Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322

Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 533

Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi


Revolusi Industri Era 4.0

Syafi’e*1, Richardus Eko Indrajit2, Erick Dazki3


1,2,3
Magister Teknologi Informasi, Pradita University, Tangerang, Indonesia
1
e-mail: * syafie@student.pradita.ac.id, 2eko.indrajit@pradita.ac.id, 3erick.dazki@pradita.ac.id

Abstrak
Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sangat cepat, apalagi saat ini
juga berada dalam era revolusi industri 4.0. Hampir semua industri termasuk industri
perbankan mulai menerapkan terobosan untuk menghadapai era revolusi industri 4.0.
Salah satu strategi kesiapanny dengan melakukan perubahan perencanaan teknologi
informasi berbasis Enterprise Architecture. Metode yang dibahas menggunakan
TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Dimana tujuannya adalah
mengembangkan arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, arsitektur informasi dan
teknologi agar mampu beradaptasi dengan revolusi industry. Untuk melakukan
implementasi dari arsitektur maka perlunya melakukan gap analisis dan strategi
implementasi dari arsitektur yang sudah dilakukan. Pengembangan system aplikasi
tidak perlu dilakukan secara total, tetapi ada beberapa system aplikasi yang perlu
mengalami perubahan. Diharapkan dengan melakukan penerapan Enterprise
Architecture mulai dari perancangan arsitektur, analisis gap sampai strategi
implementasi, industri perbankan mampu menghadapi revolusi industri era 4.0.

Kata kunci— Enterprise Architecture; TOGAF; Arsitektur Bisnis; Arsitektur Aplikasi;


Arsitektur Informasi dan Teknologi

Abstract
A Today the development of information technology is very fast, especially now
that it is also in the era of the industrial revolution 4.0. Almost all industries, including
the banking industry, have begun to implement breakthroughs to face the era of the
industrial revolution 4.0. One of the readiness strategies is to make changes to
information technology planning based on Enterprise Architecture. The method
discussed uses TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Where the goal is
to develop business architecture, application architecture, information architecture and
technology to be able to adapt to the industrial revolution. To carry out the
implementation of the architecture, it is necessary to conduct gap analysis and
implementation strategies of the architecture that has been carried out. Application
system development does not need to be done totally, but there are several application
systems that need to be changed. It is hoped that by implementing Enterprise
Architecture starting from architectural design, gap analysis to implementation
strategies, the banking industry is able to face the industrial revolution era 4.0.

Keywords— Enterprise Architecture; TOGAF; Business Architecture; Application


Architecture; Information Architecture and Technology

Receive dhttp://jurnal.mdp.ac.id jatisi@mdp.ac.id, 2012; Accepted Jul


534 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

1. PENDAHULUAN

S aat ini Revolusi Industri 4.0 [1], [2] berdampak pada industri semua sector industry dan
tidak menutup kemungkinan sektor keuangan juga mengalami dampak. Salah satu dampak
adalah industri keuangan perbankan, yang sedang menghadapi persaingan dari beberapa
perusahaan Financial Technology atau disebut dengan istilah Fintech. Jika perusahaan-
perusahaan perbankan tidak dapat mengadopsi teknologi terkini, melakukan pembaruan
beberapa layanan atau service, tidak melakukan kreatif dan inovatif maka dapat terjadi
gangguan pada industri perbankan. Salah satu contoh yang terkena dampak adalah layanan pada
sektor retail perbankan yang fokus pada konsumen atau individu dan usaha kecil. Dimana
market dari perbankan tersebut akan terus tergerus, karena perusahaan keuangan berbasis
teknologi terus melakukan terobosan. Dalam hal ini konsumen diberikan kemudahan dan
pelayanan terbaik dengan teknologi yang ditawarkan oleh perusahaan Fintech [3].
Kelangsungan usaha perbankan tidak hanya melihat dari segi modal perbankan saja, tetapi perlu
dukungan Teknologi Informasi dalam bingkai Enterprise Architecture. Mengenai pengelolaan
IT supaya terus mengikuti perkembangan teknologi perlunya strategi keberlanjutan
pengembangan teknologi informasi [4].
Dekade sebelumnya industry perbankan dalam melayani nasabahnya, dengan
melakukan pembukaan kantor cabang sampai pada tingkat kecamatan di seluruh Indonesia.
Dengan harapan menghadirkan layanan kedekatan antara nasabah dengan pihak perbankan.
Setelah hadirnya teknologi komunikasi yang baik industri perbankan, menghadirkan layanan 24
jam dengan menggunakan teknologi mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) [5]. Dimana
industry perbankan ramai-ramai menambah jumlah mesin ATM digerai perbelanjaan, mal,
universitas dan tempat-tempat strategis yang mudah terjangkau oleh nasabahnya.
Setelah hadirnya internet dalam mendukung bisnis, maka industry perbankan berlomba-
lomba melakukan terobosan di bidang Internet Banking sebagai layanan nasabah. Tujuan
adanya layanan Internet Banking [6] dapat menjangkau konsumen sedekat mungkin tanpa
adanya batasan jarak. Salah satu layanannya adalah Mobile Banking. Nasabah perbankan
mengunjungi kantor cabang untuk mendapatkan layanan perbankan, cukup melakukan dengan
Smartphone dan melakukan photo dengan kamera dan data nasabah dikirim melalui website
perbankan dan sudah dapat melakukan pembukaan sebagai nasabah perbankan. Tren teknologi
digital sekarang ini sudah banyak menggunakan Internet of Things [7] sebagai bentuk layanan
perbankan [8]. Disamping itu saat ini industri perbankan juga menggunakan Crowd-based
Financing, Virtual Money, Cyber Security [9], [10] dan Data Mining [11].
Enterprise Architecture pada perusahaan merupakan pengelolaan organisasi untuk
proses bisnis dan infrastruktur teknologi informasi yang merancang antara integrasi dan
standarisasi model operasional perusahaan. Dengan melakukan perancangan arsitektur tersebut
dapat memberikan visi dan pandangan kedepan untuk proses, sistem, dan teknologi informasi
perusahaan. Beberapa perusahaan juga menggunakan Framework untuk mencang arsitektur
perusahaan. Sebagai contoh penggunaan Enterprise Architecture adalah Zachman Enterprise
Framework (ZEF) dan The Open Group Architecture Framework (TOGAF).
Zachman Framework™ [12][13] merupakan teori yang mengungkap keberadaan struktur
komponen penting pada objek. Objek disini bisa diartikan sebagai (organisasi, perusahaan,
departemen, proyek, atau apa pun itu). Zachman Framework™ BUKAN metodologi untuk
membuat implementasi objek. Framework Informastion System ontologi [14] [15] bertujuan
untuk menggambarkan Enterprise. Kerangka kerja (ontologi) merupakan STRUKTUR
sedangkan metodologi adalah PROSES. Struktur menetapkan Definisi sedangkan Proses
menyediakan Transformasi.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 535

Metode perancangan arsitektur di TOGAF disebut dengan Architecture Development


Method (ADM). Terdiri dari proses komprehensif dan terintegrasi dalam pengembangaan dan
Maintenance Enterprise Architecture. Tahapan ADM dapat diuraikan pada A. Architecture
Vision, B Business Architecture, C Information System Architecture, D Technology
Architecture, E Opportunities and Solutions, G Implementation Governance pada gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Perancangan Arsitektur TOGAF

Pengembangkan Enterprise Architecture[16] untuk perbankan yang dirancang dan


melakukan penerapan teknologi terkini di era revolusi industri. Dengan melakukan
penyederhanaan alur bisnis menjadikan sebuah perusahaan perbankan menjadi lebih lincah
dalam mengelola bisnisnya. Secara arsitektur bisnis, arsitektur informasi dan arsitektur
teknologi sangat mendukung. Namun perlu diingat bahwa tidak sesederhana itu dalam
menjalankan bisnis perbankan yang kian lama bisa tergerus oleh para pesaingnya.
Tujuan dari penelitian ini berfokus membahas aspek-aspek dari tahapan metode
TOGAF. Aspek yang dibahas pada penelitian ini adalah Architecture Vision, Business
Architecture, Information Systems Architecture, Technology Architecture, Opportunities and
Solution dan Implementation Governance. Dimana urgensi dari penerapan Enterprise
Architecture adalah industri perbankan mampu menghadapi revolusi industri 4.0.

2. METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan


metode penelitian dengan mengumpulkan data berupa data-data mentah yang kemudian

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
ear, implies research results (First Author)
536 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

dilakukan analisa statistic dan analisa yang lainnya. Metode kualitatif memperoleh hasil analisa
deskripsi, analisis, dan penafsiran yang lebih rinci dalam suatu kejadian.
Ada beberapa metode yang dipakai dalam melakukan pengumpulan data kualitatif
adalah observasi partisipan, survei, wawancara dengan pihak perbankan termasuk studi pustaka,
dokumen dan beberapa artefak sebagai bahan pendukung dalam penelitian. Penelitian ini terdiri
dari beberapa tahapan. Pemahaman proses bisnis diperoleh dari observasi lapangan pada
perbankan dan dari studi literatur mengenai topik perbankan, seperti beberapa jurnal terkait
pembahasan perbankan dan dokumen pendukung seperti jurnal Enterprise Architecture.
Penelitian ini meneliti delapan tahapan yang terdapat pada TOGAF ADM. Enam tahapan
tersebut adalah Architecture Vision, Business Architecture, Information Systems Architecture,
Technology Architecture, Opportunities and Solution dan Implementation Governance.
Architecture Vision, merancang arsitektur bisnis yang digambarkan dalam bentuk bisnis model
kanvas yang terdiri dari sembilan komponen. Komponen-komponen bisnis model kanvas terdiri
dari (1) Customer Segments, yang memberikan informasi mengenai pelanggan dari nasabah
perbankan. (2) Value Propositions, memberikan informasi mengenai nilai tambah dari produk
perbankan yang ditawarkan kepada pelanggan atau nasabah perbankan. (3) Channels,
memberikan informasi mengenai promosi, serta mengenalkan produk-produk perbankan. (4)
Key Resources, memberikan informasi mengenai sumber daya, termasuk sumber daya manusia.
(5) Key resources, memberikan informasi tentang bagian dari organisasi perbankan yang
dianggap penting dalam menjalankan bisnis. (6) Cost Structure, memberikan informasi
mengenai biaya atau beban operasional. (7) Key Partnerships, memberikan informasi mengenai
mitra atau vendor yang terikat dalam mendukung bisnis perbankan. (8) Revenue Streams,
memberikan informasi mengenai sumber pendapatan usaha perbankan. (9) Customer
Relationships, memberikan informasi mengenai bagian-bagian yang berhubungan erat dengan
nasabah perbankan.
Bisnis model perbankan terdiri dari empat komponen penting seperti Sosial, Enabler,
Fasilitator dan Keuangan [17] [18]. Model bisnis sosialis menjunjung tinggi nilai perilaku
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan distribusi kekayaan sebagai tujuan dari industri
perbankan. Model bisnis enabler bertujuan memberdayakan usaha kecil, menengah dan besar
dengan menjaga hubungan inovatif antara bank dan mitra bisnisnya. Proposisi nilai utama dari
model bisnis enabler merupakan penawaran bisnis melalui kemampuan perbankan. Sedangkan
model bisnis fasilitator berkonsentrasi pada penjualan layanan dan kepuasan nasabah
perbankan. Terakhir, model bisnis merupakan model bisnis bank umum yang melakukan
kegiatan rutin seperti mengelola rekening nasabah, menjual produk dan jasa serta promosi dan
pemasaran produk perbankan.
Perancangan arsitektur informasi dan data. Pada tahapan ini menjelaskan tentang
informasi disimpan dalam media penyimpanan dan bagaimana berhubungan dengan aplikasi
yang digunakan. Arsitektur teknologi ini menjelaskan tentang teknologi yang digunakan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil survey dan studi literatur tentang indutri perbankan memberikan informasi dalam
perancangan Enterprise Architecture yang terdiri dari beberapa tahapan perancangan
Architecture seperti arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, arsitektur informasi dan arsitektur
teknologi. Setelah melakukan perancangan arsitektur dilanjutkan dengan mencari gap dari
perancangan yang telah dilakukan implementasi. Kemudian dari penemuan gap maka ada tahap
implementasi dari arsitektur yang telah dibuat.
Bisnis arsitektur [19] dirancang dalam bentuk bisnis model kanvas yang terdiri dari
delapan komponen, yang dijelaskan pada gambar di bawah ini:

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 537

3.1. Business Vision

Gambar 2. Arsitektur Bisnis Perbankan

Customer Segments. Pada salah satu industri perbankan dapat membedakan pelanggan
menjadi lima golongan: (a) Debtor Customer, merupakan pelanggan yang menggunakan
produk pinjaman dari bank. Pelanggan ini dapat dibagi menjadi pelanggan ritel atau UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) dan pinjaman korporasi atau perusahaan. (2) Depositor
merupakan pelanggan atau nasabah yang menempatkan dananya pada bank dalam bentuk
simpanan. (3) Investor Customer merupakan nasabah yang berminat membeli produk investasi
dari bank. (4) Corporate Customer dan (5) Retail Customer.
Channels merupakan media untuk mempromosikan produk perbankan. Perusahaan
perbankan melakukan promosi produk dengan melakukan pembukaan kantor cabang, website
perusahaan, media social seperti di Twitter dan pembuatan brosur pemasaran.
Customer Relatinships, merupakan suatu aktifitas perbankan dalam menjalin hubungan
dengan pelanggan atau nasabah perbankan. Sedangkan untuk produk investasi, tanggung jawab
dilimpahkan kepada bagian Customer Relationship Management.
Value Propositions Bank harus menjadi daya tarik bagi calon nasalah perbankan. Inilah
salah metode pemasaran yang terbaik, selain mengenalkan produk-produk perbankan. Selain itu
pelayanan kepada nasabah dengan cara yang ramah, jasa keuangan atau bunga rendah dan
menghilangkan biaya administrasi.
Key Resources. Industri Perbankan didalam menjalankan kegiatan usahanya,
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan layanan dan product yang bagus.
Human Resources di perusahaan perbankan harus siap dengan melakukan terobosan dalam
menghadapi revolusi industri, Banking Products yang dapat selalu menciptakan layanan dan
product perbankan yang bagus dengan didukung oleh Information Technology Infrastructure.
Key Activities. Salah satu kegiatan perbankan berikutnya adalah (1) Financial Financing
adalah usaha perbankan yang berfungsi menyalurkan dana kepada nasabah. Misalnya
pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KPM), dan
lain-lain. (2) Fundraising merupakan usaha perbankan untuk melakukan pengumpulan dana
nasabah. Pengumpulan dana ini seperti tabungan, giro, dan deposito. (3) Risk Management

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
ear, implies research results (First Author)
538 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

merupakan penghitungan tingkat resiko dari kegiatan perbankan agar tetap terkendali dalam
menyalurkan redit kepada nasabah. (4) Forex (Foreign Exchange) merupakan layanan atau jasa
jual beli mata uang asing. (5) Promotion, kegiatan dari perbankan melakukan penawaran produk
kepada nasabah atau calon nasabah.
Revenue Streams. Perusahaan perbankan mepunyai banyak sumber pendapatan. Beberapa
pendapatan seperti Revenue, Revenue Model, Gross Margin, Credit Interest Income, Monthly
administration fee, Life time Value, Credit activity fee, Banking transaction services.
Semua kegiatan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
Cost Structure. Perusahaan perbankan juga mempunyai Cost Structure dimana semua
aktifitas pengeluaran diatur dalam Cost Structure. Berikut Cost Structure seperti: Distribution
costs, Funding interest expense, Customer Acquisition Costs, Operational expenses, Labor
expenses, Hosting untuk keperluan media penyimpanan system dan database.
Keys Partnership. Bank memiliki mitra dalam menjalankan usahanya, antara lain (1)
Nasabah, selain sebagai nasabah, nasabah dapat menjadi mitra. Misalnya sebagai media promosi
dan lain sebagainya. (2) Bank Indonesia, merupakan bank sentral Indonesia yang berperan
penting dalam menentukan kebijakan keuangan di Republik Indonesia serta menjaga agar
keuangan tetap stabil. Untuk memberikan laporan keuang perbankan, maka dibutuhkan system
aplikasi pelaporan kredit. (3) Financial Services Authority atau Otoritas Jasa Keuangan
mempunyai peranan sebagai pengawasan kegiatan sektor jasa keuangan guna menciptakan
sistem yang adil, transparan dan melindungi kepentingan pelanggan atau nasabah. OJK juga
mengharuskan perbankan untuk memberikan laporan secara perideo tertentu. (4) External Audit,
pihak perbankan juga menggunakan jasa perusahaan audit eksternal yang digunakan untuk
mengontrol dan memastikan proses perbankan berjalan sesuai dengan Standard Operation
Procedure perbankan serta dapat dipertanggungjawabkan. Karena bisnis perbankan adalah Trust
atau kepercayaan dari nasabah pengguna jasa keuangan. (5) Information Technology Vendor,
Dalam pelaksanaan operasional perbankan, selalu didukung oleh pihak vendor teknologi
informasi, supaya pihak perbankan bisa konsentrasi dalam melakukan kegiatan perbankan.
Tentunya pihak vendor diberikan perjanjian yang mengikat dan menjaga kerahasiaan
perbankan. Setiap periode tertentu perjanjian dengan pihak vendor dilakukan review dan audit
dari pihak perbankan untuk memastikan dukungan teknologi informasi dari pihak vendor.

3.2 Application Architecture


Arsitektur aplikasi menjelaskan system yang ada di perbankan, tetapi di penelitian ini
tidak menjelaskan keseluruhan dari system yang ada di perbankan. Alasannya adalah menjaga
kerahasiaan dalam bisnis di perbankan. Tetapi gambaran umum perbankan adalah penyimpanan
uang nasabah, penyaluran kredit, promosi dan jasa administrasi yang rendah. Sehingga
perbankan dapat menyalurkan kredit kepada calon debitur dengan jasa keuangan yang rendah.
Bagian teknologi informasi menggolongkan menjadi tujuh bagian sebagai berikut:
(I) System Executive Information, (II) System Payment, Audit, Reporting Bank Indonesia, (III)
System Customer Relationship Management, (IV) System Core Business, (V) System Asset
Management, (VI) System Internet and Mobile Banking, (VII) System Security, Support and
Monitoring.
(I) System Executive Information, merupakan system yang bertujuan untuk menyadikan
pelaporan yang bersifat summaries dari semua system aplikasi perbankan. Semacam dashboard
management, sehingga pimpinan perbankan dapat mengetahui informasi dengan bisnis
perbankan. Karena semua sistem aplikasi akan bermuara ke dalam system ini. Ada dua sistem
ini yaitu AM1, Smart Executive Inventory, Asset dan Ratio dan AM2 Smart Executive Finance
and Performance Report.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 539

Gambar 3. Arsitektur Aplikasi

(II) System Payment, Audit, Reporting Bank Indonesia. Merupakan sistem informasi yang
bertujuan untuk kegiatan perbankan dengan pihak eksternal. Seperti: BJ 1. Smart Reporting
Indonesian Bank dan OJK Sistem. Yang bertujuan untuk melaporkan kegiatan kredit dan
penggunaan pengumpulan dana nasbah (deposito, giro dan tabungan).
(III) System Customer Relationship Management [20]. Merupakan sistem informasi yang
bertujuan untuk pelayanan ke pelanggan atau nasabah perbankan. Sistem ini seperti DJ 1. Smart
Portal, KPI and Sales Force, sistem ini juga sebagai media promosi produk perbankan. DJ 2.
Smart Customer Relationship Management, sistem ini merupakan layanan kepada nasabah atau
pelanggan perbankan.
(IV) System Core Business [21], [22]. Merupakan kumpulan sistem inti dari perbankan.
Salah satu layanan utama dari Banking adalah pengumpulan dana dan penyaluran kredit.
Layanan-layanan sistem informasi seperti KJ 1. Smart Funding, Guarantee System, KJ2, Smart
Risk and Investment System, KJ 3. Smart Data Warehouse System.
(V) System Asset Management [23]. Merupakan kumpulan sistem yang bertujuan untuk
mengelola Asset perbankan. Berikut kumpulan sistem aplikasi seperti: HT 1. Fraud Detection,
Anti Money Laundering, untuk mendeteksi kecurangan keuangan. HT 2. Smart Finance, Human
Resource, Treasury Report, untuk mengelola keuangan, mengelola sumber daya manusia yang
melakukan operasional industri perbankan. System Treasury Report, untuk mengelola asset dan
mengembangkan asset menjadi lebih produktip.
(VI) System Internet and Mobile Banking. Merupakan kumpulan sistem aplikasi dengan
memanfaatkan media internet sebagai hubungan antara bisnis perbankan dan pihak customer
atau pihak eksternal lainnya. Berikut sistem aplikasi berbasis internet: HI 1. Smart Internet
Banking, aplikasi ini digunakan untuk pelayanan perbankan dengan layanan berbasis internet.
Salah satu layanannya adalah menggunakan computer atau laptop dan melakukan transaksi
perbankan tanpa harus mengunjungi kantor bank. Bisa dilakukan selama 24 jam. HI 2. Smart
Mobil Banking, layanan sistem aplikasi perbankan dengan menggunakan perangkat Mobile

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
ear, implies research results (First Author)
540 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

Phone. Pelanggan menginstall Mobile Apps perbankan dan melakukan transaksi perbankan
dengan Mobile Phone. HI 3. Smart Virtual Branch, HI 4. Queue Teller Management System
(VII) System Security, Support and Monitoring. Merupakan kumpulan sistem aplikasi
yang bersifat Supporting dalam mendukung operasional perbankan.
DA 1. Security Monitoring. Aplikasi ini berguna untuk mendeteksi serangan siber atau
gangguan pada perangkat Data Center pada perbankan. Oleh karena itu dengan adanya aplikasi
monitoring ini diharapkan mampu mendeteksi serangan siber di perbankan. DA 2. Network
Monitoring. Sistem aplikasi ini berguna untuk melakukan monitoring pada jaringan perbankan,
diharapkan dari sistem ini agar dapat melakukan monitoring jaringan. DA 3. ATM Monitoring,
sistem ini mampu melakukan monitoring terhadap kondisi mesin ATM, isi uang di ATM. Dari
informasi monitoring ini, bagian pengisian uang ATM dapat segera melakukan pengisian,
sekaligus melakukan perbaikan atau maintenance terhadap ATM tersebut. DA 4. Device ATM
System, Monitoring. Salah satu monitoring ini berguna untuk memantau peralatan, seperti
memantau kondisi ATM bila terjadi perusakan atau pencurian

3.3. Information Architecture


Arsitekture informasi adalah sistem yang mengatur media penyimpanan dari aktifitas
yang dihasilkan oleh sistem aplikasi. Oleh karena pengelompokan dataset sangat penting yaitu
untuk keperluan maintenance dan mengelola database.
Arsitektur informasi secara fungsi dikelompokan dalam lima bagian utama. Bagian atas
untuk melakukan kegiatan reporting atau Executive Information System. Ada dua kelompok,
kelompok pertama untuk menyajikan informasi mengenai Inventory, Asset dan Capital
Adequacy Ratio perbankan. Kelompok kedua untuk menyajikan informasi mengenai Financé
dan Performance Report dari perbankan.
Bagian kanan dari arsitektur informasi digunakan untuk pelayanan nasabah perbankan,
dan terdapat hubungan database dengan database Executive Reporting. Berikut arsitektur
informasion yang berhubungan dengan pelayanan nasabah perbankan: Db 9. Internet banking,
Semua aktifitas yang berhubungan dengan internet banking disimpan ke dalam database
Internet Banking. Termasuk dalam relasi antar database juga dikelompokan dalam database
customer. DB 11 Virtual branch, system aplikasi ini menangani masalah kantor cabang secara
virtual, databasenya juga tersambung dengan Database Core Banking. DB 13 ATM monitoring,
DB 12 Queueu Teller management System, menampung aliran data dari kegiatan antrian
pelayanan dengan kasir bank.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 541

Gambar 4. Arsitektur Informasi

Bagian tengah berisikan arsitektur informasi untuk DB6 Risk and Investment, DB7
Funding-Safe-Deposit, DB8. Warehouse. Arsitektur informasi DB6 Risk and Investment
terdapat relation database dengan Database Funding dan Database Warehouse. Relational atau
hubungan ini dimaksudkan untuk keperluan dari proses sistem yang lain.
Bagian kiri berisikan arsitektur informasi tentang DB3 Indonesia Bank and OJK, DB4
Payment dan Colateral sistem dan DB5. Audit sistem. Pada arsitektur informasi ini juga terdapat
hubungan atau relasi dengan database yang lainnya.
Bagian bawah merupakan arsitektur informasi tentang Db 19 Portal, KPI, Sales Force;
Db 18 Customer Relationship Management; Db 17 Fraud Detection, Anti Money Laundering
[24]; Db 16 Finance, Human Resource, Treasury; Db 15 All device monitoring tools; Db 14
Network Monitoring dan Db 13 ATM Monitoring. Bagian arsitektur ini bertujuan untuk
mengelompokan dengan sistem informasi yang bersifat internal.

3.4. Teknology Architecture


Arsitektur teknologi merupakan perancangan perangkat keras, seperti server, perangkat
network, system operasi dan virtualisasi. Dalam penelitian ini terdapat lima kelompok utama
perangkat keras yang menangani kegiatan perbankan. Kelima kelompok akan diuraikan sebagai
berikut:
Kelompok Executive Reporting, merupakan arsitekture teknologi yang menangani sistem
aplikasi reporting. Didalamnya terdapat summaries dari seluruh aplikasi yang ada di dalam
teknologi perbankan. Server Backup juga terdapat pada kelompok Executive Reporting dan
melakukan backup terhadap Primary Server.
Bagian kanan dari arsitektur teknologi yang berhubungan dengan pelanggan. Arsitektur
ini seperti beberapa server perlu dilakukan dengan pengamanan atau Cyber Security, karena
secara sistem, server ini melayani langsung dengan eksternal jaringan atau internet. Penguatan
dari arsitekture teknologi harus dapat mengantisipasi serangan dari luar jaringan.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
ear, implies research results (First Author)
542 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

Gambar 5. Arsitektur Teknologi

Bagian tengah dari arsitektur teknologi dirancangan dengan penggunaan pengamanan


perangkat keamanan. Perangkat keamanan seperti Intrusion Detection System berguna dalam
mendeteksi serangan, malware dan lain-lain. Perangkat Intrusion Prevention System berguna
dalam memproteksi serangan, seperti serangan jaringan, malware dan lain-lain. Selain itu juga
dilengkapi dengan monitoring dari Intrusion Detection dan Prevention. Penguatan inilah yang
harus dilakukan, karena perbankan harus melakukan perubahaan menghadapi revolusi industry
era 4.0 maka hal ini perlu dilakukan.
Bagian kiri dari arsitektur teknologi adalah Indonesian Bank and OJK Server; Payment
and Collateral Server; Risk and Investment Server; API Integration and Audit Server; Funding,
safe-deposit and Guarantee Server
Bagian bawah dari arsitektur teknologi adalah Portal, KPI, Sales Force Server; Customer
Relationship Management Server; Fraud Detection, Anti Money Laundering Server; Finance,
Human Resource, Treasury Server; All device monitoring tools server; Network Monitoring
Sever; ATM Monitoring Server

3.5. Opportunities and Solutions


Tujuan dari tahapan Opportunities and Solutions [25] adalah untuk melakukan evaluasi
dan pemilihan cara melakukan implementasi dari arsitektur seperti Arsitektur Bisnis, Arsitektur
Informasi dan Arsitektur Teknologi.
Dari hasil investigasi atau pengamatan langsung mengenai industry perbankan dapat
dilakukan identifikasi mengenai kurang kuatnya pengamanan tentang sistem yang ada
diperbankan. Tanpa menyebut nama perusahaan perbankan, masih ada beberapa perbankan
yang belum melakukan penguatan terhadap masalah keamanan sistem. Secara umum masih
terdapat beberapa ancaman dari eksternal yang mencoba masuk ke dalam sistem.
Dari hasil investigasi terdapat masalah atau gap di bidang keamanan sistem, hal ini yang akan
merugikan nasabah jika industri perbankan tidak memperkuat adanya sistem keamanan jaringan
dan sistem.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 543

Beberapa langkah solusi terhadap masalah keamanan jaringan dan sistem adalah:
1. Dengan melakukan evaluasi mengenai bidang keamaan jaringan dan sistem, seperti
melakukan Penetration Testing untuk semua aspek baik perangkat jaringan, sistem aplikasi
dan lain-lain termasuk evaluasi terhadap Standard Operation Procedure.
2. Jika sudah dilakukan evaluasi, langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan atas temuan
dari hasil evaluasi.
3. Lankah berikutnya adalah penguatan atau Hardening dari sistem aplikasi, jaringan dan
Standard Operating Procedure.
4. Perbaikan terhadap SOP perlu dilakukan evalusi, salah satunya adalah memperbaiki SOP
dengan para vendor teknologi informasi dengan melakukan Non-Disclosure Agreement
(NDA) untuk pencegahan kebocoran informasi mengenai sistem yang ada di perbankan.

3.6. Implementation Governance


Tahap Implementation Governance [26], [27] merupakan tahapan memulai pelaksanaan
atau implementasi dari rencana yang sudah dihasilkan dari tahapan sebelumnya. Strateginya
adalah pelaksanaan mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, arsitektur informasi,
arsitektur teknologi serta opportunities dan solutions. Mengingat pelaksanaan dari perencanaan
membutuhkan waktu yang tidak sedikit, maka langkahnya adalah pentahapan dari setiap
perencanaan.
Tahapan pelaksanaan awal dapat dilakukan dengan menyiapkan dan melakukan evaluasi
dari arsitektur bisnis, karena arsitektur ini berkaitan dengan kegaiatan bisnis perbankan
menghadapi revolusi industry era 4.0. Penyesuaian perbankan adalah memodifikasi dan
menambahkan fitur-fitur untuk kebutuhan yang berkembang saat ini. Terutama bagaimana
memodifikasi tentang bisnis perbankan sesuai dengan kebutuhan yang berkembang saat ini dan
dimasa mendatang.
Tahapan berikutnya adalah arsitektur aplikasi dan arsitekture informasi dapat
dilaksanakan secara bersamaan. Tahapan berikutnya melakukan modifikasi dan penambahan
infrastruktur terutama penguatan keamanan jaringan dan sistem. Tahapan arsitektur teknologi
ini mutlak atau sebagai perioritas utama, mengingat sistem informasi perbankan diakses secara
terbuka melewati media internet

4. KESIMPULAN

Dunia perbankan dalam menghadapi revolusi industri harus melakukan terobosan agar
tidak ditinggalkan nasabah. Karena saat ini market keuangan tidak hanya perbankan saja yang
dapat menyalurkan kredit kepada masyarakat. Kehadiran industri Fintech menambah persaingan
untuk mengambil pasar keuangan. Apalagi kemudahan fasilitas yang digunakan oleh fintech
juga semakin digemari oleh masyarakat. Pelayanan mulai dengan kemudahan membayar sistem
aplikasi transportasi, berbelanja online, kemudahan menyalurkan kredit, menjadikan industri
Fintech berkembang pesat. Jika perusahaan perbankan tidak siap dalam menghadapi kemajuan
industri Fintech, maka dapat dipastikan bahwa market perbankan mulai diambil oleh
pesaingannya. Sekarang ini industri Fintech masih mengambil pasar ritel, bukan berarti pasar
korporat tidak diambil. Kalau perbankan tidak siap, maka di waktu mendatang market korporat
dapat diambil oleh perusahaan Fintech.
Persiapan dalam menghadapi persaingan di industri keuangan, mengakibatkan perusahaan
harus melakukan perubahan. Pembahasan arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, arsitetur
informasi dan arsitektur teknologi ditujuan untuk menghadapi revolusi industri era 4.0. Didalam
arsitektur teknologi juga dibahas mengenai keamanan sistem dan jaringan, mengingat revolusi

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
ear, implies research results (First Author)
544 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

industry ini mengharus bank mendekati masyarakat. Maka dalam melindungi sistem dan
jaringan diimplementasikan Cyber Security Hardening atau penguatan untuk keamanan jaringan
dan sistem.
Pelaksanaan dalam mengimplementasikan arsitektur membutuhkan langkah strategi dan
disusun supaya dalam implementasi, system aplikasi dan jaringan tidak terganggu. Strategi yang
matang akan menghasilkan perencanaan dan imlementasi yang bagus. Mengingat sistem
perbankan tidak boleh terganggu dalam operasional sehari-hari.

5. SARAN

Penelitian ini masih membahas mengenai Enterprise Architecture, dimana masih


membahas seputar mengenai IT Planning. Penelitian ke depan dapat dilanjutkan dengan IT
Service dan COBIT.

DAFTAR PUSTAKA

[1] X. He, D. Xiong, W. M. S. Khalifa, and X. Li, 2021, “Chinese Banking Sector: A Major
Stakeholder In Bringing Fourth Industrial Revolution In The Country,” Technol.
Forecast. Soc. Change, Vol. 165, No. December 2020, p. 120519, doi:
10.1016/j.techfore.2020.120519.

[2] X. Wang, R. Sadiq, T. M. Khan, and R. Wang, 2021, “Industry 4.0 and intellectual
Capital In The Age of FinTech,” Technol. Forecast. Soc. Change, Vol. 166, No. May
2020, doi: 10.1016/j.techfore.2021.120598.

[3] M. Tavana, V. Hajipour, and S. Oveisi, 2020, “IoT-Based Enterprise Resource Planning:
Challenges, Open Issues, Applications, Architecture, and Future Research Directions,”
Internet of Things, Vol. 11, p. 100262, doi: 10.1016/j.iot.2020.100262.

[4] D. Hindarto, R. E. Indrajit, and E. Dazki, 2021, “Sustainability of Implementing


Enterprise Architecture in The Solar Power Generation Manufacturing Industry,”
Sinkron, Vol. 6, No. 1, pp. 13–24, [Online]. Available:
https://jurnal.polgan.ac.id/index.php/sinkron/article/view/11115.

[5] L. M. van der Heide, L. C. Coelho, I. F. A. Vis, and R. G. van Anholt, 2020,
“Replenishment and Denomination Mix Of Automated Teller Machines With Dynamic
Forecast Demands,” Comput. Oper. Res., Vol. 114, doi: 10.1016/j.cor.2019.104828.

[6] M. Naeem and W. Ozuem, 2021, “The Role of Social Media In Internet Banking
Transition During COVID-19 Pandemic: Using Multiple Methods and Sources In
Qualitative Research,” J. Retail. Consum. Serv., Vol. 60, No. October 2020, p. 102483,
doi: 10.1016/j.jretconser.2021.102483.

[7] P. Goyal, A. K. Sahoo, and T. K. Sharma, 2019, “Internet of Things: Architecture and
Enabling Technologies,” Mater. Today Proc., Vol. 34, no. xxxx, pp. 719–735, doi:
10.1016/j.matpr.2020.04.678.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E- ISSN 2503-2933 545

[8] F. Khanboubi, A. Boulmakoul, and M. Tabaa, 2019, “Impact of Digital Trends Using IoT
on Banking Processes,” Procedia Comput. Sci., Vol. 151, pp. 77–84, doi:
10.1016/j.procs.2019.04.014.

[9] D. Kiwia, A. Dehghantanha, K. K. R. Choo, and J. Slaughter, 2018, “A Cyber Kill Chain
Based Taxonomy of Banking Trojans for Evolutionary Computational Intelligence,” J.
Comput. Sci., Vol. 27, pp. 394–409, doi: 10.1016/j.jocs.2017.10.020.

[10] S. Hasan, M. Ali, S. Kurnia, and R. Thurasamy, 2021, “Evaluating The Cyber Security
Readiness of Organizations and Its Influence On Performance,” J. Inf. Secur. Appl., Vol.
58, p. 102726, doi: 10.1016/j.jisa.2020.102726.

[11] P. Schulte, 2018. Mobile Technology: The New Banking Model Connecting Lending to
the Social Network, 1st ed., Vol. 2. Elsevier Inc.,

[12] S. Bondar, J. C. Hsu, A. Pfouga, and J. Stjepandić, 2017, “Agile Digital Transformation
of System-of-Systems Architecture Models Using Zachman Framework,” J. Ind. Inf.
Integr., Vol. 7, pp. 33–43, doi: 10.1016/j.jii.2017.03.001.

[13] B. Dantu and E. Smith, 2011, “Medical Process Modeling With A Hybrid System
Dynamics Zachman Framework,” Procedia Comput. Sci., Vol. 6, pp. 76–81, doi:
10.1016/j.procs.2011.08.016.

[14] M. Rico, M. L. Caliusco, O. Chiotti, and M. R. Galli, 2014, “Onto Qualitas: A


Framework for Ontology Quality Assessment In Information Interchanges Between
Heterogeneous Systems,” Comput. Ind., Vol. 65, No. 9, pp. 1291–1300, doi:
10.1016/j.compind.2014.07.010.

[15] W. Han, J. Xue, Y. Wang, F. Zhang, and X. Gao, 2021, “APT MalInsight: Identify and
Cognize APT Malware Based On System Call Information and Ontology Knowledge
Framework,” Inf. Sci. (Ny)., Vol. 546, pp. 633–664, doi: 10.1016/j.ins.2020.08.095.

[16] R. Villalta, 2015, “Enterprise Architecture In The Peruvian Banking,” CISCI 2015 -
Decima Cuarta Conferencia Iberoamericana en Sistemas, Cibernetica e Informatica,
Decimo Segundo Simposium Iberoamericano en Educacion, Cibernetica e Informatica,
SIECI 2015 - Memorias. pp. 269–274, [Online]. Available:
https://api.elsevier.com/content/abstract/scopus_id/84959359455.

[17] E. Wijaya and P. M. Ariyani, 2018, “Pengaruh Service Marketing Mix Terhadap
Keputusan Nasabah Untuk Menabung pada PT. Bank Mayapada Internasional TBK
Cabang A.Yani Pekanbaru,” J. Econ. Bussines Account., Vol. 1, No. 2, pp. 283–296, doi:
10.31539/costing.v1i2.263.

[18] T. W. Sagala, E. A. Manapa, V. Y. P. Ardhana, and G. Lewakabessy, 2020,


“Perbandingan Implementasi Manajemen Pengetahuan pada Berbagai Industri,” JTIM
J. Teknol. Inf. dan Multimed., Vol. 1, No. 4, pp. 327–335, doi: 10.35746/jtim.v1i4.69.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
ear, implies research results (First Author)
546 Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 9, No. 1, Maret 2022, Hal. 533-546 E-ISSN 2503-2933

[19] V. Řepa and O. Svatoš, 2019, “Model Consistency As A Tool For Digital Business
Architecture Verification,” Procedia Comput. Sci., Vol. 159, pp. 2144–2153, doi:
10.1016/j.procs.2019.09.388.

[20] M. M. Asad, N. S. Mohajerani, and M. Nourseresh, 2016, “Prioritizing Factors Affecting


Customer Satisfaction in The Internet Banking System Based on Cause and Effect
Relationships,” Procedia Econ. Financ., Vol. 36, No. 16, pp. 210–219, doi:
10.1016/s2212-5671(16)30032-6.

[21] A. O. Laplume and P. Dass, 2015, “Outstreaming for Ambidexterity: Evolving a Firm’s
Core Business from Components to Systems by Serving Internal and External
Customers,” Long Range Plann., Vol. 48, No. 3, pp. 135–150, doi:
10.1016/j.lrp.2014.03.002.

[22] D. A. Mirchandani and A. L. Lederer, 2014, “The Impact Of Core And Infrastructure
Business Activities On Information Systems Planning and Effectiveness,” Int. J. Inf.
Manage., Vol. 34, No. 5, pp. 622–633, doi: 10.1016/j.ijinfomgt.2014.06.001.

[23] M. Al-Kasasbeh, O. Abudayyeh, and H. Liu, 2021, “An Integrated Decision Support
System For Building Asset Management Based on BIM and Work Breakdown Structure,”
J. Build. Eng., Vol. 34, No. October, p. 101959, doi: 10.1016/j.jobe.2020.101959.

[24] J. Domashova and N. Mikhailina, 2021, “Usage of Machine Learning Methods For Early
Detection of Money Laundering Schemes,” Procedia Comput. Sci., Vol. 190, No. 2020,
pp. 184–192, doi: 10.1016/j.procs.2021.06.033.

[25] P. Desfray and G. Raymond, 2014, “Models for Phase E,” Model. Enterp. Archit. with
TOGAF, pp. 207–211, doi: 10.1016/b978-0-12-419984-2.00011-2.

[26] R. Ansyori, N. Qodarsih, and B. Soewito, 2018, “A Systematic Literature Review:


Critical Success Factors to Implement Enterprise Architecture,” Procedia Comput. Sci.,
Vol. 135, pp. 43–51, doi: 10.1016/j.procs.2018.08.148.

[27] C. L. Wilkin, P. K. Couchman, A. Sohal, and A. Zutshi, 2016, “Exploring Differences


Between Smaller and Large Organizations’ Corporate Governance of Information
Technology,” Int. J. Account. Inf. Syst., Vol. 22, pp. 6–25, doi:
10.1016/j.accinf.2016.07.002.

Syafi’e, et., al [Kesiapan Teknologi Informasi Perbankan Hadapi Revolusi Industri Era 4.0]
IJCCS Vol. x, No _page

Anda mungkin juga menyukai