Anda di halaman 1dari 73

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI SISWA SMA


KELAS X DAN XI TENTANG PRE MENSTRUAL SYNDROME
(Studi di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Bulan Mei 2014)

Oleh :

POPPY WIJAYANTI
NIM : 11.14.1038

AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA


SURABAYA
2014

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI SISWA SMA


KELAS X DAN XI TENTANG PRE MENSTRUAL SYNDROME

(Studi di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Bulan Mei 2014 )

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Menyelesaikan Program Diploma III Kebidanan

Oleh :
POPPY WIJAYANTI
NIM : 11.14.1038

AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA


SURABAYA
2014

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Remaja Putri
Siswa Kelas X dan XI SMA tentang, Pre Menstrual Syndrome ini telah disetujui dan
disyahkan pada tanggal :

Mahasiswa,
POPPY WIJAYANTI
NIM : 11.14.1038

Mengetahui,
Pembimbing

Ely Tjahjani, S.Kep, Ns. M.Kep


NIDN : 0728095803

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disetujui oleh Tim Penguji


Pada Ujian Sidang Program Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
Tanggal :

TIM PENGUJI

TANDA TANGAN

Ketua

Anggota Penguji :

dr. Hernadi Hermanus, MM


NIDN : 0730086903

1. Tri Indah Idi Retnani, SST


NIDN : 0707107602

2. Ely Tjahjani, S. Kep., Ns., M. Kep


NIDN : 0728095803

Mengetahui
Program Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
Direktur

SUGIARTI, SKM., M.Kes


NIDN : 0730066804

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tanggan dibawah ini :
Nama
:
POPPY WIJAYANTI
NIM
:
11.14.1028
Tempat Tanggal Lahir :
Surabaya, 4 Oktober 1992
Menyatakan Bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul Gambaran Pengetahuan
Remaja Putri Siswi SMA Kelas X dan XI tentang Pre Menstrual Syndrom (Studi di
SMA Hang Tuah 1 Surabaya Bulan Mei 2014) adalah bukan Karya Tulis Ilmiah
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapat sangsi akademik.

Surabaya, Agustus 2014


Yang menyatakan

POPPY WIJAYANTI

Mengetahui,
Pembimbing

Ely Tjahjani, S.Kep, Ns., M.Kep


NIDN : 0728095803

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Setiap langkah iringi dengan Doa karena Dia tak akan pernah

lelah dan

tidur untuk mendengarkan doa yang kita panjatkan pada-Nya

Karya Tulis ini kupersembahkan :


Allah SWT yang selalu melindungi, menolong, memberkati dan menemani
disaat senang maupun susah.
Kedua Orang tua dan semua keluargaku yang selalu memberikan kasih
sayang, dukungan, dan tak pernah berhenti mengasihi dengan doanya yang
tulus.
Wali Kelas Henny Juaria, SKM.,M.Kes Erni Kurniawati, SST serta Semua
Staf Dosen, Terima Kasih atas Dukungan, Semangat dan Bimbingannya.
Ibu Ely Tjahjani, S.Kep, Ns., M.Kep, terima kasih atas kesabarannya
dalam membimbing penyususnan proposal dan KTI ini.
Saudara dan sahabat terbaik Septi, Novita, Gadis, Anik, Bunga, Rohmatul,
Rezy, Elok, Elita, Eka, Fyanti, Rizky, Agil yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan doa.
Teman-teman seperjuangan angkatan XIV yang telah bekerja sama, saling
mendukung, menguatkan dan menyemangati satu sama lain untuk sukses
bersama.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul Gambaran Pengetahuan
Remaja Putri Siswa Kelas X dan XI SMA tentang Pre Menstrual Syndrome (Studi
Kasus di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Bulan Mei 2014).
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini merupakan tugas terstruktur, merupakan
persyaratan untuk penelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program
Diploma III Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
Pada kesempatan ini pula perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Sugiarti, SKM., M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya.
2. Drs. Suwito selaku Kepala Sekolah SMA Hang Tuah 1 Surabaya
3. Ely Tjahjani, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam memberikan petunjuk, koreksi
serta saran sehingga terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan
membekali material selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Teman-teman kampus Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya yang telah
memberikan dukungan
6. Seluruh Dosen Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya yang telah
memberikan ilmu, baik berupa teori maupun praktek dan selalu membimbing
kami sampai bisa dan memberikan doa restu pada kami dalam menuntut ilmu di
kampus kami Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
berikutnya.

Surabaya, April 2014

Penulis

ABSTRAK

Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis,


dan emosi
yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80-95
% perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang
dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Berdasarkan survei
pendahuluan di SMA Hang Tuah 1 dengan 10 siswa kelas X dan XI di SMA Hang
Tuah 1 didapatkan remaja putri memiliki pengetahuan baik 6 orang (60 %) dan yang
mengalami PMS 4 orang (40%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan remaja putri siswa kelas X dan XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya
tentang pre menstrual syndrome.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dengan pengambilan sample
secara probability sampling dengan tehnik simple random sampling. Dengan populasi
siswa 434 siswi ditemukan sampel sebesar 106 siswa. Intrumen yang digunakan yaitu
kuesioner. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi dan tabulasi silang.
Mayoritas yang memiliki pengetahuann baik tidak mengalami PMS sebanyak
66,67%, dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan cukup yang
mengalami PMS sebanyak 80,00%, pengetahuan kurang yang mengalami PMS
sebanyak 38,46%.
Solusi untuk mengatasi hal ini perlu diberikan penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi yang termasuk tentang pre menstrual syndrome di sekolah agar remaja
putri dapat mengatasi permasalahan tentang pre menstrual syndrome.

Kata Kunci : pengetahuan, pre menstrual syndrome.

ABSTRACT

Pre Menstrual Syndrome (PMS) is a collection of physical symptoms,


psychological, and the emotions associated with a woman's menstrual cycle. About
80-95% of women giving birth at the age of having premenstrual symptoms can
interfere with some aspects of his life. Based on a preliminary survey of high school
Hang Tuah 1 with 10 students of class X and XI in the SMA 1 Hang Tuah obtained
young women have knowledge of either 6 persons (60%) and who experience PMS 4
people (40%). This research aims to know the description of knowledge of young
women students of class X and XI in the SMA 1 Hang Tuah in Surabaya about pre
menstrual syndrome.
The method used is descriptive method. With the taking of a sample
probability sampling with simple random sampling techniques. With a student
population of 434 students found a sample of 106 students. The instruments used are
questionnaire. Research results made the cross-tabulations and frequency tables.
They have mayor about PMS good knowledge are 66,67%, beside teenager who
PMS are 80,00%, minor knowledge teenager who dont get PMS are 38,46%.
The solution to address this need to be given counseling on reproductive
health that includes about pre menstrual syndrome in schools so that young women
can overcome problems of pre menstrual syndrome

Key words : knowledge, pre menstrual syndrome

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH.......................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................
1.4 Tujuan Umum ............................................................................
1.5 Tujuan Khusus............................................................................
1.6 Manfaat Penelitian......................................................................
1.6.1 Manfaat Bagi Peneliti.............................................................
1.6.2 Manfaat Bagi Profesi ..............................................................
1.6.3 Manfaat Bagi Remaja..............................................................
1.6.4 Manfaat Bagi Institusi.............................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6

Konsep Dasar Pengetahuan (Knowledge) ...............................


Pengertian Pengetahuan............................................................
Tingkat Pengetahuan ................................................................
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan....... ................
Konsep Dasar Remaja ..............................................................
Pengertian Remaja....................................................................
Ciri-ciri Masa Remaja ..............................................................
Tahapan Perkembangan Masa Remaja.....................................
Perubahan Fisik Selama Masa Remaja.....................................
Ciri-ciri Seks Primer dan Sekunder..........................................
Alat Reproduksi Remaja Putri..................................................

4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
6
6
6
9
11
12
13
14
15
17
19
21

2.3
2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5

Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi ......................................


Pengertian Kesehatan Reproduks ............................................
Tujuan Umum Kesehatan Reproduksi..................
Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Reproduksi .........
Kesehatan Reproduksi Pada Remaja ........................................
Tujuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja ...........................
Upaya yang Berhubungan dengan Kesehatan reproduksi
pada remaja...............................................................................
2.5 Pengertian haid ........................................................................
2.4.1 Fisiologi Haid...........................................................................
2.4.1 Sindrom Pre Menstruasi .........................................................

25
26
26
26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL .........................................................

35

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................

35

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................

37

4.1
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.4
4.5
4.6
4.6.1
4.6.2
4.6.3
4.7
4.7.1
4.7.2
4.7.3
4.7.4

21
21
22
23
23
23

Desain Penelitian ......................................................................


Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................
Waktu .......................................................................................
Lokasi Penelitian .....................................................................
Kerangka Penelitian..................................................................
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling..................................
Populasi Penelitian ...................................................................
Sampel Penelitian .....................................................................
Teknik Sampling .....................................................................
Identifikasi Variabel .................................................................
Definisi Operasional.................................................................
Pengumpulan Data dan Analisa Data ......................................
Instrumen Penelitian.................................................................
Pengumpulan Data ...................................................................
Analisa Data ............................................................................
Etika Penelitian.........................................................................
Informed Consent ...................
Anonymity ................................................................................
Confidentiality .........................................................................
Keterbatsan ..............................................................................

37
37
37
38
38
38
39
39
39
40
40
40
40
41
41
41
41
42
42
42

BAB 5 HASIL PENELITIAN.......................................................................


5.1 Data umum ..................................................................................
5.1.1 Lokasi penelitian .....................................................................
5.1.2 Sarana dan Prasarana ...............................................................

43
43
43
43

5.1.3 Sarana Kesehatan Sekolah ......................................................


5.2.1 Pengetahuan tentang Pre Menstrual Syndrom.........................
5.2.2 Kejadian Pre Menstrual Syndrom............................................
5.3 Hasil Analisa Data ..................................................................
5.3.1 Tabulasi Silang.........................................................................

44
44
44
45
45

BAB 6 PEMBAHASAN ...............................................................................

46

BAB 7 PENUTUP .........................................................................................


7.1 Simpulan .....................................................................................
7.2 Saran ...........................................................................................

51
51
51

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

53

LAMPIRAN

44

.............................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1

1.2

Judul

Halaman

Data jumlah siswi Remaja Putri kelas X dan XI SMA Hang Tuah 1
Surabaya periode 2013-2014...........................................................

Data siswi kelas X dan XI yang mengalami Pre Menstrual Syndrom


di SMA Hang Tuah 1 Surabaya periode 2013-2014.......................

4.6

Definisi Operasional ......................................................................

42

5.1

Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Siswa Kelas X dan XI di SMA


Hang Tuah 1 Surabaya tentang Pre Menstrual Syndrom Tahun Ajaran
2013-2014 ......................................................................................

44

5.2

Frekuensi kejadian Pre Menstrual Syndrom pada Remaja Putri Siswa


Kelas X dan XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya tentang Pre
Menstrual Syndrom Tahun Ajaran 2013-2014 ...............................
45

5.3

Tabulasi Silang antara Pengetahuan Remaja Putri iswi SMA Hang


Tuah 1 Surabaya tentang kejadian Pre Menstrual Syndrom Tahun
Ajaran 2013-2014 ...........................................................................

45

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman

3.1

Kerangka Konseptual ........................................................................

40

4.3

Kerangka Kerja Penelitian ................................................................

42

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang


%
+
>
<
( )
/

=
=
=
=
=
=
=
=

Persen
Sampai dengan
Positif
Lebih besar
Lebih kecil
Tutup kurung
Atau
Lebih dari sama dengan

Daftar Singkatan
SST
=
dr
=
NIDN
=
NIM
=
MDG
=
Depkes RI
=
ASEAN
=
WHO
=
Riskesdas
=
UKS
=
Dr
=
UUD
=
SMA
=
RT
=
RW
=
UKS
=
BP
=
AKBID
=
P3K
=
PMS
=
FSH
=
LH
=

Sarjana Sains Terapan


Dokter
Nomor Induk Dosen
Nomor Induk Mahasiswa
Millenium Development Gold
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Association of Southeast Asian Nations
World Health Organization
Riset Kesehatan Dasar
Usaha Kesehatan Sekolah
Doktor
Undang-undang dasar
Sekolah Menengah Atas
Rukun Tetangga
Rukun Warga
Usaha Kesehatan Sekolah
Bagian Pendisiplinan
Akademi Kebidanan
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Pre Menstrual Syndrom
follicle stimulating hormone
Lutenizing Hormone

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul Lampiran

Halaman

1.

Jadwal Penelitian...............................................................

55

2.

Permohonan Ijin Pengumpulan Data dari Akademi Kebidanan


Griya Husada Surabaya ....................................................

56

3.

Lembaran permohonan untuk menjadi responden ............

57

4.

Surat balasan pengambilan data .......................................

5.

Lembar persetujuan menjadi responden............................

58

6.

Lembar kuisioner ..............................................................

59

7.

Rekapitulasi data ...............................................................

63

8.

Rumus penghitungan sampel ............................................

66

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial cultural (Fitria, 2012).
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan,
biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Masa
remaja atau masa puber, merupakan masa penghubung antara masa anak-anak
dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat,
baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini berlangsung pada usia
11-16 tahun pada laki-laki dan usia 10-15 tahun pada perempuan. Pesatnya
perkembangan pada masa puber dipengaruhi oleh hormon seksual. Organ-organ
reproduksi pada masa puber juga mulai berfungsi (Proverawati dan Misaroh,
2009).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa
ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris:
adolescence). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk
menyatakan perubahan fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke
masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih
ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa
pubertas (Soetjiningsih, 2004).
Dari penelitian di Asia Pasifik, diketahui bahwa di Jepang PMS (Pre Menstrual
Syndrome) dialami oleh 34 % populasi perempuan dewasa. Di Hongkong PMS
dialami oleh 17 % populasi perempuan dewasa. Di Pakistan PMS dialami oleh 13 %
populasi perempuan dewasa. Di Australia dialami oleh 44 % perempuan dewasa
(Elvira, 2010).
Pada remaja putri akan terjadi menstruasi sebagai tanda telah berfungsinya
ovarium. Menstruasi terjadi karena sel telur tidak dibuahi oleh sel sperma sehingga
menyebabkan luruhnya sel-sel endometrium dalam rahim. Siklus menstruasi rata-rata
28 hari. Siklus menstruasi ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh
interaksi beberapa hormon. Ketidakseimbangan hormon akibat interaksi ini kadangkadang menyebabkan ketidaknyamanan pada wanita sebelum datang menstruasi yang
dikenal dengan PMS (pre menstrual syndrome) (Kinanti, 2009).
Sindrom pre-menstruasi atau yang lebih dikenal dikenal dengan PMS (pre
menstruation syndrome) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi

yang terkait dengan proses terjadinya siklus haid wanita. Sekitar 80-95% wanita pada
usia melahirkan mengalami gejala-gejala pra haid yang dapat mengganggu beberapa
aspek dalam kehidupannya (Andriani, A., 2013).
PMS merupakan sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental. Dialami
7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi.
Keluhan yang dialami biasa bervariasi dari bulan ke bulan bisa menjadi lebih ringan
atau lebih berat (Wie, 2008). Sekitar 80-95% wanita antara 16-45 tahun mengalami
gejala PMS yang dapat mengganggu. Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi,
serta perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap
hal yang wajar. Pre menstruasi sindrom terjadi pada wanita usia produktif wanita
berusia 14-50 tahun sekitar 40%. (Yuliarti, 2009).
Terdapat cara menanggulangi PMS diantaranya dengan meminta konseling
tenaga medis, modifikasi gaya hidup dengan merubah pola makan, olahraga teratur,
melakukan komunikasi dengan orang terdekat dan dengan menggunakan obat-obatan
apabila timbul gejala PMS yang berat (Yuliarti, 2009).
Berdasarkan penelitian yang disponsori oleh WHO didapatkan hasil bahwa gejala
PMS dialami oleh 23 % wanita di Indonesia (Essel, 2007). Angka ini menunjukkan
bahwa penderita PMS di Indonesia perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk
mencegah dan mengatasinya.
Sedangkan menurut Harunriyanto (2008) bahwa di Surabaya terdapat 1,07 %1,31 % wanita dari jumlah penderita Pre Menstrual Syndrome datang ke bagian

kebidanan (Fitria, 2012).


Berdasarkan data yang diperoleh dari SMA Hang Tuah 1 Surabaya tentang
kejadian Pre Menstrual Syndrome Tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Data jumlah siswa remaja putri kelas X dan XI di SMA Hang Tuah 1
Surabaya
Remaja putri kelas X
Tahun
dan XI
Kejadian PMS
%

2011
434
143
32,95
2012
451
150
33,26
2013
434
173
39,86
Sumber : Data Jumlah murid SMA Hang Tuah 1 Surabaya

Dari tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian Pre Menstrual
Syndrom pada remaja putri di SMA Hang Tuah 1 Surabaya mengalami peningkatan.
Pada tahun 2011 sebesar 32,95% ; 2012 sebesar 33,26% ; dan pada tahun 2013
sebesar 39,86%. Sedangkan angka Kejadian pre menstrual syndrome di Indonesia
23%.
Tabel 1.2 Data siswi kelas X dan XI yang Mengalami Pre Menstrual
Syndrome di SMA Hang Tuah 1 Surabaya Periode Tahun 2011
2013

Tahun

2011
2012
2014

Kejadian Pre menstrual Syndrome


Istirahat di
Izin pulang/ tidak masuk sekolah
UKS
%

65
45,45
78
85
56,66
65
95
54,91
78

Sumber: Buku Kunjungan UKS SMA Hang Tuah 1 Surabaya (2011-2013)

%
54,55
43,34
45,09

Berdasarkan tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa angka kejadian pre menstrual
syndrom tahun 2011-2013 di SMA Hang Tuah 1 Surabaya lebih banyak yang istirahat
di UKS.
Berdasarkan survei pendahuluan di SMA Hang Tuah 1 dengan 10 siswa kelas
X dan XI di SMA Hang Tuah 1 didapatkan remaja putri yang memiliki pengetahuan
tentang pre menstrual syndrome siswa kelas X dan XI adalah 6 orang ( 60 % ) dan
pada 10 siswa remaja putri siswa kelas X dan XI yang mengalami PMS 4 orang ( 40
%).
Berdasarkan data tersebut peneliti ingin remaja putri mengetahui permasalahan
gangguan reproduksi yang dialami. Sehingga dapat membantu remaja putri mengatasi
gangguan menstruasi terutama pre menstrual syndrome sehingga dapat tetap
konsentrasi dalam belajar meski sedang mengalami pre menstrual syndrome.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah
tersebut adalah Bagaimanakah pengetahuan remaja putri siswi kelas X dan XI di
SMA Hang Tuah 1 Surabaya tentang pre menstrual syndrome periode Mei 2014?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri siswa kelas X dan XI di SMA Hang Tuah
1 Surabaya tentang Pre menstrual Syndrome periode Mei 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.

Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri siswa kelas X dan XI di SMA Hang

Tuah 1 Surabaya yang memiliki pengetahuan

tentang pre menstrual syndrome

periode Mei 2014.


2.

Mengidentifikasi angka kejadian pre menstrual syndrome.remaja putri siswa

kelas X dan XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya periode Mei 2014.


3.

Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang pre menstruasi sindrom

dengan kejadian pre menstrual syndrome periode Mei 2014.

1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat :
1.4.1 Bagi Institusi
Menjadi referensi pelajaran terutama yang berkaitan tentang pre menstruasi sindrom
dan meningkatkan pengetahuan remaja tentang pre menstrual syndrome.
1.4.2 Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa SMA Hang
Tuah 1 tentang pre menstrual syndrome.
1.4.3 Bagi peneliti
Mengetahui permasalahan yang dialami oleh remaja putri pada saat mengalami
menstruasi.
1.4.4. Bagi remaja putri
Meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang pre menstrual syndrome.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan (Knowledge)


1.

Definisi
Pengetahuan

adalah

kesan

di dalam pikiran

manusia

sebagai

hasil

penggunaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul


(superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto,
2003).
Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga
menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut

sangat

dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo,S., 2007).


Menurut Roger, 1974 dalam Notoatmodjo.S, 2003 mengatakan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
1. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus.


3. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut

bagi

dirinya.
4. Trial, orang yang telah mencoba perilaku baru.
5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatus (Notoatmodjo,S., 2010).
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan,

menyatakan,

dan

sebagainya

(Notoatmodjo,S., 2007).
b.

Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar

dapat

menginterpretasikan

menyebutkan,
secara

(Notoatmodjo,S., 2010).

benar

tetapi
tentang

orang
objek

tersebut
yang

harus

diketahui

dapat
tersebut

c.

Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada
situasi yang lain (Notoatmodjo,S., 2010).
d.

Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan


mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah
atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau
mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut (Notoatmodjo,S., 2010).
e.

Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau


meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo,S., 2010).
f.

Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi


atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri (Notoatmodjo,S., 2010).
g.

Kriteria penilaian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setalah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu yaitu tahu. Untuk mengukur pengetahuan
menggunakan rumus :
P=Q/R x 100%
Keterangan :
P

= Nilai pencapaian (%)

Q = Skor dalam menjawab angket


R =

Skor maksimal jika semua pertanyaan dijawab baik

Pengetahuan diukur dengan memberikan kuesioner sebanyak 20 pertanyaan, yang


masing-masing item secara kaulitatif mempunyai bobot yang sama yaitu 10, jika
pertanyaan tidak mampu dijawab diberi nilai nol (0). Sehingga bila semua
pertanyaan dapat dijawab dengan benar nilainya adalah 100.
Pengukuran pengetahuan yang dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
Pengetahuan
Baik bila responden menjawab benar >75%
Cukup bila responden menjawab benar 55-75%
Kurang bila responden menjawab benar <55%
(Notoatmodjo, S., 2007)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang, yaitu
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru
diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memeroleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan
psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat

menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam
emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar,

apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat


sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu memercepat seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2 Konsep Dasar Remaja
2.1.1

Pengertian

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa
ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens. Para ahli merumuskan
bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk

maupun fisiologi yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa,
terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekanjan
pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas
(Poltekkes Depkes RI, 2010). Remaja adalah periode waktu individu beralih dari fase
anak ke fase dewasa (Bobak,L.J., 2006). Remaja adalah anak usia 10-21 tahun yang
merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal
proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini.
Secara psikologi, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasadi bawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama (Romauli, S,Dkk., 2010).
Masa remaja adalah usia di antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara
biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun (Llewellyn, D,. 2009).
Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu
fenomena fisik yang berhubungan dengan pubersitas. Pubersitas adalah suatu bagian
yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis
yang pada akhirnya mengarah pada kemampuan reproduksi (Narendra, dkk, 2002).
Dari kelima pengertian di atas maka dapat disimpulkan remaja adalah periode
waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan telah mencapai umur
10-18 tahun untuk perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki.
2.2.2

Ciri-ciri Masa Remaja

Ulfa.M (2011) mengatakan : masa remaja merupakan salah satu periode


perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakan dengan periode perkembangan yang lain.
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Pada masa remaja
ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi,
perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilainilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu
persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.
1.

Perubahan fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa

remaja kelenjar hipofisa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti
hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan
sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikortop berfungsi mempengaruhi
kelenjar suprenalis, testosterone, estrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi
pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan. Dampak dari produksi
hormon tersebut adalah
a.

Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.

b.

Testosterone menghasilkan sperma dan estrogen memproduksi sel telur sebagai

tanda kemasakan.

c.

Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara,

berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus di sekitar


kemaluan, ketiak dan muka.
2.

Perubahan Emosional
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak.

Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih
dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi
dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi.
Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang
ekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja
mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan
mampu memgekspresikan emosi secara tepat dan sesuai. dengan situasi dan kondisi
lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja
yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil. Ciriciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut
a.

tidak bersikap kekanak-kanakan.

b.

bersikap rasional.

c.

bersikap objektif dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk

bertindak lebih lanjut.


d.

bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

e.

mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.

3.

Perubahaan sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan
perkembangan remaja. Ada dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri
dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri
dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak
berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk
kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat
remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap, penampilan
dan perilaku.
Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan
memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih
menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan
kelompoknya.
(Nadesul,H., 2010)
2.2.3

Tahapan Perkembangan Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat
khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam
masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu
sebagai berikut.
1.

Masa pra-remaja (remaja awal)


Masa remaja awal/dini (early adolesens umur 11-13 tahun (Soetjiningsih, 2002)
Masa pra-remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa

ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut

masa negatif dengan gejalanya seperti tidak senang, kurang suka bekerja, pesimisitik,
dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu
a.

negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental.

b.

negatif dalam sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat maupun

dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.

2. Masa remaja menengah (remaja madya)


Masa remaja pertengahan (middle adolesens usia 14-16 tahun (Soetjiningsih,
2002)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja kebutuhan akan adanya teman
yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan
dukanya.
Proses terbentuknya pendirian atau cita-cita dapat di pandang sebagai penemuan
nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah karena
tiadanya pedoman si remaja, si remaja merindukan suatu bayangan yang dianggap
bernilai dan pantas dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai
bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan
sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya.
3.

Masa remaja akhir


Remaja lanjut (late adolesence usia 17-20 tahun) (Soetjiningsih, 2002)
Setelah remaja telah dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah

tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa

remaja, yaitu menemukan pendirian hidup kemudian masuklah individu ke dalam


masa dewasa (Haditono, S.R., 2006).
2.2.4

Perubahan Fisik Selama Masa Remaja

Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan
individual. Perbedaan seks sangat jelas meskipun anak laki-laki memulai
pertumbuhan pesatnya lebih lambat dari anak perempuan, pertumbuhan laki-laki
berlangsung lebih lama sehingga pada saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan. Karena otot anak laki-laki tumbuh lebih besar daripada otot
perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki, melebihi kekuatan anak
perempuan dan perbedaan ini terus meningkat.
Perubahan fisik dan kematangan pada perempuan antara lain adalah
1.

Payudara membentuk

2.

Pinggul dan paha melebar

3.

Pertumbuhan berat dan tinggi badan

4.

Pertumbuhan rahim dan vagina

5.

Menstruasi awal

6.

Pertumbuhan rambut sekitar alat kelamin.

7.

Pertumbuhan lemak dan keringat (mulai tumbuh jerawat)

(Sallika, N.S,. 2010)


2.2.5
1.

Ciri-ciri Seks Primer dan Sekunder

Ciri-ciri Seks Primer

Pada ciri-ciri seks primer, organ tubuh yang paling cepat tumbuh dan
berkembang ialah organ kelamin dan kelenjarnya yang berfungsi untuk melakukan
sistem reproduksi. Pada remaja putri, ciri-ciri seks primer tersebut antara lain:
a.

Menghasilkan sel telur (ovum dan ovarium).

b.

Terjadinya haid.

2.

Ciri-ciri Seks Sekunder

Ciri-ciri seks sekunder pada remaja putri :


a.

Pinggul

Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang
panggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
b.

Payudara

Segera setelah panggul mulai membesar, payudara juga akan berkembang. Putting
susu membesar dan menonjol dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara
menjadi lebih besar dan kuat.
c.

Rambut

Rambut kemaluan timbul setelah panggul dan payudara mulai berkembang. Bulu
ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecil,
rambut wajah mula-mula lurus dan warnanya terang, kemudian menjadi lebih subur,
lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
d.

Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah
besar.
e.

Kelenjar

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, sumbatan kelenjar lemak
dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat diketiak mengeluarkan banyak
keringat dan baunya sebelum dan selama masa haid.

f.

Otot

Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang
akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
g.

Suara

Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang
pecah jarang terjadi pada anak perempuan.
(Haditono, S.R., 2006)
2.2.6

Alat Reproduksi Remaja Putri

Alat reproduksi wanita bagian luar tersembunyi di antara pangkal kedua paha,
keseluruhan disebut vulva yang terdiri dari :
1.

Bibir luar kemaluan (labia mayora)

Merupakan bagian di sebelah kanan dan kiri. Bagian atas disebut mons veneris.
2.

Bibir dalam kemaluan (labia minora)

Terletak di sebelah dalam dari labia mayora kanan dan kiri. Keduanya bertemu di
bagian depan/atas pada klitoris.

3.

Klitoris

Merupakan bagian yang terletak di pertemuan kedua labia minora di depan/atas


penuh berisi ujung-ujung saraf sehingga sangat peka terhadap rangsangan rabaan.
Klitoris merupakan pusat rangsangan erotik.

4.

Hymen

Hymen atau selaput darah merupakan pemisah antara dunia luar dengan liang
senggama (vagina). Berupa selaput tipis dibagian tengahnya terdapat lubang,
bentuknya bermacam-macam.
5.

Vagina (liang senggama)

Merupakan saluran yang bermuara di dunia luar, bagian dalamnya merupakan tempat
muara dari mulut rahim.
6.

Uterus (rahim)

Terletak di dasar rongga perut, terdiri dari otot rahim yang membentuk dinding
rahim, selaput lendir rahim dan rongga rahim bagian dalam.
7.

Tuba fallopi atau saluran telur

Merupakan bagian yang menghubungkan rongga rahim dengan rongga perut berada
di bagian atas kiri dan kanan rahim.
8.

Ovarium (indung telur)

Terletak disamping kanan atau kiri rahim berdekatan dengan muara saluran telur,
berukuran kira-kira 2 -3 cm dibagian dalam berdiri dari butir-butir calon telur
(folikel) (Najibah,Y., 2010).

2.3 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi


2.3.1

Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan reproduksi adalah


keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Romauli, S dkk., 2009).
Deskripsi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konfrensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and
Development/ICPD) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal
yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya
(Poltekkes Depkes Jakarta, 2010).
2.3.2

Tujuan Umum Kesehatan Reproduksi

Tujuan umum kesehatan reproduksi adalah meningkatkan kemandirian dalam


mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya
sehingga hak-hak reproduksi dapat terpenuhi (Romauli S dkk., 2009).
2.3.3

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

1.

Status kesehatan

a.

Gizi

b.

Kesakitan

2.

Tingkat pendidikan

a.

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

b.

Remaja, orang tua dan masyarakat

3.

Praktek budaya

a.

Perkawinan muda

b.

Kehamilan dan jumlah anak

c.

Paham bias gender

4.

Sarana dan prasarana kesehatan

5.

Pelayanan kesehatan

2.3.4

Kesehatan Reproduksi pada Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut


sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental serta sosial kultural (Romauli, S.dkk., 2009).
2.3.5
1.

Tujuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja

Memberi penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi yang diawali dengan

pemberian pendidikan seks


2.

Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik, psikis, sosial dan

hygiene sanitasinya.
(Romauli, S dkk., 2009)
2.3.6

Upaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi pada Remaja

1.

Memelihara kesehatan sistem reproduksi

a.

Penggunaan pakaian dalam

b.

Penggunaan handuk

c.

Memotong bulu pubis

d.

Kebersihan alat kelamin luar

e.

Penggunaan pembalut wanita

f.

Meningkatkan imunitas

2.

Persiapan reproduksi yang sehat

a.

Tidak melakukan hubungan seksual pranikah

b.

Sirkumsisi pada remaja pria

c.

Mencegah anemia

d.

Memonitor tekanan darah

e.

Meningkatkan imunitas terhadap tetanus toksoid

(Nadesul, H., 2010)

2.4 Pengertian Haid


Pada wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan
darah dari alat kandungannya, dan ini disebut haid. Ada yang menyebutnya mensis,
menstruasi, datang bulan, kain kotor atau periode.
Pada siklus haid, mukosa rahim dipersiapkan secara teratur untuk menerima
ovum yang dibuahi setelah terjadinya ovulasi, keadaan ini dikotrol oleh hormonhormon yang dideteksi dalam air kemih. Yang diperiksa adalah air kemih 24 jam dan
diukur kadar estriol dan pregnandiolnya

Satu siklus haid dibagi atas beberapa fase (stadia)


1.

Stadium menstruasi (deskuamasi)

: 3-7 hari

2.

Stadium proliferasi

: 7-9 hari

3.

Stadium sekresi

: 11 hari

4.

Stadium pre menstruasi

: 3 hari

Hormonhormon siklus haid :


1. FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh hipofise lobus depan
2. Esterogen dihasilkan oleh ovarium
3. LH (Lutenizing Hormone) dihasilkan hipofise, dan
4. Progesteron dikeluarkan oleh indung telur
Setelah selesai haid, oleh pengaruh hormon FSH dan esterogen, selaput lendir
rahim (endometrium) menjadi semakin tebal lagi. Bila terjadi ovulasi, berkat
pengaruh progesteron selaput ini menjadi tebal lagi, dan kelenjar endometrium
menjadi lebih lembek seperti karet busa dan melakukan persiapan-persiapan supaya
sel telur yang telah dibuahi dapat bersarang. Bila tidak ada sel telur yang bersarang,
endometrium ini terkelupas dan menjadi perdarahan yang disebut haid
Siklus (daur) haid yang klasik adalah 28 +/- 2 hari, sedangkan pola haid
lamanya perdarahan haid bergantung pada tipe wanita, dan biasanya 3-8 hari.
(Mochtar, R., 2010)
Sedikitnya 50% wanita (mungkin lebih) mengalami pada suatu kondisi tertentu
yang tidak menyenangkan yang disebut sindroma pra haid (atau singkatnya SPH ).

Ini dapat beragam dari gejala yang samar-samar dengan rasa sakit yang ringan sampai
kepada serangkaian gejala yang sangat tidak menyenangkan. Sering disebut penyakit,
daripada suatu gangguan.
Sejumlah besar gejala dapat terjadi, ini dapat tetap sama, atau bervariasi dari bulan ke
bulan. Pada umumnya ini adalah manifestasi dari produksi hormon progesteron pada
bagian akhir dari siklus haid.. lebih dekat masa haid datang, biasanya gejala-gejala ini
lebih dirasakan.
Keadaan mudah tersinggung, menjadi lekas marah, dan emosionil adalah gejala
umum yang kompleks. Banyak wanita yang biasanya istri penyayang penurut dan
mengabdi tiba-tiba menjadi emosional dan pemarah, kesal pada dirinya sendiri dan
pasangannya, maupun orang lain disekitarnya. Kadarnya dapat bervariasi dari yang
ringan sampai kepada yang dapat menimbulkan ketegangan hubungan pribadi bahkan
pernikahan. Sesungguhnya, gejala tunggal ini sering dituduh sebagai penyebab
keretakan pernikahan, jadi ini sangat penting.
(John,F.K., 2005)
Pre menstrual syndrome merupakan suatu keadaan ketika sejumlah gejala
terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi, gejala biasanya timbul
7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
Pre menstrual syndrome mungkin berhubungan dengan naik-turunnya kadar
esterogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Esterogen
menyebabkan penahanan cairan yang kemungkinan menyebabkan bertambahnya
berat badan, pembengkakan jaringan payudara, dan perut kembung.

Penyebab yang pasti dari sindrom premenstruasi tidak diketahui. Akan tetapi,
mungkin berhubungan dengan faktor-faktor sosial budaya, biologis, dan psikis.
Sindrom premenstruasi sindrom terjadi pada sekitar 70-90 % pada usia subur. Lebih
sering ditemukan pada perempuan berusia 20-40 tahun.
Jenis dan beratnya gejala bervariasi pada setiap perempuan dan bervariasi pada
setiap bulan. Perempuan yang menderita epilepsi mungkin akan lebih sering
mengalami kejang. Perempuan yang menderita penyakit jaringan ikat (misalnya lupus
atau artritis rematoid) bisa mengalami kekambuhan. Berikut ini gejala-gejala yang
mungkin ditemukan :
1.

Perubahan fisik

Perubahan fisik meliputi sakit punggung, perut kembung, payudara penuh dan nyeri,
perubahan nafsu makan, sembelit, pusing, pingsan, sakit kepala, daerah panggul
terasa berat atau tertekan, hot flashes (kulit wajah, leher, dada tampak merah dan
teraba hangat), susah tidur, tidak bertenaga, mual dan muntah, kelelahan yang luar
biasa, kelainan kulit (misalnya jerawat atau nyeri persendian, dan penambahan berat
badan.
2.

Perubahan suasana hati

Perubahan suasana hati dapat berupa mudah marah , cemas, depresi , mudah
tersinggung, gelisah, sebentar sedih, dan sebentar gembira.
3.

Perubahan mental

Perubahan mental seperti kalut, sulit konsentrasi dan pelupa.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang timbul beberapa hari


menjelang menstruasi. Pengobatannya, pil KB kombinasi yang mengandung
esterogen dan progesteron bisa membantu mengurangi naik-turunnya kadar esterogen
dan progesteron .
Penderita sebaiknya mengurangi asupan garam dan mengonsumsi diuretik ringan
(misalnya, spironolactone) guna mengurangi penahanan cairan dan perut kembung.
Penderita juga mengurangi bisa mengurangi asupan gula, kafein, dan alkohol juga
menambah asupan karbohidrat dan lebih sering mengonsumsi makanan.
(Saraswati, S., 2010)
2.4 Sindrom prahaid
Pre
dan emosi

menstrual
yang

syndrome
terkait

adalah

dengan

kumpulan

gejala

siklus menstruasi wanita.

fisik,

psikologis,

Sekitar

80-95

% perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang


dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat
diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum
menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula
berlanjut setelahnya. Pada sekitar 14 % perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun,
sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan
mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya.
Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar
dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia

produktif. Sekitar 40 % wanita berusia 14-50 tahun, menurut suatu penelitian,


mengalami sindrom pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (premenstruation syndrome).

Bahkan survei tahun 1982 di Amerika Serikat

menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi menengah yang


datang ke klinik ginekologi.
PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan
dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu
akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai
haid.
Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori
menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara
hormon estrogen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang
berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang
diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem
pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.
Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan,
masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap
perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya PMS. Pertama, wanita yang pernah melahirkan (PMS
semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami

kehamilan dengan komplikasi seperti toksima). Kedua, status perkawinan (wanita


yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).
Ketiga, usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia,
terutama antara usia 30-45 tahun). Keempat, stres (faktor stres memperberat
gangguan PMS). Kelima, diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam,
kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat
gejala PMS). Keenam, kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama
B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat.
Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS).
Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli
kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS
menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Didapatkan 80% gangguan PMS
termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%.
Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D
secara bersamaan.
Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan
gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa
wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala
ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron : hormon

esterogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian


hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa
peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan
magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan
mengurangi atau membatasi minum kopi.
PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut
kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat
badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS
lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel
(ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian
obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh
hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita
dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi
minum sehari-hari.
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan
yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul
gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadangkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin
dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan

oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial
(omega 6), atau kurangnya magnesium.
PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis,
lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba
bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya
sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron
dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi
dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine,
penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan
vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung
vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang
terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Ada pula kram perut pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan,
banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan kram
perut ini tidak termasuk PMS walaupun ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS.
Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling
sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat mengganggu

aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan penderita beristirahat bahkan


meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari.
Cara mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk
mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan.
Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8-10 hari sebelum
haid untuk mengimbangi kelebihan relatif esterogen. Pemberian hormon testosteron
dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet hisap dapat pula diberikan untuk
mengurangi kelebihan esterogen.
(Andriani, A., 2013)

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual penelitiaan adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep penelitian yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, S., 2010).
Berdasarkan teori maka dapat digambarkan suatu kerangka konseptual tentang
faktor-faktor yang memengaruhi pre menstrual syndrome pada remaja putri siswa
kelas X dan XI SMA Hang Tuah 1 sebagai berikut :

Faktor internal
Ketidakseimbangan
hormon
Psikologi/stres
Usia
Diet

Kejadian Pre Menstrual


Syndrom

Pengetahuan

pengetahuan
Faktor
eksternal

Sosial
Budaya
Sumber : Notoatmodjo. S (2007), Notoatmodjo. S (2010), Nursalam (2008), Andriani.A (2013).
Biologis
Keterangan :

: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual gambaran pengetahuan remaja putri Siswa kelas X dan XI di
SMA Hang Tuah 1 tentang Pre menstruasi Sindrom

Keterangan :
Dari kerangka konsep di atas dapat diuraikan bahwa pre menstruasi sindrom pada
remaja putri dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari : ketidak seimbangan hormon, diet, usia dan pengetahuan.
Dari semua faktor yang telah disebutkan di atas, pengetahuan merupakan faktor
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, oleh karena itu penulis
meneliti pengetahuan tentang pre menstruasi sindrom pada remaja putri siswa kelas
X dan XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya untuk mengetahui pengetahuan remaja
putri tentang pre menstrual sindrom.

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan

pengontrolan

maksimal

beberapa

faktor

yang

dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013).


Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif (Notoatmodjo,S., 2010).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif yang dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data
faktual daripada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa
manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut bisa terjadi. Oleh karena itu penelitian jenis ini tidak perlu
adanya suatu hipotesis (Nursalam, 2013).
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu pelaksanaan dan perencanaan mulai dari
penelitian membuat proposal hingga penulisan laporan penelitian atau ujian KTI
( Budijanto, D., 2005).

Penelitian ini dimulai pada saat pengumpulan data awal bulan Maret 2014, proses
penyusunan proposal bulan Maret-April, penyusunan KTI bulan Mei-Juni 2014.
4.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Hang Tuah 1 Surabaya dimana data sekunder
yang diperoleh dari data buku Kunjungan UKS Siswa SMA Hang Tuah 1
Surabaya dan data primer yang diambil dari survei sesungguhnya di SMA Hang
Tuah 1 kelas X dan XI Surabaya

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :


1. Di SMA Hang Tuah 1 Surabaya ditemukan kenaikan kejadian Pre menstruasi
sindrom selama 3 tahun terakhir tahun 2011 sebesar 32,95 %; tahun 2012 sebesar
33,26 %; tahun 2013 sebesar 39,86 %.
2. Sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian di SMA Hang Tuah 1 Surabaya
3. Adanya kesediaan dari pihak SMA Hang Tuah 1 Surabaya untuk memberikan
kemudahan terhadap penelitian yang dilakukan

4.3 Kerangka Penelitian


Kerangka kerja adalah menyajikan alur penelitian terutama variabel yang akan
digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2013).
Populasi
Seluruh siswa SMA Hang Tuah 1 Surabaya kelas X dan XI, tahun ajaran 2013-2014 sebesar 434
siswa

Menentukan teknik pengambilan sampel :


Pada penelitian ini menggunakan probability
sampling dan jenisnya adalah simple random
sampling

Sampel
Sebagian siswi SMA Hang Tuah 1 Surabaya kelas X dan XI siswi tahun ajaran
2013-2014 sebanyak 106 siswa

Melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar pengumpulan data


yang bersumber pada rekam medik

Pengolahan Data
Editing, coding, dan entry data, cleaning data

Analisa data
Univariat dan bivariat
Kesimpulan

Penyajian data

Gambar 4.3 Kerangka Penelitian

4.4 Populasi, Sampel dan Besar Sampel


4.4.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo,S., 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA
Hang Tuah 1 Surabaya kelas X dan XI tahun ajaran 2013-2014 adalah sebanyak
434 orang.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diambil untuk di teliti
yng dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, S., 2005).
Cara penentuan sampel dengan menggunakan rumus :
N.P.Q
n=
(N-1)D + P.Q

Dimana :
n : Jumlah sampel
N : Populasi
P : Proporsi kejadian yang diteliti
Q : 1-p
D : B2
4 ,
Dimana B : Bound of the error estimation 0,05

4.5 Teknik Sampling


Teknik sampling merupakan suatu caracara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benarbenar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelitian. (Nursalam, 2003). Sampling yang dipakai dalam
penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik simple random sampling.
Probability

sampling

adalah

teknik

pengambilan

sampel

yang

yang

mementingkan peluang (anggota populasi atau secara acak). Teknik simple


random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memerhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen maka diambil secara acak kemudian
didapatkan sampel yang representative ( Hidayat, A.A.A., 2010).
4.6 Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain
(Notoatmodjo,S., 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
pengetahuan dan variabel kejadian.
4.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

Tabel 4.7 Defenisi Operasional


Variabel

Defenisi Operasional

Alat Ukur

Kriteria

Skala
Ukur

Pengetahuan
remaja
tentang Pre
menstruasi
sindrom

Pengetahuan remaja putri Kuesioner


tentang pengertian, faktor
penyebab, dampak Pre
menstruasi sindrom

Kejadian Pre Kumpulan gejala fisik, p


menstruasi
sikologis,
sindrom
dan emosi yang terkait
dengan
siklus menstruasi wanita
.

kuesioner

Kriteria :
Ordinal
0. Baik >70%
Jika menjawab
benar >7 soal
1. Cukup 50-70%
Jika menjawab
benar 5-6 soal
2. Kurang < 50 %
Jika menjawab
benar <5
Kriteria :
0. Pernah
mengalami
1. Tidak
pernah
mengalami

Nominal

4.8 Pengambilan Data dan Analisa Data


4.8.1 Instrumen penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuisioner.
4.8.2 Pengumpulan Data
Suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik
subyek yang diperlukan dalam pengumpulan data tergantung dari desain
penelitian (Nursalam, 2001). Pengumpulan data dalam penelitian ini didapatkan
melalui data primer dari kuisioner.
4.8.3 Analisa Data

Analisa data adalah suatu prosedur pengumpulan data dengan menggambarkan


dan meringkaskan data dengan cara ilmiah, dalam bentuk tabel atau grafik
(Nursalam, 2001).
Analisa data dalam penelitian ini didapatkan dari buku data siswa dan wawancara
kemudian diolah dengan tahaptahap sebagai berikut :
1. Editing
Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Dilakukan pada tahap pengumpulan data.
2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri
dari beberapa kategori.
3. Data Entry
4. Data Entry adalah kegiatan memindahkan data yang dikumpulkan kedalam
master tabel
5. Cleaning data
Cleaning data adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah
dimasukkan betul-betul bersih dari kesalahan
(Budijanto, D., 2005).
4.9 Etika Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini, peneliti mengajukan surat izin dari
pendidikan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya yang ditujukan ke SMA
Hang Tuah 1 Surabaya untuk mendapatkan persetujuan pengambilan data.
4.9.1 Inform Concent (Persetujuan)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian


dengan memberi lembar persetujuan
4.9.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Adalah masalah etika yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,A.A.A., 2007).
4.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya,
semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, A.A.A.,
2007).
4.10 Keterbatasan
Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah kuesioner
yang dibuat oleh peneliti belum dilakukan uji validitas dan uji reabilitas.

BAB 5
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai


berikut :
5.1 Data Umum
5.1.1 Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SMA Hang Tuah 1 Jalan
Ikan Lumba-Lumba no.27 Surabaya
Desa/kelurahan : Perak Barat
Kecamatan

: Kec. Krembangan

Kabupaten

: Kota Surabaya

Propinsi

: Jawa Timur

Lintang

: 7.2318

Bujur

: 112.7226

5.1.2 Sarana dan prasarana


SMA Hang Tuah 1 Surabaya memiliki kelas X sebanyak 9 kelas, kelas XI
memiliki 10 kelas dan kelas XII memiliki 12 kelas. SMA Hang Tuah 1 Surabaya
memiliki ruang Guru, Ruang TU, Ruang BP dan Ruang Kepala sekolah. Dan
sarana pendukung seperti Aula , perpustakaan, ruang kesehatan sekolah, kamar
mandi, Ruang OSIS, Ruang musik, laboratorium.

5.1.3 Sarana Kesehatan Sekolah


Sarana kesehatan di Sma Hang Tuah 1 Surabaya adalah Unit Kesehatan
Sekolah yang dilengkapi dengan perlengkapan P3K dan ruang istrirahat serta
Konseling. Ruang UKS dijaga seorang Dokter.
Data Khusus
5.2.1 Pengetahuan tentang Pre Menstrual Syndrom
Pengetahuan tentang Pre Menstrual Syndrom dibagi menjadi pengetahuan
baik, pengetahuan cukup, dan pengetahuan kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat di
tabel 5.1
Tabel 5.1 Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Kelas X dan XI di SMA Hang
Tuah1 Surabaya tentang Pre Menstrual Syndrom Tahun Ajaran 20132014
Pengetahuan

Jumlah

Baik

60

56,60

Cukup

20

18,87

Kurang

26

24,53

Jumlah

106

100

Sumber : Data primer dari kuisioner

Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan


remaja tentang Pre menstrual syndrom adalah berpengetahuan baik (56,6 %).
5.2.2 Kejadian pre menstrual syndrom
Kejadian pre menstrual syndrom dibedakan menjadi mengalami pre
menstrual syndrom dan tidak mengalami pre menstrual syndrom. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Frekuensi Kejadian Pre Menstrual Syndrom Siswi Kelas X dan XI di
SMA Hang Tuah 1 Surabaya Tahun Ajaran 2013-2014
Kejadian pre menstrual syndrom

Jumlah

Mengalami

46

43,39

Tidak mengalami

60

56,61

Jumlah

106

100

Sumber : data primer dari kuisioner

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa yang mengalami pre


menstrual syndrom (43,4 %) dan tidak mengalami pre menstrual syndrom (56,6
%).
5.3 Hasil analisa Data
5.3.1 Tabulasi Silang
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan maka
dapat dibuat tabulasi silang antara kejadian pre menstrual syndrom dengan
pengetahuan tentang pre menstrual syndrom
Tabel 5.3 Tabulasi Silang antara Pengetahuan Remaja Putri Siswi SMA Hang
Tuah 1 Surabaya tentang Kejadian Pre Menstrual Syndrom Tahun
Ajaran 2013-2014.

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
JUMLAH

Kejadian Pre Menstrual syndrom


Mengalami
Tidak mengalami
Jumlah
%
Jumlah
%
20
33,33
40
66,67
16
80,00
4
20,00
10
38,46
16
61,54
46
60

Jumlah
60
20
26
106

%
100
100
100

Berdasarkan tabel 5.3 mayoritas yang memiliki pengetahuann baik tidak


mengalami PMS sebanyak 66,67 %, dibandingkan dengan remaja yang memiliki
pengetahuan cukup yang mengalami PMS sebanyak 80 %, pengetahuan kurang
yang mengalami PMS sebanyak 38,46 %.

BAB 6
PEMBAHASAN

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil


penggunaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul
(superstition),

dan

penerangan-penerangan

yang keliru

(misinformation)

(Soekanto, 2003).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian,
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens.
Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologi yang terjadi dengan cepat dari
masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan
istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan
yang menyertai masa pubertas (Poltekkes Depkes RI, 2010). Remaja adalah
periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa (Bobak, Lowdemilk
dan Jensen, 2006). Remaja adalah anak usia 10-21 tahun yang merupakan usia
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses
reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini.
Pada wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur
mengeluarkan darah dari alat kandungannya, dan ini disebut haid. Ada yang
menyebutnya mensis, menstruasi, datang bulan, kain kotor atau periode.

Pada siklus haid, mukosa rahim dipersiapkan secara teratur untuk menerima
ovum yang dibuahi setelah terjadinya ovulasi, keadaan ini dikontrol oleh hormonhormon yang dideteksi dalam air kemih. Yang diperiksa adalah air kemih 24 jam
dan diukur kadar estriol dan pregnandiolnya. Satu siklus haid dibagi atas
beberapa fase (stadia) yaitu stadium menstruasi (deskuamasi) lamanya 3-7 hari,
stadium proliferasi lamanya 7-9 hari, stadium sekresi lamanya 11 hari, stadium
pre menstruasi lamanya 3 hari
Hormonhormon siklus haid

FSH (follicle stimulating hormone)

dikeluarkan oleh hipofise lobus depan, Esterogen dihasilkan oleh ovum, LH


(Lutenizing Hormone) dihasilkan hipofise, dan Progesteron dikeluarkan oleh
korpus luteum.
Setelah selesai haid, oleh pengaruh hormon FSH dan esterogen, selaput
lendir rahim (endometrium) menjadi semakin tebal lagi. Bila terjadi ovulasi,
berkat pengaruh progesteron selaput ini menjadi tebal lagi, dan kelenjar
endometrium menjadi lebih lembek seperti karet busa dan melakukan persiapanpersiapan supaya sel telur yang telah dibuahi dapat bersarang. Bila tidak ada sel
telur yang bersarang, endometrium ini terkelupas dan menjadi perdarahan yang
disebut haid.
Siklus (daur) haid yang klasik adalah 28 +/- 2 hari, sedangkan pola haid
lamanya perdarahan haid bergantung pada tipe wanita, dan biasanya 3-8 hari.
(Mochtar, R., 2010)
Pre menstrual syndrome adalah kumpulan

gejala fisik, psikologis,

dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita.

Sekitar 80-95 % perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala


pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.
Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada dua
minggu

periode

sebelum

menstruasi.

Hal

ini

dapat

hilang

begitu

dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Sekitar 14 %


perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pra-menstruasi dapat sangat
hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau
kantornya (Andriani, A., 2013).
PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang
berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan
haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa
hari setelah selesai haid.
Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori
menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara
hormon estrogen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen
yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini
sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan
sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.
Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan,
masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Pertama, wanita yang pernah

melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila
pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima). Kedua, status
perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS
dibandingkan yang belum). Ketiga, usia (PMS semakin sering dan mengganggu
dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun). Keempat, stres
(faktor stres memperberat gangguan PMS). Kelima, diet (faktor kebiasaan makan
seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu,
makanan olahan, memperberat gejala PMS). Keenam, kekurangan zat-zat gizi
seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat
besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol
juga dapat memperberat gejala PMS. Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga
dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).
Menurut tabel 5.1 didapatkan remaja putri siswa kelas X dan XI memiliki
pengetahuan baik tentang pre menstrual syndrom sebesar 56,60 % hal ini
menunjukkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang pre menstrual syndrom
cukup tinggi dikarenakan rasa ingin tahu yang tinggi tentang pre menstrual
syndrom yang akan memengaruhi bagaimana cara remaja putri mengetahui yang
terjadi pada perubahan dirinya. Sesuai dengan teori yaitu memahami suatu objek
bukan

sekedar

tahu

terhadap

objek

tersebut,

tidak sekedar

dapat

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara


benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo,S., 2010).
Menurut tabel 5.2 didapatkan remaja putri yang mengalami pre menstrual
syndrom sebesar 43,40 %. Hal ini menunjukkan terdapat masalah karena angka

kejadian pre menstrual syndrom di Indonesia sebesar 23 %. Namun hal ini juga
menunjukkan bahwa tidak setiap wanita mengalami pre menstrual syndrom.
Namun dengan adanya pre menstrual sindrom yang dialami oleh remaja putri
dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikologis.
Berdasarkan tabel 5.3 mayoritas yang memiliki pengetahuann baik tidak
mengalami PMS sebanyak 66,67 %, dibandingkan dengan remaja yang memiliki
pengetahuan cukup yang mengalami PMS sebanyak 80 %, pengetahuan kurang
yang mengalami PMS sebanyak 38,46 %.
Pre menstrual syndrom adalah sekumpulan gejala perubahan fisik maupun
psikologis yang terjadi saat dan menjelang haid. Tidak semua wanita mengalami
pre menstrual syndrom namun sebagian besar remaja mengalami pre menstrual
syndrom. Hal ini menunjukkan kesesuaian teori dan praktik dan tidak terdapat
kesenjangan.
Adanya pre menstrual syndrom yang merupakan gangguan yang dialami
oleh remaja, yang dapat mengganggu konsentrasi belajar sehingga diperlukan
penyuluhan di sekolah, di masyarakat, organisasi pelajar, di sela-sela kegiatan
keagamaan agar remaja dapat menyadari perubahan yang dialaminya sehingga
para remaja dapat mengatasi bila terjadi gejala-gejala pre menstrual syndrom.
Sehingga jika remaja mengalami pre menstrual syndrom remaja dapat tetap
menjalani aktifitas tanpa merasa tergangggu dengan pre menstrual syndrom.

BAB 7
PENUTUP

7.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Hang Tuah 1 Surabaya
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.

Pengetahuan remaja putri siswi kelas X dan XI di SMA Hang Tuah 1

Surabaya yang memiliki pengetahuan baik tentang pre menstrual syndrome


sebesar (56,50 %).
2.

Kejadian pre menstrual syndrome pada siswi kelas X dan XI di SMA Hang

Tuah 1 Surabaya (43,44 %).


3.

Pengetahuan siswi kelas X dan XI di SMA Hang Tuah 1 Surabaya yang

mayoritas memiliki pengetahuan baik dan mengalami pre menstrual syndrome


(33,33 %).

7.2 Saran
7.2.1 Bagi Institusi
Menjadi referensi pelajaran terutama yang berkaitan tentang pre menstrual
syndrome dan meningkatkan pengetahuan remaja tentang pre menstrual
syndrome. Menjalin kerja sama dengan tenaga kesehatan untuk penyuluhan
tentang pre menstrual syndrome.

7.2.2 Bagi Siswi SMA Hang Tuah 1 Surabaya


Siswa dapat mengetahui perubahan yang dialami oleh dirinya dan lebih
memahami tentang dirinya sehingga siswi dapat mengatasi bila terjadi pre
menstrual syndrom.
7.2.3 Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa SMA
Hang Tuah 1 tentang pre menstrual syndrome.
7.2.4 Bagi peneliti
Mengetahui permasalahan yang dialami oleh remaja putri pada saat mengalami
menstruasi.
7.2.5 Bagi remaja putri
Meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang pre menstrual syndrome
sehingga dapat mengurangi risiko terjadianya pre menstrual syndrom.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, G., 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Atika, 2009, Menarche, Jogjakarta: Muha Medika
Andriani,A., 2013. Panduan Kesehatan Wanita. Solo :As sallam Group.
Asrinah
dan Syarifah,
2011.
Yogyakarta: Pustaka Panesea

Menstruasi

dan

Permasalahannya.

Aulia, 2009. Kupas Tuntas Menstruasi Dari A Sampai Z. Jogjakarta: Milestone


Bobak, Lowdemilk dan Jensen, 2007. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi
4. jakarta : EGC.
Budijanto, D., 2003. Metode Penelitian. Surabaya P3SKK
Elvira dan Sylvia, D., 2010. Sindrom Pra-Menstruasi Normalkah?. Jakarta
: FKUI Fitria, A., 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita.
Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta
Hidayat, A.A.A.,2007.Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Hurlock, E.B., 1998. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Notoatmodjo, S., 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S., 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam dan Pariani, S., 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
Proverawati dan Misaroh, 2009. Menarche. Jogjakarta: Muha Mulia

Saryono dan Waluyo, S., 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Nuha


Medika
Suparman dan Ivan, 2011. Premenstrual Syndrome. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H., 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai