TEORI HAQ
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah I
Dosen Pengampu :
Mugni Muhit, S.Ag., M.Ag.
(2114097901)
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Teori Haq ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Mugni Muhit, S.Ag., M.Ag. sebagai Dosen pada mata kuliah Fiqh
Mualamah I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Teori Haq bagi para pembaca juga bagi para penyusun.
Kami menyadari, makalah yang telah disusun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3. Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................1
2.1. Definisi Haq..................................................................................................... 1
2.2. Jenis-Jenis Haq................................................................................................ 5
BAB III PENUTUP.............................................................................................10
3.1.
Kesimpulan......................................................................................................10
3.2. Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Haq.
2. Memahami Jenis-jenis Haq.
BAB II
PEMBAHASAN
1
2
menerima dan memberi. Dari sisi penerima dinamakan haq, sedangkan dari sisi
pemberi dinamakan iltizam.
Dalam akad muwwadhah (saling menerima dan melepaskan) haq dan
iltizam berlaku pada masing-masing pihak. Misalnya pada akad jual-beli, penjual
berstatus sebagai multazim sekaligus sebagai shahibul haq. Demikian juga halnya
pihak pembeli. Haq yang seperti ini juga berlaku pada akad murabahah dan
sebagainya. Dengan demikian pihak-pihak yang terlibat dalam akad
mu’awwadhah masing-masing memiliki haq sebagai imbangan atas kewajiban
yang dibebankan kepadanya atau masing-masing memiliki kewajiban sebagai
imbangan atas haq yang diterimanya.
Al-Qur’an dann hadits Nabi serta fiqih para ulama tentang hukum Islam
merupakan sumber adanya suatu haq. Keduanya sekaligus merupakan sumber
utama iltizam. Namun demikian ada juga sumber iltizam yang dikemukakan
Muhammad Musthafa Syalaby:
1. Aqad, yaitu kehendak kedua belah pihak (iradah al-‘aqidain) untuk melakukan
sebuah perikatan, seperti akad jual-beli, sewa-menyewa dan lain sebagainya.
2. Iradat al-munfaridah (kehendak sepihak, seperti ketika seseorang
menyampaikan suatu janji atau nadzar bahwa akan berkunjung ke rumah).
3. Al-fi’l al-nafi’ (perbuatan yang bermanfaat), perbuatan yang menjadi solusi
positif bagi orang lain yang kondisinya amat sangat membutuhkan santunan,
perhatian, bantuan, dan pertolongan.
4. Al-fi’l al-dharar (perbuatan yang merugikan), seperti seseorang yang merusak
atau melanggar haq atau kepentigan orang lain, maka ia terbebani kewajiban
tertentu.
Iltizam ada kalanya berlaku atas harta benda (al-mal), terdapat hutang (al-
dain), dan terhadap perbuatan (al-fi’il). Iltizam terhadap harta benda harus
dipenuhi dengan meyerahkan harta benda kepada multazam anhu, seperti
keharusan penjual meyerahkan barang kepada pembeli dan keharusan pembeli
menyerahkan uang pada penjual.
Iltizam pada hutang prinsipnya harus dipenuhi oleh orang yang berhutang
secara langsung. Namun dalam kondisi tertentu hukum Islam memberikan
beberapa alternatif pemenuhan iltizam ini. Misalnya melalui cara:
4
1. Hawalah, yakni pengalihan iltizam (dalam hal ini adalah keharusan membayar
hutang) kepada orang lain (pihak ketiga). Secara sederhana dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
A memberi pinjaman kepada B, sedangakan ;
B mempunyai piutang kepada C.
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
2. Penggunaan Haq
Pada prinsipnya Islam memberikan kebebasan bagi setiap pemilik untuk
mempergunakan haqnya sesuai kehendaknya (iradah) sepanjang kebebasan
tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Kebebasan menggunakan haq
selain dibatasi oleh syari’at Islam, juga dibatasi oleh haq dan kepentingan orang
lain. Prinsip perlindungan haq dalam Islam, berlaku untuk seluruh manusia tanpa
kecuali terutama perlidungan haq masyarakat umum. Penggunaan haq secara
berlebihan yang menimbulkan pelanggaran haq dan kerugian terhadap
kepentingan orang lain maupun kepentingan masyarakat umum dalam hukum
Islam disebut ta’assuf fi isti’ malil haq.
هّٰللا
ِ ض َم َرح ًۗا اِ َّن َ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل ُم ْختَا ٍل فَ ُخوْ ۚ ٍر َوا ْق
َص ْد فِ ْي َم ْشيِك ِ ْش فِى ااْل َر ِ اس َواَل تَ ْم ِ َّك لِلن َ َُواَل ت
َ صعِّرْ َخ َّد
ت ْال َح ِمي ِْر
ُ ْصو
َ َت ل َ ۗ ِصوْ ت
ِ ك ِا َّن اَ ْن َك َر ااْل َصْ َوا َ ࣖ َوا ْغضُضْ ِم ْن
Jika ta’assuf fi isti’ malil haq terjadi , dapat diambil beberapa tidakan
sebagai berikut:
1. Menghilangkan atau melenyapkan segala hal yang nyata-nyata telah
menimbulkan mudharat kepada orang lain.
2. Membayar ganti sepadan dengan kerugian yang diakibatkan.
3. Membatalkan perbuatan tersebut.
4. Menghentikan perbuatan tersebut.
5. Memberlakukan sanksi hukuman (ta’zir).
6. Mengambil tindakan paksa kepada pelaku untuk melakukan sesuatu agar
kerugian yang ditimbulkan cepat berakhir.
6. Haq ainiyah
a. Haq al-malikiyah
Hak milik adalah suatu haq yang memberikan kepada pihak yang
memilikinya kekuatan atau kewenangan atas sesuatu hingga ia memiliki
kewenangan mutlak untuk menggunakan dan mengambil manfaat
sepanjang tidak menimbulkan kerugian terhadap orang lain.
b. Haq al-intifa’
Adalah haq memanfaatkan harta orang lain berdasarkan harta yang
dibenarkan syara’. Wahbah al-Zuhaili menyebutkan 5 penyebab
munculnya haq intifa’:
1. Melalui i’arah
2. Ijarah
3. Waqaf
4. Wasiat bil manfaat
5. Ibadah
c. Haq al-Irtifaq
Adalah haq yang berlaku atas suatu benda yang tidak bergerak untuk
kepentingan benda tidak bergerak milik pihak lain. Memiliki 3 tipe:
1. Berlaku untuk kepentigan pribadi maupun milik umum. Sedangkan
haq intifa’ berlaku pada pemanfaat benda pada pemilik tertentu.
2. Selalu terkait dengan benda tidak bergerak, sedangkan haq intifa’ bisa
berlaku pada benda bergerak dan tidak bergerak.
3. Berlaku tidak terbatas dan dapat diwariskan sedangkan haq intifa’
terbatas waktu.
Haq irtifaq muncul disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Al-Syirkah al-Ammah, seperti hubungan dengan ketetanggaan
dengan fasilitas umum.
2) Persyaratan tertentu yang disepakati dalam akad mu’awadhah.
3) Kesepakatan antara tetangga untuk mengatur dan menertibkan
haq masing-masing.
7. Haq diyaniy dan haq qadla’iy
Haqul diyaniy, yaitu haq keagamaan. Hak-hak yang pelaksanaanya tidak
dapat dicampuri oleh kekuasaan negara. Dan haqul Qadla’iy, yaitu haq
kehakiman. Sesuatu yang dapat dibuktikan di depan hakim pengadilan.
Selain unsur lahiriah, yaitu perbuatan, unsur bathiniah seperti niat dan esensi
(hakikat), juga merupakan unsur yang penting dalam haq diyaniy. Sementara
dalam haq qadla’iy semata-mata diciptakan berdasarkan kenyataan fisikal dan
mengabaikan aspek niat dan hakikat suatu perbuatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Haq berasal dari bahasa arab haq, secara harfiah berarti “kepastian” atau
“ketetapan”. Al-haq juga berarti “menetapkan” atau “menjelaskan”. Al-
haq juga berarti “kebenaran”.
2. Secara terminologis terdapat beberapa pengertian haq. Haq adalah
himpunan kaidah dan nash-nash syari’at yang harus dipatuhi untuk
menertibkan pergaulan manusia baik yang berkaitan perorangan maupun
yang berkaitan dengan harta benda.
3. Substansi haq sebagai taklif atau keharusan yang terbebankan pada pihak
lain dari sisi penerima dinamakan haq. Sedangkan dari sudut pandang
palaku disebut iltizam artinya “keharusan atau kewajiban”.
4. Sumber iltizam yang lain adalah: aqad, iradah al-munfaridah, al-fi’lun
nafi, al-fi’lu al-dharr. Dalam kondisi tertentu hukum islam memberikan
beberapa alternatif pemenuhan iltizam ini. Misalnya melalui cara:
hawalah, kafalah, taqashi.
5. Jenis-jenis haq terdiri dari : perlindungan haq (QS al-Baqarah ayat 280),
penggunaan haq, ta’assuf fi isti’ malil haq, haq Allah dan haq manusia,
10
11
haq syahsiy dan haq’aini, haq ainiyah, haq al-malikiyah (haq milik), haq
al-intifa, haq al-irtifaq, haq diyaniy dan haq qadla’iy.
3.2. Saran
Haq merupakan kekuasaan seseorang terhadap sesuatu dan mempunyai
kebebasan bertindak secara bebas. Namun, untuk dapat melaksanakannya
memahami terlebih dahulu makna dari haq itu sendiri dan aturan di dalamnya
lebih bijak dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA