dalam Bisnis
TIDAK UNTUK DIJUAL
Mengelola Etika
dalam Bisnis
Didanai bersama oleh:
Indonesia Business Links lahir dari diskusi multi sektor pada
Yayasan Konferensi Bank Dunia di Washington DC, Oktober 1998 yg
Indonesia menggugah beberapa tokoh bisnis di Indonesia utk melakukan
Business Links pemulihan iklim bisnis dan ekonomi serta menekankan pentingnya
standar bisnis yang etis.
BADAN
PENDIRI Indonesia Business Links (IBL) adalah koalisi sejumlah perusahaan
nasional dan internasional yang beroperasi di Indonesia, yang
Ketua
Noke Kiroyan memiliki komitmen mengenai praktek bisnis yang baik serta
bersedia mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan kepada
Wakil Ketua perusahaan perusahaan skala kecil dan menengah.
Heru Prasetyo
Anggota Pendiri Berdirinya IBL tidak lepas dari peran the Prince of Wales
John Arnold International Business Leaders Forum (IBLF). Bermula dari dana dari
UNDP, DFID (UK), dan Ford Foundation, IBL berhasil mendapat
PENGAWAS bantuan finansial maupun dukungan lainnya dari perusahaan -
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan program-programnya
Cliff D. Rees dan terus berkembang hingga saat ini.
BADAN MISI
PENGURUS Mempromosikan sikap dunia usaha yang baik serta kemitraan untuk
Ketua
pembangunan.
Pradakso Hadiwidjojo
TUJUAN
Wakil Ketua Memberikan sumbangan terhadap perbaikan lingkungan bagi
Chrysanti Hasibuan
Sedyono pengembangan ekonomi dan usaha Indonesia melalui :
! Alih pengetahuan, ketrampilan dan materi bagi perusahaan
Sekretaris perusahaan lokal skala kecil/menengah;
Duane Gingerich
! Menggalakkan praktek usaha yang baik;
Bendahara ! Mendukung inisiatif-inisiatif yang berkaitan dengan
Tom Malik kewirausahaan dan peningkatan penghasilan; serta
! Memberikan semangat dan membantu dunia usaha dalam
TIM PELAKSANA melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Direktur Eksekutif
Yanti Koestoer
Manajer Program
Dedi Nurfalaq
Business Ethics
Indonesia Business Links sejak tahun 1999, melalui prakarsa “ Mengelola Dilema
Etika dalam praktek bisnis” telah memberikan pencerahan kepada lebih dari 550
pelaku usaha, pejabat pemerintah dan para pemimpin organisasi masyarakat sipil
dalam serangkaian diskusi tentang pentingnya membersihkan praktek praktek
korupsi.
Sejak Oktober 2005, prakarsa ini berkembang luas bekerjasama dengan KPK dan
dukungan CIPE, serta para korporasi anggota IBL seperti, KPC, Rio Tinto
Indonesia, Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan BP Indonesia. IBL telah
menyelenggarakan rangkaian lokakarya yang diberi judul “ Mengelola Dilemma
dalam Pembayaran Uang Pelicin” di Meulaboh, Banda Aceh, Pekanbaru, Jakarta,
Surabaya, Balikpapan dan Manokwari. Dalam setiap workshop, IBL bekerjasama
dengan beberapa mitra local dan universitas, yang ditujukan untuk mencapai tiga
tujuan : (1) untuk Meningkatkan kesadaran akan dampak pelaksanaan Undang
Undang Anti Korupsi terhadap praktik bisnis sehari hari, (2) Meningkatkan
pemahaman bahwa “ bisnis yang bertanggungjawab adalah bisnis yang baik”, dan
(3) Membangun kelompok yang kritis dan berani untuk mengatakan “tidak” pada
praktek korupsi.
Sejak tahun 2005, program menitikberatkan kepada : (1) penerbitan serial buku
“Kumpulan Cerita Sukses pelaksanaan CSR”, (2) pengembangan Sistem Informasi
Geograpis berbasis web atas pelaksanaan program CSR di seluruh Indonesaia,
yang dapat dilihat pada http://gis.ibl.or.id. Fasilitas ini ditujukan untuk memberi
akses terhadap informasi berbagai kegiatan CSR yang dilakukan berdasarkan
propinsi maupun jenis kegiatan, (3) pengembangan kegiatan nyata yang akan
dilakukan oleh perusahaan perusahaan, terkait dengan pelestarian sumber daya
alam atau pencegahan pencemaran.
Mulai 2005, program YES memfokuskan pada 3 (tiga) hal: (i) Membangkitkan
kesadaran melalui rangkaian Lokakarya yang diberi nama Lokakarya menumbuhkan
“Ide Cemerlang”; (ii) Menciptakan tauladan bagi yang lain melalui “ Penghargaan
bagi Bisnis Pemula”, (iii) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha muda
melalui sejumlah bantuan bantuan teknis.
Tahun 2006, Penghargaan bagi Bisnis Pemula telah memilih lima pelaku bisnis
pemula dan telah memberikan bantuan teknis kepada sejumlah semi finalis,
termasuk mereka yang telah terlibat dalam masa proyek percontohan.
WarBISnet
Sejak 2004, IBL bekerjasama dengan PSN, IBLF dan DNet menguji-cobakan
sebuah program di Yogyakarta, yang disebut sebagai pusat pengembangan
kewirausahaan yang dipersiapkan untuk memberikan dukungan yang menyeluruh
kepada Usaha Kecil dan Menengah dalam menjalankan usaha mereka melalui
jejaring para pengusaha yang melibatkan warung internet. Program ini kemudian
dikenal sebagai “warBISnet” yang didedikasikan untuk menjadi basis
pengembangan teknologi informasi dan pusat bisnis, kemudahan untuk
berkonsultasi serta pelatihan atau mentoring pada berbagai aspek bisnis termasuk
dalam hal peningkatan produktivitas dan akses pasar.
Buku ini ditulis sebagai materi pendukung pada workshop-workshop yang diadakan
oleh IBL bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Center for
Private Enterprise (CIPE) dan para mitra korporasi (Rio Tinto, BP Indonesia, Kaltim
Prima Coal, Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Diharapkan buku ini dapat
memberikan panduan praktis bagi para pelaku bisnis maupun mitra-mitranya,
mengenai etika berbisnis yang benar.
Yanti Koestoer
Direktur Eksekutif
Indonesia Business Links
1. PENGANTAR 1
2. APAKAH DEFINISI ETIKA? 2
3. MENGAPA ETIKA SEDEMIKIAN PENTING? 3
4. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 4
4.1. Korupsi 4
4.2. Pencucian Uang 6
4.3. Hukum Pidana 6
4.4. Hukum Ketenagakerjaan 7
5. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG SESUAI DENGAN PRINSIP ETIKA 9
6. MODEL- MODEL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN 12
6.1. PLUS 12
6.2. D-E-C-I-D-E 12
7. PERAN ORGANISASI DALAM MENDORONG PERILAKU ETIS 14
7.1. Menetapkan Kebijakan dan Norma-norma Etika 14
7.2. Pengambilan Keputusan oleh Direktur dan Manajemen 15
7.3. Mendorong Perilaku Etis di Lingkungan Kerja 20
7.4. Mengelola SDM Secara Etis 22
7.5. Mencegah dan Mendeteksi Pelanggaran Etika 22
7.6. Merespon Pelanggaran Etika 24
8. MASALAH KARYAWAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIKA 25
9. CONTOH-CONTOH KASUS PENANGANAN MASALAH ETIKA 28
9.1. Pengurusan Kepabeanan 28
9.2. Pengajuan penawaran 30
10. MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB 32
Edisi ini bertujuan untuk menggali lebih banyak informasi mengenai dilema etika yang
dihadapi baik oleh perorangan maupun organisasi dalam membuat keputusan.
Suatu keputusan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keinginan, kekuasaan, uang,
kemasyuran, dan penerimaan (acceptance). Faktor-faktor ini, apabila digabungkan
dengan perbedaan budaya dan ekonomi, akan berpotensi mengaburkan penilaian
seseorang, bahkan yang paling taat-hukum sekalipun. Seringkali, dalam perjalanan karir
kita, kita akan dihadapkan pada keputusan-keputusan bisnis yang sulit, yang menguji nilai-
nilai dan pemahaman kita mengenai benar dan salah. Terlalu naif untuk beranggapan
bahwa semua orang yang dihadapkan pada situasi ini akan membuat keputusan etis
dengan alasan; “karena hukum mengharuskan demikian” atau “karena memang begitulah
seharusnya”. Dalam beberapa kasus, kepentingan-kepentingan pribadi atau tekanan-
tekanan yang bersumber dari faktor lain dapat melemahkan kemampuan kita dalam
membuat keputusan yang baik. Sering kali terlalu mudah bagi kita untuk sejenak
mengabaikan pengetahuan fundamental mengenai kebenaran dan kesalahan ketika
dihadapkan pada pilihan tidak etis yang dirasakan berisiko rendah dan dianggap
memberikan hasil yang nyata. Itulah dilema yang dihadapi oleh individu dan juga
perusahaan.
Pada saat menulis panduan ini kami mendapati bahwa orang mempertimbangkan faktor
lain selain kebenaran dan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Adalah sesuatu yang
wajar jika seseorang mempertimbangkan risiko dan keuntungan-keuntungan potensial dari
suatu keputusan dari pada dipengaruhi oleh apakah pilihannya etis atau tidak etis. Melalui
buku ini kami mengilustrasikan secara mendalam implikasi dari tindakan tidak etis yang
seringkali tidak nampak atau disadari. Lebih dari itu, kami juga mendiskusikan mengenai
bagaimana seseorang membuat pembenaran atas tindakan tidak etis untuk meyakinkan
diri mereka sendiri bahwa yang mereka lakukan tidak salah.
Buku ini bertujuan untuk menggali lebih banyak masalah-masalah praktis yang dihadapi
oleh perusahaan dan individu ketika dihadapkan pada dilema etika. Dalam menggali
permasalahan ini kami berharap dapat menyajikan panduan praktis dalam menghadapi
masalah dan membuat pilihan terbaik.
Pada dasarnya, penerapan prinsip etika ke dalam sebuah organisasi bertujuan untuk
mengembangkan praktik bisnis yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi
masyarakat, pelanggan, dan pemasok. Langkah ini dapat mendorong peningkatan
standar integritas dan akuntabilitas yang lebih baik. Dengan adanya pedoman mengenai
etika yang tegas akan meningkatkan citra organisasi, kinerja operasional dan akan
menambah keuntungan dengan adanya pengurangan resiko kecurian, kecurangan dan
korupsi.
Selama beberapa tahun terakhir kami melihat adanya perbaikan positif berkaitan dengan
standar etika yang diharapkan dari organisasi dan jajaran pimpinannya. Masalah-masalah
tidak etis 20 tahun lalu yang tidak diperhatikan kini dapat menjadi topik utama di media-
media di seluruh dunia. Oleh sebab itu, etika bukanlah semata-mata suatu konsep yang
harus dimiliki agar terlihat lebih baik, melainkan merupakan komponen utama dari sebuah
praktik bisnis yang sehat, yang dapat berpengaruh pada kesuksesan atau kegagalan
jangka panjang suatu organisasi.
Akibat jangka panjang dari suatu tindakan tidak etis dapat berupa:
· Kerusakan reputasi perusahaan
· Risiko penuntutan hukum dari pihak-pihak yang terpengaruh atau pengenaan
sanksi, baik perdata maupun pidana, dari pemerintah
· Risiko tuntutan pidana terhadap dewan direksi
· Pilihan tidak etis yang dapat merusak suatu organisasi dengan menciptakan budaya
yang negatif dimana tindakan etis tidak dihargai
· Terjebak pada keputusan-keputusan yang tidak etis untuk meneruskan atau
menutupi tindakan tidak etis yang telah dilakukan
· Melemahkan kemampuan individu dan organisasi untuk membuat keputusan ke
depan.
4.1 Korupsi
Undang-Undang Anti Korupsi Indonesia:
· UU 31/1999
· UU 20/2001
· UU 30/2002
Dalam UU Anti Korupsi Indonesia suatu tindakan dikategorikan dalam tindak pidana
apabila:
· Melakukan perbuatan untuk memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.
• Memberi atau menjanjikan hadiah kepada pegawai negeri atas perbuatan yang
telah atau tidak dilakukannya, atau dengan tujuan untuk membujuk pegawai
negeri tersebut untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
kewajibannya
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan suatu perkara.
Salah satu bagian terpenting dari UU Anti Korupsi adalah pasal yang berhubungan
dengan gratifikasi.
”Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun diluar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik”
Adalah suatu pelanggaran bagi pegawai negeri apabila ia menerima gratifikasi yang
diberikan kepadanya karena jabatan atau kekuasaan yang dimilikinya.
Pasal 12B UU No. 20/2001 menyatakan bahwa setiap gratifikasi yang diberikan
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap suap apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang bertentangan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
· Gratifikasi bernilai kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut adalah suap dilakukan oleh penuntut
umum.
• Gratifikasi bernilai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi.
Bila kejahatan ini dilakukan oleh manajer atau agen atas nama sebuah perusahaan,
manajer atau agen beserta perusahaan tersebut harus menjalani persidangan. Akan
tetapi perusahaan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan pencucian
uang yang dilakukan oleh seorang Manajer apabila tindakan tersebut dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan yang bukan merupakan bagian dari lingkup bisnis
perusahaan tersebut.
Merupakan suatu pelanggaran bagi setiap warga Indonesia dan atau perusahaan di
luar wilayah Republik Indonesia apabila menyediakan bantuan, kesempatan, fasilitas,
atau informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kejahatan pencucian uang.
Ketika dihadapkan dengan suatu dilema etika, adalah penting untuk mempertimbangkan
semua pilihan-pilihan, khususnya dampak jangka panjang atas setiap pilihan. Selain itu,
sangatlah penting untuk mengetahui elemen-elemen berbeda yang mempengaruhi
keputusan untuk mencoba dan mengerti apakah keinginan, ambisius atau ketamakan
pribadi menutupi pertimbangan tersebut. Bab 6 memuat model pengambilan keputusan
etis yang dapat membantu untuk mengindentifikasi resiko dan mencari pilihan untuk
pemecahan masalah-masalah etis.
Masalah yang sering kita abaikan dalam mempertimbangkan banyak pilihan adalah
dampak keputusan yang diambil terhadap keputusan masa datang yang akan kita hadapi.
Adanya suatu hubungan yang erat antara keputusan masa lalu, masa kini dan masa yang
akan datang. Suatu keputusan yang tidak etis yang dibuat hari ini dapat menempatkan kita
di suatu situasi dimasa datang dimana kita akan terus melakukan lagi hal-hal yang tidak
etis.
Contohnya, bila anda adalah seorang pegawai negeri dan atasan anda menawarkan uang
yang anda ketahui berasal dari tindakan korupsi, keputusan apa yang anda ambil?
Pada awalnya pilihannya hanya menyangkut apakah pada saat itu anda akan
mempertaruhkan prinsip anda dan mengambil uang itu, atau tidak. Meskipun begitu,
keputusan ini sebenarnya jauh lebih rumit dan berpengaruh pada kemampuan anda untuk
bertindak etis dimasa yang akan datang.
Pilihan yang tersisa dalam situasi ini adalah apakah anda akan merubah prinsip anda
secara permanen atau justru mempertahankannya. Sekali anda menerima uang tersebut
dan mengatakan: “ya, kalau harganya cocok saya akan mempertaruhkan standar etika
saya”, makan akan sulit untuk menolak tawaran berikutnya di masa mendatang, karena
anda:
· Telah merasakan manfaat uang tersebut.
• Merasa berkewajiban untuk terus menerima uang dari orang tersebut.
• Mulai merasakan kesetiaan terhadap orang tersebut dibandingkan kesetiaan pada
etika atau organisasi dimana anda dipekerjakan.
• Menyakinkan diri sendiri bahwa anda berhak menerima uang tersebut karena gaji
anda rendah.
• Membenarkan tindakan tersebut dengan dasar bahwa anda tidak menyakiti atau
mencuri dari orang lain.
• Merasa lebih berkuasa karena atasan mengikutsertakan anda dalam sebuah
“kelompok eksklusif”.
Pada saat menerima uang tersebut sebenarnya anda sedang menunjukkan siapa diri anda
sebenarnya dan standar apa yang anda anut. Keputusan ini akan mempengaruhi tindakan-
tindakan anda di masa yang akan datang. Di samping itu, anda telah melanggar batas
etika, sehingga ketika hal tersebut terulang anda tidak akan merasa bersalah, seperti ketika
pertama kali hal itu terjadi.
Bila suatu ketika anda berubah pikiran, bagaimana anda dapat mengatakan “tidak” ketika
atasan anda menawarkan uang di lain kesempatan?
! Apakah yang akan anda lakukan bila dia meminta anda untuk melakukan sesuatu
yang melawan hukum atau tidak etis?
! Bila anda menjadi tergantung kepada uang tambahan bagaimana cara anda untuk
berhenti?
! Akankah anda memberitahukan kepada keluarga mengenai uang tambahan
tersebut?
Jadi keputusan sederhana untuk menerima “uang tambahan” dapat berpengaruh terhadap
prinsip-prinsip dasar dan keputusan kita dimasa mendatang.
Ketika seorang karyawan yang jujur ditempatkan dalam situasi tersebut diatas, dia
dihadapkan pada beberapa dilemma:
! Bagaimana mengatakan “tidak” kepada atasan?
! Apakah dia harus melaporkan hal tersebut kepada organisasi?
! Adakah orang yang dapat dipercayainya untuk melaporkan kejadian tersebut?
! Apakah yang akan terjadi padanya setelah dia melaporkan kejadian tersebut?
! Apakah pengaduannya akan ditangani dengan serius?
! Apakah dia akan dipercaya?
! Atau justru dia menjadi korban atau dihukum?
Sangatlah jelas seorang karyawan yang menghadapi situasi seperti ini akan merasa
tertekan dan dapat dengan mudah membuat keputusan yang salah. Contoh tersebut diatas
menekankan perlunya organisasi-organisasi untuk memainkan peran tegas dan proaktif
dalam meningkatkan, mendukung dan melindungi karyawannya yang mengalami masalah
etika. Peran perusahaan dalam membuat keputusan etika, mempromosikan etika dan
menciptakan lingkungan yang mendorong tindakan etika akan dibahas dalam Bab 7 dari
panduan ini.
Dilema etika timbul ketika kita tidak yakin dengan pilihan yang akan kita buat. Model
pembuatan keputusan dalam buku ini disusun untuk menolong kita memahami
karakteristik masalah, implikasi dari suatu keputusan, dan menuntun kita pada pilihan
alternatif.
Kunci menyelesaikan masalah etika bagi organisasi dan individu adalah dengan memiliki
prinsip etika yang konsisten yang tidak dapat ditawar-tawar.
6.1 PLUS
The Ethics Resource Center www.ethics.org mempromosikan model pengambilan
keputusan yang disebut sebagai “Model Pengambilan Keputusan PLUS”.
U = Universal
Apakah sesuai dengan prinsip-prinsip/nilai-nilai universal yang dianut oleh organisasi
saya?
6.2 D-E-C-I-D-E
Dengan menggunakan akronim D–E-C-I-D-E1 , kita dapat meringkas komponen-an.
1
Model pengambil keputusan DECIDE dibuat oleh Benjamin Noyen - PricewaterhouseCoopers
Kebijakan atau kode etik perusahaan harus melengkapi dan mendukung misi, visi,
strategi dan nilai-nilai yang berlaku di dalam perusahaan. Kebijakan etika harus
memuat filosofi atau visi perusahaan dan menjadikannya sebagai sistem nilai yang
fundamental bagi seluruh aktivitas bisnis.
kecurangan dan konspirasi setelah Skilling berhenti pada bulan Agustus 2001.
Lay meninggal karena serangan jantung pada bulan Juli 2006.
• Wolrdcom – The US Securities and Exchange Commission (“SEC”) menyatakan
bahwa Direktur Utama terdahulu, Bernard J Ebbers dan para karyawan senior
lain dari WorldCom membuat berbagai penyesuaian dan jurnal-jurnal yang
curang pada pembukuan WorldCom, sejumlah ratusan juta dolar, agar laporan
keuangan perusahaan tersebut memenuhi persyaratan Wall Street. Ebbers
dihukum 25 tahun penjara. Keruntuhan WolrdCom merupakan kasus pailit
terbesar dalam sejarah perusahaan Amerika. Kurang lebih 20,000 karyawan
kehilangan pekerjaannya dan para pemegang saham mengalami kerugian
sejumlah USD180 milyar.
• US Congressman – Hakim federal menjatuhkan hukuman penjara 8 tahun 4
bulan kepada bekas anggota kongres, Randall Cunningham, karena menerima
suap dan melakukan penggelapan pajak. Cunningham mengakui bahwa dia
telah menerima uang suap sejumlah $2.4 juta dari kontraktor Departemen
Pertahanan dan melakukan penggelapan pajak sejumlah $1 juta.
• HIH – Keruntuhan HIH ditahun 2001 karena hutang sejumlah lebih dari $5 milyar
adalah suatu kegagalan perusahaan terbesar di Australia. Sebagai hasil atas
investigasi penyebab keruntuhan tersebut adalah Ray Williams, pendiri
perusahaan dan Rodney Adler, direktur terdahulu, dituntut atas kecurangan yang
dilakukan dan mendapat hukuman penjara selama 4,5 tahun. The Australian
Investment & Securities Commission menyatakan bahwa Mr Adler dalam
posisinya sebagai salah satu direktur HIH mengutamakan kepentingan finansial
pribadinya dari pada kepentingan para pemegang saham HIH.
• Titan – The US Securities and Exchange Commission menuntut Titan
Corporation melakukan pelanggaran atas peraturan anti suap, pengawasan
internal dan penyajian pembukuan dan catatan dari Foreign Corrupt Practices
Act (”FCPA”). Komisi tersebut menyatakan bahwa sejak tahun 1999 hingga
2001, Titan membayar sejumlah $3.5 juta lebih kepada agennya di Benin, Afrika,
dimana agen tersebut dikenal Titan sebagai pemimpin dari penasehat bisnis
Benin. Titan tidak melakukan due diligence atas latar belakang agen tersebut
baik sebelum atau sesudah digunakan dan juga tidak melakukan pengecekan
atas jasa yang dilakukan agen tersebut seperti yang dicantumkan dalam
fakturnya kepada Titan. Titan setuju untuk membayar kurang lebih USD28 juta
untuk menyelesaikan tuntutan kriminal dari SEC.
pemerintah
• Tuntutan terhadap petugas administrasi suatu kantor pengadilan karena
menerima suap dari seorang pengacara
• Tuntutan terhadap Direktur Keuangan dan Administrasi RRI, berkaitan dengan
kasus korupsi dalam pengadaan pemancar RRI
• Vonis bersalah terhadap Gubernur NAD berkaitan dengan penggelembungan
harga pengadaan helikopter. Hukuman tersebut meliputi 10 tahun penjara dan
ganti rugi sebesar Rp6,564 milyar.
• Vonis bersalah terhadap dua terdakwa berkaitan dengan pembelian tanah yang
dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Laut. Masing-masing terdakwa dihukum 11
tahun dan 8 tahun.
• Vonis bersalah terhadap anggota KPU dalam kasus penyuapan. Hukumannya
berupa 2 tahun 7 bulan penjara.
Perincian mengenai kasus-kasus korupsi yang ditangani oleh KPK dapat dilihat
pada Laporan KPK Tahun 2005 halaman 40-51.
7.2.1 Hal-hal yang Harus Diingat oleh Para Direktur Ketika Menghadapi Dilema
Etis
Tidak semua Direksi atau organisasi bersedia mengadopsi prinsip-prinsip etika
dalam aktivitas bisnis mereka. Suatu standard etika yang tinggi mungkin akan
diterapkan dalam situasi-situasi tertentu, namun dalam situasi lain mungkin tidak
dipedulikan. Sebagai seorang Direktur pada suatu organisasi anda merupakan
representasi dari norma-norma yang berlaku pada organisasi tersebut, sehingga
keputusan anda akan dianggap sebagai keputusan organisasi. Oleh karena itu,
cobalah untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini.
· Setiap keputusan untuk mengabaikan prinsip etika berpotensi
menyebabkan ”kerusakan permanen” bagi anda dan organisasi.
• Standar etika yang diterapkan tidak secara menyeluruh akan mengirimkan
”pesan yang salah” pada karyawan dan pihak lain. Cara tersebut juga
berpotensi menciptakan persepsi negatif mengenai standard etika yang
dimiliki organisasi anda.
• Berhati-hatilah bila anda membenarkan keputusan tidak etis anda dengan
alasan:
# Saya tidak akan ditangkap di Indonesia
# Semua orang juga melakukannya
# Ini merupakan bagian dari kebiasaan
# Ini demi keuntungan organisasi.
Memang wajar jika kita mencari alasan-alasan atas suatu tindakan tidak-etis
sebagai pembenaran atas apa yang kita lakukan. Namun, walaupun membuat
kita merasa lebih nyaman, alasan-alasan tersebut tidak akan diterima, baik oleh
pengadilan maupun penyidik. Sangat disayangkan, banyak Direktur yang terlibat
dalam tindakan-tindakan tidak etis telah kehilangan kedudukannya di
perusahaan dan dituntut di pengadilan. Kunci dalam membuat keputusan yang
benar adalah dengan memahami akibat jangka panjang dari keputusan-
keputusan tidak etis dan belajar dari kesalahan-kesalahan, baik kesalahan kita
sendiri maupun orang lain.
Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari skandal-skandal
perusahaan di masa lalu:
· Sekali saja suatu pilihan tidak etis diambil maka akan sulit untuk
mengubahnya.
• Jika anda tidak tertangkap pada saat pengambilan keputusan maka tidak
ada jaminan bahwa masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya. Jika
keputusan tersebut melanggar hukum bukan tidak mungkin akan menjadi
masalah dalam beberapa tahun atau dekade berikutnya.
• Setiap orang yang mengetahui tindakan tidak etis yang anda lakukan dapat
saja menggunakannya untuk mendiskreditkan anda di masa yang akan
datang.
• Jika anda memperoleh suatu keuntungan dari perbuatan tidak etis anda
Pastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang anda susun mencakup seluruh
proses manajemen risiko terhadap kecurangan – yaitu pencegahan, deteksi dan
respon terhadap insiden:
! Manajemen Risiko Kecurangan harus menjadi bahan pertimbangan dalam
setiap penyusunan atau perubahan sistem dan proses.
! Penyederhanaan proses dan prosedur lebih dapat diterima dalam
mengurangi risiko kecurangan, dibandingkan dengan penambahan
langkah-langkah kerja.
! Para karyawan seringkali lebih mengetahui tentang kelemahan sistem
ketimbang manajemen. Oleh sebab itu, mendorong karyawan untuk
mengidentifikasi kelemahan sistem dan prosedur akan lebih efektif dalam
mendorong perbaikan yang berkelanjutan.
! Perlu disusun kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan audit
kecurangan (fraud audit), pengaduan (whistle blowing), pemantauan
terhadap aktivitas-aktivitas yang rentan kecurangan, dan investigasi.
7.3.4 Komunikasi
· Komunikasi, komunikasi dan lebih banyak komunikasi. Komunikasi yang
dirancang dan terencana dengan baik akan sangat efektif dalam
mendorong perilaku etis.
• Informasikan secara rutin kepada para karyawan tentang norma-norma
dan harapan-harapan organisasi.
• Pastikanlah para karyawan memahami keterkaitan antara kesuksesan
organisasi dan kemampuan organisasi untuk terus bertahan dan
mempekerjakan orang.
• Sampaikan kepada mitra usaha, para pelanggan dan para pemasok
7.4.2 Keteladanan
Pastikan bahwa para pemimpin dalam organisasi selalu bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip etika dan bertanggung jawab apabila terjadi kemerosotan etika
dalam organisasi. Di dalam organisasi, cara manajemen menanggapi situasi
yang melibatkan masalah etika sama pentingnya dengan kebijakan atau kode
etik yang sifatnya tertulis.
7.4.4 Staf
Carilah orang-orang yang memiliki integritas tinggi untuk dipekerjakan.
Meskipun demikian, harus dipahami bahwa integritas seseorang tidak selalu
bersifat abadi dan oleh sebab itu perlu dikelola melalui suatu proses, kebijakan
dan prosedur. Due diligence atas karyawan yang berpotensi perlu dilakukan,
terlebih lagi untuk yang melamar diposisi manajemen yang beresiko tinggi.
7.5.3 Pendidikan
Manajemen juga perlu mensosialisasikan program etik kepada seluruh karyawan
dan lakukan review setiap tahun. Karyawan perlu dilibatkan dalam mereview dan
mengkinikan kebijakan dan prosedur, termasuk kebijakan etik dan pedoman
perilaku. Secara periodik, sebarluaskan hasil pengkinian tersebut, pastikan
bahwa setiap orang memahami masalah-masalah dasar etika dalam organisasi.
7.5.5 Pemantauan
· Sampaikan kepada para karyawan bahwa, sebagai bagian dari program
etika, tindakan mereka akan dipantau.
• Gunakan metode computer forensic untuk menjalankan pemantauan
terhadap computer atau pegawai pada semua level, baik secara acak
maupun terarah.
• Lakukan pengawasan terhadap komunikasi email dan aktivitas internet.
• Lakukan audit secara acak pada fungsi-fungsi yang memiliki risiko tinggi,
seperti pengadaan dan pemasaran.
• Lakukan analisis secara forensik terhadap pencatatan account untuk
mengidentifikasi pola yang tidak biasa, pemilihan pemasok yang tidak
wajar dan perlakuan yang tidak wajar atas suatu transaksi.
• Pahamilah tugas auditor eksternal di organisasi anda . Susunlah program
internal audit yang berfokus pada identifikasi pelanggaran etika, identifikasi
kelemahan-kelemahan dan pengembangan berkelanjutan. Pendekatan ini
dapat menyelaraskan “agenda komersial” dan “agenda etika” dengan
menguji pendapatan, praktik-praktik pengadaan, rantai pasokan (supply
chain) dan distribusi biaya.
Masalah selanjutnya yang dihadapi para karyawan adalah keterlibatan tidak langsung
dalam masalah etika. Para karyawan tidak selalu sadar dalam melakukan tindakan yang
tidak etis, namun berdasarkan posisi, pengetahuan atau lokasinya mereka terpengaruhi
oleh tindakan tidak etis dari manajemen atau karyawan lain. Contohnya sebagai berikut:
· Seorang karyawan yang jujur mengetahui adanya kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan lain namun dia takut untuk melaporkannya
• Seorang karyawan yang jujur diundang atau dipaksa untuk berpartisipasi dalam
suatu tindakan yang tidak etis.
Masing-masing dari contoh di atas dapat menciptakan suatu dilema etika untuk karyawan
yang bersangkutan. Apakan mereka harus melaporkan kejadian tersebut? Apa
konsekwensinya apabila kejadian tersebut dilaporkan? Apa yang akan terjadi apabila
mereka mengabaikan masalah tersebut dan meneruskan pekerjaannya?
Pilihan yang etis adalah melaporkan kejadian tersebut kepada manajemen, namun cara ini
belum tentu selalu dapat dilaksanakan. Kemampuan seorang karyawan untuk melaporkan
masalah tersebut tergantung dari budaya dari organisasinya dan sikap manajemen
terhadap tindakan tidak etis. Seperti yang diungkapkan di paragraf 7, program anti
kecurangan suatu organisasi harus meliputi prosedur untuk cara karyawan untuk
melaporkan kejadian seperti itu termasuk cara pelaporan yang anonim dan perlindungan
kepada karyawan yang terlibat dalam situasi seperti ini. Apabila suatu organisasi
mengabaikan karyawan yang jujur atau terlebih buruk lagi menentang mereka untuk
melaporkan kejadian tidak etis maka karyawan tersebut akan memilih tindakan yang dapat
melindungi kepentingan dirinya. Tindakan tersebut dapat berupa berdiam diri, berhenti
dari pekerjaannya atau malah memutuskan untuk ikut terlibat dalam tindakan tidak etis
tersebut.
Dengan mengetahui bahwa salah seorang rekan melakukan kecurangan atau terlibat
dalam suatu tindakan tidak etis adalah dilema yang sangat sulit yang dihadapi. Kesetiaan
terhadap organisasai dan nilai etis kita ditantang dengan kesetiaan kita kepada teman-
teman atau ketakutan akan ikut terlibat. Mereka akan menempatkan anda dalam situasi
dimana anda akan merasa telah mengkhianati kepercayaan mereka dengan melaporkan
tindakan mereka. Mereka telah mengkhianati kepercayaan anda melalui tindakan tidak
etisnya dan akan menempatkan anda pada posisi dimana anda memilih. Apabila dihadapi
oleh situasi seperti ini, sangatlah penting untuk memikirkan hasil jangka panjang atas
keputusan anda dan implikasi-implikasinya.
Kewajiban karyawan untuk melaporkan kejadian tidak etis bervariasi dari suatu organisasi
ke organisasi lain. Adalah penting untuk karyawan mengerti dengan jelas kebijakan
pelaporan atas kecurangan perusahaan dan membuat keputusan sesuai dengan
kebijakan tersebut. Beberapa organisasi menaruh perhatian kepada karyawan yang
berada dalam situasi seperti itu dan organisasi-organisasi lain melihat bahwa keputusan
yang dibuat karyawan untuk tidak melaporkan tindakan tidak etis tersebut sama seriusnya
dengan keterlibatan langsung dalam tindakan tidak etis tersebut.
Kunci untuk menghindari keterlibatan tidak langsung dalam tindakan tidak etis adalah
menyakinkan bahwa atasan dan rekan anda tahu standar etika anda. Perjelaslah bahwa
anda memiliki standar etika yang tinggi dan tidak akan berpartisipasi dalam aktifitas-
aktifitas yang melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan. Janganlan mengirim pesan
yang membingunkan mengenai standar anda.
Apabila anda tahu akan kejadian tidak etis, yakinkan bahwa anda akan mengikuti
pedoman pelaporan organisasi anda. Jangan berusaha untuk menginvestigasi kejadian
tersebut seorang diri. Hati-hati memikirkan fakta-fakta yang berhubungan dnegan
kerjadian tersebut dan masalah-masalah yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan anda seperti:
· Seberapa serius masalah tersebut?
• Bagaimana kebijakan pelaporan kecurangan perusahaan anda?
• Adakah seseorang di dalam organisasi yang dapat diajak berdiskusi mengenai
masalah tersebut?
• Apakah anda dapat melaporkan kejadian tersebut langsung kepada manajemen, staf
kepatuhan atau staf etik?
• Apakah anda dapat melaporkan kejadian tersebut secara anonim dengan tanpa
memberitahukan identitas anda?
• Apakah ada hotline regional yang dapat dihubungi?
• Apakah implikasi untuk perusahaan atau anda apabila anda tidak melaporkan
kejadian tersebut?
Para karyawan dapat juga terlibat secara tidak langsung dalam masalah etis apabila
mereka menemukan bahwa organisasi tempat mereka bekerja tidak melakukan bisnis
sesuai dengan peraturan atau standar etis yang berlaku umum. Banyak karyawan yang
tidak menganggap hal ini adalah signifikan apabila mereka tidak terlibat langsung,
sedangkan karyawan lainnya tidak dapat mengabaikan masalah ini. Dalam beberapa
keadaaan, karyawan yakin bahwa pilihan yang ada untuk mereka untuk tidak melanggar
nilai-nilanya hanyalah berhenti bekerja.
Kasus-kasus berikut ini memuat rekomendasi praktis mengenai kiat-kiat untuk mengatasi
masalah etika di tempat kerja.
Definisikan Masalah
Membayar petugas Bea dan Cukai jelas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan
perusahaan dan dapat dianggap melanggar UU Anti-Korupsi di Indonesia. Namun,
perusahaan juga membutuhkan mesin tersebut untuk memenuhi target produksi dan
memenuhi kebutuhan pelanggan. Tanpa mesin tersebut, perusahaan mungkin akan
kehilangan salah satu pelanggannya.
Pertimbangkan Pemecahannya
1. Membayar petugas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan organisasi
dan peraturan perundangan. Hal ini dapat mempengaruhi reputasi perusahaan
dan menimbulkan risiko adanya dakwaan hukum dan/atau sanksi yang bersifat
substantif.
2. Menggunakan pihak ketiga tidak akan mengurangi kewajiban anda. Apabila
pihak ketiga melakukan pembayaran suap mewakili anda, itu artinya sama
dengan anda melakukan pembayaran tersebut sendiri.
3. Memberitahukan masalahnya kepada pelanggan dapat mempengaruhi
hubungan di masa yang akan datang. Pelanggan dengan jelas telah
menekankan bahwa mereka membutuhkan pengiriman secepatnya. Mereka
tidak peduli tentang bagaimana pengiriman dilakukan, yang penting produk
tersebut dapat dipergunakan secara tepat waktu dan memenuhi standar
kualitas. Namun, dengan pertimbangan bahwa mesin tersebut dibeli untuk
meningkatkan kapasitas untuk kepentingan pelanggan ini, mungkin si
pelanggan tersebut dapat memahami bahwa anda telah melakukan investasi
yang signifikan untuk memenuhi pesanannya sehingga mereka bersedia
memberikan kelonggaran waktu pengiriman.
4. Masalah spesifikasi mesin mungkin hanyalah kesalahpahaman atau sesuatu
yang sebenarnya dapat diperbaiki. Berkonsultasilah dengan Kantor Bea dan
Cukai untuk mengklarifikasi masalah tersebut. Tunjukkan bahwa kebijakan di
perusahaan anda melarang segala bentuk penyuapan. Mintalah keterangan
pada Kantor Bea dan Cukai untuk memastikan adanya proses penyelesaian
perselisihan. Dokumentasikan semua komunikasi anda dengan petugas Bea
dan Cukai dan juga dengan orang-orang di departemen tersebut.
5. Pastikan apakah ada perusahaan lain yang dapat memenuhi syarat-syarat
produksi. Cara ini mungkin tidak menguntungkan secara finansial, namun
setidaknya dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Standar
kualitas dapat saja dicapai dengan menggunakan penyelia untuk mengawasi
proses produksinya.
Menyusun Rencana
Susunlah suatu rencana jangka pendek untuk memecahkan masalah tersebut dan
solusi jangka panjang untuk menghindari masalah yang sama muncul dikemudian
hari. Rencana tersebut dapat meliputi strategi untuk mempertahankan pelanggan,
strategi untuk berurusan dengan kantor Bea dan Cukai, dan solusi jangka panjang
untuk mengantisipasi masalah-masalah kepabeanan di masa yang akan datang.
membicarakan masalah spesifikasi dengan pihak Bea dan Cukai. Cara tersebut
dapat dilakukan dengan proses penyelesaian perselisihan, melaporkan kejadian
tersebut kepada KPK atau mendapatkan bantuan dari konsultan atau pengacara.
Cara yang mudah dengan membayar petugas Bea dan Cukai dan mengeluarkan
mesin tersebut dapat menimbulkan pengaruh jangka panjang. Dan juga, sekali anda
melakukan pembayaran tersebut, petugas yang terlibat akan mengharapkan
pembayaran lain seterusnya.
Definisikan Masalah
Menerima tawaran tersebut akan melanggar kebijakan perusahaan, namun anda
yakin bahwa tindakan tersebut tidak akan membahayakan perusahaan.
Pertimbangkan Pemecahannya
1. Apabila anda menerima tawaran tersebut anda akan mendapatkan keuntungan
finansial pribadi. Namun, dengan diterimanya tawaran tersebut berarti anda
telah melanggar kode etik perusahaan, juga melanggar peraturan dan akan
menimbulkan hubungan yang beresiko dengan para pemasok. Tindakan anda
dapat menyebabkan kerugian finansial perusahaan anda dan juga beresiko
terhadap pekerjaan karyawan lain.
2. Walapun anda yakin bahwa pilihan tersebut tidak akan merusak perusahaan,
konsekwensi dari tindakan anda adalah tetap melanggar kode etik perusahaan,
dan secara potensial melanggar peraturan. Sangatlah sulit bagi anda untuk
membuat pertimbangan yang adil dalam proses seleksi tersebut apabila anda
menerima uang dari salah satu pemasok.
3. Tindakan ini adalah suatu pilihan yang paling tepat. Hal ini akan menyampaikan
pesan yang jelas kepada semua pengikut tender tentang standar etika
perusahaan.
4. Tindakan anda menolak tawaran tersebut patut dihargai, namun dengan tetap
diikut sertakannya perusahaan tersebut dalam proses tender bukanlah suatu
tindakan yang terbaik. Akan lebih tepat apabila pemasok tersebut dikeluarkan
dari proses tender. Hal ini dapat menyampaikan pesan yang jelas kepada
semua pemasok dan rekan bisnis lain bahwa perusahaan tidak melakukan
usahanya dengan cara seperti itu.
Menyusun Rencana
Memberitahu setiap orang yang terlibat dalam proses seleksi dan laporkan kepada
manajemen anda tentang kejadian ini. Informasikan perusahaan yang akan
membayar suap bahwa mereka telah dikeluarkan dari proses tender dan mereka
tidak akan diundang lagi untuk mengikuti tender sampai mereka merubah
kebijakannya.
Dalam berbisnis, anda mungkin tergoda untuk mempertaruhkan nilai-nilai yang anda anut
terlebih lagi bila tidak memiliki cukup waktu untuk merenungkan masalah tersebut dengan
benar-benar. Dalam hal ini, memahami dan menggabungkan nilai-nilai etika dalam bisnis
dengan nilai-nilai etika pribadi anda merupakan langkah yang sangat penting. Aspek
penting lainnya, yang merupakan bagian dari tanggung jawab pribadi, adalah kesadaran
mengenai dinamika hukum, tren dalam hal etika, dan aturan-aturan internal organisasi.
Oleh sebab itu, setiap individu diharapkan untuk bertanggung jawab secara pribadi
terhadap perilaku mereka dan selalu mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi etis
dalam setiap pengambilan keputusan.
Suatu budaya dimana setiap orang bertanggung jawab secara pribadi terhadap masalah
etika akan sangat menguntungkan dunia usaha. Berikut ini hanyalah beberapa contoh
manfaat yang akan diperoleh apabila bisnis mempertimbangkan prinsip-prinsip etika:
· Memperkuat penjualan, meningkatkan citra merek dan reputasi
• Mengurangi kerentanan terhadap aktivisme dan pemberitaan media yang bersifat
negatif
• Menguatkan loyalitas dan komitmen para karyawan
• Menghindarkan rusaknya hubungan bisnis dengan pelanggan yang sadar etika
• Menghindari pailit, denda dan tuntutan pindana dan perdata
• Akses lebih besar terhadap modal.
Booklet ini menyajikan dasar-dasar mengenai pengambilan keputusan secara etis bagi
individu dan organisasi. Pemahaman anda terhadap masalah-masalah etika yang bersifat
umum dalam dunia usaha dan kemampuan anda menangani tantangan dapat
memastikan bisnis anda tetap kompetitif di tengah perubahan lingkungan global.
Rodney memiliki pengalaman lebih dari 18 tahun dalam bidang investigasi, penerapan program
“Fraud Risk Management”, dan peningkatan “corporate governance” perusahaan di berbagai
sektor industri. Sebelum bergabung dengan PricewaterhouseCoopers, Rodney adalah seorang
detektif di “Fraud Enforcement Agency” pada “NSW Police Force” dan bekerja sebagai petugas
kepolisian NSW sejak Januari 1998 sampai dengan Januari 1999. Rodney merupakan anggota
pendiri dari “PricewaterhouseCoopers Forensic Services Division” di Sydney, Australia dan
pindah ke Indonesia pada Januari 2002.
Rodney memiliki gelar “Bachelor of Commerce” dalam bidang manajemen dan “Graduate
diploma” pada bidang teknologi informasi. Beliau adalah pembicara aktif dalam bidang “Fraud
Prevention”, anti pencucian uang, dan berbagai peran dalam tindak pencegahan dan
investigasi “fraud” di bidang teknologi informasi.