Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

PERBANKAN SYARIAH DI MALAYSIA

DOSEN PENGAMPU :

Satria Darma, M.E

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

Nur Halimah (20150055)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

MANDAILING NATAL

T.P 2023/2024
PENDAHULUAN

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang operasional dan produknya


dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan hadist, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat secara islam. Pertumbuhan perbankan syariah di dunia diawali dengan
berdirinya Mit Gamr Bank di Mesir pada tahun 1963. Selanjutnya Dubai Islamic Bank
menjadi bank komersial pertama yang membuka layanan syariah pada tahun 1975.
Berdasarkan wilayah ekonominya, perbankan syariah pertama di Asia Tenggara adalah
Bank Islam Malaysia Berhad yang berdiri di Malaysia pada tahun 1983.

Saat ini Sistem Ekomomi Islam dan Perbankan Syariah sudah banyak digunakan
oleh berbagai negara di dunia, baik di Negara-negara mayoritas Islam maupun tidak.
Namun perkembangan perbankan syariah di masing-masing Negara berfariasi, ada yang
pesat ada pula yang lambat. Ada beberapa tolak ukur untuk mengukur perkembangan bank
syariah di suatu Negara antara lain dengan meliha pangsa pasar di Negara tersebut. Pangsa
pasar (Market share) perbankan syariah artinya presentase dari luasnya total pasar yang
dapat dikuasai oleh perbankan syariah dari total pasar industri perbankan nasional.

Malaysia merupakan Negara yang paling cepat dalam pengembangan perbankan


syariah diantara Negara-negara di Asean, lalu Indonesia juga gencar dalam usahanya
mengembangkan perbankan syariah, walaupun perkembangannya lambat jika
dibandingkan dengan Malaysia, karena pendekatan yang digunakan berbeda. Pendekatan
yang digunakan di Malaysia adalah pendekatan (state driven), sedangkan perbankan
syariah di Indonesia lebih banyak digerakkan oleh masyarakat (market driven). Malaysia
sudah mengembangkan konsep keuangan syariah semenjak tahun 1963 melalui pendirian
Tabung Haji Malaysia. Kehadiran undang-undang bank syariah (IBA 1983) menjadi dasar
berdirinya bank Islam Malaysia tahun 1983. Sistem perbankan syariah kemudian
berkembang secara pesat melalui kebijakan liberalisasi sektor keuangan syariah dengan
mengundang pihak asing untuk membuka bank syariah di Malaysia. Kebijakan selanjutnya
adalah memberikan peluang bagi bank konvensional untuk menawarkan produk perbankan
dan keuangan syariah melalui skema subsidairi dan Islamc window, kebijakan ini
didasarkan UU BAFIA 1989. UU IFSA 2013 merupakan UU terbaru yang mengatur
tentang lembaga keuangan syariah di Malaysia.

1
Di berbagai Negara Bank Syariah bisa memiliki persamaan dan perbedaan karena
beberapa hal. Perbedaan ini akan tercermin pada penggunaan akad yang berbeda dalam
produk dan jasa yang ditawarkan bank syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan tersebut, antara lain: Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu Negara, Aliran
pemikiran atau mazhab yang dipakai oleh mayoritas masyarakat pada suatu Negara,
Kedudukan bank syariah dalam undang- undang, dan Pendekatan pengembangan produk
yang dipilih.

Dari beberapa permasalahan diatas maka dimakalah ini akan membahas bebrapa
hal yaitu: Bagaimana sejarah Perbankan Syariah di Malaysia ?, Bagaimana Perkembangan
Perbankan Syariah di Malaysia ?, Bagaimana Karakteristik Perbankan Syariah Malaysia ?,
Apa saja produk-produk Perbankan Syariah di Malaysia ?, dan Apa saja permasalahan
Perbankan Syariah di Malaysia ?.

2
LANDASAN TEORI

Bank secara bahasa diambil dari bahasa Itali, yakni banco yang mempunyai arti
meja. Penggunaan istilah ini disebabkan dalam realita kesehariannya bahwa setiap proses
dan transaksi sejak dahulu dan mungkin dimasa yang datang dilaksanakan diatas meja.
Dalam bahasa arab, bank biasa disebut dengan mashrof yang berarti tempat berlangsung
saling menukar harta, baik dengan cara mengambil ataupun menyimpan atau saling untuk
melakukan muamalat.1

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang
berkerja berdasarkan dengan nilai Islam, khususnya bebas dari unsur bunga, bebas dari
unsur ghara, berprinsip pada prinsip keadilan dan hanya membiayai kegiatan yang halal.2

Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
atau prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram,
sebagaimana yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia. 

Menurut UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, tentang perubahan atas UU


No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan bahwa Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau bedasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedang pengertian syariah itu
sendiri adalah aturan berdasarkan hukum Islam.3

Menurut Karnaen Purwaatmadja, bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip – prinsip Islam, yakni bank dengan tata cara dan operasinya mengikuti
ketentuan – ketentuan syariah Islam. Salah satunya unsur yang harus dijauhi dalam

1
A. Djazuli dan Yadli Yanuari, Lembaga–lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Rajawali Press,
2001), hal. 53
2
Mohammad Romli, Komparasi Market Share Bank Syariah Indonsia dan Malaysia, dalam
Ekomadania, Vol. 6 No. 1 (Juli, 2022), hal. 61
3
C.S. T Kamsil, dkk, Pokok–pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2002), cet Ke-1, hal. 311-313

3
muamalah Islam adalah praktik – praktik yang mengandung unsur riba (spekulasi dan
tipuan).4

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi layanan
pembiayaan kredit dan jasa dalam lau lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip- prinsip syariah.

4
Muhammad Firdaus NH, dkk, Konsep dan Implementasi Bank Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005),
hal. 18

4
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perbankan Syariah di Malaysia

Perkembangan perbankan syariah di Malaysia berawal pada saat pemerintah


membentuk Tabung Haji pada tahun 1963. Lembaga ini dibentuk untuk investasi
tabungan masyarakat lokal pada instrumen bebas bunga khususnya bagi mereka
yang ingin menunaikan ibadah haji. Lembaga Tabung Haji menggunakan skema
mudharabah, musyarakah dan ijarah dalam pembiayaan invetasi di bawah petunjuk
dan pengawasan Komite Fatwa Nasional Malaysia (National Fatawah Committee
of Malaysia). Akan tetapi lembaga Tabung Haji hanya sebagai lembaga
penyimpanan dan memiliki berbagai kekurangan inovasi dan insentif keuangan.5

Seperti negara berpenduduk Muslim lainnya, gerakan pembentukan bank


syariah di Malaysia diinisiasi oleh elemen masyarakat. Permintaan resmi pertama
terjadi pada saat kongres ekonomi bumi putra (indigenous people) pada tahun 1990.
Kongres ini menghasilkan sebuah resolusi yang meminta pemerintah untuk
membolehkan lembaga Tabung Haji mendirikan sebuah bank syariah. Dalam
sebuah seminar di Universitas Kebangsaan Malaysia tahun 1981, para peserta
meminta pemerintah untuk membentuk undang-undang khusus yang dapat
memungkinkan dibentuknya sebuah bank baru berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Atas dasar permintaan tersebut, pihak pemerintah kemudian menunjuk sebuah
Stering Komite Nasional untuk pembentukan Bank Syariah.6

Sebagai respon atas keinginan masyarakat dan pemerintah, UU Perbankan


Syariah Tahun 1983 diterbitkan. UU ini menjadi pijakan dasar pendirian bank
syariah pertama di Malaysia. UU tersebut memberikan kewenangan Bank Negara
Malaysia sebagai Bank Sentral untuk mengawasi dan mengatur bank Islam di
Malaysia. Di tahun yang sama, pemerintah Malaysia juga menerbitkan UU
Investasi Pemerintah yang memungkinkan pemerintah untuk menerbitkan sertifikat
investasi pemerintah, yaitu sebagai surat utang pemerintah yang sesuai dengan

5
Mohamed Abdullah, Development of Islamic Banking in Malaysia, KLRC Newsletter (January
2011), hal. 112
6
Ali Rama, Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia Tenggara, The Journal
of Tauhidinomics, vol. 1 No. 2 (2015), hal. 113

5
prinsip Islam. Bank Islam Malaysia Berhard (BIMB) adalah merupakan bank
syariah pertama yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1983. Pendirian BIMB
menjadi milestone perkembangan sistem keuangan syariah di Malaysia. BIMB
menawarkan suatu bentuk bisnis perbankan yang sama dengan bank komersial
lainnya tetapi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.Beberapa tahun kemudian,
Bank Muamalat Malaysia Berhard berdiri pada tahun 1999. Dalam rangka
meningkatkan jumlah pemain dalam system perbankan syariah, BNM
memperkenakan suatu bentuk skema dengan nama “Skema Perbankan tanpa
Bunga” atau “Interest Free Banking Scheme”.

Selanjutnya, pada tahun 1999, BNM memperkenalkan konsep subsidiary


perbankan syariah (Islamic banking subsidiary) yang membolehkan lembaga
keuangan yang menerapkan skema „Islamic Window‟ untuk mengkonversi dan
membentuk bank umum syariah (full-fledged Islamic bank). Pada era ini, sistem
perbankan syariah di Malaysia mulai tumbuh subur dan menjadi lebih kompetitif
yang kemudian mendorong bank asing masuk ke Malaysia. Pada tahun 2004,
pemerintah Malaysia menerapkan kebijakan liberalisasi keuangan dimana lembaga
keuangan asing diberikan izin untuk mendirikan bank asing syariah di Malaysia.
Keberadaan bank asing syariah tersebut diatur melalui Islamic Banking Act 1983.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menciptakan kondisi persaingan dan untuk
meningkatkan kinerja industri perbankan syariah secara keseluruhan. Adapun hasil
dari kebijakan liberalisasi sistem ini adalah masuknya lembaga keuangan dari
negara Timur Tengah dalam pasar perbankan Malaysia, yaitu Al Rajhi Banking
&Investment Corporation, Asian Finance Bank dan Kuwait Finance House.7

B. Perkembangan Perbankan Syariah di Malaysia


Industri keuangan syariah Malaysia sudah eksis selama bertahun-tahun.
Kehadiran Undang-Undang Perbankan Syariah 1983 (Islamic Banking Act, IBA)
mendorong berdirinya bank syariah pertama. Selanjutnya, proses kebijakan
liberalisasi sistem keuangan syariah turut serta berkontribusi dalam mendorong
perkembangan lembaga keuangan syariah di Malaysia. Dengan pengalaman lebih
dari 30 tahun tersebut, sistem perbankan syariah di Malaysia sudah memiliki

7
Ali Rama, Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia Tenggara, The Journal
of Tauhidinomics, vol. 1 No. 2 (2015), hal. 114

6
infrastruktur pengembangan sistem perbankan syariah yang relatif lengkap dan
komprehensif.
Berdasarkan data statistik Bank Negara Malaysia, saat ini terdapat 16 bank
syariah dan 5 bank asing syariahyang telah beroperasi di Malaysia.Dengan jumlah
bank syariah tersebut, Industri perbankan syariah Malaysia menunjukkan
perkembangan yang signifikan dengan jumlah market share mencapai 24,4% dari
total sistem keuangan pada tahun 2013. Adapun jumlah total asetnya mencapai
sekitar USD 65,5 miliar dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 18-20%
pertahun. Berdasarkan roadmap pengembangan perbankan syariah di Malaysia
ditargetkan total pembiayaan syariah mencapai sekitar 40 persen dari total
pembiayaan pada tahun 2020.
Pemerintah Malaysia konsisten dalam mendorong perkembangan industri
perbankan syariah dengan cara mengundang lembaga keuangan asing untuk
mendirikan bisnis perbankan syariah di Malaysia. Proses liberalisasi sektor
keuangan syariah ini berkontribusi signifikan dalam meningkatkan pangsa pasar
perbankan syariah di Malaysia. Selain itu, kondisi lingkungan bisnis yang relatif
stabil dengan dukungan infrastruktur yang lengkap dan komprehensif telah
mendorong lembaga keuangan internasional untuk menjadikan Malaysia sebagai
destinasi investasi bisnis perbankan syariah mereka. Hal ini telah menciptakan
pertumbuhan anekaragam komunitas lembaga keuangan lokal dan internasional.
C. Karakteristik Perbanakan Syariah di Malaysia
Ada berbagai hal yang mencerminkan karakteristik perbankan syariah suatu
negara. Beberapa diantaranya adalah: sistem keuangan dan perbankan yang dianut,
aliran pemikiran atau madzhabdan pandangan yang dianut oleh negara atau
mayoritas muslimnya. Kedudukan bank syariah dalam undang-undang dan
pendekatan pengembangan perbankan syariah dan produknya yang dipilih.8
1. Sistem keuangan dan perbankan yang dianut
Sistem Keuangan dan Perbankan Malaysia adalah negara yang menerapkan
sistem keuangan dan perbankan ganda (dual financial and banking system)
mulai tahun 1983 ketika dikeluarkannya undang-undang perbankan syariah
pada tahun 1983 dan undang-undang asuransi syariah pada tahun 1984. sejak

8
Satria Darma, Implementasi Perbankan Syariah Di Malaysia Dan Indonesia, Journal Economy
And Currency Study (JECS), Volume 3, Issue 2, (July 2021), hal. 114

7
saat itu lembaga keuangan syariah beroperasi berdampingan dengan lembaga
keuangan konvensional. Lembaga keuangan syariah menjadi lembaga keuangan
alternatif bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan jasa keuangan yang
sesuai dengan prinsip Syariah. Lembaga keuangan syariah sekaligus menjadi
pesaing langsung lembaga keuangan konvensional dalam produk dan jasa yang
ditawarkan.
2. Madzhab dan pandangan yang dianut oleh negara atau mayoritas
muslimnya
Sistem Karakteristik Muslim Mayoritas penduduk Muslim Malaysia
menganut madzhab (school of thought) Syafi’i. Meskipun memiliki madzhab
yang sama dengan mayoritas Muslim Indonesia, aplikasi penerapan prinsip
Syariah dalam dunia perbankan dapat berbeda, tergantung pada pemahaman
dan pendapat ulamanya. Sebagai contoh, menurut pendapat ulama Malaysia
aliran dana sama dengan hutang dan juga sama dengan harta benda (cashflow =
debt = property). Oleh karena hutang sama dengan harta benda, maka hutang
dapat dijualbelikan dengan harga berapapun. Sebagai contoh, piutang senilai
Rp.1000 dapat dijual dengan harga diskon senilai Rp.800. Pendapat yang
prinsip ini berimplikasi pada akad dari produk dan instrumen keuangan syariah
yang digunakan di Malaysia, seperti dibolehkannya Bai’ Al-Inah (sale and
buyback) dan Bai’ Al-Dayn (jual beli hutang dengan diskon).9
3. Kedudukan bank syariah dalam undang-undang
Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-undang Bank Syariah di Malaysia
berada di bawah undang-undang yang berbeda tergantungdari bentuk
institusinya. Bank syariah penuh (full fledged Islamic bank) berada di bawah
undang-undang perbankan syariah atau Islamic Banking Act yang diterbitkan
tahun 1983. Sementara itu, Islamic windows atau bank konvensional yang
menawarkan produk-produk perbankan syariah berada di bawah undang-
undang perbankan konvensional. Dengan berbedanya undangundang yang
mengaturnya, operasi full fledged Islamic bank menjadi lebih leluasa dari pada
Islamic windows terutama dalam penerapan ketentuanketentuan Syariah. Selain
itu, undang-undang perbankan syariah tahun 1983 merupakan hukum sipil (civil

9
Mohammad Romli, Komparasi Market Share Bank Syariah Indonsia dan Malaysia, dalam
Ekomadania, Vol. 6 No. 1 (Juli, 2022), hal. 70

8
law) sehingga tetap dibawah yurisdiksi pengadilan sipil (civil court). Keadaan
ini mempunyai implikasi bahwa meskipun dengan undang-undang perbankan
syariah tahun 1983 bank syariah dapat menerapkan nilai-nilai Syariah dalam
operasinya, namun tidak cukup untuk menutupi undang-undang perbankan
konvensional untuk mencerminkan konsep murni dari jual beli (al-bai’). Sesuai
dengan undang-undang perbankan, bank Islam atau bank konvensional hanya
boleh menyediakan fasilitas pembiayaan. Bank tidak diperkenankan untuk
membeli dan menjual aset untuk mendapatkan untung.
4. Pendekatan pengembangan perbankan syariah dan produknya yang
dipilih
Kedudukan Dewan Syariah Otoritas syariah tertinggi di Malaysia berada
pada NSAC yang didirikan pada satu Mei 1997 dan berada dalam struktur
organisasi Bank Negara Malaysia (BNM). Anggota NSAC ditunjuk oleh dewan
direktur (board of directors) BNM untuk masa kerja tiga tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya. Tujuan dari didirikannya NSAC adalah
untuk:
a) Bertindak sebagai satu-satunya badan otoritas yang memberikan saran
kepada BNM berkaitan dengan operasi perbankan dan asuransi syariah.
b) Mengkoordinasi isu-isu Syariah tentang keuangan dan perbankan syariah,
termasuk asuransi syariah.
c) Menganalisa dan mengevaluasi aspek-aspek Syariah dari skim atau produk
baru yang diajukan oleh institusi perbankan dan perusahaan takaful.
Keberadaan NSAC di dalam struktur bank sentral akan meningkatkan
respons dan efektivitas pengambilan keputusan dan fatwa-fatwa yang
berhubungan dengan masalah-masalah Syariah yang dihadapi oleh
perbankan dan asuransi syariah. Namun demikian, independensi dewan
syariah ini menjadi terbatas karena bukan merupakan lembaga independen
tersendiri, namun berada dibawah dewan direktur bank sentral.10
D. Produk-produk Perbankan Syariah di Malaysia
Di Malaysia perbankan Syariah menerapkan akad yang bervariasi untuk
produk dan instrumen keuangan syariah yang ditawarkan kepada nasabah. Akad-
akad tersebut meliputi akad-akad untuk pendanaan, card services (jasa kartu), Trade

10
Ibid, hal. 71

9
financing (pembiayaan perdagangan), dan banking services (jasa perbankan),
sebagai berikut:11
1. Pendanaan : Wadiah, Mudharabah
2. Pembiayaan : Murabahah, BBA (BBA), Ijarah, Ijarah Thumma, Bai
3. ariable Rate : Ijarah, Kafalah,Wakalah, Bai al-Inah, Bai’al-Dayn, Istishna
4. Jasa Perbankan: Qardh Hasan, BBA, Bai’al-Inah,Ujr
5. Instrumen Keuangan Syariah: Baial-Inah,
BBA,Murabahah,Mudharabah,Ujr

Bank Syariah di Malaysia menggunakan bebrapa akad khas, dimana yang


menjadi penyebab  ciri khas pada bank Syariah yang ada di negara tersebut adalah
aliran pemikiran yang dianut di Malaysia serta juga kedudukan bank Syariah dalam
peraturan perundang-undangan di Malaysia serta pengembangan pendekatan pada
produk bank Syariah di negara tersebut. Berikut adalah akad-akad khas dari Bank
Syariah di Malaysia :
a) Akad bai Al Inah. Akad ini merupakan akad khas dari bank Syariah yang
ada di Malaysai. Merupakan akad jual beli dimana pihak penjual melakukan
penjualan Kembali assetnya dengan janji untuk dilakukan pembelian
Kembali dengan pihak yang sama. Bai Al Inah merupakan penjualan tunai
dan juga dilanjutkan Kembali dengan pembelian dengan Tangguh. 
b) Akad Bay Al Dayn Akad ini merupakan akad jual beli. Adapun yang
diperjualbelikan dalam akad ini adalah hutang atau Dayn. Dayn dalam akad
ini diperdagangkan dengan harga yang sama. 
c) Akad bay Bitthaman Ajjil Akad ini merupakan nama lama dari akad
murabahah. Bisa dikatakan bahwa akad ini merupakan akad jual beli
dimana pembayaran dilakukan secara Tangguh atau cicilan, serta
pembayaran dilakukan dalam jangka Panjang. Bisa dikatakan bahwa
murabahah merupakan kredit murabahah untuk jangka Panjang.
d) Musyarakah Mutanaqisah adalah akad bagi hasil yang merupakan
penyertaan modal secara terbatas dari satu mitra usaha kepada mitra usaha
yang lain untuk jangka waktu tertentu. Pembiayaan dengan akad

11
Satria Darma, Implementasi Perbankan Syariah Di Malaysia Dan Indonesia, Journal Economy
And Currency Study (JECS), Volume 3, Issue 2, (July 2021), hal. 115

10
Musyarakah Mutanaqisah merupakan bentuk kerja sama kemitraan ketika
bank dan nasabah bersama-sama membeli rumah atau properti. Aset
tersebut kemudian disewakan kepada nasabah dengan biaya sewa bulanan.
Bagian pendapatan sewa nasabah digunakan sebagai penambahan
kepemilikan, sehingga pada waktu tertentu (saat jatuh tempo), rumah atau
properti tersebut menjadi milik nasabah sepenuhnya.
E. Permasalahan Perbankan Syariah di Malaysia
Permasalahan yang sering muncul di Perbankan Syariah Malaysia yaitu
kontroversi tentang akad-akad yang dipergunakan dalam sistem ekonomi dan
keuangan syariah. Berikut ini beberapa permasalah yang di alami ban syariah
Malaysia :
1. Permasalahan Akad Bai Al Inah
Yang suka menjadi banyak pertanyaan dari para pengamat system ekonomi
dan keuangan Syariah berkaitan dengan akad bai Al Inah ini adalah kemiripan
akad ini dengan konsep pemberian pinjaman tunai dengn adanya asset jaminan
yang ada pada bank konvensional. Perbedaan yang ada hanya terletak pada
akadnya saja, sedangkan pada dasarnya nasabah tetap sama memperoleh dana
yang bersifat tunai.
Berkaitan dengan konsep bai al inah ini, terdapat pandangan yang dianut
oleh berbagai mazhab (Islamic School Of Thought) tentang akad ini. Berikut
adalah pandangan 5 mazhab yang ada tentang Bai Al Inah :

Mazhab Pendapat Alasan pendapat

Hanafi Dilarang Boleh jika ada pihak ke 3

Maliki Dilarang Dianggap manipulasi riba

Hambali Dilarang Dianggap manipulasi riba

Syafi’i Boleh Kontrak dinilai dari apa yang terungkap.


Niat diserahkan pada Allah

Zahiri Boleh Kontrak dinilai dari apa yang terungkap.

11
Niat diserahkan pada Allah

Dari berbagai pandangan yang ada tersebut maka dapat dilihat bahwa
konsep Bai Al Inah yang ada di Malaysia merupakan konsep sale and lease
back yang dilakukan tanpa melibatkan pihak ketiga yang seharusnya bertindak
sebagai penghubung antara penjual selaku kreditir dan juga pembeli selaku
debitur. Hal ini tidak diperbolehkan oleh mayoritas Mazhab. Malaysia
mengizinkan akad ini karena Mazhab Syafii yang dipegang oleh Dewan
Syariah Nasional Malaysia, atau NSAC.

2. Permasalahan Bay Al Dayn


Pada akad Bay Al Dayn juga mengalami kontroversi apakah boleh atau
tidak nya akad tersebut dipergunakan. Hingga pada pertemuan yang dilakuian
oleh Islamic Fiqh Academy yang diselenggarakan di kantor pusat mereka di
Jeddah, Arab Saudi. Dalam pertemuan tersebut Lembaga yang merupakan
perwakilan para ulama ahli fikih muamalah seluruh dunia telah sepakat bahwa
konsep Bay Al Dayn harus dilarang. Dan mereka telah sepakat untuk
melakukan pelarangannya secara aklamasi. Akan tetapi, pada Agustus 1996
NSAC Malaysia menyatakan dapat menerima prinsip dari Bay Al Dayn yang
diharapkan dapat mampu untuk mengakselerasi konsep pasar modal Syariah.
NSAC Malaysia menyatakan bahwa hutang dapat dianggap sama dengan harta
benda. Dikarenakan hutang sama dengan harta maka hutang bisa
diperdagangkan dengan harga berapapun penawaran yang terjadi.
Pandangan NSAC atau ulama Malaysia berkaitan dengan Bay Al Dayn ini
diperbolehkan karena mereka menganggap bahwa akad ini sesuai dengan
ketentuan Syariah. Hal ini berbeda dengan ketentuan yang dipakai oleh para
ulama Timur Tengah dan juga Indonesia. Hal ini karena para ulama tersebut
bersepakat dengan pandangan yang dianut oleh ulama Islamic Fiqh Academy
yang menyatakan bahwa bay Al Dayn tidak diiizinkan karena tidak adanya tiga
konsep iwad, yaitu resiko, kerja dan usaha serta tanggung jawab.

KESIMPULAN DAN SARAN

12
Perkembangan perbankan syariah di Malaysia berawal pada saat pemerintah
membentuk Tabung Haji pada tahun 1963. Industri keuangan syariah Malaysia
sudah eksis selama bertahun-tahun. Kehadiran Undang-Undang Perbankan Syariah
1983 (Islamic Banking Act, IBA) mendorong berdirinya bank syariah pertama.
Selanjutnya, proses kebijakan liberalisasi sistem keuangan syariah turut serta
berkontribusi dalam mendorong perkembangan lembaga keuangan syariah di
Malaysia. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun tersebut, sistem perbankan
syariah di Malaysia sudah memiliki infrastruktur pengembangan sistem perbankan
syariah yang relatif lengkap dan komprehensif.
Ada berbagai hal yang mencerminkan karakteristik perbankan syariah suatu
negara. Beberapa di antaranya adalah: sistem keuangan dan perbankan yang dianut,
aliran pemikiran atau madzhabdan pandangan yang dianut oleh negara atau
mayoritas muslimnya. Kedudukan bank syariah dalam undang-undang dan
pendekatan pengembangan perbankan syariah dan produknya yang dipilih.
Ada beberapa akad khas yang digunakan perbankan syariah di Malaysia
yaitu: Akad bai Al Inah, Akad Bay Al Dayn, Akad bay Bitthaman Ajjil ,
Musyarakah Mutanaqisah.
Permasalahan yang muncul di perbankan syariah di Malaysia yaitu
kontroversi yang muncul akibat adanya perbedaan pendapat mengenai beberapa
akad-akad yang dipergunakan dalam dunia perbankan di Malaysia.
Dari beberapa pembahasan masalah yang telah diuraikan diatas maka
diharapkan kepada pemerintah dan juga orang-orang yang bertanggungjawab atas
kebijakan ekonomi dan dunia perbankan agar lebih bijak dan tegas dalam
menetukan kebijakan ekonomi supaya nantinya tidak menimbulkan masalah-
masalah baru.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. ( January 2011). Development of Islamic Banking in Malaysia. KLRC


Newsletter , 112.

C.S. T Kamsil, d. (2002). Pokok–pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia cet Ke-1.
Jakarta: Sinar Grafika.

Darma, S. (July 2021). Implementasi Perbankan Syariah Di Malaysia Dan Indonesia.


ournal Economy And Currency Study (JECS), Volume 3, Issue 2, 114.

Muhammad Firdaus NH, d. ( 2005). Konsep dan Implementasi Bank Syariah. Jakarta:
Renaisan.

Rama, A. (2015). Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia Tenggara.


The Journal of Tauhidinomics vol. 1 No. 2, 113.

Romli, M. (2022). Komparasi Market Share Bank Syariah Indonsia dan Malaysia. dalam
Ekomadania Vol. 6 No. 1 , 61.

Yanuari, A. D. ( 2001). Lembaga–lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: Rajawali Press.

14

Anda mungkin juga menyukai