.
Munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan
berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah
terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah
seseorang terinfeksi oleh HIV. Berdasarkan hal tersebut,
penderita AIDS digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu :
Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukan gejala
klinis (penderita AIDS).
Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukan
gejala klinis (penderita HIV). T.H. Rampengan , SPA(K) . (2007).
Epidemologi
Kasus AIDS pertama kali ditemukan di san fransisco
pada seorang dewasa tahun 1981, sedangkan pada
anak dilaporkan pada tahun 1983. Tiap tahun
terdapat hampir 1.800 infeksi HIV baru yang menimpa
anak-anak berusia dibawah 15 tahun, sebagian besar
karena penularan dari ibu ke anak. 1.400 anak berusia
di bawah 15 tahun meninggal karena penyakit yang
berkaitan dengan AIDS. Tiap tahun lebih dari 6000
orang muda berusia antara 15-24 tahun, terkena
infeksi HIV. T.H. Rampengan , SPA(K) . (2007).
ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah HIV, yaitu virus yang tergolong
dalam keluarga retrovirus, subkelompok lentivirus. Virus ini
ditemukan pertama kali oleh montaigner pada tahun 1983 di
perancis dan gallo pada tahun 1984 di amerika. Saat ini ada 2
tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang berbeda struktur maupun
antigenitasnya dan hanya homolog dalam 40% sekuen asam
amino. Infeksi HIV-1 sering ditemukan di amerika, eropa
barat, haiti dan afrika tengah sedangkan HIV-2 lebih banyak
diafrika barat .
HIV termasuk dalam golongan retrovirus berinti RNA dan
mempunyai enzim reverse transcriptase yang mampu
mengubah kode genetik dari DNA ke RNA.
CARA PENULARANYA PADA
ANAK
1. Penularan AIDS kepada anak-anak
bayi :
2. Ketika anak masih berada dalam
kandungan
3. Pada saat proses persalinan
berlangsung
4. Melalui ASI
5. Menerima produk hasil darah
6. Pemakaian alat suntik yang tercemar
Faktor resiko
Dilhat dari proses penularan yang telah disebutkan diatas
tadi, faktor resiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak
adalah :
1. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
2. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti
3. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangan penyalahgunaan
obat suntikan
4. Bayi atau anak yang mendapat komponen darah
5. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik yang
tidak steril
6. Anak remaja dengan hubngan seksual berganti-ganti
pasangan . T.H. Rampengan , SPA(K) . (2007).
Masa inkubasi
Masa inkubasi penyakit ini mulai
terjadinya infeksi sampai timbulnya
gejala penyakit sangat lama, terbanyak
adalah kurang dari 1 tahun.
Stadium
1. Stadium klinis 1
a. Tanda gejala (asimtomatis)
b. Limfadenopati generalisata persisten
2. Stadium klinis 2
c. Hepatosplenomegali persisten tanpa alasan
d. Erupsi papular pruritis
e. Infeksi virus kutil yang luas
f. Mo;uskum kontagiosum yang luas
g. Infeksi jamur di kuku
h. Ulkus mulut yang berulang
i. Pembesaran parotis persisten tanpa alasan
j. Eritema lineal gingival (LGE)
k. Herpes zoster
l. Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis .
3. Stadium klinis 3
a. Malnutrisi sedang tanpa alasan jelas tidak membaik dengan
terapi baku
b. Diare terus-menerus tanpa alasan
c. Kandidiasis oral terus menerus
d. Gingivitis atau periodontitis nekrositing berulkus yang akut
e. Tuberkoulosis pada kelenjar getah bening
f. Tuberkulosis paru
g. Pnemunia bakteri yang parah dan berulang
h. Pneumonitis limfoid interstitialis bergejala
i. Penyakit paru kronis terkait HIV termasuk bronliektasis
j. Anemia, neutropenia, dan trombositopenia kronis tanpa
alasan
4. Stadium klinis 4
a. Wasting yang parah tidak bertumbuh atau malnutrisi yang parah
tanpa alasan dan tidak menanggapi terapi yang baku
b. Pneumonia pneumosistis
c. Infeksi bakteri yang parah dan berulang
d. Infeksi herpes simpleks kronis
e. Tuberkulosis diluar paru sarkoma kaposi 2
f. Kandidiasis esofagus
g. Toksoplasmosis sistem syaraf pusat
h. Ensefalopati HIV
i. Infeksi sitomegalovirus
j. Kriptokokosis di luar paru
k. Mikosis diseminata endemis
l. Kriptosporidiosis kronis
m. Isosproriasis kronis
n. Limfoma serebral
o. Nefropati bergejala terkait HIV. T.H. Rampengan , SPA(K) .
(2007).
1. Manifestasi klinik
a. Nonspesifik c. Komplikasi
a) Demam a). Oral lesi
b) Gangguan pertumbuhan b). Neorologi
c) Kehilangan berat badan c).
d) Hepatomegali Gastrointestinal
e) Limfadenopati d). Respirasi
f) Splenomegali e). Dermatologik
g) Parotitis f). Sensorik
h) Diare
 
b. Spesiik
i) Gangguan tumbuh kemabang
j) Gangguan pertumbuhan otak
k) Defisit mototris yang progresif
l) Lymphoid intertitial pneumonitis
m) Tumor . (T.H. Rampengan , SPA(K) . (2007).
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan ELISA/EIA
2. Pemeriksaan western blot
3. Polymerase chain reaction (PCR). (T.H.
Rampengan , SPA(K) . (2007).
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Umum
a. lut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya
keradangan paru, encelofati dll. Pada pengkajian
anak HIV positif atau AIDS .
b. Keluhan utama dapat berupa :
c. Demam dan diare yang berkepanjangan
d. Tachipnae
e. Batuk
f. Sesak nafas
g. Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan
:
1. Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
2. Diare lebih dan satu bulan
3. Demam lebih dan satu bulan
4. Mulut dan faring dijumpai bercak putih
5. Limfadenopati yang menyeluruh
6. Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
7. Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
8. Dermatitis yang menyeluruh
PEMERIKSAAN FISIK
1. pemeriksaan mata
2. Pemeriksaan mulut
3. Sistem pernafasan
4. Pemeriksaan sistem pencernaan
5. Pemeriksaan sistem kardivaskuler
6. Pemeriksaan integrumen
7. Pemeriksaan sitem perkemihan
8. Pemeriksaan sistem neorologi
9. Pemeriksaan sistem muskuloskeletal
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan pertahan
tubuh adanya organisme infeksius
2. Deficit volume cairan b.d diare
3. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kekambuhan penyakit,diare, hilangnya nafsu
makan dan kandidiasis oral
4. kerusakan interaksi social b.d pembatas
fisik,hospitalisasi dan stigma HIV
Sistem lupus erythematosus
(SLE)
1.Defenisi sistem lupus erythematosus
(SLE)

Adalah penyakit autoimun kronik yang


melibatkan berbagai organ dengan manifestasi
klinis yang bervariasi dimana sebabnya belum
diketahui,pasien akan membentuk antibodi
yang salah arah sehingga merusak organ
seperti ginjal,hati,sendi,sel darah
merah,leukosit atau trombosit.
2.Etiologi SLE
1.Faktor genetik
2.Faktor lingkungan
a.infeksi
b.antibiotik
c.faktor sinar matahari
d.stres yang berlebihan
e.obat-obatan yang tertentu
3.Manifestasi Klinis SLE
Ditandai dengan gejala klinis yang tidak spesifik
antara lain :lemah,lesu,panas,mual,nafsu makan
turun dan berat badan menurun.

Tanda dan gejala umum pada anak :


a. Demam lama tanpa penyebab jelas
b. Anak tampak pucat dan memiliki riwayat
transfusi darah berulang
c. Rambut rontok,sesak napas,nyeri dada.
4.Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya
regulasi kekebalan yang menyebabkan
autoantibodi yang berlebihan,gangguan
imunoredulasi, dan obat-obat tertentu.Pada
SLE,peningkatan produksi autoantibodi
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-
supresor yang abnormal sehingga
timbulpenumpukan imun.
5.KLASIFIKASI SLE
Terdapat 3 jenis lupus:
a. Lupus eritmatosus sistematik yang dapat
menimbulkan komplikasi seperti lupus otak
b. Lupus diskoid adalah lupus kulit
c. Lupus obat,yang timbul akibat efek samping
obat.
6.Komplikasi SLE
a.Penyakit ginjal
b.Penyakit jantung
c.Penyakit paru-paru
d.Gangguan peredaran darah
e.Gangguan saraf dan mental
7.Pemeriksaan penunjang SLE
a.Patologi anatomi
b.Imunofluoresensi kulit
c.Serologi
d.Hematologi
e.urinalisa
8.Penatalaksanaan SLE
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuannya adalah untuk mengurangi gejala
penyakit,mencegah terjadinya inflamasi dan
kerusakan jaringan,memperbaiki kualitas hidup
pasien,memperpanjang ketahanan
pasien,memonitor manifestasi
penyakit,menghindari penyebaran penyakit serta
memberikan edukasi.Pengobatan SLE berupa :
1.terapi nonfarmakologi
2.terapi farmakologi
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA
PENYAKIT SLE
1. PENGKAJIAN
Melakukan kegiatan pengumpulan data dari sumber-sumber
tertentu,memvalidasi data,mengorganisasikan,melaporkan dan
mendaftar data.
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data-data yang telah dikelompokkan kemudian di analisa kedalam
permasalahan keperawatan dalam bentuk diagnosa yang muncul :
a) Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik
psikososial.
b) Hipertermia berhubungan dengan inflamasi.
c) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan.
d) Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik
e) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi.
lanjutan
3.Intervensi keperawatan
Tahap ini merupakan tahap ketiga. Pada tahap ini intervensi
dirumuskan dengan berbagai referensi dan disesuaikan
dengan kebutuhan klien. Beberapa referensi yang di
dapatkan yaitu NIC,NOC dan SIKI,SLKI
4.Implementasi keperawatan
Tahap ini merupakan tahap keempat. Pada tahap ini
implementasi sejalan dengan intervensi karena tindakan
keperawatan yang harus dilakukan harus sesuai dengan
intervensi/perencanaan dari kebutuhan pasien
5.Evaluasi keperawatan
Ini merupakan tahap kelima atau terkahir. Pada tahap ini hasil
dari evaluasi menunjukkan apakah berhasil kepada pasien
atau dapat memanfaatkan nya atau tidak.
universitas

FORT DE KOCK Terima kasih


bukittinggi
Jl. Soekarno Hatta No.11 Website : Telp. : 0813-7016-
Kel. Manggis Ganting www.fdk.ac.id 7733
Kec. MKS, Kota
Bukittinggi Instagram : Fax : (0752)
Sumatera Barat @universitasfdk 31878

FDK EDUTAINMENT

Anda mungkin juga menyukai