Anda di halaman 1dari 41

Mengelola Etika

dalam Bisnis
TIDAK UNTUK DIJUAL
Mengelola Etika
dalam Bisnis
Didanai bersama oleh:
Indonesia Business Links lahir dari diskusi multi sektor pada
Yayasan Konferensi Bank Dunia di Washington DC, Oktober 1998 yg
Indonesia menggugah beberapa tokoh bisnis di Indonesia utk melakukan
Business Links pemulihan iklim bisnis dan ekonomi serta menekankan pentingnya
standar bisnis yang etis.
BADAN
PENDIRI Indonesia Business Links (IBL) adalah koalisi sejumlah perusahaan
nasional dan internasional yang beroperasi di Indonesia, yang
Ketua
Noke Kiroyan memiliki komitmen mengenai praktek bisnis yang baik serta
bersedia mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan kepada
Wakil Ketua perusahaan perusahaan skala kecil dan menengah.
Heru Prasetyo

Anggota Pendiri Berdirinya IBL tidak lepas dari peran the Prince of Wales
John Arnold International Business Leaders Forum (IBLF). Bermula dari dana dari
UNDP, DFID (UK), dan Ford Foundation, IBL berhasil mendapat
PENGAWAS bantuan finansial maupun dukungan lainnya dari perusahaan -
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan program-programnya
Cliff D. Rees dan terus berkembang hingga saat ini.

BADAN MISI
PENGURUS Mempromosikan sikap dunia usaha yang baik serta kemitraan untuk
Ketua
pembangunan.
Pradakso Hadiwidjojo
TUJUAN
Wakil Ketua Memberikan sumbangan terhadap perbaikan lingkungan bagi
Chrysanti Hasibuan
Sedyono pengembangan ekonomi dan usaha Indonesia melalui :
! Alih pengetahuan, ketrampilan dan materi bagi perusahaan
Sekretaris perusahaan lokal skala kecil/menengah;
Duane Gingerich
! Menggalakkan praktek usaha yang baik;
Bendahara ! Mendukung inisiatif-inisiatif yang berkaitan dengan
Tom Malik kewirausahaan dan peningkatan penghasilan; serta
! Memberikan semangat dan membantu dunia usaha dalam
TIM PELAKSANA melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Direktur Eksekutif
Yanti Koestoer

Manajer Program
Dedi Nurfalaq

ii Mengelola Etika dalam Bisnis Indonesia Business Links


PROGRAM UTAMA

Business Ethics
Indonesia Business Links sejak tahun 1999, melalui prakarsa “ Mengelola Dilema
Etika dalam praktek bisnis” telah memberikan pencerahan kepada lebih dari 550
pelaku usaha, pejabat pemerintah dan para pemimpin organisasi masyarakat sipil
dalam serangkaian diskusi tentang pentingnya membersihkan praktek praktek
korupsi.

Sejak Oktober 2005, prakarsa ini berkembang luas bekerjasama dengan KPK dan
dukungan CIPE, serta para korporasi anggota IBL seperti, KPC, Rio Tinto
Indonesia, Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan BP Indonesia. IBL telah
menyelenggarakan rangkaian lokakarya yang diberi judul “ Mengelola Dilemma
dalam Pembayaran Uang Pelicin” di Meulaboh, Banda Aceh, Pekanbaru, Jakarta,
Surabaya, Balikpapan dan Manokwari. Dalam setiap workshop, IBL bekerjasama
dengan beberapa mitra local dan universitas, yang ditujukan untuk mencapai tiga
tujuan : (1) untuk Meningkatkan kesadaran akan dampak pelaksanaan Undang
Undang Anti Korupsi terhadap praktik bisnis sehari hari, (2) Meningkatkan
pemahaman bahwa “ bisnis yang bertanggungjawab adalah bisnis yang baik”, dan
(3) Membangun kelompok yang kritis dan berani untuk mengatakan “tidak” pada
praktek korupsi.

CSR for Better Life


Dengan dukungan Ford Foundation, IBL mampu mengembangkan sejumlah
prakarsa yang telah ada sebelumnya, seperti mempromosikan CSR di antara
perusahaan yang memiliki kepentingan atas perlindungan sumberdaya alam.

Sejak tahun 2005, program menitikberatkan kepada : (1) penerbitan serial buku
“Kumpulan Cerita Sukses pelaksanaan CSR”, (2) pengembangan Sistem Informasi
Geograpis berbasis web atas pelaksanaan program CSR di seluruh Indonesaia,
yang dapat dilihat pada http://gis.ibl.or.id. Fasilitas ini ditujukan untuk memberi
akses terhadap informasi berbagai kegiatan CSR yang dilakukan berdasarkan
propinsi maupun jenis kegiatan, (3) pengembangan kegiatan nyata yang akan
dilakukan oleh perusahaan perusahaan, terkait dengan pelestarian sumber daya
alam atau pencegahan pencemaran.

Indonesia Business Links Mengelola Etika dalam Bisnis iii


Program Utama

Young Entrepreneurs Start Up (YES)


Pertama kali di lakukan pada tahun 2003, Program YES dilaksanakan oleh IBL
bersama dengan Shell di Indonesia, Standard Chartered Bank, McKinsey&
Company dan Yayasan Progressio, dalam rangka mempromosikan kewirausahaan
diantara kaum muda, dan menciptakan model atau tauladan bagi yang lainnya.
Program ini merupakan bagian dari jejaring program LiveWire International dan
Youth Business International.

Mulai 2005, program YES memfokuskan pada 3 (tiga) hal: (i) Membangkitkan
kesadaran melalui rangkaian Lokakarya yang diberi nama Lokakarya menumbuhkan
“Ide Cemerlang”; (ii) Menciptakan tauladan bagi yang lain melalui “ Penghargaan
bagi Bisnis Pemula”, (iii) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha muda
melalui sejumlah bantuan bantuan teknis.

Tahun 2006, Penghargaan bagi Bisnis Pemula telah memilih lima pelaku bisnis
pemula dan telah memberikan bantuan teknis kepada sejumlah semi finalis,
termasuk mereka yang telah terlibat dalam masa proyek percontohan.

WarBISnet
Sejak 2004, IBL bekerjasama dengan PSN, IBLF dan DNet menguji-cobakan
sebuah program di Yogyakarta, yang disebut sebagai pusat pengembangan
kewirausahaan yang dipersiapkan untuk memberikan dukungan yang menyeluruh
kepada Usaha Kecil dan Menengah dalam menjalankan usaha mereka melalui
jejaring para pengusaha yang melibatkan warung internet. Program ini kemudian
dikenal sebagai “warBISnet” yang didedikasikan untuk menjadi basis
pengembangan teknologi informasi dan pusat bisnis, kemudahan untuk
berkonsultasi serta pelatihan atau mentoring pada berbagai aspek bisnis termasuk
dalam hal peningkatan produktivitas dan akses pasar.

Mulai 2006, kelompok binaan warBISnet di Yogya (terdiri dari 20 pengrajin,


pengusaha kecil dan warnet) mendirikan koperasi yang disebut dengan KINDLE
(Koperasi Indonesia Lestari), yg merupakan pola kesinambungan dari prakarsa ini.
Koperasi ini telah didaftarkan sebagai badan usaha yang legal dengan No.
17/BH/KPTS/VII/2006 pada tanggal 24 Juli 2006.

iv Mengelola Etika dalam Bisnis Indonesia Business Links


KATA PENGANTAR
Sejak krisis ekonomi 8 (delapan) tahun yang lalu, Indonesia berjuang menangani
berbagai permasalahan multi-dimensi, sekaligus menata kembali aspek-aspek
ekonomi dan sosial di berbagai bidang.

Dalam dunia usaha, nilai-nilai dan pertanggungjawaban perusahaan tidak terbatas


kepada kepentingan pemegang saham namun juga bagi pemangku kepentingan
lainnya. Kemampuan suatu perusahaan untuk berperan dalam akuntabilitas,
kesejahteraan sosial, peningkatan kualitas manusia, pelestarian lingkungan, dan
keharmonisan sosial, sangat menentukan keberlanjutan dan keberhasilan usaha di
masa yang panjang,

Tidaklah dipungkiri bahwasanya praktik berbisnis di Indonesia terlanjur mengikuti


pola-pola berbisnis yang kurang baik. Namun tiada kata terlambat, perilaku berbisnis
harus diperbaiki terus menerus untuk membantu iklim investasi di Indonesia serta
memperkuat posisi persaingan Indonesia di arena pasar global. Bagi pengusaha
kecil sekalipun, diperlukan dukungan iklim berbisnis yang sehat agar mereka dapat
tumbuh besar dan sukses.

Buku ini ditulis sebagai materi pendukung pada workshop-workshop yang diadakan
oleh IBL bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Center for
Private Enterprise (CIPE) dan para mitra korporasi (Rio Tinto, BP Indonesia, Kaltim
Prima Coal, Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Diharapkan buku ini dapat
memberikan panduan praktis bagi para pelaku bisnis maupun mitra-mitranya,
mengenai etika berbisnis yang benar.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada perusahaan-


perusahaan mitra pendukung program, dan khususnya kepada Mr. Rodney Hay,
Mr. Benjamin Noyen, Bapak Deni Ratno dan Ibu Widiana Winawati dari
PricewaterhouseCoopers yang secara sukarela menulis, mengedit dan
menerjemahkan buku ini untuk IBL dan masyarakat umum.

Yanti Koestoer
Direktur Eksekutif
Indonesia Business Links

Indonesia Business Links Mengelola Etika dalam Bisnis v


DAFTAR ISI

1. PENGANTAR 1
2. APAKAH DEFINISI ETIKA? 2
3. MENGAPA ETIKA SEDEMIKIAN PENTING? 3
4. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 4
4.1. Korupsi 4
4.2. Pencucian Uang 6
4.3. Hukum Pidana 6
4.4. Hukum Ketenagakerjaan 7
5. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG SESUAI DENGAN PRINSIP ETIKA 9
6. MODEL- MODEL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN 12
6.1. PLUS 12
6.2. D-E-C-I-D-E 12
7. PERAN ORGANISASI DALAM MENDORONG PERILAKU ETIS 14
7.1. Menetapkan Kebijakan dan Norma-norma Etika 14
7.2. Pengambilan Keputusan oleh Direktur dan Manajemen 15
7.3. Mendorong Perilaku Etis di Lingkungan Kerja 20
7.4. Mengelola SDM Secara Etis 22
7.5. Mencegah dan Mendeteksi Pelanggaran Etika 22
7.6. Merespon Pelanggaran Etika 24
8. MASALAH KARYAWAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIKA 25
9. CONTOH-CONTOH KASUS PENANGANAN MASALAH ETIKA 28
9.1. Pengurusan Kepabeanan 28
9.2. Pengajuan penawaran 30
10. MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB 32

vi Mengelola Etika dalam Bisnis Indonesia Business Links


1. PENGANTAR
Bahagia rasanya kami dapat mempersembahkan edisi kedua dari
rangkaian tulisan Perangkat untuk Mengelola Dilema Etika dalam
bisnis. Pembahasan dalam edisi pertama kami menunjukkan
bahwa etika bukan sekedar masalah hitam atau putih. Terdapat
fakta yang perlu digarisbawahi, yaitu bahwa setiap hari kita
dihadapkan pada dilema untuk membuat pilihan yang berkaitan
dengan etika. Pembahasan pada edisi pertama juga
memperlihatkan kepada kita adanya keuntungan jangka panjang dalam pengambilan
keputusan yang memperhatikan prinsip-prinsip etika.

Edisi ini bertujuan untuk menggali lebih banyak informasi mengenai dilema etika yang
dihadapi baik oleh perorangan maupun organisasi dalam membuat keputusan.

Suatu keputusan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keinginan, kekuasaan, uang,
kemasyuran, dan penerimaan (acceptance). Faktor-faktor ini, apabila digabungkan
dengan perbedaan budaya dan ekonomi, akan berpotensi mengaburkan penilaian
seseorang, bahkan yang paling taat-hukum sekalipun. Seringkali, dalam perjalanan karir
kita, kita akan dihadapkan pada keputusan-keputusan bisnis yang sulit, yang menguji nilai-
nilai dan pemahaman kita mengenai benar dan salah. Terlalu naif untuk beranggapan
bahwa semua orang yang dihadapkan pada situasi ini akan membuat keputusan etis
dengan alasan; “karena hukum mengharuskan demikian” atau “karena memang begitulah
seharusnya”. Dalam beberapa kasus, kepentingan-kepentingan pribadi atau tekanan-
tekanan yang bersumber dari faktor lain dapat melemahkan kemampuan kita dalam
membuat keputusan yang baik. Sering kali terlalu mudah bagi kita untuk sejenak
mengabaikan pengetahuan fundamental mengenai kebenaran dan kesalahan ketika
dihadapkan pada pilihan tidak etis yang dirasakan berisiko rendah dan dianggap
memberikan hasil yang nyata. Itulah dilema yang dihadapi oleh individu dan juga
perusahaan.

Pada saat menulis panduan ini kami mendapati bahwa orang mempertimbangkan faktor
lain selain kebenaran dan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Adalah sesuatu yang
wajar jika seseorang mempertimbangkan risiko dan keuntungan-keuntungan potensial dari
suatu keputusan dari pada dipengaruhi oleh apakah pilihannya etis atau tidak etis. Melalui
buku ini kami mengilustrasikan secara mendalam implikasi dari tindakan tidak etis yang
seringkali tidak nampak atau disadari. Lebih dari itu, kami juga mendiskusikan mengenai
bagaimana seseorang membuat pembenaran atas tindakan tidak etis untuk meyakinkan
diri mereka sendiri bahwa yang mereka lakukan tidak salah.

Buku ini bertujuan untuk menggali lebih banyak masalah-masalah praktis yang dihadapi
oleh perusahaan dan individu ketika dihadapkan pada dilema etika. Dalam menggali
permasalahan ini kami berharap dapat menyajikan panduan praktis dalam menghadapi
masalah dan membuat pilihan terbaik.

Indonesia Business Links Mengelola Etika dalam Bisnis 1


2. APAKAH DEFINISI ETIKA?

Etika adalah prinsip atau standar yang mengatur perilaku suatu


komunitas, kelompok, organisasi dan individu. Etika lebih dari
sekedar moralitas, yang lebih banyak menekankan pada hasil akhir
berupa baik dan buruk, atau benar dan salah. Etika adalah standar
perilaku yang dibentuk oleh hukum, nilai-nilai kemasyarakatan,
aturan-aturan bisnis, dan norma standar. Dalam bisnis perilaku
yang dianggap tidak etis meliputi:
! Pelanggaran hukum internasional atau lokal.
! Pelanggaran nilai-nilai dan kode etik suatu organisasi.
! Perilaku licik (deceptive).
! Pelanggaran secara sengaja terhadap janji dan kesepakatan.
! Pelanggaran terhadap standar minimum menyangkut perlakuan terhadap karyawan.
! Pelanggaran terhadap hukum atau standar lingkungan.
! Penyembunyian informasi yang bersifat material dalam pengajuan usulan atau
negosiasi.

Universalitas Standar Etika


Globalisasi tidak hanya berakibat pada sangat meningkatnya pertukaran barang antar
negara. Gejala ini juga menjembatani adanya pertukaran informasi dan, pada akhirnya,
tumbuhnya kesepahaman mengenai konsep-konsep seperti etika.

Konsep umum prinsip etika meliputi:


· Keadilan · Kesetaraan
· Penghormatan · Objektivitas
· Kejujuran · Kerahasiaan
· Privasi · Pencegahan kekerasan
· Kesakralan · Pengakuan hak-hak
· Penggunaan kekuasaan secara sah · Pemenuhan kesepakatan
· Integritas · Kehati-hatian
· Kesetiaan

Suatu komunitas mendefinisikan batasan-batasan etika yang dianutnya melalui hukum,


nilai-nilai dan aturan-aturan. Meskipun dalam operasinya organisasi diikat oleh framework
umum mengenai standar etika, mereka juga dapat mendefinisikan batasan-batasan etika
secara internal melalui kebijakan dan prosedur kerja. Perlu dipahami bahwa panduan etika
tidak hanya didasarkan pada kebutuhan individu melainkan juga kepentingan
stakeholders dan masyarakat umum.

2 Mengelola Etika dalam Bisnis


3. MENGAPA ETIKA SEDEMIKIAN PENTING?

Pada dasarnya, penerapan prinsip etika ke dalam sebuah organisasi bertujuan untuk
mengembangkan praktik bisnis yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi
masyarakat, pelanggan, dan pemasok. Langkah ini dapat mendorong peningkatan
standar integritas dan akuntabilitas yang lebih baik. Dengan adanya pedoman mengenai
etika yang tegas akan meningkatkan citra organisasi, kinerja operasional dan akan
menambah keuntungan dengan adanya pengurangan resiko kecurian, kecurangan dan
korupsi.

Selama beberapa tahun terakhir kami melihat adanya perbaikan positif berkaitan dengan
standar etika yang diharapkan dari organisasi dan jajaran pimpinannya. Masalah-masalah
tidak etis 20 tahun lalu yang tidak diperhatikan kini dapat menjadi topik utama di media-
media di seluruh dunia. Oleh sebab itu, etika bukanlah semata-mata suatu konsep yang
harus dimiliki agar terlihat lebih baik, melainkan merupakan komponen utama dari sebuah
praktik bisnis yang sehat, yang dapat berpengaruh pada kesuksesan atau kegagalan
jangka panjang suatu organisasi.

Akibat jangka panjang dari suatu tindakan tidak etis dapat berupa:
· Kerusakan reputasi perusahaan
· Risiko penuntutan hukum dari pihak-pihak yang terpengaruh atau pengenaan
sanksi, baik perdata maupun pidana, dari pemerintah
· Risiko tuntutan pidana terhadap dewan direksi
· Pilihan tidak etis yang dapat merusak suatu organisasi dengan menciptakan budaya
yang negatif dimana tindakan etis tidak dihargai
· Terjebak pada keputusan-keputusan yang tidak etis untuk meneruskan atau
menutupi tindakan tidak etis yang telah dilakukan
· Melemahkan kemampuan individu dan organisasi untuk membuat keputusan ke
depan.

Pengembangan etika bisnis yang baik dapat membantu organisasi untuk:


· Menciptakan kesetaraan antara individu, kelompok dan organisasi serta
meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya
· Mencegah praktik-praktik kolusif dan tidak sehat.
· Memperbaiki moral dan etika pegawai suatu organisasi serta meningkatkan
kesetiaan diantara staf, pelanggan dan pemasok
· Memelihara informasi yang bersifat rahasia dan khusus
· Mengurangi risiko organisasi terhadap penuntutan
· Mendapatkan rasa hormat dari rekan usaha dan masyarakat serta meningkatkan
reputasi dan persepsi publik terhadap organisasi
· Memberikan rasa aman bagi manajemen karena tidak akan adanya risiko
diinvestigasi, dituntut atau digugat karena tindakan-tindakan tidak etis yang pernah
dilakukan.

Mengelola Etika dalam Bisnis 3


4. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sama halnya dengan di negara lain, hukum di Indonesia juga
senantiasa direvisi, dimutakhirkan, dan diperbaiki. Dalam enam
tahun terakhir telah dilakukan perubahan-perubahan yang signifikan
terhadap UU Anti Korupsi dan perundangan lain yang mengatur
perusahaan publik di Indonesia. Berikut ini adalah tinjauan sekilas
terhadap beberapa perundangan di Indonesia:

4.1 Korupsi
Undang-Undang Anti Korupsi Indonesia:
· UU 31/1999
· UU 20/2001
· UU 30/2002

Dengan landasan hukum UU no. 30/2002, Komisi Pemberantasan Korupsi (”KPK”)


Indonesia didirikan pada tanggal 29 Desember 2003. Peran KPK meliputi:
· Melakukan supervisi terhadap kepolisian nasional dan jaksa agung dalam usaha
mereka memberantas tindak pidana korupsi;
• Menginvestigasi dan menindak-lanjuti kasus-kasus korupsi;
• Melakukan upaya-upaya pencegahan dan
• Mengkaji ulang prosedur-prosedur dan institusi-institusi yang berpotensi dalam
melakukan korupsi dan juga memberikan rekomendasi dalam mengatasi
masalah tersebut.

Dalam UU Anti Korupsi Indonesia suatu tindakan dikategorikan dalam tindak pidana
apabila:
· Melakukan perbuatan untuk memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.
• Memberi atau menjanjikan hadiah kepada pegawai negeri atas perbuatan yang
telah atau tidak dilakukannya, atau dengan tujuan untuk membujuk pegawai
negeri tersebut untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
kewajibannya
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan suatu perkara.

Salah satu bagian terpenting dari UU Anti Korupsi adalah pasal yang berhubungan
dengan gratifikasi.

4 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peraturan Perundang-undangan

UU Anti Korupsi mendefinisikan gratifikasi sebagai:

”Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun diluar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik”

Adalah suatu pelanggaran bagi pegawai negeri apabila ia menerima gratifikasi yang
diberikan kepadanya karena jabatan atau kekuasaan yang dimilikinya.

Pasal 12B UU No. 20/2001 menyatakan bahwa setiap gratifikasi yang diberikan
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap suap apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang bertentangan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
· Gratifikasi bernilai kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut adalah suap dilakukan oleh penuntut
umum.
• Gratifikasi bernilai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi.

Pasal-pasal lain dalam UU Anti Korupsi mencakup:


· Tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan
harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi
yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak
pidana yang dilakukan tersangka. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
kepentingan peyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan.
• Putusan pengadilan dapat dijatuhkan kepada direktur-direktur suatu
perusahaan apabila tindak pidana korupsi dilakukan oleh dan atas nama
perorangan ataupun perusahaan. Putusan tersebut juga berlaku apabila
direktur-direktur tersebut dengan sengaja mencegah, merintangi atau
menggagalkan penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan atau memberi
keterangan yang tidak benar kepada pihak berwajib atau di sidang pengadilan.
• Setiap orang atau korporasi yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi
akan dijatuhi hukuman yang mencakup, penyitaan aset, pembayaran uang
pengganti, penutupan seluruh atau sebagian perusahan dan pencabutan
seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah diberikan oleh Pemerintah kepada
terpidana.

Mengelola Etika dalam Bisnis 5


Peraturan Perundang-undangan

• Setiap orang yang terbukti bersalah sebagaimana dimaksud dalam undang


undang yang berlaku dapat dijatuhi hukuman penjara paling lama 20 (dua puluh)
tahun. Adapun ketentuan yang mengatur hukuman seumur hidup yang akan
dilaksanakan dalam kasus-kasus tertentu.

4.2 Pencucian Uang


Kejahatan pencucian uang adalah kegiatan:
· menempatkan, · memindahkan,
· mengeluarkan, · membelanjakan,
· mendermakan, · mengikutsertakan,
· mempercayakan, · membawakan ke luar negeri,
· menukarkan atau
· perbuatan lain yang berhubungan dengan harta kekayaan yang diketahui atau
patut diduga merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun
atas nama pihak lain dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan tersebut sehingga seolah-olah berasal dari sumber yang
sah/legal.

Bila kejahatan ini dilakukan oleh manajer atau agen atas nama sebuah perusahaan,
manajer atau agen beserta perusahaan tersebut harus menjalani persidangan. Akan
tetapi perusahaan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan pencucian
uang yang dilakukan oleh seorang Manajer apabila tindakan tersebut dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan yang bukan merupakan bagian dari lingkup bisnis
perusahaan tersebut.

Merupakan suatu pelanggaran bagi setiap warga Indonesia dan atau perusahaan di
luar wilayah Republik Indonesia apabila menyediakan bantuan, kesempatan, fasilitas,
atau informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kejahatan pencucian uang.

Penyedia Jasa Keuangan (PJK) sebagaimana diamanatkan Undang-undang Tindak


Pidana Pencucian Uang, diwajibkan untuk menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah
(Know Your Customer). Kebijakan ini mengharuskan institusi-institusi keuangan untuk
mengetahui dan memahami profil keuangan dari nasabah dan melaporkan transaksi
keuangan yang mencurigakan. Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan
didirikan pada tanggal 17 April 2002 yang bertanggung jawab terhadap penerimaan
dan pengawasan laporan-laporan dari institusi-institusi keuangan.

4.3 Hukum Pidana


Tujuan undang-undang hukum pidana adalah untuk merumuskan batasan tindakan-
tindakan yang melanggar hukum dan untuk mengakui akibat yang diderita oleh
korban dan masyarakat. Undang-undang ini memuat proses yang berkaitan dengan

6 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peraturan Perundang-undangan

penyidikan dan penuntutan terhadap kasus-kasus pidana, menyediakan perincian


berbagai macam tindak pidana dan jenis-jenis hukuman yang dapat dijatuhkan tindak
pidana tersebut.

Undang-undang hukum pidana secara khusus mengatur mengenai kejahatan yang


dilakukan oleh individu. Tindakan-tindakan di bawah ini menggambarkan
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip etika yang sering dilakukan dalam lingkungan
bisnis:
· Membuat pernyataan palsu baik lisan maupun tertulis, membuat dokumen
palsu, dan pemalsuan merek, stempel/segel, atau tandatangan
• Pembocoran informasi rahasia perusahaan
• Pencurian, kecurangan, penggelapan
• Penggunaan ancaman dan pemerasan
• Tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh anggota dewan direksi atau
dewan komisaris, yang melanggar Anggaran Dasar perusahaan sehingga
menyebabkan kerugian.

Hukuman terhadap kejahatan-kejahatan di atas berupa denda sampai dengan 9


tahun penjara.

4.4 Hukum Ketenagakerjaan


Hukum ketenagakerjaan dimaksudkan untuk melindungi hak asasi setiap pekerja,
dengan memastikan adanya kesamaan kesempatan dan perlakuan tanpa
diskriminasi. Bisnis dan individu memiliki beragam kewajiban menurut hukum.

Hukum ketenagakerjaan mencakup wilayah-wilayah operasi bisnis sebagai berikut:


· Pelatihan karyawan, penempatan karyawan, perpanjangan kontrak
• Penggunaan tenaga kerja asing
• Hubungan ketenagakerjaan
• Perlindungan, pembayaran gaji dan kesejahteraan, dan hubungan industrial

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut dapat diganjar dengan hukuman


denda dan penjara. Pelanggaran-pelanggaran tertentu bahkan dapat dianggap
sebagai tindak pidana berat. Pelanggaran-pelanggaran tersebut menyangkut antara
lain:
· Jam kerja, upah minimum, lembur dan cuti,
• Penerimaan dan PHK karyawan
• Penggunaan tenaga asing, wanita dan anak-anak
• Agama dan kepercayaan kepada Tuhan
• Karyawan yang melahirkan, sakit dan ketidakhadiran
• Peraturan dan perjanjian perusahaan.

Mengelola Etika dalam Bisnis 7


Peraturan Perundang-undangan

Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila terjadi pelanggaran terhadap hal-hal


tersebut di bawah ini:
· Kesamaan kesempatan
• Pelatihan karyawan
• Magang
• Kerjasama dua pihak
• Pekerja asing
• PHK karyawan
• Manajemen keamanan dan kesehatan
• Perjanjian kerja bersama.

8 Mengelola Etika dalam Bisnis


5. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG
SESUAI DENGAN PRINSIP ETIKA
Dalam banyak situasi, membuat pilihan yang melibatkan masalah
etika memang mudah. Terdapat perbedaan yang jelas antara
benar dan salah atau terdapat risiko yang jelas atas pilihan
tidak etis. Namun, dalam keadaan tertentu sulit bagi kita
untuk menentukan pilihan yang tepat. Kemampuan untuk
mendahulukan prinsip etika secara konsisten dalam segala
situasi membutuhkan karakter yang kuat dan kepercayaan
bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik untuk
jangka panjang. Dari perspektif bisnis kita perlu meninjau
masalah ini pada setiap tingkatan dalam organisasi, termasuk nilai-
nilai dan standar organisasi dan perilaku manajemen dan karyawan. Harap merujuk ke Bab
7 untuk mengetahui bagaimana organisasi-organisasi meningkatkan dan mempertahankan
standar etika yang tinggi.

Ketika dihadapkan dengan suatu dilema etika, adalah penting untuk mempertimbangkan
semua pilihan-pilihan, khususnya dampak jangka panjang atas setiap pilihan. Selain itu,
sangatlah penting untuk mengetahui elemen-elemen berbeda yang mempengaruhi
keputusan untuk mencoba dan mengerti apakah keinginan, ambisius atau ketamakan
pribadi menutupi pertimbangan tersebut. Bab 6 memuat model pengambilan keputusan
etis yang dapat membantu untuk mengindentifikasi resiko dan mencari pilihan untuk
pemecahan masalah-masalah etis.

Masalah yang sering kita abaikan dalam mempertimbangkan banyak pilihan adalah
dampak keputusan yang diambil terhadap keputusan masa datang yang akan kita hadapi.
Adanya suatu hubungan yang erat antara keputusan masa lalu, masa kini dan masa yang
akan datang. Suatu keputusan yang tidak etis yang dibuat hari ini dapat menempatkan kita
di suatu situasi dimasa datang dimana kita akan terus melakukan lagi hal-hal yang tidak
etis.

Contohnya, bila anda adalah seorang pegawai negeri dan atasan anda menawarkan uang
yang anda ketahui berasal dari tindakan korupsi, keputusan apa yang anda ambil?

Pada awalnya pilihannya hanya menyangkut apakah pada saat itu anda akan
mempertaruhkan prinsip anda dan mengambil uang itu, atau tidak. Meskipun begitu,
keputusan ini sebenarnya jauh lebih rumit dan berpengaruh pada kemampuan anda untuk
bertindak etis dimasa yang akan datang.

Pilihan yang tersisa dalam situasi ini adalah apakah anda akan merubah prinsip anda
secara permanen atau justru mempertahankannya. Sekali anda menerima uang tersebut

Mengelola Etika dalam Bisnis 9


Pengambilan Keputusan yang Sesuai dengan Prinsip Etika

dan mengatakan: “ya, kalau harganya cocok saya akan mempertaruhkan standar etika
saya”, makan akan sulit untuk menolak tawaran berikutnya di masa mendatang, karena
anda:
· Telah merasakan manfaat uang tersebut.
• Merasa berkewajiban untuk terus menerima uang dari orang tersebut.
• Mulai merasakan kesetiaan terhadap orang tersebut dibandingkan kesetiaan pada
etika atau organisasi dimana anda dipekerjakan.
• Menyakinkan diri sendiri bahwa anda berhak menerima uang tersebut karena gaji
anda rendah.
• Membenarkan tindakan tersebut dengan dasar bahwa anda tidak menyakiti atau
mencuri dari orang lain.
• Merasa lebih berkuasa karena atasan mengikutsertakan anda dalam sebuah
“kelompok eksklusif”.

Pada saat menerima uang tersebut sebenarnya anda sedang menunjukkan siapa diri anda
sebenarnya dan standar apa yang anda anut. Keputusan ini akan mempengaruhi tindakan-
tindakan anda di masa yang akan datang. Di samping itu, anda telah melanggar batas
etika, sehingga ketika hal tersebut terulang anda tidak akan merasa bersalah, seperti ketika
pertama kali hal itu terjadi.

Bila suatu ketika anda berubah pikiran, bagaimana anda dapat mengatakan “tidak” ketika
atasan anda menawarkan uang di lain kesempatan?
! Apakah yang akan anda lakukan bila dia meminta anda untuk melakukan sesuatu
yang melawan hukum atau tidak etis?
! Bila anda menjadi tergantung kepada uang tambahan bagaimana cara anda untuk
berhenti?
! Akankah anda memberitahukan kepada keluarga mengenai uang tambahan
tersebut?

Jadi keputusan sederhana untuk menerima “uang tambahan” dapat berpengaruh terhadap
prinsip-prinsip dasar dan keputusan kita dimasa mendatang.

Ketika seorang karyawan yang jujur ditempatkan dalam situasi tersebut diatas, dia
dihadapkan pada beberapa dilemma:
! Bagaimana mengatakan “tidak” kepada atasan?
! Apakah dia harus melaporkan hal tersebut kepada organisasi?
! Adakah orang yang dapat dipercayainya untuk melaporkan kejadian tersebut?
! Apakah yang akan terjadi padanya setelah dia melaporkan kejadian tersebut?
! Apakah pengaduannya akan ditangani dengan serius?
! Apakah dia akan dipercaya?
! Atau justru dia menjadi korban atau dihukum?

10 Mengelola Etika dalam Bisnis


Pengambilan Keputusan yang Sesuai dengan Prinsip Etika

Sangatlah jelas seorang karyawan yang menghadapi situasi seperti ini akan merasa
tertekan dan dapat dengan mudah membuat keputusan yang salah. Contoh tersebut diatas
menekankan perlunya organisasi-organisasi untuk memainkan peran tegas dan proaktif
dalam meningkatkan, mendukung dan melindungi karyawannya yang mengalami masalah
etika. Peran perusahaan dalam membuat keputusan etika, mempromosikan etika dan
menciptakan lingkungan yang mendorong tindakan etika akan dibahas dalam Bab 7 dari
panduan ini.

Dilema etika timbul ketika kita tidak yakin dengan pilihan yang akan kita buat. Model
pembuatan keputusan dalam buku ini disusun untuk menolong kita memahami
karakteristik masalah, implikasi dari suatu keputusan, dan menuntun kita pada pilihan
alternatif.

Dengan menghindari pilihan yang bertentangan dengan etika kita dapat:


· Mengurangi risiko
• Meningkatkan laba jangka panjang
• Memiliki keyakinan dalam melakukan bisnis
• Membuat pilihan yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan masa lalu
• Mendorong orang lain untuk bertindak secara etis
• Memperbaiki hubungan dengan relasi, karyawan dan kawan bisnis.

Kunci menyelesaikan masalah etika bagi organisasi dan individu adalah dengan memiliki
prinsip etika yang konsisten yang tidak dapat ditawar-tawar.

Mengelola Etika dalam Bisnis 11


6. MODEL- MODEL DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam edisi pertama tulisan mengenai Perangkat untuk
Mengelola Dilema Etika dalam Bisnis, telah diuraikan model-
model pemecahan dilema berikut ini:
· Model Spiral
• Tujuh Langkah dari Asosiasi Akuntansi Amerika
• Model Laura Nash
• Model Mary Guy
• Model Kebijakan.

Berikut ini adalah dua model tambahan yang merupakan


tuntunan praktis penyelesaian dilemma.

6.1 PLUS
The Ethics Resource Center www.ethics.org mempromosikan model pengambilan
keputusan yang disebut sebagai “Model Pengambilan Keputusan PLUS”.

PLUS merujuk ke proses evaluasi sebagai berikut:


P = Policies (Kebijakan)
Apakah konsisten dengan kebijakan, prosedur dan pedoman dari organisasi saya?

L = Legal (Hukum yang berlaku)


Apakah telah sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku?

U = Universal
Apakah sesuai dengan prinsip-prinsip/nilai-nilai universal yang dianut oleh organisasi
saya?

S = Self (Diri sendiri/pribadi)


Apakah sesuai dengan definisi pribadi saya atas kebenaran, kebaikan dan keadilan?

· Langkah 1: Definisikan masalah sehubungan dengan PLUS


• Langkah 2: Identifikasi Alternatif
• Langkah 3: Evaluasi alternatif sehubungan dengan PLUS
• Langkah 4: Ambil keputusan
• Langkah 5: Implementasi keputusan
• Langkah 6: Evaluasi keputusan sehubungan dengan PLUS

6.2 D-E-C-I-D-E
Dengan menggunakan akronim D–E-C-I-D-E1 , kita dapat meringkas komponen-an.

12 Mengelola Etika dalam Bisnis


Model-Model dalam Pengambilan Keputusan

komponen utama dari berbagai model pengambilan keputusan.

Define the Problem (Definisikan masalah yang ada)


Tentukan faktor-faktor utama yang berhubungan dengan masalah etika. Identifikasi
keterbatasan-keterbatasan dan definisikan pokok-pokok masalahnya.

Establish the Alternative Solution (Menetapkan alternatif penyelesaian)


Cari berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap masalah yang telah didefinisikan.
Seringkali kemampuan kita untuk mengidentifikasi alternatif penyelesaian dibatasi oleh
pemahaman pribadi kita dan adanya bias. Kumpulkan seluruh informasi untuk
membantu dalam proses pengambilan keputusan dan konsultasikan dengan orang
lain yang dipercaya untuk memastikan bahwa seluruh kemungkinan telah
teridentifikasi. Mengkonsultasikannya dengan orang lain tentang masalah etika
tidaklah mudah, terlebih lagi untuk masalah yang berhubungan dengan korupsi atau
perbuatan curang. Namun, diskusi atas masalah etika dengan orang lain atau para ahli
adalah bagian terpenting untuk menciptakan solusi-solusi alternatif dan sering menjadi
kunci untuk mendapatkan pemecahan yang adil (win-win solutions).

Consider the Solutions (Mempertimbangkan beberapa Solusi)


Pertimbangkan setiap alternatif penyelesaian. Identifikasikan kelebihan dan
kekurangan masing-masing alternatif tersebut, dengan konsekuensi-konsekuensi
etisnya. Tuliskan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan tersebut beserta
risiko-risiko jangka panjang dan jangka pendek dari masing-masing alternatif. Apabila
anda tetap tidak yakin mengenai implikasi hukum dan etis dari pilihan anda, carilah
opini hukum dari pakar profesional atau, setidaknya, tanyakan pendapat orang yang
dapat anda percaya.

Identify the Best Alternative (Mengidentifikasikan Alternatif Terbaik)


Identifikasi penyelesaian terbaik dengan membandingkan beberapa alternatif
berdasarkan pencapaian tujuan dengan cara-cara yang etis.

Develop a Plan (Mengembangkan suatu Perencanaan)


Kembangkan suatu rencana untuk memastikan bahwa tujuan tersebut dapat dicapai
dengan tetap memperhatikan batasan-batasan etika.

Execute and Evaluate (Pelaksanaan dan Evaluasi)


Laksanakan rencana yang telah ditetapkan dan evaluasi hasilnya, baik selama maupun
setelah proses implementasi berlangsung. Identifikasi area-area yang perlu diperbaiki
dan pastikan apakah terdapat masalah-masalah tidak etis dalam proses tersebut.

1
Model pengambil keputusan DECIDE dibuat oleh Benjamin Noyen - PricewaterhouseCoopers

Mengelola Etika dalam Bisnis 13


7. PERAN ORGANISASI DALAM
MENDORONG PERILAKU ETIS
7.1. Menetapkan Kebijakan dan Norma-norma Etika
Perusahaan yang memiliki komitmen secara
publik untuk berperilaku etis menunjukkan
kinerja keuangan jangka panjang yang lebih
baik dibandingkan dengan yang tidak
memiliki komitmen tersebut. Sebuah
penelitian terhadap 250 perusahaan publik di
FTSE yang dilakukan oleh Institute of
Business Ethics di Inggris mengungkapkan
bahwa perusahaan yang memiliki komitmen
secara terbuka untuk menerapkan prinsip-prinsip etis menunjukkan kinerja keuangan
jangka panjang yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak memiliki komitmen
tersebut. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa perusahaan yang menerapkan
tata kelola yang baik (good corporate governance) sepanjang periode 1997-2001
menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam tiga dari empat parameter keuangan, yaitu
pertambahan nilai ekonomi (EVA), penambahan nilai pasar (MVA), dan rasio harga
saham per laba bersih (PER). Untuk parameter keempat, yaitu pengembalian atas
modal yang digunakan (ROCE), perusahaan yang tidak memiliki kode etik
menunjukkan kinerja yang lebih baik sampai dengan pertengahan tahun 2000. Pada
saat itu, kinerja perusahaan yang memiliki kode etik menunjukkan peningkatan. Pada
saat kepercayaan publik terhadap perusahaan rendah, praktik-praktik bisnis yang
beretika akan menjadi fokus utama bagi regulator, masyarakat dan investor. Peran
etika dalam bisnis terus berkembang karena:
· Organisasi semakin memahami nilai etika dalam membangun loyalitas,
memelihara hubungan jangka panjang, mendapatkan kepercayaan karyawan
dan mengurangi risiko bisnis.
• Publik menuntut dunia usaha bertindak etis dan mereka tidak akan ragu untuk
melakukan tindakan hukum (misalnya penuntutan), baik secara perseorangan
maupun berkelompok, bila merasa dibohongi atau dicurangi.
• Para pembuat kebijakan mulai memberikan banyak perhatian pada etika dalam
dunia usaha dan akan menjatuhkan hukuman berat pada perusahaan-
perusahaan yang melanggar peraturan atau undang-undang.
• Para pemegang saham dan investor semakin tidak toleran terhadap praktik
bisnis yang tidak etis. Beberapa dari mereka bahkan memilih untuk
menanamkan modalnya berdasarkan pertimbangan komitmen etik dari
perusahaan. (Contoh penerbitan index global FTSE4Good baru-baru ini, suatu
seri index pasar saham di Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat yang merupakan
hasil dari perusahaan yang telah diseleksi berdasarkan prinsip-prinsip CSR).

14 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

Kebijakan atau kode etik perusahaan harus melengkapi dan mendukung misi, visi,
strategi dan nilai-nilai yang berlaku di dalam perusahaan. Kebijakan etika harus
memuat filosofi atau visi perusahaan dan menjadikannya sebagai sistem nilai yang
fundamental bagi seluruh aktivitas bisnis.

Faktor penentu sehubungan dengan Kebijakan Etik Organisasi:


· Direksi/Manajemen harus meyakini perlunya kebijakan etika dan secara
konsisten menunjukkan sikap tersebut kepada para karyawan, baik secara lisan
maupun perbuatan. Perilaku dan keputusan Manajemen harus mencerminkan
komitmen organisasi terhadap etika bisnis
• Kepemimpinan yang beretika dan etika organisasi merupakan konsep yang tidak
terpisahkan
• Perlu dipertimbangkan untuk mengumumkan kebijakan etika perusahaan
kepada publik, sehingga para investor, mitra usaha dan pelanggan mendapatkan
pemahaman yang jelas akan nilai-nilai organisasi.
• Kebijakan tersebut harus diterapkan secara konsisten dalam organisasi baik itu
menyangkut hubungan dengan pemerintah, mitra bisnis, masyarakat umum
maupun pemegang saham.

7.2 Pengambilan Keputusan oleh Direktur dan Manajemen


Keputusan tidak etis yang dibuat oleh Manajemen puncak organisasi dapat
dikelompokkan dalam dua kategori:
· Keputusan yang dibuat untuk kepentingan pribadi langsung – misalnya seorang
direktur memilih untuk membeli bahan baku dari perusahaan yang dimiliki oleh
istrinya sendiri dan tidak mengungkapkan masalah ini
• Keputusan dibuat untuk seolah-seolah menguntungkan organisasinya –
Seorang direktur memilih untuk membeli kayu illegal karena lebih murah
sehingga akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Dalam tahun-tahun belakangan ini terdapat sejumlah skandal perusahaan yang


diakibatkan oleh keputusan tidak etis yang dibuat oleh direksi dan manajemen

Contoh-contohnya, antara lain:


· Enron – Direktur Enron terdahulu, Ken Lay dan Jeffrey Skilling dinyatakan
bersalah pada bulan Mei 2006 atas kecurangan, konspirasi dan tuntutan lain
menyangkut runtuhnya sebuah perusahaan energi Amerika ditahun 2001. Jeffrey
Skilling, Direktur utama Enron terdahulu, dituntut atas 28 kasus kecurangan,
konspirasi, insider trading dan kebohongan yang dilakukan kepada auditornya
dengan tujuan menipu para investor sehingga para investor meyakini bahwa
Enron adalah suatu perusahaan yang sehat sebelum perusahaan tersebut
runtuh. Pendiri dan pemimpin terdahulu Enron, Ken Lay, dituntut atas 6 kasus

Mengelola Etika dalam Bisnis 15


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

kecurangan dan konspirasi setelah Skilling berhenti pada bulan Agustus 2001.
Lay meninggal karena serangan jantung pada bulan Juli 2006.
• Wolrdcom – The US Securities and Exchange Commission (“SEC”) menyatakan
bahwa Direktur Utama terdahulu, Bernard J Ebbers dan para karyawan senior
lain dari WorldCom membuat berbagai penyesuaian dan jurnal-jurnal yang
curang pada pembukuan WorldCom, sejumlah ratusan juta dolar, agar laporan
keuangan perusahaan tersebut memenuhi persyaratan Wall Street. Ebbers
dihukum 25 tahun penjara. Keruntuhan WolrdCom merupakan kasus pailit
terbesar dalam sejarah perusahaan Amerika. Kurang lebih 20,000 karyawan
kehilangan pekerjaannya dan para pemegang saham mengalami kerugian
sejumlah USD180 milyar.
• US Congressman – Hakim federal menjatuhkan hukuman penjara 8 tahun 4
bulan kepada bekas anggota kongres, Randall Cunningham, karena menerima
suap dan melakukan penggelapan pajak. Cunningham mengakui bahwa dia
telah menerima uang suap sejumlah $2.4 juta dari kontraktor Departemen
Pertahanan dan melakukan penggelapan pajak sejumlah $1 juta.
• HIH – Keruntuhan HIH ditahun 2001 karena hutang sejumlah lebih dari $5 milyar
adalah suatu kegagalan perusahaan terbesar di Australia. Sebagai hasil atas
investigasi penyebab keruntuhan tersebut adalah Ray Williams, pendiri
perusahaan dan Rodney Adler, direktur terdahulu, dituntut atas kecurangan yang
dilakukan dan mendapat hukuman penjara selama 4,5 tahun. The Australian
Investment & Securities Commission menyatakan bahwa Mr Adler dalam
posisinya sebagai salah satu direktur HIH mengutamakan kepentingan finansial
pribadinya dari pada kepentingan para pemegang saham HIH.
• Titan – The US Securities and Exchange Commission menuntut Titan
Corporation melakukan pelanggaran atas peraturan anti suap, pengawasan
internal dan penyajian pembukuan dan catatan dari Foreign Corrupt Practices
Act (”FCPA”). Komisi tersebut menyatakan bahwa sejak tahun 1999 hingga
2001, Titan membayar sejumlah $3.5 juta lebih kepada agennya di Benin, Afrika,
dimana agen tersebut dikenal Titan sebagai pemimpin dari penasehat bisnis
Benin. Titan tidak melakukan due diligence atas latar belakang agen tersebut
baik sebelum atau sesudah digunakan dan juga tidak melakukan pengecekan
atas jasa yang dilakukan agen tersebut seperti yang dicantumkan dalam
fakturnya kepada Titan. Titan setuju untuk membayar kurang lebih USD28 juta
untuk menyelesaikan tuntutan kriminal dari SEC.

Menurut Laporan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2005, lembaga


tersebut telah melakukan penuntutan terhadap kasus-kasus sebagai berikut:
· Tuntutan terhadap Ketua dan Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) berkaitan
dengan kasus penyuapan dalam pengadaan jasa asuransi
• Tuntutan terhadap seorang pengacara dalam kasus penyuapan pejabat

16 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

pemerintah
• Tuntutan terhadap petugas administrasi suatu kantor pengadilan karena
menerima suap dari seorang pengacara
• Tuntutan terhadap Direktur Keuangan dan Administrasi RRI, berkaitan dengan
kasus korupsi dalam pengadaan pemancar RRI
• Vonis bersalah terhadap Gubernur NAD berkaitan dengan penggelembungan
harga pengadaan helikopter. Hukuman tersebut meliputi 10 tahun penjara dan
ganti rugi sebesar Rp6,564 milyar.
• Vonis bersalah terhadap dua terdakwa berkaitan dengan pembelian tanah yang
dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Laut. Masing-masing terdakwa dihukum 11
tahun dan 8 tahun.
• Vonis bersalah terhadap anggota KPU dalam kasus penyuapan. Hukumannya
berupa 2 tahun 7 bulan penjara.

Perincian mengenai kasus-kasus korupsi yang ditangani oleh KPK dapat dilihat
pada Laporan KPK Tahun 2005 halaman 40-51.

Mengapa para eksekutif hebat yang memimpin organisasi-organisasi besar dunia


dapat membuat keputusan yang sedemikian buruk? Jawabannya tidak diketahui
dengan jelas. Namun, terdapat beberapa alasan yang selalu muncul dibalik skandal-
skandal besar, antara lain:
· Ketamakan pribadi
• kekuasaan – keyakinan bahwa mereka tidak tersentuh oleh hukum
• Kekuasaan – dipengaruhi oleh anggota dewan direksi yang lain atau pihak lain
untuk membuat keputusan yang buruk
• Budaya para eksekutif tersebut tidak sejalan dengan norma-norma yang ada
dalam organisasi
• “Machiavellian” – percaya bahwa tujuan dapat menghalalkan cara
• Tekanan dari luar atau kondisi tertentu yang mengakibatkan para pengambil
Keputusan berpikir tidak ada pilihan lain
• Tekanan keuangan terhadap organisasi
• Kelanjutan dari keputusan tidak-etis atau kebohongan sebelumnya
• Egoisme
• Yakin bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama, sehingga masyarakat
menganggapnya sebagai hal yang wajar
• Yakin bahwa mereka tidak akan tertangkap.

7.2.1 Hal-hal yang Harus Diingat oleh Para Direktur Ketika Menghadapi Dilema
Etis
Tidak semua Direksi atau organisasi bersedia mengadopsi prinsip-prinsip etika

Mengelola Etika dalam Bisnis 17


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

dalam aktivitas bisnis mereka. Suatu standard etika yang tinggi mungkin akan
diterapkan dalam situasi-situasi tertentu, namun dalam situasi lain mungkin tidak
dipedulikan. Sebagai seorang Direktur pada suatu organisasi anda merupakan
representasi dari norma-norma yang berlaku pada organisasi tersebut, sehingga
keputusan anda akan dianggap sebagai keputusan organisasi. Oleh karena itu,
cobalah untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini.
· Setiap keputusan untuk mengabaikan prinsip etika berpotensi
menyebabkan ”kerusakan permanen” bagi anda dan organisasi.
• Standar etika yang diterapkan tidak secara menyeluruh akan mengirimkan
”pesan yang salah” pada karyawan dan pihak lain. Cara tersebut juga
berpotensi menciptakan persepsi negatif mengenai standard etika yang
dimiliki organisasi anda.
• Berhati-hatilah bila anda membenarkan keputusan tidak etis anda dengan
alasan:
# Saya tidak akan ditangkap di Indonesia
# Semua orang juga melakukannya
# Ini merupakan bagian dari kebiasaan
# Ini demi keuntungan organisasi.

Memang wajar jika kita mencari alasan-alasan atas suatu tindakan tidak-etis
sebagai pembenaran atas apa yang kita lakukan. Namun, walaupun membuat
kita merasa lebih nyaman, alasan-alasan tersebut tidak akan diterima, baik oleh
pengadilan maupun penyidik. Sangat disayangkan, banyak Direktur yang terlibat
dalam tindakan-tindakan tidak etis telah kehilangan kedudukannya di
perusahaan dan dituntut di pengadilan. Kunci dalam membuat keputusan yang
benar adalah dengan memahami akibat jangka panjang dari keputusan-
keputusan tidak etis dan belajar dari kesalahan-kesalahan, baik kesalahan kita
sendiri maupun orang lain.

Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari skandal-skandal
perusahaan di masa lalu:
· Sekali saja suatu pilihan tidak etis diambil maka akan sulit untuk
mengubahnya.
• Jika anda tidak tertangkap pada saat pengambilan keputusan maka tidak
ada jaminan bahwa masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya. Jika
keputusan tersebut melanggar hukum bukan tidak mungkin akan menjadi
masalah dalam beberapa tahun atau dekade berikutnya.
• Setiap orang yang mengetahui tindakan tidak etis yang anda lakukan dapat
saja menggunakannya untuk mendiskreditkan anda di masa yang akan
datang.
• Jika anda memperoleh suatu keuntungan dari perbuatan tidak etis anda

18 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

akan menjadi terbiasa dengan cara tersebut dan cenderung akan


mengulanginya di lain kesempatan jika dihadapkan pada situasi yang
sama.
• Jangan merasa nyaman dengan situasi dimana orang lain juga melakukan
pelanggaran etika. Hukum seringkali dipatahkan dengan argumen bahwa
tindakan tersebut tergolong hal yang lazim sehingga tidak perlu
dipermasalahkan. Walaupun publik saat ini mungkin dapat mentoleransi
perilaku tersebut, tidak berarti masyarakat mendatang akan bersikap
sama. Anda dapat saja ditangkap akibat kesalahan yang anda lakukan 10
tahun yang lalu.
• Usaha untuk menyembunyikan suatu pelanggaran etika dengan
pelanggaran etika lainnya hanya akan menimbun masalah.
• Kekuasaan dan popularitas anda akan hilang dengan sangat cepat saat
pelanggaran etika yang anda lakukan diketahui oleh publik.
• Jangan biarkan orang lain mempengaruhi keputusan anda dengan
mengatakan hal-hal seperti, ”Saya yang akan bertanggung jawab.”
Loyalitas diantara para penjahat hanyalah sebuah mitos. Dalam proses
investigasi, kebanyakan tersangka hanya loyal pada satu pihak – yaitu
dirinya sendiri.
• Tindakan mencuci tangan, dengan menggunakan perantara atau pihak lain
untuk melakukan tindakan tidak etis, tidak akan mengurangi kesalahan
anda di mata hukum.

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berhadapan dengan dilema etis


sehubungan dengan aktivitas organisasi, antara lain:
· Berbagi masalah dengan direktur lain dan, jika perlu, pemegang saham,
untuk memastikan bahwa keputusan akhir tidak bertentangan dengan
nilai-nilai perusahaan.
• Mempertimbangkan akibat jangka panjang dari setiap alternatif.
• Melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana kepada diri sendiri, seperti
“Apakah saya merasa nyaman menceritakan keputusan ini kepada anak-
anak saya?” atau “Dapatkah saya memberikan pembenaran bila
keputusan tersebut besok pagi menjadi berita utama?”
• Pelajari apakah keputusan tersebut perlu dibuat dengan segera.
Pergunakan waktu sebanyak yang diperlukan selama proses pembuatan
keputusan. Jangan terburu-buru atau merasa tertekan oleh pihak lain
dalam membuat keputusan.
• Putuskanlah apa yang akan anda lakukan bila direktur lainnya membuat
keputusan tidak etis yang tidak anda setujui. Bila anda tidak setuju dengan
keputusan tersebut, nyatakan dengan jelas ketidaksetujuan anda dan
buatlah catatan mengenai ketidaksetujuan anda. Ingatlah bahwa sebagai

Mengelola Etika dalam Bisnis 19


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

seorang direktur anda secara pribadi mungkin bertanggung jawab atas


tindakan direktur lainnya.

7.3 Mendorong Perilaku Etis di Lingkungan Kerja


Survei terhadap Kejahatan Ekonomi Global yang dilakukan oleh
PricewaterhouseCoopers tahun 2005, menunjukkan kecurangan dalam organisasi
paling banyak dilakukan oleh karyawan. Suatu organisasi dapat mengurangi risiko
terjadinya kecurangan dan pelanggaran dengan cara memperbaiki norma-norma etika
organisasi dan karyawan.

7.3.1 Pedoman Perilaku dan Kode Etik


Pedoman perilaku adalah sebuah panduan yang lebih dari sekedar sebuah buku
yang berisi aturan-aturan tentang benar dan salah. Pedoman tersebut juga
secara jelas memuat norma-norma organisasi dan harapan manajemen
mengenai perilaku etis. Mengkomunikasikan pedoman tersebut secara reguler
melalui pelatihan, email dan, paling penting, melalui keteladanan manajemen
dapat membawa pengaruh positif bagi karyawan. Pedoman perilaku harus
dianggap sebagai alat untuk membentuk standar etika suatu organisasi
ketimbang hanya sebuah peraturan internal yang baru digunakan setelah ada
insiden yang menarik perhatian manajemen.

Ketika menulis suatu panduan perilaku:


· Pertimbangkan nilai-nilai dan harapan-harapan lebih dari sekedar fakta
• Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan langsung
• Buatlah singkat, namun pastikan bahwa harapan-harapan manajemen
diuraikan secara memadai
• Berikan contoh bila diperlukan
• Secara jelas ungkapkan hukuman untuk setiap pelanggaran
• Gunakan tim gabungan manajemen dan karyawan dalam merumuskan
pedoman perilaku, untuk memastikan pedoman tersebut diterima dan
dimengerti secara luas
• Jangan hanya membuat salinan dari pedoman perilaku di kantor pusat.
Hukum dan harapan-harapan yang bersifat lokal juga perlu dimasukkan ke
dalam dokumen tersebut.

7.3.2 Kebijakan dan Prosedur


Suatu organisasi dapat mengurangi risiko terjadinya kecurangan dan perilaku
tidak etis dengan memiliki kebijakan yang efektif dan prosedur yang efisien.
Kerumitan prosedur atau ketidaksepadanan antara prosedur dan sistem
seringkali justru menyebabkan kelemahan.

20 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

Pastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang anda susun mencakup seluruh
proses manajemen risiko terhadap kecurangan – yaitu pencegahan, deteksi dan
respon terhadap insiden:
! Manajemen Risiko Kecurangan harus menjadi bahan pertimbangan dalam
setiap penyusunan atau perubahan sistem dan proses.
! Penyederhanaan proses dan prosedur lebih dapat diterima dalam
mengurangi risiko kecurangan, dibandingkan dengan penambahan
langkah-langkah kerja.
! Para karyawan seringkali lebih mengetahui tentang kelemahan sistem
ketimbang manajemen. Oleh sebab itu, mendorong karyawan untuk
mengidentifikasi kelemahan sistem dan prosedur akan lebih efektif dalam
mendorong perbaikan yang berkelanjutan.
! Perlu disusun kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan audit
kecurangan (fraud audit), pengaduan (whistle blowing), pemantauan
terhadap aktivitas-aktivitas yang rentan kecurangan, dan investigasi.

Selain itu, organisasi juga perlu mempertimbangkan untuk menyusun pedoman


yang berkaitan dengan kompetisi dan perdagangan, transaksi bisnis, praktik
ketenagakerjaan yang adil, kualitas produksi, kesehatan dan keselamatan kerja,
sumbangan politik, dan lingkungan.

7.3.3 Penghargaan dan Hukuman


Berikanlah penghargaan atas perilaku etis dan kenakan sanksi terhadap perilaku
yang tak seharusnya. Pastikanlah bahwa hukuman atas perilaku tidak etis telah
diatur dengan jelas dan diterapkan secara konsisten. Sanksi yang tidak
didefinisikan dengan jelas akan membatasi jenis tindakan yang dapat diambil
terhadap karyawan yang melakukan kesalahan. Pastikan bahwa seluruh
karyawan menyadari konsekuensi dari perilaku yang tidak etis.
Pertimbangkanlah peraturan-peraturan Ketenagakerjaan saat menetapkan
hukuman dan memproses pemutusan hubungan kerja.

7.3.4 Komunikasi
· Komunikasi, komunikasi dan lebih banyak komunikasi. Komunikasi yang
dirancang dan terencana dengan baik akan sangat efektif dalam
mendorong perilaku etis.
• Informasikan secara rutin kepada para karyawan tentang norma-norma
dan harapan-harapan organisasi.
• Pastikanlah para karyawan memahami keterkaitan antara kesuksesan
organisasi dan kemampuan organisasi untuk terus bertahan dan
mempekerjakan orang.
• Sampaikan kepada mitra usaha, para pelanggan dan para pemasok

Mengelola Etika dalam Bisnis 21


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

mengenai standard etik yang diharapkan oleh perusahaan dari para


karyawan.
• Berikan kemudahan bagi staf dan pihak luar untuk melaporkan terjadinya
pelanggaran. Buatlah jalur pelaporan anonimus yang memungkinkan saksi
untuk melaporkan tindakan pelanggaran etika.
• Gunakan seluruh media komunikasi yang ada, seperti email, presentasi
dan video, untuk menyampaikan ”pesan”.
• Secara berkelanjutan tunjukkan nilai-nilai etika organisasi melalui tindakan-
tindakan anda.

7.4 Mengelola SDM Secara Etis


7.4.1 Kepemimpinan
Etika organisasi merupakan pencerminan langsung dari kepemimpinan yang
melingkupinya. Manajemen senior dari suatu organisasi harus sepenuhnya
mendukung program-program etik. Pertimbangkan untuk membentuk
manajemen etik atau komite audit pada level senior organisasi.

7.4.2 Keteladanan
Pastikan bahwa para pemimpin dalam organisasi selalu bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip etika dan bertanggung jawab apabila terjadi kemerosotan etika
dalam organisasi. Di dalam organisasi, cara manajemen menanggapi situasi
yang melibatkan masalah etika sama pentingnya dengan kebijakan atau kode
etik yang sifatnya tertulis.

7.4.3 Staf Etik


Pertimbangkan untuk menunjuk seorang staf untuk menangani program
manajemen etik dan menerapkan sanksi terhadap pelanggaran etik. Selain itu,
staf etik juga dapat memantau tindakan para karyawan dan melaporkan
langsung ke Komite Audit, yang memiliki peran pengawasan dan pengambilan
keputusan.

7.4.4 Staf
Carilah orang-orang yang memiliki integritas tinggi untuk dipekerjakan.
Meskipun demikian, harus dipahami bahwa integritas seseorang tidak selalu
bersifat abadi dan oleh sebab itu perlu dikelola melalui suatu proses, kebijakan
dan prosedur. Due diligence atas karyawan yang berpotensi perlu dilakukan,
terlebih lagi untuk yang melamar diposisi manajemen yang beresiko tinggi.

7.5 Mencegah dan Mendeteksi Pelanggaran Etika


7.5.1 Kerjasama Strategis
Perusahaan harus melakukan uji tuntas integritas lebih dulu sebelum melakukan

22 Mengelola Etika dalam Bisnis


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

usaha patungan, penggabungan dan pengambil alihan atau mengadakan


hubungan dengan pemasok strategis dan konsultan. Proses uji tuntas tidaklah
hanya melihat laporan keuangan semata. Lakukan wawancara terhadap
karyawan dan manajemen, dapatkan pemahaman mengenai budaya organisasi
dan sikap organisasi terhadap etika, kecurangan, penyuapan dan korupsi. Selain
itu, lakukan penilaian terhadap langkah-langkah proaktif yang telah diambil
organisasi untuk mendorong perilaku etis. Harus diingat bahwa menggabungkan
budaya organisasi jauh lebih sulit dari pada catatan akuntansi.

7.5.2 Perekrutan dan Promosi Karyawan


Manajemen perlu menetapkan standar untuk merekrut dan mempromosikan
karyawan yang berkualitas, dengan memberikan penekanan pada latar belakang
pendidikan, pengalaman kerja sebelumnya, prestasi kerja sebelumnya dan bukti
bahwa yang bersangkutan memiliki integritas dan sikap etis. Selain itu,
diperlukan program seleksi kepegawaian yang terpadu untuk memastikan
integritas pegawai baru sebelum hubungan kerja dilakukan. Jabatan-jabatan
yang memerlukan penelitian pra-hubungan kerja meliputi posisi manajemen
senior dan eksekutif, karyawan bagian akuntansi/keuangan, atau mereka yang
mempunyai akses langsung pada informasi dan aset.

7.5.3 Pendidikan
Manajemen juga perlu mensosialisasikan program etik kepada seluruh karyawan
dan lakukan review setiap tahun. Karyawan perlu dilibatkan dalam mereview dan
mengkinikan kebijakan dan prosedur, termasuk kebijakan etik dan pedoman
perilaku. Secara periodik, sebarluaskan hasil pengkinian tersebut, pastikan
bahwa setiap orang memahami masalah-masalah dasar etika dalam organisasi.

7.5.4 Pengaduan (“Whistle Blowing”)


Kembangkan strategi untuk mendorong karyawan atau pihak lain melaporan
perilaku tidak etis secara anonim. Selain itu, manfaatkan prosedur wawancara
atau survei dengan staf yang bersifat independen dan rahasia untuk
mengidentifikasi adanya tindakan-tindakan tidak etis. Untuk menumbuhkan
budaya etik, manajemen juga harus memupuk budaya organisasi yang mampu
mendorong karyawan untuk mengungkapkan pendapat tanpa takut adanya
tekanan dan ancaman dari pihak lain. Program pengaduan tersebut harus
dihindarkan dari campur tangan manajemen, misalnya dengan menyerahkan
pengadministrasiannya kepada pihak ketiga atau pihak independen di dalam
organisasi. Pihak tersebut harus mampu bersikap objektif dan memiliki jalur
pelaporan langsung kepada Komite Audit.

Mengelola Etika dalam Bisnis 23


Peran Organisasi dalam Mendorong Perilaku Etis

7.5.5 Pemantauan
· Sampaikan kepada para karyawan bahwa, sebagai bagian dari program
etika, tindakan mereka akan dipantau.
• Gunakan metode computer forensic untuk menjalankan pemantauan
terhadap computer atau pegawai pada semua level, baik secara acak
maupun terarah.
• Lakukan pengawasan terhadap komunikasi email dan aktivitas internet.
• Lakukan audit secara acak pada fungsi-fungsi yang memiliki risiko tinggi,
seperti pengadaan dan pemasaran.
• Lakukan analisis secara forensik terhadap pencatatan account untuk
mengidentifikasi pola yang tidak biasa, pemilihan pemasok yang tidak
wajar dan perlakuan yang tidak wajar atas suatu transaksi.
• Pahamilah tugas auditor eksternal di organisasi anda . Susunlah program
internal audit yang berfokus pada identifikasi pelanggaran etika, identifikasi
kelemahan-kelemahan dan pengembangan berkelanjutan. Pendekatan ini
dapat menyelaraskan “agenda komersial” dan “agenda etika” dengan
menguji pendapatan, praktik-praktik pengadaan, rantai pasokan (supply
chain) dan distribusi biaya.

7.6 Merespon Pelanggaran Etika


Organisasi perlu menetapkan strategi untuk merespon pelanggaran etika atau
pelanggaran terhadap kebijakan organisasi. Strategi tersebut harus dapat diterapkan
dalam setiap situasi. Pertama-tama, selidiki terlebih dahulu masalahnya dan
pertimbangkan tingkat keseriusannya sebelum memutuskan untuk mengambil
tindakan. Pertimbangkan komplikasi dari respon yang ada, juga persepsi karyawan
terhadap kebijakan etika dan sejauh mana hal tersebut mempengaruhi kegiatan
organisasi.
! Pertimbangkan penggunaan penyidik independen untuk menghindari risiko
adanya bias dan kolusi. Pahami pentingnya pengumpulan bukti yang dapat
diterima secara legal.
! Bersikaplah tidak emosional ketika menanggapi suatu masalah. Seringkali
kerugian akibat rusaknya kepercayaan lebih signifikan dibandingkan dengan
kerugian keuangan yang terjadi.
! Pastikan bahwa respon anda tetap sesuai dengan prosedur dan pedoman
perilaku.
! Pertimbangkanlah seluruh alternatif respon termasuk teguran, pemecatan,
tindakan hukum atau penyerahan kepada yang berwajib.
! Lakukan review terhadap pelanggaran kebijakan organisasi atau etika yang telah
terlacak, sekalipun masalahnya hanya sepele dan pelakunya tidak ditindak.
Lakukan perbaikan-perbaikan terhadap proses, kebijakan dan prosedur bila
memungkinkan.

24 Mengelola Etika dalam Bisnis


8. MASALAH KARYAWAN DALAM
MENGHADAPI DILEMA ETIKA
Walaupun dalam bab-bab sebelumnya berfokus pada
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh direksi dan
manajemen, banyak juga terjadi masalah dan penyelesaian
yang berhubungan dengan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh karyawan. Ada karyawan-karyawan, seperti
direktur-direktur, yang sering mengabaikan resiko atau
konsekwensi jangka panjang atas keputusan tidak etis yang
dibuat. Saran kami yang tercantum di paragraf 7.2 juga
berlaku untuk para karyawan yang juga menghadapi keputusan yang menantang nilai-nilai
etis mereka.

Masalah selanjutnya yang dihadapi para karyawan adalah keterlibatan tidak langsung
dalam masalah etika. Para karyawan tidak selalu sadar dalam melakukan tindakan yang
tidak etis, namun berdasarkan posisi, pengetahuan atau lokasinya mereka terpengaruhi
oleh tindakan tidak etis dari manajemen atau karyawan lain. Contohnya sebagai berikut:
· Seorang karyawan yang jujur mengetahui adanya kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan lain namun dia takut untuk melaporkannya
• Seorang karyawan yang jujur diundang atau dipaksa untuk berpartisipasi dalam
suatu tindakan yang tidak etis.

Masing-masing dari contoh di atas dapat menciptakan suatu dilema etika untuk karyawan
yang bersangkutan. Apakan mereka harus melaporkan kejadian tersebut? Apa
konsekwensinya apabila kejadian tersebut dilaporkan? Apa yang akan terjadi apabila
mereka mengabaikan masalah tersebut dan meneruskan pekerjaannya?

Pilihan yang etis adalah melaporkan kejadian tersebut kepada manajemen, namun cara ini
belum tentu selalu dapat dilaksanakan. Kemampuan seorang karyawan untuk melaporkan
masalah tersebut tergantung dari budaya dari organisasinya dan sikap manajemen
terhadap tindakan tidak etis. Seperti yang diungkapkan di paragraf 7, program anti
kecurangan suatu organisasi harus meliputi prosedur untuk cara karyawan untuk
melaporkan kejadian seperti itu termasuk cara pelaporan yang anonim dan perlindungan
kepada karyawan yang terlibat dalam situasi seperti ini. Apabila suatu organisasi
mengabaikan karyawan yang jujur atau terlebih buruk lagi menentang mereka untuk
melaporkan kejadian tidak etis maka karyawan tersebut akan memilih tindakan yang dapat
melindungi kepentingan dirinya. Tindakan tersebut dapat berupa berdiam diri, berhenti
dari pekerjaannya atau malah memutuskan untuk ikut terlibat dalam tindakan tidak etis
tersebut.

Mengelola Etika dalam Bisnis 25


Masalah Karyawan dalam Menghadapi Dilema Etika

Dengan mengetahui bahwa salah seorang rekan melakukan kecurangan atau terlibat
dalam suatu tindakan tidak etis adalah dilema yang sangat sulit yang dihadapi. Kesetiaan
terhadap organisasai dan nilai etis kita ditantang dengan kesetiaan kita kepada teman-
teman atau ketakutan akan ikut terlibat. Mereka akan menempatkan anda dalam situasi
dimana anda akan merasa telah mengkhianati kepercayaan mereka dengan melaporkan
tindakan mereka. Mereka telah mengkhianati kepercayaan anda melalui tindakan tidak
etisnya dan akan menempatkan anda pada posisi dimana anda memilih. Apabila dihadapi
oleh situasi seperti ini, sangatlah penting untuk memikirkan hasil jangka panjang atas
keputusan anda dan implikasi-implikasinya.

Kewajiban karyawan untuk melaporkan kejadian tidak etis bervariasi dari suatu organisasi
ke organisasi lain. Adalah penting untuk karyawan mengerti dengan jelas kebijakan
pelaporan atas kecurangan perusahaan dan membuat keputusan sesuai dengan
kebijakan tersebut. Beberapa organisasi menaruh perhatian kepada karyawan yang
berada dalam situasi seperti itu dan organisasi-organisasi lain melihat bahwa keputusan
yang dibuat karyawan untuk tidak melaporkan tindakan tidak etis tersebut sama seriusnya
dengan keterlibatan langsung dalam tindakan tidak etis tersebut.

Kunci untuk menghindari keterlibatan tidak langsung dalam tindakan tidak etis adalah
menyakinkan bahwa atasan dan rekan anda tahu standar etika anda. Perjelaslah bahwa
anda memiliki standar etika yang tinggi dan tidak akan berpartisipasi dalam aktifitas-
aktifitas yang melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan. Janganlan mengirim pesan
yang membingunkan mengenai standar anda.

Apabila anda tahu akan kejadian tidak etis, yakinkan bahwa anda akan mengikuti
pedoman pelaporan organisasi anda. Jangan berusaha untuk menginvestigasi kejadian
tersebut seorang diri. Hati-hati memikirkan fakta-fakta yang berhubungan dnegan
kerjadian tersebut dan masalah-masalah yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan anda seperti:
· Seberapa serius masalah tersebut?
• Bagaimana kebijakan pelaporan kecurangan perusahaan anda?
• Adakah seseorang di dalam organisasi yang dapat diajak berdiskusi mengenai
masalah tersebut?
• Apakah anda dapat melaporkan kejadian tersebut langsung kepada manajemen, staf
kepatuhan atau staf etik?
• Apakah anda dapat melaporkan kejadian tersebut secara anonim dengan tanpa
memberitahukan identitas anda?
• Apakah ada hotline regional yang dapat dihubungi?
• Apakah implikasi untuk perusahaan atau anda apabila anda tidak melaporkan
kejadian tersebut?

26 Mengelola Etika dalam Bisnis


Masalah Karyawan dalam Menghadapi Dilema Etika

Para karyawan dapat juga terlibat secara tidak langsung dalam masalah etis apabila
mereka menemukan bahwa organisasi tempat mereka bekerja tidak melakukan bisnis
sesuai dengan peraturan atau standar etis yang berlaku umum. Banyak karyawan yang
tidak menganggap hal ini adalah signifikan apabila mereka tidak terlibat langsung,
sedangkan karyawan lainnya tidak dapat mengabaikan masalah ini. Dalam beberapa
keadaaan, karyawan yakin bahwa pilihan yang ada untuk mereka untuk tidak melanggar
nilai-nilanya hanyalah berhenti bekerja.

Budaya organisasi dan tindakan-tindakan dari para direktur dapat mempengaruhi


tindakan para karyawan. Apabila suatu organisasi mendorong tindakan tidak etis untuk
mendapatkan keuntungan bisnis maka karyawan akan sulit untuk melihat suatu masalah
secara objektif atau melihat suatu tindakan perusahaan yang salah. Karyawan yang
menghadapi situasi seperti ini haruslah berhati-hati dalam memikirkan pilijan mereka dan
merenungkan hal-hal di bawah ini:
• Jangan menjadikan nilai-nilai anda sebagai bagian dari suatu kelompok atau cocok
dengan karyawan lain
• Mengertilah apabila sekali saja anda terlibat dalam tindakan yang tidak etis akan sulit
mengubahnya
• Apabila anda diminta untuk melakukan tindakan tidak etis oleh staf yang lebih senior,
dokumentasikanlah pembicaraan dan permintaan tersebut
• Pikirkan apakan anda mempunyai kriminal atau tuntutan hukum sebagai hasil dari
tindakan anda
• Periksalah secara menyeluruh atas alternatif-alternatif anda dan pertimbangkan
implikasi jangka panjang atas tindakan anda.

Mengelola Etika dalam Bisnis 27


9. CONTOH-CONTOH KASUS
PENANGANAN MASALAH ETIKA

Kasus-kasus berikut ini memuat rekomendasi praktis mengenai kiat-kiat untuk mengatasi
masalah etika di tempat kerja.

9.1 Pengurusan Kepabeanan


Sebuah perusahaan sedang membutuhkan mesin baru untuk meningkatkan output
produksi dan memperluas pangsa pasarnya. Proses tersebut membutuhkan mesin
berteknologi terbaru untuk dapat melayani pelanggan barunya. Pesanan pertama
harus segera dimulai dalam beberapa minggu, oleh karena itu integrasi yang cepat
dari mesin tersebut ke dalam proses sangatlah penting untuk memenuhi permintaan
pelanggan baru tersebut. Pada saat ini mesin tersebut ada di Pabean dan
perusahaan telah diberitahu untuk melakukan pembayaran kepada petugas Bea dan
Cukai agar mesin dapat segera dikeluarkan dari pabean. Beberapa masalah
dipersoalkan oleh pabean sehubungan dengan spesifikasinya.

Definisikan Masalah
Membayar petugas Bea dan Cukai jelas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan
perusahaan dan dapat dianggap melanggar UU Anti-Korupsi di Indonesia. Namun,
perusahaan juga membutuhkan mesin tersebut untuk memenuhi target produksi dan
memenuhi kebutuhan pelanggan. Tanpa mesin tersebut, perusahaan mungkin akan
kehilangan salah satu pelanggannya.

Tetapkan Pilihan-pilihan Solusi


1. Membayar petugas, meskipun hal tersebut melanggar kebijakan dan UU Anti-
Korupsi.
2. Gunakan pihak ketiga untuk membayar petugas Bea dan Cukai dan jaga jarak
dari masalah tersebut
3. Tidak melakukan pembayaran. Hubungi pelanggan, jelaskan situasinya dan
minta perpanjangan waktu untuk pengiriman produk.
4. Tentukan masalah yang berkaitan dengan spesifikasi dan cari pemecahan
untuk mempercepat proses pengeluaran dari daerah pabean.
5. Limpahkan order pelanggan kepada perusahaan lain yang dianggap memenuhi
standar kualitas dan memiliki kapasitas yang memadai.

Pertimbangkan Pemecahannya
1. Membayar petugas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan organisasi
dan peraturan perundangan. Hal ini dapat mempengaruhi reputasi perusahaan
dan menimbulkan risiko adanya dakwaan hukum dan/atau sanksi yang bersifat
substantif.
2. Menggunakan pihak ketiga tidak akan mengurangi kewajiban anda. Apabila

28 Mengelola Etika dalam Bisnis


Contoh-Contoh Kasus Penanganan Masalah Etika

pihak ketiga melakukan pembayaran suap mewakili anda, itu artinya sama
dengan anda melakukan pembayaran tersebut sendiri.
3. Memberitahukan masalahnya kepada pelanggan dapat mempengaruhi
hubungan di masa yang akan datang. Pelanggan dengan jelas telah
menekankan bahwa mereka membutuhkan pengiriman secepatnya. Mereka
tidak peduli tentang bagaimana pengiriman dilakukan, yang penting produk
tersebut dapat dipergunakan secara tepat waktu dan memenuhi standar
kualitas. Namun, dengan pertimbangan bahwa mesin tersebut dibeli untuk
meningkatkan kapasitas untuk kepentingan pelanggan ini, mungkin si
pelanggan tersebut dapat memahami bahwa anda telah melakukan investasi
yang signifikan untuk memenuhi pesanannya sehingga mereka bersedia
memberikan kelonggaran waktu pengiriman.
4. Masalah spesifikasi mesin mungkin hanyalah kesalahpahaman atau sesuatu
yang sebenarnya dapat diperbaiki. Berkonsultasilah dengan Kantor Bea dan
Cukai untuk mengklarifikasi masalah tersebut. Tunjukkan bahwa kebijakan di
perusahaan anda melarang segala bentuk penyuapan. Mintalah keterangan
pada Kantor Bea dan Cukai untuk memastikan adanya proses penyelesaian
perselisihan. Dokumentasikan semua komunikasi anda dengan petugas Bea
dan Cukai dan juga dengan orang-orang di departemen tersebut.
5. Pastikan apakah ada perusahaan lain yang dapat memenuhi syarat-syarat
produksi. Cara ini mungkin tidak menguntungkan secara finansial, namun
setidaknya dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Standar
kualitas dapat saja dicapai dengan menggunakan penyelia untuk mengawasi
proses produksinya.

Identifikasikan Pilihan Terbaik


Susunlah daftar pilihan dengan urutan dimulai dari yang paling dikehendaki (“most
preferred”) sampai yang paling tidak dikehendaki (“least preferred”). Pertimbangkan
secara hati-hati implikasi jangka panjang dari pilihan-pilihan tersebut.

Menyusun Rencana
Susunlah suatu rencana jangka pendek untuk memecahkan masalah tersebut dan
solusi jangka panjang untuk menghindari masalah yang sama muncul dikemudian
hari. Rencana tersebut dapat meliputi strategi untuk mempertahankan pelanggan,
strategi untuk berurusan dengan kantor Bea dan Cukai, dan solusi jangka panjang
untuk mengantisipasi masalah-masalah kepabeanan di masa yang akan datang.

Pelaksanaan dan Evaluasi


Dalam contoh di atas alternatif terbaik mungkin berupa proses negosiasi awal
dengan pelanggan untuk menentukan apakah mereka bersedia memperpanjang
tenggat pengiriman. Pada saat yang sama anda dapat menjalankan rencana untuk

Mengelola Etika dalam Bisnis 29


Contoh-Contoh Kasus Penanganan Masalah Etika

membicarakan masalah spesifikasi dengan pihak Bea dan Cukai. Cara tersebut
dapat dilakukan dengan proses penyelesaian perselisihan, melaporkan kejadian
tersebut kepada KPK atau mendapatkan bantuan dari konsultan atau pengacara.
Cara yang mudah dengan membayar petugas Bea dan Cukai dan mengeluarkan
mesin tersebut dapat menimbulkan pengaruh jangka panjang. Dan juga, sekali anda
melakukan pembayaran tersebut, petugas yang terlibat akan mengharapkan
pembayaran lain seterusnya.

9.2 Pengajuan Penawaran


Anda ditugaskan untuk mereviu beberapa penawaran sehubungan dengan
penyediaan jasa baru yang dibutuhkan oleh perusahaan anda. Kedudukan anda
dalam posisi yang dapat mempengaruhi proses seleksi dan hal ini telah diketahui
oleh beberapa perusahaan yang ikut dalam tender ini. Anda didekati oleh salah satu
peserta tender dan mereka menawarkan persentase dari nilai kontrak yang mereka
peroleh apa bila mereka terpilih.

Definisikan Masalah
Menerima tawaran tersebut akan melanggar kebijakan perusahaan, namun anda
yakin bahwa tindakan tersebut tidak akan membahayakan perusahaan.

Tetapkan Pilihan-pilihan Solusi


1. Menerima tawaran tersebut dan memilih perusahaan yang bersangkutan
sebagai pemenang tender
2. Memilih perusahaan tersebut karena mereka adalah calon yang tepat dan
menerima tawaran mereka karena anda sedang butuh uang. Hal ini tidak
mempengaruhi keputusan anda
3. Menolak tawaran tersebut dan memberitahu perusahaan tersebut bahwa
mereka telah didiskualifikasi dari proses tender
4. Menolak tawaran tersebut namun tetap mengikutkan perusahaan tersebut
dalam proses tender.

Pertimbangkan Pemecahannya
1. Apabila anda menerima tawaran tersebut anda akan mendapatkan keuntungan
finansial pribadi. Namun, dengan diterimanya tawaran tersebut berarti anda
telah melanggar kode etik perusahaan, juga melanggar peraturan dan akan
menimbulkan hubungan yang beresiko dengan para pemasok. Tindakan anda
dapat menyebabkan kerugian finansial perusahaan anda dan juga beresiko
terhadap pekerjaan karyawan lain.
2. Walapun anda yakin bahwa pilihan tersebut tidak akan merusak perusahaan,
konsekwensi dari tindakan anda adalah tetap melanggar kode etik perusahaan,
dan secara potensial melanggar peraturan. Sangatlah sulit bagi anda untuk

30 Mengelola Etika dalam Bisnis


Contoh-Contoh Kasus Penanganan Masalah Etika

membuat pertimbangan yang adil dalam proses seleksi tersebut apabila anda
menerima uang dari salah satu pemasok.
3. Tindakan ini adalah suatu pilihan yang paling tepat. Hal ini akan menyampaikan
pesan yang jelas kepada semua pengikut tender tentang standar etika
perusahaan.
4. Tindakan anda menolak tawaran tersebut patut dihargai, namun dengan tetap
diikut sertakannya perusahaan tersebut dalam proses tender bukanlah suatu
tindakan yang terbaik. Akan lebih tepat apabila pemasok tersebut dikeluarkan
dari proses tender. Hal ini dapat menyampaikan pesan yang jelas kepada
semua pemasok dan rekan bisnis lain bahwa perusahaan tidak melakukan
usahanya dengan cara seperti itu.

Identifikasikan Pilihan Terbaik


Anda memutuskan untuk menolak tawaran tersebut dan mengeluarkan perusahaan
itu dari proses tender.

Menyusun Rencana
Memberitahu setiap orang yang terlibat dalam proses seleksi dan laporkan kepada
manajemen anda tentang kejadian ini. Informasikan perusahaan yang akan
membayar suap bahwa mereka telah dikeluarkan dari proses tender dan mereka
tidak akan diundang lagi untuk mengikuti tender sampai mereka merubah
kebijakannya.

Pelaksanaan dan Evaluasi


Terapkan rencana dan evaluasi hasilnya. Anda akan mendapatkan bahwa budaya
perusahaan anda telah bertambah baik dan anda patut mendapat penghargaan atas
tindakan anda. Perusahaan yang terlibat dalam tender tidak akan lagi menawarkan
suap karena mereka tahu di posisi mana anda dan perusahaan anda berada untuk
masalah korupsi. Berikutnya hanyalah perusahaan-perusahaan yang bereputasi baik
yang akan mengikuti tender dimasa mendatang.

Mengelola Etika dalam Bisnis 31


10. MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB

Setiap orang memiliki nilai-nilai dan pandangan pribadi


yang merupakan refleksi dari pengalaman, pendidikan
dan latar belakang mereka. Gagasan tentang “benar”
dan “salah” masing-masing orang dan budaya dapat
bervariasi. Akibatnya, pengambilan keputusan dalam
lingkungan organisasi menjadi sulit ketika harus
menggabungkan gagasan seseorang dengan harapan
yang ada di masyarakat dan dunia usaha.

Dalam berbisnis, anda mungkin tergoda untuk mempertaruhkan nilai-nilai yang anda anut
terlebih lagi bila tidak memiliki cukup waktu untuk merenungkan masalah tersebut dengan
benar-benar. Dalam hal ini, memahami dan menggabungkan nilai-nilai etika dalam bisnis
dengan nilai-nilai etika pribadi anda merupakan langkah yang sangat penting. Aspek
penting lainnya, yang merupakan bagian dari tanggung jawab pribadi, adalah kesadaran
mengenai dinamika hukum, tren dalam hal etika, dan aturan-aturan internal organisasi.
Oleh sebab itu, setiap individu diharapkan untuk bertanggung jawab secara pribadi
terhadap perilaku mereka dan selalu mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi etis
dalam setiap pengambilan keputusan.

Suatu budaya dimana setiap orang bertanggung jawab secara pribadi terhadap masalah
etika akan sangat menguntungkan dunia usaha. Berikut ini hanyalah beberapa contoh
manfaat yang akan diperoleh apabila bisnis mempertimbangkan prinsip-prinsip etika:
· Memperkuat penjualan, meningkatkan citra merek dan reputasi
• Mengurangi kerentanan terhadap aktivisme dan pemberitaan media yang bersifat
negatif
• Menguatkan loyalitas dan komitmen para karyawan
• Menghindarkan rusaknya hubungan bisnis dengan pelanggan yang sadar etika
• Menghindari pailit, denda dan tuntutan pindana dan perdata
• Akses lebih besar terhadap modal.

Booklet ini menyajikan dasar-dasar mengenai pengambilan keputusan secara etis bagi
individu dan organisasi. Pemahaman anda terhadap masalah-masalah etika yang bersifat
umum dalam dunia usaha dan kemampuan anda menangani tantangan dapat
memastikan bisnis anda tetap kompetitif di tengah perubahan lingkungan global.

32 Mengelola Etika dalam Bisnis


TENTANG EDITOR

Rodney Hay menjabat sebagai “Technical Advisor” di divisi “Forensic Services”


PricewaterhouseCoopers Indonesia.

Rodney memiliki pengalaman lebih dari 18 tahun dalam bidang investigasi, penerapan program
“Fraud Risk Management”, dan peningkatan “corporate governance” perusahaan di berbagai
sektor industri. Sebelum bergabung dengan PricewaterhouseCoopers, Rodney adalah seorang
detektif di “Fraud Enforcement Agency” pada “NSW Police Force” dan bekerja sebagai petugas
kepolisian NSW sejak Januari 1998 sampai dengan Januari 1999. Rodney merupakan anggota
pendiri dari “PricewaterhouseCoopers Forensic Services Division” di Sydney, Australia dan
pindah ke Indonesia pada Januari 2002.

Rodney memiliki gelar “Bachelor of Commerce” dalam bidang manajemen dan “Graduate
diploma” pada bidang teknologi informasi. Beliau adalah pembicara aktif dalam bidang “Fraud
Prevention”, anti pencucian uang, dan berbagai peran dalam tindak pencegahan dan
investigasi “fraud” di bidang teknologi informasi.

Mengelola Etika dalam Bisnis 33

Anda mungkin juga menyukai