Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NAFISAH ALIF NURHALIZA

KELAS : XII IPA 8 (18)


Materi Kritik dan Esai

 Pengertian

 Kritik sastra adalah bidang studi sastra untuk menghakimi karya sastra, untuk
memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya
sastra yang sedang dihadapi kritikus. Teks kritik berisi tentang penilaian
kelebihan dan kelemahan sebuah karya secara objektif, disertai dengan data-data
pendukung baik sinopsis karya, alasan logis, dan teori-teori yang mendukung.
 Sedangkan esai adalah karangan yang berisi kupasan atau tinjauan tentang suatu
poko masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pendapat, atau ideologi
yang disusun secara populer berdasarkan sudut pandang pribadi penulisnya
(bersifat subjektif). Teks esai berisi kajian tentang suatu objek atau fenomena
tertentu dari sudut pandang pribadi penulisnya, bersifat subjektif, dan disajikan
dengan gaya bahasa khas penulisnya.
 Unsur Pembangun
(a) banyak menggunakan pernyataan-pernyataan persuasive
(b) banyak menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau
mengomentari
(c) banyak menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya
(d) banyak menggunakan kata kerja mental.
(Khusus untuk esai, penyajiannya menggunakan gaya bahasa yang subjektif)
 Perbedaan Kritik dan Esai
Kritik sastra:
1. Penilaian terhadap karya dilakukan secara objektif disertai data dan alasan yang logis.
2. Dalam memberikan penilaian seringkali menggunakan kajian teori yang sudah mapan.
3. Pembahasan terhadap karya secara utuh dan menyeluruh.

Esai:

1. Kajian dilakukan secara subjektif, menurut pendapat pribadi penulis esai.


2. Jarang atau hampir tidak pernah mencantumkan kajian teori.
3. Objek atau fenomena yang dikaji tidak dibahas menyeluruh, tetapi hanya pada hal
yang menarik menurut pandangan penulisnya. Meskipun demikian, pembahasannya
dilakukan secara utuh.
 Sistematika Penulisan
Kritik Sastra :
1. Interpretasi: membaca dan menafsirkan makna yang didapat setelah membaca
atau menelaah hal yang akan dikritik. Menafsirkan makna juga dapat dilihat
berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya.
2. Analisis: menelaah mana saja yang menjadi kelemahan dan kelebihannya.
Analisis harus dilakukan berdasarkan data yang terdapat objek atau subjek yang
dikritik, dengan metode dan teori yang berkaitan.
Esai :
1. Pendahuluan: berisi latar belakang, informasi, atau identifikasi dari subyek atau
obyek yang akan dibahas.
2. Tubuh esai: narasikan gagasan yang hendak disampaikan. Narasi tersebut dapat
disampaikan melalui sub topik atau penjelasan.
3. Kesimpulan: sebutkan ulang topik yang ingin disampaikan dengan ringkas
dilengkapi dengan hasil observasi, penilaian, atau sudut pandang penulis.

 Contoh Kritik dan Esai


Contoh kritik
Mengupas Tuntas Siberut
Siberut, beserta orang-orang di dalamnya menyimpan sejarah perlawanan yang
panjang terhadap kekuasaan dan politik ekologi di Indonesia. Ia merupakan salah satu
pulau paling besar di Kepulauan Mentawai. Dari sanalah Darmanto dan Abidah Billah
Setyowati bertemu dalam satu pembahasan. Darmanto merupakan peneliti perladangan
tradisional Mentawai, yang juga bekerja sama dengan UNESCO (United Nation
Educational Scientific and Cultrural Organization). Darmanto pertama kali menjejakan
kaki di Siberut tahun 2003. Sedangkan Abidah menyelesaikan tesis untuk Universitas
Hawaii. Pada awal pembuatan buku ini, sekitar tahun 2007, mereka menghabiskan tiga
tahun untuk menjabarkan perebutan kekuasaan yang kompleks di Hutan Siberut.
Mereka pun menyusun Berebut Hutan Siberut: Orang Mentawai, Kekuasaaan, dan
Politik Ekologi (2012). Buku ini terdiri dari sepuluh bab. Masing-masing bab memiliki
satu pembahasan yang utuh dan dapat dibaca secara terpisah. Namun penempatan
urutan bab memudahkan pembaca mengenal Siberut beserta kompleksitasnya secara
sistematik dan lebih mendalam. Pembaca akan mengenal sejarah panjang Siberut pada
lima bab awal. Sedangkan pada lima bab setelahnya, lebih banyak menceritakan Orang
Siberut serta interaksinya terhadap kekuasaan lain. Darmanto dan Abidah menjabarkan
kondisi alam Siberut dengan proporsional. Sehingga pembaca yang buta mengenai
pulau ini bisa meraba suasana hutan lewat penjelasannya. Meski tidak terfokus pada
penelitian berbasis geologi maupun biologi, tetapi tidak serta merta melepaskan aspek
tersebut pada pembentukan keunikan Pulau Siberut. Ini menjadi nilai lebih karena tak
banyak buku yang menjelaskan sejarah Sisberut secara tuntas. Di sisi lain, Orang
Siberut digambarkan secara polos dan apa adanya. Penulis tidak melebih-lebihkan atau
menutupi kenyataan, bahwa Orang Siberut tidak memiliki tujuan mulia untuk
melestarikan hutan. Mereka hidup dengan adat dan roh-roh yang selama ini mereka
percayai. Mereka memiliki penguasaan hutan yang dikelola secara tradisional. Semua
hubungan tersebut tercampur baur dalam politik ekologi. Di mana hutan tidak akan
pernah lepas dari kehidupan manusia, begitu juga sebaliknya. Namun yang harus
diperhatikan adalah bagaimana manusia memperlakukan hutan tersebut. Apa yang
terjadi dengan Siberut tentu masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Di
mana kekuasaan memegang peran besar dalam kendali terhadap hutan maupun lahan.
Orang Siberut, pemerintah, maupun perusahaan memiliki kepentingan tersendiri
terhadap hutan. Mana yang harus dibela? Buku ini tidak mengungkapkannya. Ia hanya
memaparkan kondisi sebenarnya sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri.
Buku ini baik dalam mengungkapkan seluk-beluk suatu wilayah secara gamblang. Ia
mengungkapan suatu hubungan antara hutan dan kekuasaan yang membayanginya.
Baik itu kekuasaan oleh penduduk asli, pemerintah, perusahaan, atau lainnya. Namun,
masih terdapat beberapa narasi yang kering. Mungkin itu karena ada beberapa kutipan
panjang yang ditampilkan dalam satu paragraf, tanpa narasi yang lebih detail. Kurang
lebih bentuknya sama seperti tesis. Tentu hal ini tidak mengurangi kecukupan
informasi pembaca mengenai Siberut. Namun, untuk ukuran buku, narasi yang
menarik tentu akan sangat membantu. Apa yang Darmanto dan Abidah suguhkan
dalam buku ini sangat berguna bagi mereka yang bergelut dalam gerakan masyarakat,
reforma agraria, serta ketegangan antar kekuasaan bekerja. Pembacaan yang gamblang
pada suatu perebutan hutan, menjadi pelajaran penting untuk menentukan
keberpihakan.

Contoh Esai
Mengenal Zine, Media untuk Mencurahkan Pikiran
Pada 9 Desember 2019, ada pameran Zine Fest di Museum Huruf Jember. Saya baru
pertama kali mendengar istilah zine. Ketika saya dan teman-teman berkunjung ke
pameran, rupanya zine berisi kumpulan tulisan dan gambar yang dijadikan satu
menyerupai buletin atau majalah. Zine merupakan wujud yang lebih sederhana dari
magazine (majalah). Zine lebih sederhana karena bebas, dan tidak terikat pada kaidah
penyusunan suatu media. Perbedaannya jelas terlihat dari gaya bahasa, tema yang
dibahas, bahkan format zine. Terdapat sekitar 500 zine yang dipamerkan. Zine yang
dipamerkan, dikirim oleh pegiat zine berbagai kota. Kota tersebut antara lain Jakarta,
Bekasi, Bandung, Sidaoarjo, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Ngawi, Mojokerto,
Yogyakarta, Semarang, Pati dan Solo. Dengan mengganti biaya fotokopi seharga Rp.
3.500,00, kita bisa membawa pulang zine yang menurut kita menarik. Selain pameran,
beberapa kegiatan juga digelar dalam Zine Fest. Kegiatan tersebut antara lain
workshop dan diskusi zine, workshop fermentasi apel, dan workshop tato. Saya
mengikuti diskusi tentang zine. Pematerinya Didi Painsugar dan Yudo. Keduanya
adalah pegiat zine. Masing-masing memberi pandangan tentang zine, pengalaman
membuat zine, juga cerita tentang komunitasnya. Melalui serangkaian acara Zine Fest,
saya mengenal sebuah media alternatif. Media di mana semua orang dapat
menyampaikan pemikirannya, tanpa ada batasan. Di tengah krisis kebebasan
berpendapat, saya bersyukur masih ada ruang-ruang alternatif semacam ini.

Anda mungkin juga menyukai