KEMISKINAN DI INDONESIA
MAKALAH
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Keuangan Mikro
Disusun Oleh :
Nur Rohmat 20230017
2021
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………........... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………...………………………............……… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………........……...….…. 3
C. Tujuan Penulisan……………………………….................….…...……….. 3
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ………..………………………………................................... 16
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu UMKM?
2. Bagaimana itu Kemiskinan?
3. Bagaimana Strategi SNPK?
4. Bagaimana Fenomena Kemiskinan di Indonesia?
5. Bagaimana Peran dan Posisi Strategis UMKM?
6. Bagaimana Pemberdayaan UMKM Melalui KUR?
7. Bagaimana Strategi Pemberdayaan UMKM Sebagai Strategi
Penanggulangan Kemiskinan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui UMKM
2. Untuk Mengetahui Tentang Kemiskinan
3. Untuk Mengetahui Strategi SNPK
4. Untuk Mengetahui Fenomena Kemiskinan di Indonesia
5. Untuk Mengetahui Peran dan Posisi Strategis UMKM
6. Untuk Mengetahui Pemberdayaan UMKM Melalui KUR
7. Untuk Mengetahui Strategi Pemberdayaan UMKM sebagai Strategi
Penanggulangan Kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN
Memang disadari bahwa hingga saat ini pendefinisian UMKM masih berbeda-
beda oleh instansi yang ada. Namun sebagai upaya pengenalan mengenai kondisi
UMKM tersebut, dalam kajian ini akan memberikan beberapa rujukan pendefinisian
UMKM tersebut sebagai bagian dari upaya pengenalan sektor tersebut. Dalam UU No
20 Tahun 2008 tentang UMKM yang menyebutkan bahwa ;
a. Usaha Mikro, adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak
termasuk tanah dan bangunan dan hasil penjualan tahunan paling banyak 300
juta rupiah.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan maupun kelompok. Memiliki kekayaan bersih
lebih dari 50 juta rupiah sampai 500 juta rupiah, dan memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai 2,5 milyar rupiah.
c. Usaha Menengah adalah usaha produktif yang memiliki kekayaan bersih lebih
dari 500 juta rupiah sampai paling banyak 10 milyar rupiah, dan memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari 2,5 milyar rupian sampai paling banyak 50 milyar
rupiah.
Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang dimaksud
dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UM), adalah entitas usaha yang
mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik
warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000
s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
Terlepas dari itu, bahwa peran dan posisi strategis UMKM dalam perekonomian
nasional dan daerah sangat penting dalam upaya pengentasan kemiskinan dan
pengangguran di daerah. sehingga penting kiranya peran pemerintah daeran dalam
melakukan pemberdayaan terhadap sektor tersebut. dimana perkembangan global
dengan adanya perdagangan bebas, tentunya keberdayaan UMKM sangat diperlukan
untuk dapat bersaing dengan adanya produk-produk luar, jika memang kita tidak ingin
hanya menjadi penonton dari adanya perdagangan bebas tersebut.
B. Tentang Kemiskinan
Kemiskinan disadari memang memiliki konsep yang cukup abstrak, defenisi
kemiskinan bisa berbeda-beda antara satu institusi dan institusi lainnya tergantung dari
apa dan ukuran yang dipakainnya. Asian Development Bank misalnya memahami
kemiskinan sebagai perampasan aset-aset dan kesempatan individu untuk berkembang.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang kecenderungannya merujuk pada Bank
Dunia lebih melihat pada kepemilikan asset, tingkat penghasilan kebutuhan dasar (basic
needs), serta kecukupan pemenuhan kalori.
Adanya perbedaan ini tentunya akan menyulitkan dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan, sehingga hambatan struktural seringkali menyulitkan dalam
penanggulang kemiskinan. Namun untuk merumuskan strategi penanggulangan
kemiskinan kita tetap harus merujuk pada satu definisi yang dijadikan patokan dalam
melihat realitas sebuah kemiskinan.
Specker (1993) menyatakan bahwa kemiskinan mencakup (1) kekurangan
fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal, (2) gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
(3) risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungannya, (4)
kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tak bisa hidup layak, dan (5) kekurangan
dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh ketersisian sosial, ketersisihan
dalam proses politik dan kualitas pendidikan rendah.
Disisi lain, kemiskinan dapat diterjemahkan sebagai ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan. Lawrence M. Mead dalam tulisannya, Poverty dan Political Theory juga
mengatakan hal yang serupa. Namun ia menambahkan bahwa kemiskinan tidak hanya
berkaitan dengan mereka yang memiliki pendapatan rendah, namun juga yang dianggap
gagal memenuhi fungsi sosial yang diharapkan, seperti berhenti sekolah melanggar
hukum, tidak bekerja walaupun mampu bekerja. Mead juga menambahkan bahwa
penyebab gaya hidup demikian masih menjadi kontroversi (Mead, 1996; 2 dalam
Wrihatlono,2008). Amartya Sen menyatakan bahwa keterbelakangan aksesibilitas
menjadi penyebab kemiskinan (Handayani, 2004: 10), keterbelakangan tersebut
menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan pilihan untuk mengembangkan
hidupnya.
May (2001) yang dikutip dalam Darwin (2005) menggambarkan kemiskinan
sebagai keadaan; ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar,
rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara
kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku anti sosial
(anti social behaviour), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan
yang baik, kurangnya infrastuktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan
keterpisahan.
Dari penjelasan diatas dapat disederhanakan bahwa masalah kemiskinan adalah
menyangkut pada kekurangan pemenuhan kehidupan yang layak, akses masyarakat
pada pelayanan minimal dalam kehidupannya misalnya kesehatan, pendidikan, dsb,
partisipasi dalam pengambilan kebijakan, dan lemahnya kelembagaan dari masyarakat
tersebut.
Dalam kemiskinan juga dikenal tingkatan kemiskinan, yakni kemiskinan absolut
yaitu kemiskinan masyarakat yang dalam standar kelayakan hidup berada dibawah garis
kemiskinan, dan biasanya konstan sepanjang waktu. Serta kemiskinan relatif, dalam
artian bahwa derajat kesejahteraan masyarakat yang cenderung relatif, bahwa bisa jadi
seseorang dikatakan miskin namun hak-hak dasarnya sudah terpenuhi.
Kemudian faktor penyebab kemiskinan juga dapat dilihat pada hasil studi
literatur, ada empat yaitu 1) Faktor budaya, yakni individu yang terjebak pada kebiasaan
hidup yang menyebabkan mereka terjebak pada kemiskinan; 2) Faktor Struktural,
dimana kemiskinan masyarakat lebih disebabkan kebijakan publik yang tidak berpihak
pada masyarakat; 3)Faktor Alam, bahwa dalam hal ini kemiskinan disebabkan oleh
faktor ekologis misalnya daerah yang tidak subur, tandus, kering dsb; 4) Faktor Konflik
Sosial Politik atau Perang, persoalan ini sudah tentu akan membawa munculnya
kemiskinan di masyarakat karena konflik dan perang akan mematikan sumberdaya yang
ada (Darwin, 2005).
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Darwin, Muhadjir M.,2005. Memanusiakan Rakyat : Penanggulangan Kemiskinan
Sebagai Arus Utama Pembangunan, Yogyakarta: Penerbit Benang Merah.
Kumorotomo, Wahyudi., 2008. Perubahan Paradigma Peran Pemerintah dalam
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Makalah ditulis sebagai Background
Study RPJMN Tahun 2010-2014 Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UMKM,
Bappenas.
Meliala, Adrianus,.2012. Masalah Kemiskinan dan Kejahatan Serta Respons Kebijakan
Publik dalam Rangka Mengatasinya, dalam Jurnal Dialog Kebijakan Publik,
Edisi 8/Desember/2012, hal.9-21
Suharto, Edi (2008a), Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta
(Cetakan Kedua)
Suharto, Edi (2008b), Analisis Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta (Cetakan
keempat).
Syarief, Teuku., Prospek dan Kendala KUR dalam Mendukung Perkuatan Permodalan
UMKM. diskusi rutin pemberdayaan Koperasi dan UKM Kalangan Penelti dan
pejabat struktural di lingkungan Kementerian Negara Koperasi dan UKM
tanggal 7 Januari 2011.
Wanto, Alfi Haris,. 2011. Kebijakan Pemberantasan Kemiskinan di Indonesia,
Mamahami Penyebab Serta Upaya Penanggulangannya, Majalah Triwulan
Perencanaan Pembangunan, Edisi 03/TahunXVII/2011.
Wrihatnolo, Randy R. 2008. Refleksi Dampak Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Menanggulangi Kemiskinan, dalam Majalah triwulan Perencanaan
Pembangunan, Edisi 02/Tahun XIV/2008.