Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KESIAPAN DAN PEMAHAMAN AUDITOR DAN AKUNTAN DI

PALEMBANG MENGENAI TEKNOLOGI BLOKCHAIN BERDASARKAN


PENERAPANNYA DI SEKTOR KEUANGAN

Proposal Penelitian Oleh:


FRISTYAINI SALSABILLA
01031281722045
Jurusan Akuntansi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Akuntansi

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era digital saat ini, pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi sedang
berkembang dengan sangat pesat. Teknologi sudah terbukti dapat mempermudah hidup
manusia. Teknologi informasi dan komunikasi sendiri tidak lepas dari kehidupan masyarakat.
Perkembangan teknologi dari dulu tidak akan pernah berhenti, malah, akan semakin
bertambah dan berkembang dengan sangat pesat. Pemanfaatan teknologi sendiri sudah
diterapkan di berbagai kalangan, salah satunya di perusahaan. Teknologi informasi sangat
memiliki peranan penting di dalam perusahaan, fungsi teknologi informasi dalam perusahaan
antara lain adalah untuk membantu pengambilan keputusan dalam memberikan hasil
keputusan yang efektif dan bersikap objektif (Purba 2018). Semakin canggih teknologi yang
digunakan perusahaan tersebut, maka akan semakin mudah dan efisien kegiatan operasional
di dalam perusahaan tersebut.
Perkembangan teknologi yang signifikan memunculkan isu yang sedang hangat saat ini,
dikenal sebagai Revolusi Industri 4.0. Perkembangan teknologi di revolusi 4.0 sendiri
ditandai dengan 9 fondasi kemajuan teknologi, yaitu, (1) big data dan analitik, dimana di
dalam konteks industri 4.0, pengumpulan data yang komprehensif, dapat membantu
manajemen untuk mengambil keputusan yang tepat, (2) Robot Otomatis, robot-robot yang
telah ada untuk membantu manusia mempermudah pekerjaannya, di upgrade agar lebih
fleksibel dan mudah digunakan, (3) Simulasi, misalnya teknologi 3D akan membantu
membuat simulasi untuk perakitan sebuah produk, sehingga hasilnya akan langsung terlihat
tanpa mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan simulasi yang sebenarnya, (4)
Integrasi horizontal dan vertikal, menyediakan workspace agar mempermudah berbagai
perusahaan untuk saling bertukar data dan menjalin kolaborasi, (5) The industrial internet of
things, beberapa peralatan produksi, termasuk produk setengah jadi, akan dikomputerisasi
dan di hubungkan dengan teknologi standar. Hal ini memungkinkan agar peralatan yang telah
tersambung bisa terhubung dan berinteraksi dengan lebih terkontrol, (6) Cybersecurity, data
operasional dan perusahaan akan lebih aman, (7) The Cloud, beberapa perusahaan telah
mengaplikasikan cloud-based software untuk menganalisis dan menyimpan data, dan sistem
itu sendiri akan lebih dikembangkan di industri 4.0 ini, (8) Additive Manufacturing, dan (9)
Augment Reality. (Rüßmann 2015). (Burritt and Christ 2016) (dalam Lee et al., 2014 p.5)
menjelaskan bahwa revolusi industri 4.0 adalah kemajuan teknologi yang memungkinan
bisnis untuk membagi data secara real time dan menggunakan smart network untuk
mengembangkan tingkat kesadaran diri yang sebelumnya tidak memungkinkan. Selain itu
juga, dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dalam perusahaan sektor
manufaktur.
Salah satu produk dari revolusi industri 4.0 adalah teknologi blokchain. Menurut artikel
(Chartered Professional Accountants Canada 2018), teknologi blockchain adalah sistem yang
berisi data-data atau bisa disebut sebagai buku besar digital yang menyimpan seluruh bukti
transaksi dari berbagai macam sektor industri yang dapat di akses lewat jaringan internet.
Teknologi blockchain mencakup pengimplikasian untuk memproses data, transmisi,
penyimpanan, dan keamanan data.(Liu and Xu n.d.). Selain itu pemanfaatan teknologi
blokchain salah satunya adalah untuk mengurangi resiko terjadinya eror dalam penyimpanan
data dan mengamankan data (Anderson and Smith 2018)
Teknolgi blockhain saat ini sudah diaplikasikan dan dikembangkan dalam beberapa
perusahaan yang berbasis keuangan di luar negeri (Pimentel and Boulianne 2019) (dalam
Meszaros et al., 2016) menyatakan bahwa beberapa perusahaan tradisional, termasuk
perbankan, dan firma akuntansi, contohnya Deloitte Rubix Project atau EY Ops Chain
(Pimentel and Boulianne 2019) merupakan pusat pengembangan teknologi blockhain. Saat
ini, di Indonesia sendiri, teknologi blockhain masih termasuk hal yang sangat baru, sehingga
penggunaannya dalam perusahaan di Indonesia masih terbilang sangat sedikit. Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) seperti yang ditulis dalam berita online DetikFinance
menyatakan sedang mengkaji teknologi blockchain untuk diterapkan di sektor logistik.
Karena teknologi Blockchain bisa diterapkan di berbagai sektor industri, maka, teknologi
juga bisa membantu proses auditing dan pencatatan laporan keuangan, (Jackson 2018) Salah
pemanfaatan teknologi blockchain dalam sektor keuangan khususnya untuk mencat laporan
keuangan adalah membuat laporan keuangan berdasarkan buku besar triple-entry accounting,
triple-entry accounting ini dibuat dengan menggunakan sistem blockchain yang dapat
mengurangi resiko salah catat. (Alboaie et al. 2018).
Kemunculan teknologi blockhain ini diprediksi akan mengancam profesi akuntansi. Hal
ini terbukti dari definisi revolusi industri 4.0 sendiri yang dimana seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya merupakan kemajuan teknologi. Lebih tepatnya adalah
pengdigitalisasian atau pengkomputerisasian beberapa pekerjaan. Pencatatan laporan
keuangan yang awalnya dikerjakan oleh manusia, akibat dari revolusi industri ini, pencatatan
akan beralih ke sistem, karyawan tidak perlu kesulitan untuk menginput data. Dengan kata
lain, praktek akuntansi sendiri akan semakin sederhana dan mudah, sehingga, orang yang
tidak mengerti tentang akuntansi saja dapat menguasai teknologi tersebut dan mengurangi
lapangan pekerjaan bagi sarjana akuntansi. Bagi profesional akuntan, apabila mereka tidak
menguasai teknologi tersebut, maka, pekerjaan para profesional tersebut akan terancam.
Efek yang mengganggu dari munculnya teknologi blockchain dalam sektor keuangan
sudah menyebar dengan sangat luas, namun kesadaran dan pemahaman akan teknologi ini
sendiri di sektor keuangan dan profesinya masih terbilang sangat rendah (Nathalie 2018).
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat tingkat kesiapan
dan pemahaman akuntan dan auditor mengenai teknologi blockchain. Karena teknologi
blockchain sendiri belum banyak diterapkan di Indonesia, dan apakah teknologi tersebut
sudah relevan untuk diterapkan di Indonesia khususnya di kota Palembang. Peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Analisis kesiapan dan
pemahaman Akuntan dan Auditor di Palembang mengenai Teknologi Blockchain
berdasarkan Penerapannya di Sektor Keuangan.”

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kesiapan dan pemahaman akuntan dan auditor di Palembang mengenai
teknologi Blockchain berdasarkan penerapannya di sektor keuangan?
2. Apakah teknologi blockchain sudah relevan untuk diterapkan di Indonesia
khususnya perusahaan di kota Palembang?

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki beberapa bertujuan,
yaitu:
1. Untuk melihat tingkat kesiapan dan pemahaman akuntan dan auditro di
Palembang mengenai teknologi blockchain berdasarkan penerapannya di sektor
keuangan.
2. Untuk mengetahui apakah teknologi blockchain sudah relevan untuk diterapkan di
Indonesia khususnya perusahaan di kota Palembang?

1.3 Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan
manfaat antara lain :

1.3.1 Manfaat Akademik


1. Memberikan pengetahuan tambahan dan perluasan wawasan tentang teknologi
blockchain dan penerapannya di dalam sektor keuangan. Dalam hal ini,
khususnya mengenai pelaporan keuangan.
2. Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dan informasi tambahan untuk
penelitian selanjutnya yang mengkaji topik yang sama dengan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini.
1.3.2 Manfaat Praktis
Mampu memberikan informasi untuk bagi profesi akuntansi dan mahasiswa
akuntansi tentang penerapan teknologi blockchain yang akan segera dilakukan dan
diterapkan, agar dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengetahui
teknologi yang sedang berkembang sekarang serta mempersiapkan diri untuk
menghadapi dunia akuntansi kedepannya yang akan semakin canggih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan
dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi
berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi
bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah
tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel) (Sawyer 2007).
Beberapa bidang modern hasil dari pengembangan teknologi informasi sendiri adalah
teknologi web, cloud-computing, sistem informasi global, skala besar berbasis ilmu
pengetahuan, dan lain lain. (Suryana 2012)

2.1.2 Teknologi Blockchain


Menurut artikel (Chartered Professional Accountants Canada 2018), teknologi
blockchain adalah sistem yang berisi data-data atau bisa disebut sebagai buku besar
digital yang menyimpan seluruh bukti transaksi dari berbagai macam sektor industri
yang dapat di akses lewat jaringan internet. Teknologi blockchain mencakup
pengimplikasian untuk memproses data, transmisi, penyimpanan, dan keamanan
data.(Liu and Xu n.d.). Selain itu pemanfaatan teknologi blokchain salah satunya
adalah untuk mengurangi resiko terjadinya eror dalam penyimpanan data dan
mengamankan data (Anderson and Smith 2018)
Teknologi blockhain saat ini sudah diaplikasikan dan dikembangkan dalam
beberapa perusahaan yang berbasis keuangan di luar negeri (Pimentel and Boulianne
2019) (dalam Meszaros et al., 2016) menyatakan bahwa beberapa perusahaan
tradisional, termasuk perbankan, dan firma akuntansi, contohnya Deloitte Rubix
Project atau EY Ops Chain (Pimentel and Boulianne 2019) merupakan pusat
pengembangan teknologi blockhain.
2.1.2.1 Sistem Teknologi Blockchain
Sistem Blockchain terdiri dari dua jenis Record, transaksi dan blok. Transaksi
ini disimpan secara bersama-sama dalam satu blok. Hal yang unik dari Blockchain
adalah setiap blok berisi algoritma kriptografi sehingga membentuk jaringan.
Fungsi algoritma kriptografi melakukan pengambilan data dari blok sebelumnya
dan mengubahnya menjadi Compact String. Stringini memungkinkan sistem bisa
mudah mendeteksi adanya sabotase. Karena setiap blok baru harus memenuhi
persyaratan dalam rantai atau jaringan, maka tidak ada yang bisa menimpa
transaksi sebelumnya.Persyaratan transaksi lainnya, yaitu dapat digunakan untuk
menentukan datayang valid. Di Bitcoin, misalnya, transaksi yang valid harus
ditandatangani secara digital, dan harus mengeluarkan satu atau lebih output yang
tidak terpakai dari transaksi sebelumnya, serta jumlah keluaran transaksi tidak
dapat melebihi jumlah input. Karena sistem proteksi kriptografi yang canggih,
Blockchainmenawarkan pengalaman yang jauh lebih aman daripada perbankan
tradisional. Fakta bahwa teknologiBlockchainterdesentralisasi, dan tidak dapat
diubah atau diedit membuatnya ideal untuk transaksi keuangan dan penyimpanan
informasi penting. (Fauzan 2018)

2.1.3 Auditor
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik, pengertian auditor adalah seseorang
atau lebih yang memiliki keahlian dan juga pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.

2.1.3.1 Jenis-jenis auditor


Menurut Arens, Elder dan Beasley (2012:14), ada sekitar 4 (empat) jenis auditor yaitu
Auditor publik, auditor pemerintah, auditor pajak dan auditor internal

1. Auditor publik terdaftar


Seorang auditor publik menjual jasanya terutama dalam bidang pemeriksaan
laporan keuangan kliennya dan biasanya juga menjual jasa konsultasi pajak,
konsultasi di bidang manajemen, penyusunan sistem akuntansi dan juga penyusunan
laporan keuangan.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah seorang auditor yang bekerja untuk pemerintah
yang memiliki tugas yang sama dengan tugas seorang akuntan publik. Selain
melakukan audit informasi laporan keuangan, auditor pemerintah juga sering
melakukan evalusai terhadap efisiensi dan efektivitas operasional program
pemerintah dan BUMN.
3. Auditor pajak
Auditor pajak merupakan auditor khusus didalam Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan penyidikan pajak.
Tanggung jawab auditor pajak adalah melakukan audit terhadap wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah wajib pajak tersebut telah memenuhi ketentuan
undang-undang perpajakan.
4. Auditor Internal
Auditor internal adalah audit yang bekerja pada perusahaan dan memiliki
tanggung jawab untuk melakukan audit untuk kepentingan perusahaan. Seorang
auditor internal harus dapat memberikan informasi bagi manajemen dengan tujuan
untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
Ke empat jenis auditor diatas memiliki perbedaan yang terletak pada tugas,dan
tempat mereka bertugas untuk melakukan audit.

2.1.3.2 Kompetensi Auditor


Menurut Sri Kurnia Rahayu dan Ely Suharyati (2010), Komponen kompetensi seorang
auditor terdiri atas komponen pendidikan, komponen pengetahuan dan komponen
pelatihan
1. Komponen Pendidikan
Kemapuan dalam bidang akuntansi dan auditing bisa diperoleh dari pendidikan
formal yang kemudian dapat dikembangkan melalui pengalaman dan praktik audt.
Agar auditor dapat memenuhi persyaratan sebagai auditor profesioal, auditor harus
menjalankan pelatihan teknis yang cukup. Berdasarkan dari hal tersebut, komponen
pendidikan ini dapat berasal dari pendidikan formal, pelatihan ataupun pendidikan
berkelanjutan.
2. Komponen Pengetahuan
Pengetahauan seorang auditor dapat di ukur dari tingkat pendidikannya sehingga
seorang auditor yang memiliki banyak pengetahuan dalam bidangnya maka dia
dapat mendalami masalah lebih mendalam. Selain itu seorang auditor juga dapat
lebih mudah untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin kompleks.

Definisi pengetahuan dalam ruang lingkup audit adalah kemampuan auditor dalam
menguasai dan memerikasa laporang keuangan perusahaan. Setidaknya ada 5 (lima)
pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu :
a. Pengetahuan tentang pengauditan umum
Contoh pengetahuan ini diantaranya seperti risiko audit dan prosedur audit yang
biasanya bisa di dapat oleh auditor dalam pendidikan formal atau dalan pelatihan-
pelatihan.
b. Pengetahuan wilayah fungsional
Maksud dari pengetahuan area fungsional ini adalah pengetahuan fungsional seperti
pengauditan dengan menggunakan komputer.
c. Pengetahuan tentang isu akuntansi terbaru
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan tentang isu-isu akuntansi terbaru yang
bisa doperoleh oleh audior dalam pelatihan profesioanal yang dijalankan secara
berkelanjutan.
d. Pengetahuan tentang industri khusus
Sama seperti pada poin sebelumnya, pengetahuan tentang industri khusus ini bisa
diperoleh dar pelatihan dan pengalaman auditor.
e. Pengetahuan tentang masalah bisnis dan solusinya
Pengetahuan ini biasanya diperoleh oleh auditor dari pelatihan dan pengalamannya.
3. Komponen Pelatihan
Pelatihan yang diperoleh auditor dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perhatian kekeliruan yang terjadi. Seorang auditor baru yang mendapatkan
pelatihan tentang deteksi kecurangan akan mampu mendeteksi kecurangan lebih baik
dibandingkan dengan auditor yang tidak menerima pelatihan.

2.1.4 Instrumen Penilaian Kesiapan


1. Instrumen menpenilaian E-Readiness yang dikembangkan oleh Desai dkk pada tahun
2002 ini digunakan oleh UNDP (United Nation Development Program) dan
merupakan indeks gabungan dari pencapaian yang mencermnkan tingkat kemajuan
teknologi serta kesiapan suatu negara dalam menhadapi era modern. Instrumen ini
menggunakan 4 indikator yang masing-masingnya dibagi kedalam dua 24 sub-
indikator, yakni: a) Creation of technology ( indikator ini dinilai berdasarkan tingkat
paten yang didaftarkan oleh warga negara dari instansi resmi di negara tersebut dan
penerimaan upah royalti serta lisensinya), (b) Diffusion of newest technologies
(dinilai berdasarkan seberapa baik pelayanan internet serta ekspor teknologi, (c)
Diffusion of oldest technologies (diukur dari penggunaan telepon serta konsumsi
listrik), (d) Human skills (berdasarkan tingkat pendidikan serta pelatihan).
2. Readiness for the Networked World,tool ini dikembangkan oleh CID (Centre for
International Development) Harvard, berfungsi untuk mengukur tingkat kesiapan
implementasi teknologi informasi di negara berkembang, tool ini membagi kesiapan
tersebut kedalam 5 indikator yakni: Networked access, networked learning,
networked society, networked economy, dan network policy.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian
sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang
sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian
sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut
merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang
dilakukan penulis.

Dian Ardifah Iswari, dkk. melakukan penelitian berupa analisis dan rantai pasok kakao
yang berbasis teknologi blockchain. Dalam hipotesisnya, ia menyebutkan bahwa melalui
penerapan blockchain pada rantai pasokan mampu merampingkan jaringan rantai pasok,
membangun kepercayaan antar stakeholder, memperkuat rantai pasokan. Hasil analisisnya
menunjukkan beberapa kesimpulan, yaitu; 1) Kondisi rantai pasok kakao yang berada di
Kelompok Tani X terdiri dari petani, ketua tani, pabrik pengolah, dan retailer. Alur informasi
terjadi saling tumpang tindih karena harus melalui wakil manajer terlebih dahulu sebelum
diteruskan kepada pihak lainnya. Aktivitas yang terjadi di dalam rantai pasok kakao
Kelompok Tani X antara lain produksi biji kakao, pengiriman biji kakao, pembayaran biji
kakao, pembelian biji kakao, pengolahan biji kakao, dan penjualan hasil olahan cokelat.
Aktivitas ini belum terdokumentasikan dengan baik. 2) Sistem blockchain dapat
diaplikasikan ke dalam jaringan rantai pasok, sehingga alur informasi yang sebelumnya
tumpang tindih dapat lebih efisien dari sebelumnya. Selain itu, dengan adanya sistem
blockchain diharapkan mampu membuat sistem administrasi dan dokumentasi menjadi lebih
baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brittany Jackson pada tahun 2018,
dimana meneliti bagaimana implikasi penggunaan blockchain dalam akuntansi terutama
dalam pengauditan, menunjukkan bahwa teknologi blockchain sangat berguna dan memberi
pengaruh yang signifikan terpengaruh yang signifikan terhadap proses pengauditan. Adanya
teknologi blockchain ini, memudahkan para auditor untuk mendapatkan data yang akurat.

Budi Sutrisno pada tahun 2018 melakukan penelitian mengenai peranan teknologi
blockchain pada inklusi keuangan. Hasilnya menunjukkan bahwa Berdasarkan karakteristik
dan mekanisme kerjanya, transaksi dalam blockchain dan cryptocurrency bersifat peer-to-
peer dengan jaringan yang terdistribusi. Selain itu, database dan ledger yang berfungsi untuk
merekam berbagai catatan juga terdesentralisasi. Implikasinya, tidak dibutuhkan adanya
pihak ketiga yang berperan sebagai perantara didalam memproses transaksi. Keberadaan
teknologi blockchain dan cryptocurrency di satu sisi menantang dominasi, hegemoni serta
melakukan decentering terhadap kuasa institusi keuangan tradisional. Sedangkan di sisi lain
memberikan dampak positif terhadap inklusi keuangan dengan menciptakan quasi bank bagi
masyarakat yang unbanked/underbanked.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinica Alboae, Alexandrina, Emil, dan Mircea pada
tahun 2018, dimana meneliti tentang pengaruh Triple-Entry Accounting menggunakkan
teknologi blockchain terhadap keakuratan data, yang hasilnya adalah, dengan menggunakan
teknologi blockchain dalam melakukan triple-entry accounting akan meningkatkan substansi
laporan keuangan dan meningkatkan keakuratan data sehingga dapat meminimalisir
kesalahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Isna Nugraha dan Wahyudi Sutopo pada tahun 2018
membahas tentang kontribusi teknologi blockchain dibidang traceability system dan
perkembangannya dari tahun ke tahun. Dari kajian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa
teknologi blockchain masih tergolong baru dan masih terus berkembang serta belum
diterapkan di seluruh bidang. Perkembangan penelitian mengenai teknologi blockckhain di
traceability system yang masuk ke dalam Web Scopus masih sangat terbatas dan
menunjukkan tren selama 3 tahun terakhir.

Peter Yeah melakukan penelitian pada tahun 2017 tentang peraturan kebijakan utama
di negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat yang menjadi tantangan ketika sistem
Teknologi Blockchain diterapkan, serta meneliti pendekatan yang dilakukan pemerintah
untuk menghadapi tantangan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah
negara Uni Eropa dan Amerika Serikat megadopsi pendekatan lepas-tangan untuk kontribusi
blockchain yang semakin besar di masa yang akan datang.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutandi pada tahun 2018, yaitu meneliti tentang
pengaruh big data dan teknologi blockchain terhadapa model bisnis sektor logistik,
menunjukkan bahwa, Pertama, kemajuan teknologi saat ini khususnya Big Data dan
blockhain akan terus mendistrupsi bisnis untuk meningkatkan kinerja yang optimal. Kedua,
penerapan Big Data dan Blockchain memperlihatkan bahwa terjadi perubahan baik secara
internal maupun ekternal terkait dengan relasi intra dan antar organisasi. Ketiga, analisis
SWOT dapat mengelaborasi keunggulan teknologi Big Data Big Data dan Blockchain dalam
sektor bisnis khusunya di bidang logistik.

Rina Candra, dkk. pada tahun 2018 melakukan penelitian tentang peluang yang
dimanfaatkan dari teknologi yang berperan dalam mata uang Kripto, dan mengulas tentang
aturan uang digital yang berlaku di Indonesia, serta pemanfaatan teknologi blockchain diluar
dari penggunaannya dalam mata uang Kripto atau bitcoin. Hasil penelitian menunjukkan
Teknologi blockchain yang dibawa oleh mata uang kripto memiliki peluang untuk diterapkan
tidak hanya pada mata uang kripto. Blockchain sendiri memiliki 3 (tiga) elemen, yaitu
elemen data, nilai hash dari blok, dan nilai hash dari blok sebelumnya. Penerapan hash pada
blok data dan nilai hash dari blok sebelumnya serta penerapan penyebaran blockchain pada
jaringan peer-to-peer membuat teknologi blockchain untuk saat ini dapat diandalkan. Pada
artikel ini diberikan 3 (tiga) contoh penerapan teknologi blockchain untuk bidang diluar dari
mata uang kripto, yaitu pada sistem keamanan dan keabsahan dataset dari IoT, pemanfaatan
blockchain untuk proses yang terjadi di dalam organisasi, dan pencatatan log book harian dari
manajemen konstruksi. Melihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa teknologi blockchain yang muncul dapat dimanfaatkan untuk bidang lain
yang memerlukan sebuah mekanisme keamanan dan kehandalan yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang terlibat di dalam transaksi ataupun proses kegiatan lainnya.
Maria Karajovie, Henry M. Kim dan, Mark Lakowski pada tahun 2018 melakukan
penelitian mengenai bagaimana implikasi teknologi blockchain dalam sektor keuangan,
terutama dalam profesi akuntansi dan industri lebih luasnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, saat ini, teknologi blockchain sudah mulai digunakkan di beberapa perusahaan jasa
dan perusahaan dagang dengan tujuan memenuhi kebutuhan klien dengan lebih baik.

Yudi Setiada Permana,dkk. pada tahun 2017 melakukan penelitian berupa


pemanfaatan teknologi blokchain pada pembangunan sistem informasi pembiayaan UMKM.
Penelitian tersebut bertujuan untuk pembuatan sistem informasi untuk UMKM untuk
mempermudah dan mengembangkan usahanya. Setelah dilakukan penelitian dapat
disimpulkan bahwa penelitian sistem informasi credit line pembiayaan UMKM adalah
sebagai berikut:
a. Sistem ini menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan oleh UMKM untuk mencari
modal usaha dengan persyaratan dan birokrasi yang mudah.

b. Sistem ini memudahkan investor untuk mencari UMKM yang berpotensi dapat
berkembang menjadi lebih baik dengan adanya pembiyaan.

c. Penggunaan Blockchain pada sistem informasi dapat berguna untuk menyediakan data
permanen yang bila mana sewaktu-waktu dibutuhkan data tersebut tersedia dan dengan
tingkat keamanan yang baik.

d. Blockchain memiliki banyak jenis yang dapat dipergunakan untuk berbagai bidang
perekonominan dan bidang industri lainnya, penggunanya sendiri berbeda-beda tergantung
kepada layanan yang menyediakannya.

2.3. Kerangka Pikir


Teknologi
Blockchain

Penerapan dalam
sektor keuangan

Auditor Akuntan

Siap dan paham


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena
dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang
diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan
mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor,
unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. (Nazir, 1998: 51)

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran
dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Angket atau Kuesioner Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi
yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66) Penelitian ini menggunakan angket atau
kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan
berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang kesiapan dan pemahaman auditor dan akuntan
dalam menghadapi penerapan Teknologi Blockchain di sektor keuangan.

3.3 Objek, Populasi, dan Sampel Penelitian


3.3.1 Obyek Penelitian
Obyek merupakan suatu entitas yang akan diteliti (Hartono, 2010). Obyek dapat
berupa perusahaan, manusia, karyawan dan lainnya (Hartono,2010). Obyek penelitian ini
seluruh staf auditor dan akuntan baik itu (partner, senior dan junior auditor dan akuntan )
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Palembang

3.3.2 Populasi Penelitian


Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo,2002:18). Dalam penelitian ini, populasi dari
penelitian adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Palembang dan sesuai
dengan informasi yang diperoleh dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

3.3.3 Sampel Penelitian


Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian. Teknik
penentuan sampel yang digunakan adalah convenience, artinya prosedur untuk mendapatkan
unit sampel menurut keinginan peneliti dan pada umumnya peneliti menggunakan metode ini
untuk memperoleh daftar pertanyaan dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan
hemat (Kuncoro, 2003). Sampel dalam penelitian ini sebanyak responden yang
mengembalikan kuesioner kepada peneliti dan responden ini merupakan auditor dan akuntan
yang memiliki pengelaman kerja di KAP sekurang-kurangnya 1 tahun sehingga dianggap
telah memiliki waktu relatif cukup untuk memahami dan menyesuaikan segala bentuk
penugasan yang disertai adanya tekanan waktu atas penugasan tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan jumlah auditor dan akuntan pada masing-masing KAP.

3.4 Skala Pengukuran Variabel


Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini mengacu pada Skala Likert (Likert
Scale), dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1 – 5 kategori jawaban,
yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya score antara 1
sampai 5, dengan rincian:
1. Jawaban SS sangat setuju diberi score 5.
2. Jawaban S setuju diberi score 4.
3. Jawaban R ragu-ragu diberi score 3.
4. Jawaban TS tidak setuju diberi score 2.
5. Jawaban STS sangat tidak setuju diberi score 1 (Singarimbun, 1994: 249)
3.5 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Semua data yang terkumpul kemudian
disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Yang termasuk dalam kegiatan pengolahan data
adalah menghitung frekuensi mengenai kesiapan dan pemahaman auditor dan akuntan dalam
menghadapi Teknologi Blockchain berdasarkan data hasil kuesioner kemudian diolah untuk
mendapatkan nilai persentase. Tahap-tahap pengolahan data tersebut adalah:
1. Penyuntingan Semua daftar pertanyaan wawancara, data kuesioner yang berhasil
dikumpulkan selanjutnya diperiksa terlebih dahulu dan dikelompokkan.
2. Penyusunan dan Perhitungan Data Penyusunan dan perhitungan data dilakukan
secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa komputer.
3. Tabulasi Data yang telah disusun dan dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk
tabel. Pembuatan tabel tersebut dilakukan dengan cara tabulasi langsung karena data
langsung dipindahkan dari data ke kerangka tabel yang telah disiapkan tanpa proses
perantara lainnya. (Singarimbun, 1994: 248).
3.6 Analisis Data
Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif
denganmenggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif menurut Indriantoro dan
Supomo (2002:26), merupakan penelitian terhadap masalah-masalah yang berupafakta
saat ini dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan deskripsi analisis. Metode
analisis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data untuk
memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian. Metode ini untuk memaparkan
sesuatu dengan cara mendiskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan
kondisi yang saat ini terjadi.Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya adalah
data yang telah terkumpul kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian,
intepretasi dan disimpulkan. Selanjutnya hasil kesimpulan itu didesripsikan.
Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban.
Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari jawaban dari
kuesioner yang tidak lengkap.

2. Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing jawaban dalam
kuesioner.

3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui


distribusi frekuensi dan persentase. dengan menggunakan rumus :

P = f/N x 100%

P : Persentase f. : Frekuensi data N : Jumlah sampel yang diolah

(Warsito, 1992:59)
DAFTAR PUSTAKA

Alboaie, Sînica, Alexandrina Rata, Emil Horomnea, and Mircea Vaida. 2018. “Semantic
Analysis Audit in Triple-Entry Accounting Systems Based on Blockchain.” Acta
Technica Napocensis 59(1):14–18.

Anderson, Jessie and Sean Smith. 2018. “Securing, Standardizing, and Simplifying
Electronic Health Record Audit Logs through Permissions Blockchain Technology.”
Dartmouth TR2018-854.

Arens A., Randal J. Elder, Mark S, Beasley. 2012. Auditing And Assurance Services: An
Integrated Approach14th edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua,
Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.

Burritt, Roger and Katherine Christ. 2016. “Industry 4.0 and Environmental Accounting: A
New Revolution?” Asian Journal of Sustainability and Social Responsibility 1(1):23–38.

Chartered Professional Accountants Canada. 2018. “Blockchain Technology and Its Potential
Impact on the Audit and Assurance Profession.”

Fauzan, N. I. 2018. “Teknologi Blockchain dan Peranannya dalam Era Digital.” 4:1–15.

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Jackson, Brittany. 2018. “Understanding the Implication of Blockchain Technology on the


Audit Profession.”

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Liu, Manlu and Jennifer Xu. n.d. “How Will Blockchain Technology Impact Auditing and
Accounting : Permissionless Vs . Permissioned Blockchain Corresponding Author.”

Nathalie, Brender. 2018. “Potential Impact of Blockchain on Audit Practice.” 1–45.

Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Meghnad Desai et.al, “Measuring the Technology Achievement of Nations and the Capacity
to Participate in the Network Age”, Journal of Human Development, V.3 No.1, 2002,
99-100
Moh. Nazir. (1998). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Pimentel, Erica and Emilio Boulianne. 2019. “Electronic Copy Available at:
Https://Ssrn.Com/Abstract=3359985.”

Purba, Elvitrianim. 2018. “Peranan Teknologi Informasi Dalam Mengefektifkan Keputusan


Pemberian Dana Corporate Social Responsibilty ( CSR ).” 2(3):69–75.

Rahayu, Siti Kurnia dan Suharyati Ely. 2010. Auditing: KonsepDasardanPedoman


Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rüßmann, Michael; et al. 2015. “Future of Productivity and Growth in Manufacturing.”


Boston Consulting (April).

Sawyer, William. 2007. Using Information Technology Terjemahan Indonesia. Jakarta:


Penerbit ANDI.

Singarimbun, Masri. 1994. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LPS3ES

Suryana, Dayat. 2012. Mengenal Teknologi. Bandung.

Warsito, Hermawan. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama

Anda mungkin juga menyukai