Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan salah satu metode penelitian analitik observasional, yaitu

pendekatan kasus-kontrol. Pendekatan kasus-kontrol dalam penelitian ini yang dimaksud

dengan membagi 2 kelompok untuk melakukan observasi pada objek yang akan dituju dan

membandingkan apakah ada perbedaan anatara kelompok yang akan diteliti (Siswanti

Siswanti, & Wijayanti, Y. (2018). Faktor Risiko Lingkungan Kejadian Kusta. Higeia(Journal

of Public Health Research and Development), 2(3), 2018). Penelitian ini dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Tongas Kabupaten Probolinggo. Desain penelitian analitik observasional

merupakan penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tongas Kabupaten

Probolinggo. Waktu penelitian akan dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 12 Desember

2021 selama 6 hari.

4.3 Populasi dan Sampel

Teknik sampling merupakan cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan

ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan

beberapa sifat dan penyebaran populasi supaya diperoleh sampel yang representative oleh

penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono purposive sampling adalah teknik dalam menentukan sampel penelitian

dengan pertimbangan tertentu berguna supaya data yang diperoleh bisa representatif . Teknik

ini menggunakan kriteria yang telah dibuat oleh peneliti dalam memilih sampel penelitian

(Iswara, 2019).
4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian yang akan dilakukan yaitu 27 orang yang terkena kusta atau

tertular kusta.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 25 orang terkena atau tertular

kusta.

4.3.3 Besar sampel penelitian

Pada penelitian ini akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan

kelompok control untuk membandingkan apakah ada hubungan antara kondisi lingkungan

dengan penularan kusta.

n = N / (1 + (N x e²))

n = 27 / (1 + (27 x 0,052))

n = 27 / 1,0675

n = 25,2

keterangan :

n : jumlah sampel

N : populasi

e2: Margin of error yang ditetapkan adalah 5% atau 0,05

Jadi, sampel pada penelitian ini yang akan diambil terdiri dari :

1. 25 sampel penderita kusta


2. 25 sampel tidak pernah terkena kusta

4.3.4 Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik Purposive Sampling akan digunakan pada proses penelitian ini. Tekhnik

purposive sampling merupakan tekhnik penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria atau

pertimbangan tertentu. Adapapun kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu kondisi fisik lingkungan dirumah masyarakat terkena kusta berupa suhu, ventilasi,

plavon, dinding, lantai, kecerahan rumah, kelembaban, jarak kamar, ketersediaan jendela, air

bersih dan ketersediaan jamban atau toilet (sugiyono 2008), (Yulia & Sari, 2020).

4.3.5 Karakteriatik Sampel Penelitian

1. Masyarakat anak dan dewasa yang terkena penyakit kusta

2. Masyarakat yang bertempat tinggal didaerah tongas

4.3.6 Variabel Penelitian

4.3.6.1 Variabel Independen

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Siswanti Siswanti, & Wijayanti,

Y. (2018). Faktor Risiko Lingkungan Kejadian Kusta. Higeia(Journal of Public

Health Research and Development), 2(3), 2018) ada beberapa variabel yang

digunakan untuk mengukur kondisi lingkungan rumah yaitu :

Variabel Indikator
1. Ventilasi Rumah Ada atau tidaknya ventilasi rumah
2. Plafon Ada atau tidaknya plavon rumah
Kondisi dinding dirumah dinding tidak permanen
3. Dinding
atau dinding permanen
Lantai rumah menggunakan tanah plester atau
4. Lantai
keramik
5. Kecerahan Rumah Kecerahan rumah terang atau gelap
6. Jarak Kamar Jarak antara kamar tidur berkerumun atau tidak
7. Ketersediaan Jendela Ada atau tidaknya jendela rumah
8. Ketersediaan Air Bersih Ada atau tidaknya ketersediaan air bersih rumah
9. Ketersediaan Jamban atau Toilet Ada atau tidaknya jamban atau toilet rumah

4.3.6.2 Variabel Dependen

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah penularan kusta

4.3.7 Definisi Operasional

1. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilinginya (hidup, mati, nyata,

abstrak) dan suasana yang tercipta melalui interaksi antara unsur-unsur alam. Penyakit

Berbasis Lingkungan adalah suatu keadaan patologis berupa kelainan fungsional atau

morfologis suatu organ yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu di

sekitarnya yang berpotensi menjadi sakit (Marsanti & Ardiani, 2020)

Menurut Blum, lingkungan merupakan faktor penyumbang terbesar kejadian

penyakit. Lingkungan dapat menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bakteri, termasuk

bakteri penyakit kusta. Rumah merupakan bagian dari lingkungan fisik yang dapat

mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Rumah yang menjadi tempat tinggal

harus memenuhi syarat kesehatan seperti memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,

pencahayaan yang cukup, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang terbuat

bukan dari tanah (Ratnawati, 2016)

2. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah

Mycobacterium leprae yang bersifat intra selular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas

pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ

lain kecuali susunan saraf pusat.Faktor-faktor yang dapat menularkan adalah keadaan sosial
ekonomi dan lingkungan, genetik, perubahan imunitas, dan kemungkinan adanya reservoir

diluar manusia. Kusta terdapat di beberapa benua terutama di Asia, Afrika, Amerika latin,

daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah. Makin rendah

sosial ekonomi makin berat penyakitnya, sebaliknya faktor sosial ekonomi tinggi sangat

membantu penyembuhan. Ada variasi reaksi dengan infeksi M. leprae yang mengakibatkan

variasi gambaran klinis (sprektum dan lain-lain) di pelbagai suku bangsa. Hal ini diduga

disebabkan oleh faktor genetik yang berbeda (Kabupaten & Utara, 2014).

4.4 Pengukuran Variabel

Tahapan dari penelitian yang akan dilakukan adalah tahap persiapan, pegumpulan

data, pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Urutan secara detail sebagai

berikut :

4.4.1 Persiapan

Melakukan observasi secara langsung pada masyarakat yang terkena kusta di Tongas

Kabupaten Probolinggo dan membuat perjanjian terhadap masyarakat terkait dengan

pengisian kuesioner pada pertemuan selanjutnya.

4.4.2 Pengumpulan Data

Melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner terhadap masyarakat

daerah Tongas yang terkena kusta

4.4.3 Pengolahan dan Analisis Data

Setelah hasil dari penyebaran kuesioner didapatkan maka melakukan pengolahan data

dengan menganalisis apakah ada hubungan antara kondisi lingkungan dengan

penularan kusta sesuai dengan kuesioner yang diisi oleh masyarakat daerah Tongas.
4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Kuesioner

Digunakan untuk memperoleh data primer. Kuesioner ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana kondisi lingkungan masyarakat di Tongas yang terkena kusta

4.5.2 Program SPSS

Software analisis statistika digunakan untuk mengolah hasil kuesioner dan menguji

normalitas, validitas, dan reliabilitas.

4.6 Metode Analisis

4.6.1 Pengukuran Data

4.6.1.1 Semantic Differential Scale

Semantic differential scale yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya

bukan pilihan ganda maupun cecklist, tetapi tersusun dala satu garis kontinu dimana

jawaban yang sangat positif terletakdi bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat

negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.

Skala perbedaan semantik ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana

pandangan seseorang terhadap suatu konsep atau objek apakah sama atau berbeda

tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan

secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian (Astuti et al.,

2015).

Variabel Sematik
1. Ventilasi Ada atau Tidak
2. Plavon Ada atau Tidak
3. Dinding Permanen atau Tidak Permanen
4. Lantai Tanah Plester atau Keramik
5. Kecerahan Rumah Terang atau Gelap
6. Jarak Kamar Berkerumun atau Tidak Berkerumun
7. Ketersediaan Jendela Ada atau Tidak
8. Ketersediaan Air Bersih Ada atau Tidak
9. Ketersediaan Jamban atau Toilet Ada atau Tidak

4.7 Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data Observasi

Hasil dari pengolahan data observasi pada masyarakat Tongas Kabupaten Probolinggo

terkait dengan pengamatan yang dilakukan bagaimana kondisi fisik lingkungan di

daerah tersebut.

4.7.2 Pengolahan Data Kuesioner

Data kuisioner dilakukan dengan pengisian kuesioner kepada masyarakat penderita

kusta. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan

dengan kejadian kusta di Tongas Kabupaten Probolinggo. Jawaban dari responden

diukur dari semantic differential scale.

4.8 Analisis yang akan dilakukan

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah anaisis yang dilakukan terhadap masingmasing variabel dan

hasil penelitian dan dianalisis untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap

variabel. Kemudian hasil yang didapatkan dimasukan dalam tabel frekuensi. Analisis

univariat dilakukan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

P = Presentase
X = Jumlah kejadian pada responden

N = Jumlah seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari korelasi

atau pengaruh antara 2 variabel atau lebih yang diteliti. Pada penelitian ini sebelum

dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk

mengetahui normal atau tidaknya data yang ada. Pengujian normalitas dilakukan

dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan membandingkan nilai

skewness dan kurtosis (Notoatmodjo, 2010).

Bila data telah terdistribusi normal maka analisis bivariat dilakukan

menggunakan uji korelasi product moment karena data berbentuk interval. Namun

bila data tidak terditribusi normal maka skala data diturunkan menjadi ordinal atau

nominal sehingga analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi product

moment.

Keterangan :

N : jumlah responden

X : pertanyaan nomor ke-x

Y : skor total

XY : skor pertanyaan nomor ke-x dikali skor total

Apabila dari perhitungan didapatkan nilai signifikansi (p) lebih kecil dari taraf

kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1) diterima dan H0 ditolak yang artinya ada

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika didapatkan nilai signifikansi
(p) lebih besar dari taraf kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1) ditolak dan H0

diterima yang artinya tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melakukan uji analisis dua variabel atau

lebih. Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang paling

berpengaruh terhadap variabel bebas.

4.9 Kerangka Alur Penelitian

Rumusan masalah : Bagaimana Kondisi


Lingkungan dapat Memoengaruhi
Penularan Kusta?

Observasi

Pengumpulan data dengan


kuesioner

Analisis data

SPSS :

1. Analisis
univariat
2. Analisis
Bivariat
3. Analisis
Multivariat

Interpretasi

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai