http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/isema
Yogananda
Email : 1810631120120@student.unsika.ac.id
Email : 1810631120132@student.unsika.ac.id
ABSTRAK
ABSTRACT
Key Words:
PENDAHULUAN
Pada dasarnya jantung dari pendidikan ialah interaksi antara pendidik dan peserta di
dik dalam membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan. keluarga merupaka
n orang pertama yang mengalami interaksi langsung dengan kita sifatnya informal, d
emikian karena pembelajaran dari keluarga bersifat tidak resmi. setelah pembelajara
n keluarga barulah pembelajaran formal dari sekolah atau pesantren.
Formalitas suatu lembaga pendidikan ditandai dengan sejumlah peraturan yang men
gikat peserta didik yang terlibat dalam proses itu, memiliki jenjang pendidikan secara
kronologis, mempunyai kurikulum, dan lain sebagainya. guru atau ustadz di sekolah
atau pesantren mempersiapkan diri secara profesional dan formal dalam profesinya.
untuk mencapai tujuan pendidikan yang jelas guru melaksanakan tugasnya dengan
perencanaan yang matang, bahan ajar yang telah disusun secara sistematis, media
dan metode yang dirancang sesuai kebutuhan.
Dalam mencapai tujuan pendidikan pada masing-masing institusi, diperlukan sarana
yaitu salah satunya yaitu kurikulum. dengan demikian kurikulum ialah alat untuk men
capai tujuan institusi pendidikan itu dan syarat paten dari suatu lembaga pendidikan.
1
Kurikulum ialah pusat seluruh proses pendidikan. ia adalah tuas pengatur jalanya akt
ivitas-aktivitas sampai tercapai tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson keberad
aan kurikulum ialah sangat menentukan hasil dari suatu pembelajaran. Kurikulum ju
ga merupakan suatu rencana pendidikan serta proses pendidikan. Selain dua fungsi
itu, kurikulum juga bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum,
yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan. 2
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah aspek
kurikulum.Rusman (2009:1) berpendapat bahwa kurikulum merupakan suatu kompo
nen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan.Kurikulum adalah sepera
ngkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik, agar v
isi, misi dan tujuan pendidikan dapat tercapai (Anin).
Sebagai mana dikemukakan oleh Rusman dalam bukunya yang berjudul “Manajeme
n Kurikulum”, yang menyatakan bahwa manajemen kurikulum merupakan suatu sist
em pengelolaan kurikulum yang kooperatif, sistemik, dan sistematik dalam rangka m
ewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Dadang Suhardan, 2009:91) .
Tahap Pelaksanaan Kurikulum di Lembaga Pendidikan melalui empat tahap: (1) per
encanaan, (2) pengorganisasian dan koordinasi, (3) pelaksanaan, dan (4) pengendal
ian atau Evaluasi (Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin [Tim Dosen Administrasi UPI],
2012:196-197.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, data yang dikumpulkan lebi
h banyak disajikan dalam bentuk verbal bukan bentuk angka. Melalui pendekatan ini
1
Hamid Syarif A., pengembangan kurikulum (Surabaya:PT. Bina ilmu, 1996)
2
Mauritz Jhonson, Intensionality in education (New York:Center for curriculum research and
services, 1997)
peneliti melakukan interaksi atau komunikasi yang intensif dengan pihak yang diteliti,
guna memahami dan mengembangkan kategori-kategori, pola-pola dan analisa terh
adap proses yang terjadi di pesantren nihayatul amal. 3
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
digali dengan jalan mewawancarai dan mengamati tindakan, perilaku, dan pemaham
an tentang manajemen kurikulum pesantren, baik secara individu maupun organisasi.
Wawancara digali dari berbagai unsur informan yang beragam para pengurus yayas
an, dewan asatidz, dan santri. Data sekunder digali melalui catatan-catatan yang rel
evan dengan fokus penelitian, data tersebut bersumber dari buku-buku, hasil peneliti
an, jurnal, arsip, dokumen pribadi, dan berbagai literatur lain yang terkait. 4
Dalam catatan sejarah Pondok Pesantren Nihayatul Amal yang terletak kurang lebih
15 KM dari kota Karawang, peletakan batu pertamanya tahun 1963 dan diresmikan
pada tahun 1965 merupakan sebuah lembaga pendidikan tradisional klasik. PNA lah
ir dari masyarakat untuk masyarakat, hal itu dibuktikan dengan terlibatnya unsur lapi
san masyarakat, tokoh agama dan pejabat pemerintahan seperti: KH. Ahmad Syatibi
sebagai tokoh agama, Camat Jabarudin sebagai pejabat pemerintahan, Mbah Uca s
elaku orang tua serta Mbah Mail sebagai tokoh masyarakat sekaligus sebagai kakek
beliau.
KH. Ahmad Bushaeri yang baru datang dari pesantren Lirboyo langsung dibebani tu
gas dan ditunjuk untuk memimpin PNA bersama-sama KH. Ali Mursyidi, KH. Taryan
Sulaeman (Kang Iyong), dan Ustad H. Mad Kamil. Beliau bahu membahu bersama p
ara pengajar lainnya untuk membesarkan dan membimbing langsung para santri Nih
ayatul Amal pada saat itu dalam mengkaji kitab-kitab kuning (Kutub Sofro) yang mer
upakan literatur wajib pondok-pondok pesantren Salaf.
3
Noeng Uhajir, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta : Rake Sarasin. 2000)
4
Creswell Jhon W., Research Design, Qualitative and Quantitative Approaches, (London, Ne
w Delhi: Sage Publication, 1994)
ntutan masyarakat akan pendidikan formal yang sangat diminati saat itu terus mend
esak agar dibuatkan Asrama khusus untuk santri pelajar maka pada tahun 2001 dibu
atlah Asrama khusu untuk santri yang ingin menimba ilmu pesantren sekaligus ikut s
erta juga dalam pendidikan formal.
Motto dari pondok pesantren Nihayatul Amal adalah Memelihara budaya-budaya kla
sik (ulama salaf) yang baik dan mengambil budaya-budaya baru yang konstruktif. Ad
apun Visi dari pondok pesantren Nihayatul Amal adalah Terwujudnya pondok pesant
ren yang kondusif dalam mencetak generasi santri yang cerdas, berfikir positif dan b
eramal sholeh. Berlandaskan Qur‟an, Sunnah, Ijma ulama dan Qias dengan mener
apkan metode kajian kitab kuning (Salafiah). Sedangkan misi dari pondok pesantren
Nihayatul Amal adalah 1.Mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah. 2.Men
cetak generasi santri yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiah sesuai kaidah ahli s
unnah waljama‟ah 3.Menanamkan kebiasaan islamiah dalam kehidupan sehari hari.
4.Menanamkan disiplin ibadah terhadap santri.
Pertama, analisi kebutuhan peserta didik yakni dalam menerima santri adanya batas
an kuota terhadap masuknya pendaftar calon santri setiap tahun nya. Hal ini dihitung
berdasarkan jumlah ketersediaan kamar dan lemari, yaitu tiap tahun Ponpes Nihayat
ul Amal Rawamerta menampung 200 orang santri.
Kedua, dalam penerimaan santri baru, adanya panitia khusus yang diadakan tiap tah
un nya untuk menerima pendaftaran serta menyebarkan brosur kepada pendaftar. h
al ini memudahkan dalam mengatur manajerial pondok pesantren yang bertugas khu
sus dalam menangani penerimaan santri baru.
Ketiga, Penempatan dan Klasifikasi santri berdasarkan kurikulum yang berlaku yakni
santri dimulai dari kajian paling mendasar hingga paling kajian yang tinggi. hal ini ber
tujuan untuk menyelaraskan tingkat kemampuan pemahaman santri terhadap pemb
elajaran yang berlaku dalam kurikulum pesantren
Dalam menyusun tingkatan peserta didik atau santri Ponpes Nihayatul Amal Rawam
erta yakni berdasarkan kitab Kitab kajian serta hafalan seperti table berikut :
5 Alfiyah 2 / kelas 11 Alfiyah, Fathul Muin Juz 2, Tafsir jalalain, jauhar maknun
MA
Sebagaimana table diatas tingkatan paling dasar dalam penempatan kelas adalah p
ersiapan, karena sebelum langsung mengenal kitab kuning santri diajarkan terlebih d
ahulu dasar-dasar dari ilmu nahwu dan shorof agar ketika bahasan di kelas selanjutn
ya yang langsung mengajarkan kitab tidak kaget dengan apa yang diajarkan oleh de
wan guru. dalam hal ini relevansi dengan perencanaan kurikulum sudah tercapai ba
hwa setiap tingkatan peserta didik perlu adanya pelajaran dasar umum yang akan m
emudahkan peserta didik di tingkat yang berikutnya.
Kitab paling mendasar yang dikaji adalah Jurumiyah yang berisikan kajian nahwu da
n shorof yang ringkas dan ramah bagi pemula yang ingin mempelajari membaca kita
gundul, hal yang membedakan dari kurikulum di ponpes lain adalah setiap Kaidah ju
rumiyah yang ada di pelajaran selalu di selipkan kaidah yang diatas nya seperti nadz
om imrithi, diadakan nya kaidah-kaidah ini adalah agar korelasi antara satu kitab den
gan kitab lain yang di kaji terbawa meskipun hanya sekilas wawasan saja
Tujuan dari evaluasi santri adalah untuk mengukur sejauh mana santri dapat memah
ami kajian dari para dewan guru, serta untuk mengukur ketercapaian santri dari segi
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Teknik evaluasi santri di Ponpes Nihayatul Amal Rawamerta terbagi menjadi 3 yaitu
kognitif dinilai dari pengetahuan santri, dengan diadakan nya THB atau Tes Hasil Bel
ajar di akhir Semester. Kemudian dari hasil apektif yaitu dinilai dari keseharian kehid
upan santri selama di asrama oleh pihak pengurus asrama tiap minggu nya. Lalu dar
i segi psikomotorik dinilai dari praktek kajian yang telah ditiempuh santri selama satu
semester. dalam tingkatan belajarnya peserta didik / santri di mulai dari kajian yang
paling mendasar hingga kajian tinggi jika memenuhi persyaratan lulus kelas yakni de
ngan hafalan kitab-kitab nahwu dalam setiap kelas nya.
SIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil kajian yang dipaparkan diatas maka secara umum dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa perencanaan manajemen kurikulum yang ada di
Pesantren Nihayatul Amal Rawamerta yang dilakukan dengan analisa, observasi,
wawancara, dan dokumentasi dalam hal ini sudah menunjukan upaya yang baik
selama perencanaan nya dan aktualisasi nya walaupun masih ada beberapa
kelemahan yang harus diperbaiki agar berjalan optimal. Kurikulum Pesantren
Nihayatul Amal dibawa oleh KH. Ahmad Bushaeri dari pesantren lirboyo tempat
beliau menuntut ilmu pada masanya, dalam perencanaan nya Kurikulum di
Pesantren Nihayatul Amal Rawamerta tidak lepas dari ke salafiyahan yakni Ponpes
yang sederhana yang memelihara keotentikan kajian ulama yang bersanad pada
Rasulullah. Penyusunan kurikulum didasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat
akan kepercayaan nya terhadap lulusan pesantren yang bisa membaca kitab kuning.
Juga dalam perencanaannya, penyelarasan kurikulum dengan visi misi dilakukan
agar terciptanya mutu lulusan yang ingin dicapai.
Tingkatan kelas peserta didik/santri juga disesuaikan dengan kitab kajian dari yang
mendasar hingga yang tinggi, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kemampuan
pemahaman kajian santri. Sudah seharusnya ketika memulai kajian semua perlu hal
yang mendasar sebelum mengkaji yang mendalam. Santri yang sudah mempunyai
dasar untuk memahami isi kajian maka akan tercapainya tujuan dari kurikulum
standar lulusan santri.
REFERENSI