Anda di halaman 1dari 6

Nama : khairul anshari siregar

Nim : 0307173128
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Madrasah Diniyah


Madrasah diniyah adalah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar
sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan agama
Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan
melalui system klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan. Madrasah diniyah
merupakan bagian dari system pendidikan formal pesantren. Madrasah diniyah ini
menjadi pendukung yang dan melengkapi kekurangan yang ada dalam system
pendidikan formal pesantren, sehingga antara pendidikan pesantren dengan
pendidikan diniyah saling terkait. Posisi madrasah diniyah adalah sebagai lembaga
penambah dan pelengkap dari sekolah pendidikan formal yang dirasa pendidikan
agama yang diberikan di sekolah formal hanya sekitar 2 jam dirasa belum cukup
untuk menyiapkan keberagamaan anaknya sampai ke tingkat yang memadai untuk
mengarungi kehidupan kelak.
Lembaga pendidikan Islam yang bernama Madrasah Diniyah adalah Lembaga
pendidikan yang mungkin lebih disebut sebagai pendidikan non formal, yang menjadi
lembaga pendidikan pendukung dan menjadi pendidikan alternatif. Biasanya jam
pelajaran mengambil waktu sore hari, mulai bakda ashar hingga maghrib. Atau,
memulai bakda isya’ hingga sekitar jam sembilan malam. Lembaga pendidikan Islam
ini tidak terlalu perhatian pada hal yang bersifat formal, tetapi lebih mengedepankan
pada isi atau substansi pendidikan.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa madrasah diniyah
adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur non formal, dan
merupakan lembaga pendidikan formal dalam pesantren yang menggunakan metode
klasikal dengan seluruh mata pelajaran yang bermaterikan agama yang sedemikian
padat dan lengkap sehingga memungkinkan para santri yang belajar didalamnya lebih
baik penguasaannya terhadap ilmu-ilmu agama.1
B. Kurikulum Madrasah Diniyah.
Kurikulum adalah kumpulan mata pelajaran. Dalam dunia diniyah, istilah
1

0
kurikulum sebenarnya dikenal, hanya dikenal sebagai penunjang saja dalam proses
pembelajaran. Kurikulum dalam madrasah diniyah dikenal dengan “Manhaj” atau
kumpulan mata pelajaran yang tersusun dan tertata dengan baik. Dalam proses
pembelajarannya hanya ditentukan oleh madrasah diniyah itu atau oleh pondok
pesantren itu sendiri (untuk madrasah diniyah yang masih bernaung di bawah pondok
pesantren). Materi yang diajarkanya kurang terstruktur dengan baik. Namun dalam
perkembangannya madrasah diniyah mengalami perubahan. Perubahan ini juga
dibarengi dengan sistem pendidikan yang terstruktur dan tidak sentralistik.
Kurikulum madrasah diniyah yang berlaku saat ini adalah kurikulum
madrasah diniyah tahun 1994. Kurikulum madrasah diniyah disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ada yaitu:
a) Kurikulum madrasah diniyah Awaliyah dengan masa belajar 4 tahun dari kelas
1 sampai dengan kelas 4 dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal
18 jam pelajaran dalam seminggu.
b) Kurikulum madrasah diniyah Wustha dengan masa belajar 2 tahun dari kelas 1
sampai dengan kelas 2 dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal
18 jam pelajaran dalam seminggu.
c) Kurikulum madrasah diniyah Ulya dengan masa belajar selama 2 tahun dari
kelas 1 sampai kelas 2 dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal 18
jam pelajaran seminnggu.2

Pada kurikulum ini dikemukakan bahwa tujuan pendidikan, meliputi: tujuan


institusional (tujuan yang secara umum harus dicapai oleh keseluruhan program
madrasah diniyah), tujuan kurikuler (tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada
program suatu bidang studi atau mata pelajaran), dan tujuan pembelajaran (tujuan
yang pencapaiannya dibebankan kepada suatu program pembelajaran dari suatu
bidang studi).
Kurikulum pesantren khususnya madrasah diniyahnya sebagai lembaga
pendidikan informal yang mendukung sangat variatif, dengan pengertian bahwa
pesantren yang satu berbeda dengan pesantren yang lainnya. Dengan demikian ada
keunggulan tertentu dalam cabang-cabang ilmu agama di masing-masing madrasah
diniyah. Ketidak seragaman tersebu t merupakan ciri pesantren salaf sekaligus tanda
atas kebebasan tujuan pendidikan karena dalam beberapa kurun waktu dan
2

1
kenyataannya madrasah diniyah juga bersentuhan dengan efek-efek perubahan dunia
pendidikan.
Kurikulum Madrasah diniyah disusun meliputi bagian-bagian sebagai berikut:
1. Pedoman umum yang memuat Keputusan Menteri Agama tentang kurikulum
madrasah diniyah serta latar belakang dan prinsip-prinsip yang melandasi
penyusunannya.
2. Garis-garis besar program pengajaran meliputi:
a) Tujuan kurikuler setiap bidang studi.
b) Tujuan pembelajaran umum yang secara bertahap harus dicapai oleh
setiap bidang studi.
c) Pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan untuk setiap bidang
studi yang telah dijabarkan secara terperinci.

C. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah


Dalam madrasah diniyah takmiliyah, kurikulum yang dijalankan dengan
pengembangan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Fleksibilitas
Fleksibilitas menitikberatkan pada pengembangan materi dan
metodologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal yang harus
diperhatikan adalah bagaimana didapat pilihan yang tepat agar terjadi
komunikasi yang baik antara guru dan santri, sehingga materi yang diberikan
benar-benar dapat dipahami. Oleh sebab itu guru harus memperhatikan
keberadaan santri dari segi kecerdasan, kemampuan dan pengetahuan yang
telah dikuasainya, kemudian membuat pilihan bahan belajar dan metode-
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai

2. Berorientasi Tujuan.
Kegiatan belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan. Pemilihan
kegiatan-kegiatan dan pengalaman belajar didasarkan pada ilmu pengetahuan
dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu sebelum menentukan waktu
dan bahan belajar rerlebih dahulu ditetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai
oleh santri dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

3. Efektivitas dan Efisiensi

2
Struktur kurikulum madrasah diniyah takmiliyah pada dasarnya
merupakan pelengkap dari pendidikan agama Islam yang diperoleh santri pada
lembaga pendidikan formal atau sekolah umum. Meski demikian, struktur
kurikulum madrasah diniyah takmiliyah tidak sederhana, sehingga
memerlukan ketrampilan tersendiri dalam pengorganisasiannya agar waktu
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien tanpa mengurangi
capaian-capaian dan tujuan di harapkan.

4. Kontinuitas
Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah dikembangkan berdekatan
hubungan hirearki fungsional menghubungkan antar jenjang dan tingkatan,
yakni MDTA, MDTW dan MDTU. Oleh karena itu perencanaan kegiatan
belajar mengajar harus dibuat seoptimal mungkin dan sesistematis maksimal,
karena memungkinkan terjadinya proses peningkatan, perluasan serta
pengalaman yang terus berkembang dari suatu pokok bahasan mata pelajaran.

5. Pendidikan seumur hidup


Pendidikan merupakan kewajiban yang utama bagi umat Islam, bahkan
dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa pendidikan harus dialami oleh setiap
orang selama masa hidupnya. Slogan masyarakat dunia “education for all’
yang ditetapkan oleh unesco juga mengandung prinsip pembelajaran hidup
seumur hidup. Oleh sebab itu maka materi yang diberikan di Madrasah
Diniyah Takmiliyah selain dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman,
juga harus dikembangkan sebagai pendorong utama bagi tumbuhnya semangat
belajar tiada henti dan untuk semua lapisan masyarakat, dengan demikian
Madrasah Diniyah Takmiliyah menjadi pusat pendidikan yang membuka akses
pendidikan bagi masyarakat seluas-luasnya dan berlangsung seumur hidup.3
D. Pengelolaan dan pengembangan Kurikulum
Pengembangan dan pengelolaan kurikulum berpegang pada prinsip kesatuan
dalam kebijakan dan keberagaman pelaksanaan. Kesatuan dalam kebijakan berarti
bahwa kurikulum MDT yang di tetapkan merupakan kurikulum dasar yang dijadikan
acuan bagi kegiatan pembelajaran. Madrasah Diniyah Takmiliyah dan pencapaian
hasilnya. Keberagaman dalam pelaksanaan berarti bahwa pelaksanaan kurikulum

3
dapat dilaksanakan dengan berbagai metode yang sesuai dengan kondisi daerah dan
kemampuan masing-masing madin.
Arahnya adalah bahwa struktur kurikulum MDT dikelola dan
dikembangkan mempunyai nuansa sebagai berikut :

1. Menyeluruh dan berkesinambungan;

2. Beragam dan terpadu;

3. Pusat dan potensi dan kebutuhan santri;

4. Tanggapan terhadap pengembangan ilmu;

5. Relevan dengan kebutuhan masyarakat.4

4
5

Anda mungkin juga menyukai