LOGO
Disusun Oleh:
Nama:
NIM:
FAKULTAS (ISI)
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
NIM :
Jurusan :
Fakultas :
Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan penugasan pada mata
kuliah
Dosen Pengampu
i
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM BIDANG INDUSTRI
JASA KEUANGAN
Abstrak
With its various impacts, the role of regulators becomes highly crucial, especially
in designing and implementing appropriate financial regulations. The presence of
Financial Technology (FinTech) demands regulations that not only rely on entities
or activities alone but rather emphasizes activity-based regulations. The steps
taken by the Financial Services Authority (OJK) through the issuance of OJK
Regulation No. 77/POJK.01/2016 concerning Technology-Based Lending and
Borrowing Services indicate an early emphasis on activity-based regulations in
the Indonesian financial services sector. Nevertheless, the objectives of these
regulations are not solely limited to protecting consumer interests related to fund
and data security. The OJK regulation also has broader objectives, encompassing
the protection of national interests related to preventing money laundering,
terrorism financing, and the stability of the financial system. This conclusion
highlights the need for an adaptive and comprehensive regulatory framework to
manage the dynamics between technology and the financial services industry
while maintaining a balance between innovation, consumer protection, and
national security.
Kata kunci: Otoritas Jasa Keuangan, Bank, Fintech.
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya kemajuan teknologi digital belakangan ini telah mengubah cara
bisnis berjalan dan memunculkan model-model bisnis baru. Salah satu bentuk
teknologi digital yang sedang banyak diterapkan di Industri Jasa Keuangan
(IJK) saat ini adalah Kecerdasan Buatan (AI). Penggunaan AI memberikan
berbagai keuntungan bagi IJK, seperti peningkatan efektivitas dan efisiensi
dalam menjalankan proses bisnis. Beberapa manfaat yang dapat dinikmati
oleh IJK termasuk pengurangan biaya operasional, membuat produk dan
layanan lebih terjangkau, meningkatkan efektivitas penyaringan dan
pemantauan pelanggan melalui teknologi Know Your Customer (KYC)
berbasis AI, serta memungkinkan pemasaran produk dan layanan yang lebih
sesuai dengan target dan kebutuhan pelanggan (Ostmann, 2021).
OJK baru saja merilis Rencana Induk Transformasi Digital Sektor Jasa
Keuangan Indonesia (RITD SJKI) 2021-2025 untuk mempercepat proses
adaptasi dan inovasi industri keuangan. Rencana ini bertujuan untuk
mengoptimalkan teknologi seperti blockchain, cloud computing, dan
kecerdasan buatan (AI). Walaupun teknologi AI membawa sejumlah
keuntungan, namun ada risiko kerugian yang perlu diperhatikan. Berdasarkan
penelitian dari The Alan Turing Institute tahun 2021, terdapat setidaknya 5
potensi kerugian jika penggunaan teknologi AI tidak dilakukan dengan
cermat. Pertama, kinerja sistem yang kurang baik dapat mempengaruhi
penilaian risiko pelanggan dan penetapan harga yang berbeda. Kedua,
kelemahan sistem dapat mengurangi efektivitas pencegahan kejahatan
keuangan. Ketiga, adanya potensi kolusi terhadap sistem perdagangan surat
berharga. Keempat, jika kualitas data bermasalah, maka bisa mengakibatkan
kegagalan dalam meramalkan dan mencegah dampak pasar yang berisiko.
Kelima, ada risiko peningkatan keamanan siber.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 270,2 juta orang, dengan
197,71 juta orang menjadi pengguna internet. Situasi pandemi Covid19 saat
ini memperkirakan pertumbuhan ini akan terus meningkat. Banyak
2
3
1.4. Tujuan
1.4.1. Mengetahui Peran AI dalam industry jasa keuangan
1.4.2. Memahami implementasi AI dalam industry jasa keuangan Bank
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Artificial Intelligence
Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk meniru kecerdasan yang dimiliki oleh makhluk hidup atau
benda mati guna menyelesaikan suatu masalah. Mesin menggunakan teknik
ini untuk menyesuaikan diri dengan kondisi sebagaimana yang dilakukan oleh
makhluk hidup, menghasilkan keputusan yang tidak hanya terbatas pada nilai
0 atau 1, melainkan menciptakan sistem logika fuzzy yang lebih fleksibel.
Salah satu contoh penerapan logika fuzzy ini dapat ditemui dalam sistem
pengereman kereta api di Jepang. Pendekatan ini melibatkan skema evolusi
dengan melibatkan sejumlah besar individu dan melakukan seleksi terhadap
individu terbaik untuk menciptakan generasi berikutnya. Proses seleksi ini
bertujuan untuk mencari solusi dari suatu permasalahan.
5
6
3. PEMBAHASAN
3.1. Peran AI Dalam Industry Jasa Keuangan
Pada tanggal 4 April 2018, Presiden Indonesia Joko Widodo meresmikan
Making Indonesia 4.0, sebuah rencana dan strategi untuk memasuki era
digital global. Penyusunan rencana ini melibatkan berbagai pihak, termasuk
pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, serta lembaga
riset dan pendidikan. Dengan strategi Making Indonesia 4.0, pemerintah akan
menitikberatkan pada lima teknologi utama.:
(1) internet of things,
(2) artificial intelligence,
(3) human-machine interface,
(4) teknologi robotik dan sensor, dan
(5) teknologi 3D iprinting.
Kelima jenis teknologi tersebut berkontribusi besar terhadap Pendapatan
Kotor Domestik (Product Domestic Bruto) Indonesia dan memiliki daya
saing internasional (Abdullah, 2019).
Masuk tahun 2018, semua aspek kehidupan modern mengalami
perubahan pesat sebagai bagian dari Revolusi Industri keempat, yang sering
disebut sebagai Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 membawa
peningkatan teknologi yang sangat canggih, seperti kecerdasan buatan
(artificial intelligence), perdagangan digital (e-commerce), data besar,
teknologi keuangan, ekonomi berbagi, dan penggunaan robot, yang
berdampak besar pada kehidupan manusia (Prasetiantono, 2018). Perubahan
ini mencerminkan peristiwa sejarah terkait dengan Revolusi Industri pertama
yang terjadi di Eropa pada tahun 1750-1830.
8
9
4. KESIMPULAN
Dengan berbagai konsekuensi yang muncul, peran regulator menjadi
sangat penting, terutama dalam merancang dan menerapkan regulasi
keuangan yang sesuai. Keberadaan FinTech menuntut regulasi yang tidak
hanya bergantung pada entitas atau aktivitas semata, melainkan lebih
menekankan regulasi berbasis aktivitas. Langkah yang diambil oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dengan menerbitkan Peraturan OJK Nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi, setidaknya dapat dianggap sebagai bukti awal adanya
penekanan khusus pada regulasi jasa keuangan berbasis aktivitas di
Indonesia. Meskipun demikian, tujuan dari regulasi tersebut lebih luas. Selain
untuk melindungi kepentingan konsumen terkait keamanan dana dan data,
POJK juga memiliki tujuan melindungi kepentingan nasional terkait dengan
pencegahan pencucian uang, pendanaan terorisme, dan stabilitas sistem
keuangan.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan peraturan untuk
para pelaku industri FinTech yang berfokus pada sistem pembayaran.
Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, dan
14
15
Abdullah. (2019). Fenomena digital era revolusi industri 4.0. Jurnal Dimensi
DKV Seni Rupa dan Desain, 4, 47-58.
17