Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP AUDIT

PAPER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Isu Terkini Dalam
Bidang Akuntansi

ABDUSSALAM ZAKI RAHMANI

1171002031

PROGRAM AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA
2021
PENDAHULUAN

Kebutuhan informasi di era sakarang ini menjadi hal utama bagi setiap
orang. Hal ini dikarenakan adanya informasi akan digunakan sebagai alat
pengambil keputusan. Kata informasi didefinisikan sebagai pengetahuan yang
mengandung makna yang berarti bagi penerimanya. Dewi (dalam Aini, Ekananda,
Putri 2021) menjelaskan bahwa terdapat kualifikasi khusus agar informasi yang
diperoleh dapat dikatakan berkualitas serta bermanfaat untuk pengambilan
keputusan, yaitu akurat, tepat waktu, waktu tanggap, kelengkaan, dan relevan.
Untuk memperoleh informasi yang akurat hendaknya informasi harus bebas dari
kesalahan, bersifat apa adanya sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemakai
informasi.

Kemajuan teknologi yang berkembang pesat kini bukan hanya


mempengaruhi berbagai sektor akan tetapi juga pada perkembangan akuntansi
khususnya di bidang Sistem Informasi Akuntansi. Kemajuan ini menyebabkan
bidang tersebut mengalami perubahan aktivitas yang dulunya dilakukan secara
tradisonal kini beranjak menggunakan ban bantuan computer. Hal ini hanya
berbeda dalam entry data sehingga dapat menghasilkan financial report secara
langsung. Perkembangan akuntansi yang berkaitan dengan SIA berbasis komputer
turut mempengaruhi praktik pengauditan. Perubahan ini akan mempengaruhi
proses audit, dikarenakan audit merupakan suatu bidang yang dalam praktiknya
membutuhkan laporan keuangan sebagai objek.

Kemajuan Teknologi Informasi (TI) berpengaruh pada perkembangan


akuntansi. Dengan kemajuan teknologi di dunia usaha yang terus menerus, Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang dikerjakan secara manual sekarang dapat
dilakukan dengan bantuan komputer yaitu Sistem Informasi Akuntansi berbasis
komputer. Proses dalam akuntansi secara manual dan berbasis komputer tidak
jauh beda, yang membedakan dalam Sistem Informasi berbasis komputer terdapat
pada entry masukan data atau transaksi saja, hal ini dalam buku besar akan
berubah dan secara langsung dapat merubah Financial Report juga.

Teknologi informasi (TI) turut berkembang sejalan dengan perkembangan


peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan
infrastruktur TI, seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data
(storage), dan teknologi komunikasi (Laudon, 2006: 174). Perkembangan TI tidak
hanya mempengaruhi dunia bisnis, tetapi juga bidang-bidang lain, seperti
kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain.

Kemajuan TI juga berpengaruh signifikan pada perkembangan akuntansi.


Perkembangan akuntansi akibat kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak,
yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era informasi. Peranan TI terhadap
perkembangan akuntansi pada tiap-tiap babak berbeda-beda. Semakin maju TI
semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi.

Perkembangan teknologi informasi, terutama pada era informasi


berdampak signifikan terhadap sistem informasi akuntansi (SIA) dalam suatu
perusahaan. Dampak yang dirasakan secara nyata adalah pemrosesan data yang
mengalami perubahan dari sistem manual ke sistem komputer. Di samping itu,
pengendalian intern dalam SIA serta peningkatan jumlah dan kualitas informasi
dalam pelaporan keuangan juga akan terpengaruh.

Perkembangan akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam


menghasilkan laporan keuangan akan mempengaruhi praktik pengauditan.
Perubahan proses akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit
merupakan suatu bidang praktik yang menggunakan laporan keuangan (produk
akuntansi) sebagai objeknya. Kemajuan TI juga mempengaruhi perkembangan
proses audit. Kemajuan software audit memfasilitasi pendekatan audit berbasis
komputer.

Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya banyak berhubungan


dengan TI. Perkembangan SIA dan proses audit sebagai akibat dari adanya
kemajuan TI dan perkembangan akuntansi akan memunculkan peluang bagi
akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan yang mempunyai
pengetahuan memadai tentang SIA dan audit berbasis komputer. Sebaliknya,
akuntan yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang SIA dan audit
berbasis komputer akan tergusur posisinya karena tidak mampu memberikan jasa
yang diperlukan oleh klien.

Semakin maju TI semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi.


Perkembangan teknologi informasi, terutama pada era informasi berdampak
signifikan terhadap sistem informasi akuntansi (SIA) dalam suatu perusahaan.
Dampak yang dirasakan secara nyata adalah pemrosesan data yang mengalami
perubahan dari sistem manual ke sistem komputer. Di samping itu, pengendalian
intern dalam SIA serta peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam
pelaporan keuangan juga akan terpengaruh. Perkembangan akuntansi yang
menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan akan
mempengaruhi praktik pengauditan. Perubahan proses akuntansi akan
mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu bidang praktik yang
menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai objeknya. Kemajuan
TI juga mempengaruhi perkembangan proses audit. Kemajuan software audit
memfasilitasi pendekatan audit berbasis komputer.

Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya banyak berhubungan


dengan TI. Perkembangan SIA dan proses audit sebagai akibat dari adanya
kemajuan TI dan perkembangan akuntansi akan memunculkan peluang bagi
akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan yang mempunyai
pengetahuan memadai tentang SIA dan audit berbasis komputer. Sebaliknya,
akuntan yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang SIA dan audit
berbasis komputer akan tergusur posisinya karena tidak mampu memberikan jasa
yang diperlukan oleh klien.

Tulisan ini membahas mengenai peranan kemajuan teknologi informasi


dalam perkembangan audit akuntansi dan membahas peluang bagi akuntan akibat
adanya perkembangan SIA dan auditing karena kemajuan teknologi informasi.

Skandal Enron merupakan kegagalan korporasi terbesar dalam sejarah


Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 2001 silam. Skandal ini merupakan
pukulan bagi profesi akuntan dan praktik pengauditan serta pelaporan keuangan.
Untuk menanggapi masalah ini, usaha yang luar biasa besar telah dikerahkan dan
dikonsentrasikan pada membangun kembali kepercayaan investor dan masyarakat.

Statement of Auditing Standard (SAS) No. 94 berafirmasi bahwa sifat dan


karakter dari penggunaan teknologi oleh suatu entitas dalam sistem informasinya
mempengaruhi keseluruhan struktur pengendalian internal (IC) entitas tersebut.
Ada pula Undang-undang Sarbanes-Oxley (SOX) yang berfokus pada
pengendalian internal, termasuk pengendalian IT, untuk membantu persiapan
laporan keuangan yang andal. Section 404 dari SOX mengharuskan perusahaan
untuk mengidentifikasi, melaporkan, dan memecahkan kelemahan material
pengendalian internal atau IC.

Sebagai respon atas skandal Enron yang lalu, Sarbannes Oxley Act
mengeluarkan undang-undang Sarbanes-Oxley section 404. Undang-undang ini
mengharuskan hampir seluruh organisasi untuk memilih dan
mengimplementasikan kerangka kerja pengendalian internal yang tepat untuk
memperkuat fungsi corporate governance, unsur perilaku non etis seluruh tingkat
manajemen dengan menghasilkan informasi finansial dan non-finansial yang
akurat, andal dan berintegritas tinggi.

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2012) dalam Rengganis (2015),


pengauditan merupakan akumulasi dan evaluasi bukti-bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dan
kriteria yang dibangun. Pengauditan harus dilakukan oleh auditor yang kompeten
dan independen.

Menurut Herusetya (2011) dalam Rengganis (2015), tantangan yang


dihadapi auditor Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) saat ini adalah
bagaimana tetap mempertahankan kualitas audit (audit quality) di tengah kondisi
lingkungan bisnis dan teknologi informasi yang berubah begitu cepat. Tekanan-
tekanan terhadap profesi auditor muncul, baik dari lingkungan internal KAP
maupun aturan standard setter guna meningkatkan kualitas pelaksanaan audit.

Auditor perlu menguasai pemahaman mengenai teknologi, pengendalian


internal (IC) dan sistem informasi (IS) yang diadopsi oleh KAP tempatnya
bekerja. Masing-masing KAP memiliki kebijakan yang berbeda mengenai
teknologi dan sistem informasi yang digunakannya dalam rangka memudahkan
penugasannya dalam menyelesaikan proses audit.

Grant, Miller dan Alali (2008) menyatakan bahwa defisiensi atau


kekurangan IT yang tidak pernah dilaporkan sebelumnya sekarang menjadi
sorotan dan menjadi target untuk evaluasi dan perbaikan. Di dalam jurnal
penelitian yang dibuat oleh Grant, Miller dan Alali ini juga disebutkan bahwa
hasil penelitian mengindikasikan bahwa defisiensi atau kekurangan IT dan error
dalam pencatatan lebih sering terjadi dalam perusahaan di mana terdapat
defisiensi IT.

McKee dalam Rengganis (2015), mengatakan bahwa kerumitan


lingkungan teknologi informasi (IT) klien auditor baru-baru ini mengharuskan
tanggung jawab lebih jauh dari auditor untuk mendeteksi risiko inheren, risiko
pengendalian dan fraud, laporan CEO dari enam kantor akuntan internasional
bahwa mereka tidak merasa usaha deteksi risiko saat ini sesuai. Munter dalam
Rengganis (2015) juga mengatakan bahwa”…penggunaan teknologi yang
semakin meluas menyulitkan auditor dalam menemukan kejahatan…”.
PEMBAHASAN

Teknologi Informasi Dalam Proses Audit

Teknologi informasi bagi banyak manusia telah menjadi fasilitator dalam


menjalankan berbagai kegiatan, salah satunya yaitu kegiatan bisnis. Adanya
teknologi informasi ini cukup berpengaruh besar terhadap struktur, operasi dan
manajemen organisasi bisnis tersebut. Sehingga hal seperti ini dinamakan dengan
fenomena disrupsi teknologi informasi. Teknologi informasi yang berkembang
pesat juga berpengaruh pada akuntansi. Perkembangan teknologi informasi di
bidang akuntansi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu era bercocok tanam, era
industri, dan era informasi. Awal mulanya akuntansi dikenal dengan sistem
double entry book keeping. Sistem ini sangat sederhana karena lingkungannya
bersifat statis. Kemudian di era industri dimana sudah banyak ditemukannya
mesin-mesin, sistem double entry book keeping mengalami perkembangan. Pada
masa ini, pencatatan akuntansi masih dilakukan secara manual dengan bantuan
mesin hitung. Selanjutnya di era informasi muncul teknologi komputer. Dengan
adanya teknologi komputer, pemrosesan data akan menjadi lebih cepat.

Teknologi informasi yang semakin maju akan berpengaruh pada


akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) menjadi salah satu bidang yang
cukup dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Adanya teknologi informasi ini
sebenarnya hanya mengubah karakter aktivitas tersebut dan output yang
dihasilkan tetap sama tidak mengalami perubahan. Marwanto (2010) menjelaskan
bahwa model akuntansi di era teknologi informasi diharapkan mampu mengukur
tingkat perubahan sumber daya, tingkat perubahan proses, aktiva tetap tak
berwujud, mengukur proses pada realtime dan memungkinkan network.

Perkembangan proses akuntansi yang berkaitan dengan SIA berbasis


komputer turut mempengaruhi praktik pengauditan. Proses audit nantinya akan
mengalami perubahan, hal ini dikarenakan audit merupakan suatu bidang yang
dalam praktiknya membutuhkan laporan keuangan sebagai objek. Praktik audit
bertujuan untuk menilai atau memberikan opini terkait kewajaran suatu laporan
keuangan sebuah entitas.

Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga pendekatan audit berbasis teknologi


informasi, yaitu:

 Audit Sekitar Komputer (Auditing around the computer)

Pendekatan ini pada tahap proses penggunaan komputer masih


diabaikan. Hal ini berarti pemeriksaan hanya berfokus pada tahap
input dan output. Apabila dalam melaksanakan pemeriksaan output
dinyatakan informasi yang benar dari seperangkat input yang terdapat
pada sistem pemrosesan, maka operasi pemrosesan transaksi dianggap
benar (Murwanto, 2010).

 Audit Melalui Komputer (Auditing through the computer)

Pendekatan ini pada tahap proses penggunaan komputer telah aktif


digunakan. Asumsi dari pendekatan ini adalah apabila terdapat
pengembangan suatu program dengan menambah programmed check,
error dan kejanggalan akan dapat dengan mudah terdeteksi sehingga
dikatakan dapat dipercaya.

 Auditing Dengan Komputer (Auditing with the computer)

Pendekatan ini pada tahap input, proses dan output telah banyak
menggunakan komputer. Pendekatan ini bertujuan untuk mengerjakan
tahapan audit yang lebih rinci dan bersifat otomatisasi. Pada
pendekatan ini, auditor dapat menggunakan bantuan software aplikasi
untuk melakukan pengujian secara substantif maupun complience test.
Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit

Pengendalian komputer dapat menggantikan pengendalian manual.


Memiliki keuggulan dapat mampu menangani transaksi bisnis yang kompleks
dengan jumlah besar dengan efisien. Komputer memproses informasi secara
konsisten serta dapat menggurangi salah saji dengan mengganti prosedur yang
dilakukannya secara manual dengan pengendalian yang terprogram dengan
menerapkan fungsi saling mengawasi dan mengontrol setiap transaksi yang
diproses.

Risiko khusus yang terkait sistem TI dapat memicu kerugian jika sistem TI
rusak dan gagal yang mengakibatkan organisasi menjadi lumpuh atau tidak
beroperasi karena ketidakmampuan dalam mendapatkan kembali informasi yang
hilang atau penggunaan informasi yang tidak handal yang disebabkan oleh
kesalahan pemrosesan. Terdapat risiko lain terkait sistem TI yaitu:

1. Risiko terhadap perangkat keras dan data

a. Ketergantungan terhadap kemampuan kerja hardware dan


sofware

b. Kesalahan sistematik dan kesalahan acak

c. Akses yang belum diotorisasi

d. Terjadiya kehilangan data

2. Berkurangnya jejak audit

a. Kejelasan jejak audit kurang

b. Berkuragnya keterlibatan manusia

c. Kurangnya otorisasi tradisional

3. Kebutuhan akan pengalaman dibidang TI dan pemisahan tugas TI

a. Berkurangnya pemisahan tugas


b. Kebutuhan akan pengalaman dibidang TI

Standart audit menjelaskan dua kategori pengendalian sistem TI yaitu

1. Pengendalian umum yang diterapkan pada semua aspek fungsi TI


termasuk :

a. Pengaturan Fungsi TI sangat berpengaruh penting dalam


organisasi yang dapat dipengaruhi oleh sikap dari dewan
direksi dan manajemen senior terhadap TI. Pengawasan serta
serta kebutuhan informasi organusasi sangat diperlukan
dalam melaksanakan tanggung jawab kinerja terkait TI.
Contohnya dalam organisasi perlu pihak internal yang
memiliki tugas serta peran dalam melaksanakan tugas terkait
TI dalam organisasi seperti Chief Information Officer

b. Pemisahan tugas TI berguna untuk mencegah pihak tertentu


melakukan otorisasi dan mencatat transaksi untuk menutupi
pencurian aset yang dilakukan. Pemisahan tanggung jawab :

i. Manajemen TI, CIO atau manejer harus bertanggung


jawab untuk mengawasi fungsi TI agar semua
aktivitas TI dilakukan secara konsisiten sesuai
dengan rencana startegis TI.

ii. Analis sisitem bertanggung jawab dalam keseluruhan


rancangan setiap sistem aplikasi, mengkoordinasikan
pengembangan dan perubahan terhadap sistem TI
dengan personel TI yang bertanggung jawab dalam
pemograman aplikasi dan personel diluar TI yang
menjadi pengguna sistem.

iii. Operator komputer bertanggung jawab dalam


kegiatan operasional komputer sehari-hari dan
bertanggung jawab dalam memantau perangkat
komputer untuk hal-hal terkait efisiensi dan
kerusakan komputer.

iv. Personel pengendali data input ataupun output secara


indenpenden memerikasa kualitas input dan
kewajaran output yang dihasilkan. Organisasi yang
menggunakan bbasic data untuk menyimpan
informasi yang digunakan oleh fungsi akuntansi dan
fungsi lain, administrator basis data bertanggung
untuk operasi dan keamanan akses basis data
tersebut

c. pengembangan sistem mencakup hal beriikut :

i. pembelian perangkat lunak atau


mengembangkanperangkat lunnak sendiri untuk
memenuhi kebutuhan organisasi

ii. melakukan uji coba perangkat lunak untuk


menyakinkan bahwa perangkat tersebut sesuai denga
perangkat keras adan lunak yang ada serta dapat
dalam memenuhi segala transaksi yang ada.
Pendekatan uji coba terdiri dari :

1. uji coba pendahuluan merupakan sistem baru


diterapkan didalam satu bagian dari organisasi
sementara lokasi lainnya terus berjalan dengan
sistem lama

2. uji coba paralel yang merupakan sistem yang


lama dan baru beroperasi secara simultan
disemua lokasi

d. Pengamanan fisik dan online terhadap akses perangkat lunak,


perangkat keras dan data terkait. Pengendalian tersebut dapat
menurunkan risiko perubahan yang tidak diotorisasi terhadap
program dan penggunaan yang tidak tepat terhadap program
dan arsip data.

i. Pengendalian Fisik adalah dengan membatasi akses,


pemantauan serta keamanan kondisi terhadap
perangkat keras, perangkat lunak dan arsip data
cadangan yang tersimpan pada disk atau USB.

ii. Pengendalian terhadap akses online berguna untuk


mengurangi kemungkinan perubahan yang tidak
diotorisasi terhadap aplikasi perangkat lunak dan
arsip data.

e. Rencana cadangan dan kontijensi jika terjadi kondisi darurat


yang tidak diperkirakan. Kegunaan rencana cadangan dan
kontijensi untuk menyimpan perangkat lunak dan arsip data
penting kepada perusahaan yang khusus bergerak dalam
bidang pengamanan penyimpanan data.

f. pengendalian perangkat keras. Pengendalian yang dipasangkan


kedalam perangkat komputer guna untuk mendeteksi dan
melaporkan adanya kerusakan peralatan tersebut. Auditor
lebih memperhatikan cara mengatasi kesalahan pengendalian
perangkat keras daripada keandalan mereka.

2. Pengendalian aplikasi diterapkan untuk memproses transaksi seperti


pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian output
yang menghasilkan data seperti penjualan dan penerimaan kas.
Auditor mengevaluasi pengendalian aplikasi dalam setiap kelompok
transasksi dan akun dimana auditor merencanakan untuk mengurangi
penilaian risiko pengendalian karena pengendalian TI akan berbeda
setiap kelompok dan transaksi.
a. Pengendalian input adalah pengendalian input yang
dirancang untuk memberikan informasi yang ada didalam
komputer bersifat sah, akurat dan lengkap karena sebagian
kesalahan dalam sistem TI berasal dari kesalahan dalam
memasukan data dan tanpa memperhitungkan kualitas proses
informasi, kesalahan input menghasilakn output yang salah.
Jenis pengendalian yang dikembangkan dalam sistem
manual.

i. Otorisasi manajemen dan trasaksi

ii. Penyiapan dokumen sumber input yang memadai

iii. Personel yang kompeten

Pengendalian yang khusus untuk TI :

i. Tampilan input dirancang dengan tepat serta membantu


masukanya informasi transaksi
ii. Daftar menu pilihan perangkat lunak yang tersedia
iii. Pengujian validasi keakuratan input yang dilakakukan
komputer
iv. Pengendalian input yang berbasis online
v. Prosedur koreksi kesalahan terhadap input
vi. Akumulasi kesalahan dalam personel input data

b. Pengendalian Proses berguna untuk mencegah dan mendeteksi


kesalahan ketika pemrosesan data trannsaksi. Antara lain
pengembangan sistem dan keamanan sistem, memberikan
pengendalian dalam meminimalkan kesalahan dan untuk
mencegah, mendeteksi, dan mengkoreksi kesalahan dalam
pemrosesan.

c. Pengendalian Output merupakan pengendlaian yang lebih


menekankan pada pedeteksian kesalahan setelah pemrosesan
selesai yang dilakukan daripada mencegah kesalahan.
Pengendalian ini mengkaji keandalan data oleh pihak terkait
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai data
output. Beberapa pengendalian umum dalam mendeteksi
kesalahan output :

i. Rekonsiliasi output yang dihasilakn oleh komputer


dengan hasil perhitungan manual.

ii. Membandingkan jumlah unit yang diproses dengan


jumlah unit yang dimasukkan untuk diproses.

iii. Membandingkan sampel transaksi output dengan


dokumen sumber inputnya.

iv. Verifikasi tanggal dan waktu pemrosesan untuk


mengidentifikasi setiap pemrosesan yang tidak
berurutan.

Auditor harus memiliki pengetahuan atas pengendalian umum serta


pengendalian sistem TI (aplikasi) yan tepat guna untuk menerbitkan opini yang
benar serta cocok atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan. Pengaruh
pengendalian TI terhadap risiko pengendalian dapat dievaluasi dengan efektivitas
pengendalian umum sebelum melakukan pengevaluasian terhadap pengendalian
aplikasi.

a. Pengaruh pengendalian umum terhadap aplikasi sistem secara


keseluruhan. auditor harus memperhatikan adannya
kemungkinan program perangkat lunak atau perubahan arsip
data yang tidak diotorisasi yang dapat menimbulkan
transaksi-transaski fiktif, data yang tidak sah/valid, dan
penghapusan akun terkait.

b. Pengaruh pengendalian umum terhadap perangkat lunak.


Auditor harus dapat mengevaluasi dalam menambahkan
pengujian yang diperlukan jika pihak klien mengubah
perangkat lunak karena perusahaan yang memiliki
pengendalian umum yang lemah akan sulit mengidentifikasi
perubahan perangkat lunak yang mengakibatkan
pengendalian umum melemah.

c. Mendapatkan pemahaman atas pengendalian umum klien.


Auditor dalam mendapatkan informasi mengenai
pengendalian umum dan aplikasi melalui beberapa cara :

a. Melakukan wawancara dengan personel TI dan para


pengguna utama

b. Memeriksa dokumentasi sistem sepperti bagan arus,


petunjuk penggunaan, permohonan perubahan program,
pengujian hasil

c. Mengkaji hasil perincian kuesioner yang diisi oleh staf


TI

Dampak dari pengendalian TI terhadap risiko pengendalian dan pengujian


substantif.

a. Menghubungkan pengendalian TI dengan tujuan audit terkait


transaksi. Auditor menghubungkan pengendalian dan
kekurangan dalam pengendalian umum kepada tujuan audit
terkait transaksi spesifik karena pengendalian umum
mempengaruhi tujuan audit dalam beberapa siklus. Apabila
pengendalian umum tidak efektif maka kemampuan auditor
dalam mengendalikan pengendalian aplikasi untuk mengurangi
risiko pengendalian dalam semua siklus menurun, sebaliknya
jika pengendalian berjalan efektif akan meningkatkan
kemampuan auditor untuk pengendalian aplikasi untuk semua
siklus.
b. Pengaruh pengendalian TI terhadap pengujian Subtantif. Untuk
mengurangi pengujian subtansif dengan menggunakan
sistematik pengendalian aplikasi otomatis untuk mengurangi
ukuran sampel yang digunakan untuk menguji pengendalian
tersebut baik dalam audit atas laporan keuangan dan audit atas
pengendalian internal terhadap laporan keuangan.

Pengauditan dalam lingkungan TI yang tidak kompleks. Auditor harus


menggunakan ketiga ketegori pendekatan pengujian ketika mengaudit melalui
komputer :

a. Pendekatan pengujian data. Auditor harus memproses


pengujian data mereka sendiri dengan menggunakan sistem
komputer klien dann program aplikasi untuk menentukan
pengendalian otomatis telah memproseskan data yang diuii
dengan tepat. Dengan cara memasukan data transaksi diterima
atau ditolak oleh sistem kemudian data yang diuji diproses
dalam sistem klien serta nantinya membandingkan hasil aktual
dengan hasil yang diprediksi dalam menilai efektivitas
pengendalian otomatis program aplikasi. Ada tiga pertimbanan
dalam melakukan pendekatan ini :

i. Pengujian data harus memasukan semua kondisi yang


ingin diuji oleh auditor.

ii. Program aplikasi yang diuji oleh data uji auditor harus
sama dengan data yang digunakan oleh klien
sepanjang tahun.

iii. Data yang diuji harus dihapuskan dari catatan klien.

b. Simulasi Paralel. Auditor menggunakan perangkat lunak yang


dikendalikan auditor untuk melakukan oprasi yang sama
dengan yang dikerjakan oleh perangkat lunak milik klien
dengan menggunakan arsip yang data yang sama dengan
tujuan untuk menentukan efektivitas pengendalian otomatis
dan untuk mendapatkan bukti mengenai saldo akun secara
elektronik. Perangkat lunak audit memberikan 3 keuntungan :

i. Relatif mudah untuk melatih para staf audit untuk


menggunakannya bahkan meski mereka sebelumnya
hanya mendapatkan sedikit pelatihan audit terkait TI.

ii. Perangkat lunak dapat diterapkan pada beragam klien


dengan sedikit penyesuaian

iii. Memiliki kemampuan untuk melakukan pengujian audit


lebih cepat dan lebih terperinci dibandingakn dengan
menggunakan prosedur manual tradisional.

c. Pendekatan Modul audit melekat. Pendekatan ini


memungkinkan auditor untuk dapat terus menerus mengaudit
transaksi dengan mengidentifikasi transaksi aktual yang
diproses oleh klien dibandingkan dengan data yang diuji dan
pendakatan simulasi paralel yang bisa dilakukan dengan
pengujian berselang. Cara-cara dalam pendekatan pengujian :

i. Menguji data untuk melakukan pengujian


pengendalian dan pengujian subtantif transaksi

ii. Simulasi paralel untuk pengujian subtanstif seperti


perhitungan ulang jumlah transaksi dan penjumlahan
ke bawah catatan tambahan diarsip utama piutang
dagang

iii. Melekatkan modul audit untuk mengidentifikasi


transaksi yang tidak biasa untuk pengujian subtansif.
Meskipun semua organisasi memerlukan pengendalian internal yang baik tanpa
melihat struktur fungsi TI , namun beberapa masalah pengendalian umum dapat
berbeda tergantung lingkungan TI. Berikut masalah yang dapat terjadi :

1. Masalah-masalah dalam lingkungan jaringan. Seperti contoh auditor


meningkatkan risiko pengendalian ketika perusahaan memiliki
jaringan yang terdiri dari beberapa server yang terletak pada
beberapa lokasi karena adanya oprasi jarigan yang terdesentralisasi
sering kali kekurangan pengamanan dan pengawasan manajemen
terhadap beragam server yang terhubung.

2. Masalah dalam sistem manajemen basis data. Seperti beragam


pengguna termasuk individu diluar fungsi akuntansi dapat
mengakses dan memperbarui arsip data yang terhubung pada sistem
terkait transaksi perusahaan yang dilakukan.

3. Masalah-masalah dalam sistem E-commerce. Seperti penggunaan


sistem e-commerce dapat membuka data sensitif perusahaan,
program dan perangkat lunak yang memungkinkan akan terjadinya
sabotase oleh pihak eksternal.

4. Masalah ketika klien mensubkontrakkan kebutuhan TI karena


perusahaan lebih kecil sering mensubkontrakkan fungsi penggajian
mareka karena penggajian relatif sama disatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya dan banyak penyedia jasa penggajian yang andal
yang tersedia dengan menimilkan serta efisiensi dalam biaya.

Dalam membantu mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal dalam


merencanakan audit, auditor membutuhkan bukti mengenai efektifitas operasi
pengendali untuk menilai risiko pengendalian, khususnya mengaudit pengendlaian
internal terhadap pelaporan keuangan bagi perusahaan publik. Bukti tersebut
dapat berupa :
1. Berdasarkan pada laporan auditor perusahaan penyedia jasa atas
pengendalian yang diterapkandan penggujian atas efektivitas operasi
pengendali

2. Berasal dari pengujian atas pengendalian internal organisasi


penggguna terhadap aktivitas organisasi penyedia jasa

3. Dihasilakan ketika auditor perusahaan penngguna layanan


melakukan pengujian yang tepat diperusahaan penyedia jasa.

Teknologi Informasi dan Perkembangan Akuntasi


Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia saat ini memang
begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-
kegiatan bisnis yang, memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan
mendasar bagi struktur, operasi dan manajemen organisasi. Jenis pekerjaan dan
tipe pekerja yang dominan di Jaman Teknologi Informasi adalah otonomi dan
wewenang yang lebih besar dalam organisasi.

Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan perubahan


yang sangat signifikan terhadap akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar
kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era
industri, dan era informasi. Hal ini dinyatakan oleh Alvin Toffler dalam bukunya
yang berjudul The Third Wave (Robert dalam ). Tonggak sejarah akuntansi
dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli memperkenalkan sistem doble
entry book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi sebenarnya sudah ada sejak
zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave menyatakan
bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai masa bercocok tanam orang
sudah mengenal teknologi, informasi, dan akuntansi. Pada masa itu teknologi
akuntansi masih sangat sederhana. Karena lingkungan masih sangat statis dan
dapat diprediksi dengan mudah, maka sistem single entry book keeping sudah
dianggap cukup.
Dengan sistem ini orang hanya memerlukan informasi mengenai berapa
aset dan utangnya pada suatu saat tertentu. Orang belum berpikir mengenai berapa
perubahan kekayaannya dan apa penyebab perubahan tersebut.

Tahun 1650 sampai dengan 1955 dinyatakan oleh Alvin Toffler sebagai
era industri. Era ini dimulai dengan terjadinya revolusi industri, yaitu sejak
ditemukannya mesin-mesin industri. Tenaga kerja manusia di dalam pabrik mulai
diganti dengan mesin. Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book
keeping sudah tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang
mulai memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya
selama suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki. Pada
era ini sistem doble entry book keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli
meskipun bukan dia penemu sistem ini. Karena kebutuhan manusia akan
informasi semakin kompleks, maka sistem doble entry book keeping mengalami
perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan metode akuntansi
yang kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing, dan lain-lain
(Belkaoui, 2000). Pada masa ini system informasi akuntansi di dalam upaya untuk
menyediakan informasi, baik kepada pihak ekstern maupun intern masih
dilakukan secara manual hanya dengan bantuan mesin hitung ataupun kalkultor.
Era informasi dimulai dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955. Pada era
ini teknologi informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan informasi
menjadi lebih cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi menjadi lebih
murah, dan tidak banyak memakan tempat dan waktu.

Strategi Auditor di Era Digital


Masuknya revolusi industry 4.0 dikenal sebagai fenomena disrupsi
teknologi karena menekankan pada konsep digital economy, artificial intelligence
(AI), robotic, big data dan lain sebagainya. Menghadapi situasi tersebut, auditor
dituntut dapat menyesuaikan perubahan yang ada. Kreatif dan inovatif menjadi
kunci untuk bisa menghadapi perubahan zaman sekarang ini. Dalam hal ini
auditor perlu meningkatkan kompetensinya di era digital ini.
Seiring dengan perkembangan tersebut, mempertimbangkan untuk
melakukan audit berbasis teknologi dan teknik analisis data lainnya perlu
dilakukan oleh auditor. Hal ini bertujuan agar kegiatan audit di era digital menjadi
lebih efektif dan efisien dalam hal penggunaan sumber daya. Auditor tidak wajib
lagi datang ke kantor karena data yang dibutuhkan tersedia dalam sebuah “clouds”
yang dapat diperoleh setiap saat bahkan hampir bersamaan ketika data tersebut
diinput (Media Auditor, 2019). Dalam era digital ini, terdapat beberapa prinsip
yang mempengaruhi praktik audit, yaitu :
 Interoperabilitas, seluruh perangkat yang berfungsi sebagai sarana input
dan pemrosesan data, serta manusia sebagai analis dan pengguna data
dapat terhubung dengan IoT

 Virtualisasi, memungkinkan terdapat transparasi seluruh kegiatan dalam


suatu proses bisnis

 Desentralisasi, kemampuan sistem dapat bekerja mandiri dalam


menyelesaikan permasalahan

 Kemampuan real time

 Mengedapankan permintaan konsumen

 Modularitas, memecah sistem menjadi proses-proses tunggal berdasarkan


konfigurasi khusus

Menurut Stephen Robbin, kompetensi merupakan suatu keahlian setiap


orang dalam mengerjakan tugas suatu pekerjaan dimana kemampuan tersebut
didasarkan dari faktor fisik dan faktor intelektual. Hari Setianto selaku Presiden
IIA mengatakan kunci untuk memasuki era digital tanpa terjadi benturan yang
mengakibatkan kerugian serta masih berada dalam arah yang direncanakan adalah
kesiapan auditor internal itu sendiri. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) juga telah menyebutkan bahwa auditing harus dilakukan oleh seseorang
yang memilik kehalian dan pelatihanyang memadai dibidangnya. Sedangkan
untuk melakukan audit berbasis teknologi informasi, auditor harus memiliki
keahlian lain yaitu keahlian computer.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat menyebabkan para
auditor kesulitan untuk selain menekuni profesi utamanya yaitu audit. Oleh karena
itu, saat ini para auditor berusaha untuk menggunakan software khusus yang
digunakan dalam melaksanakan audit yang dikomputerisasi. Dengan demikian,
auditor harus memiliki keahlian baru sehingga bisa mengikuti perkembangan dari
adanya teknologi informasi ini. Keahlian baru yang seharusnya dimiliki oleh
auditor diantaranya yaitu:
1. Keahlian dalam memahami desain system komputer.
2. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan meminimalisir adanya risiko
baru
3. Keahlian untuk mengetahui penggunaan komputer dalam proses audit

Dengan adanya keahlian baru yang dimiliki oleh auditor ini,


memungkinkan auditor untuk bisa bertahan dan bisa mengikuti perkembangan
dari teknologi informasi. Selain itu, hal ini akan membuat auditor semakin
kompeten dalam melaksanakan proses audit. Dengan demikian, posisi auditor
juga semakin aman, dan tidak terancam untuk tergantikan oleh orang lain yang
lebih paham dengan teknologi informasi.
KESIMPULAN

Kemajuan teknologi mempengaruhi perkembangan akuntansi. Peranan TI


terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju
TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Kemajuan TI
mempengaruhi perkembangan SIA dalam hal pemrosesan data, pengendalian
intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan.
Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang
menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan, maka
praktik pengauditan akan terkena imbasnya. Perkembangan TI juga
mempengaruhi perkembangan proses audit. Kemajuan audit software
memfasilitasi pendekatan audit berbasis komputer.

Audit Sistem Informasi Akuntansi berbasis komputer merupakan suatu


pemeriksaan mulai dari input sampai dengan output. Peranan Teknologi Informasi
Terhadap Audit Sistem Informasi Komputerisasi Akuntansi dapat dilihat dari 3
sudut pandang, yaitu: dilihat dari prosedur audit; dilihat dari pengendalian intern;
dilihat dari teknik-teknik audit dengan menggunakan teknologi informasi.

Kemajuan teknologi informasi memberikan peluang baru bagi profesi


akuntan. Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah konsultan system
informasi berbasis komputer, CISA, dan web trust audit.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Silvi Nur., Ekananda, Vania., dan Putri, Dhika Maha. (2021), Implementasi
Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Proses Audit di Era Digital. E-
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics
(NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 1, Hal 9-16.

Belkaoui, Ahmed Riahi.(2000), Accounting Theory. 4th edition. Thomson


Learning.

Itjen Kementerian Pertanian. (2019), “Media Auditor”. Dalam


http://itjen.pertanian.go.id/assets/upload/files/Media_Auditor_no_50_lengka
p.pdf. Diakses pada 13 Juli 2021.

Laudon, K.C., Jane P. Laudon. (2006), Management Information Systems. 9th


edition. New Jersey : Prentice- Hall, Inc.

Marwanto. (2010), PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM


PERKEMBANGAN AUDIT KOMPUTERISASI. JURNAL EKSIS Vol.6
No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605.

Rengganis, Fany Dewi. (2015), PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI


INFORMASI TERHADAP KINERJA AUDITOR. SEMARANG :
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS
DIPONEGORO.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai