Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PROSES AUDIT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Hiererra (2014), Kebutuhan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat,
persaingan yang ketat, serta pertumbuhan dunia usaha menuntut dukungan penggunaan teknologi
mutakhir yang kuat dan andal. Dalam konteks ini, keberhasilan organisasi akan sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
Teknologi informasi merupakan suatu jaringan informasi yang akan membantu perusahaan dan
entrepreneur yang saling berhubungan dan bekerja bersama.

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat cepat sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) meliputi perkembangan
infrastruktur seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi
komunikasi atau jaringan (Laudon, 2006). Menurut Naniek Noviari 2007, Perkembangan
akuntansi yang menyangkut Sistem Informasi Akuntansi (SIA) berbasis komputer dalam
menghasilkan laporan keuangan akan mempengaruhi praktik pengauditan. Kemajuan Teknologi
Informasi juga mempengaruhi perkembangan proses audit. Kemajuan software audit
memfasilitasi pendekatan audit berbasis komputer. Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya
banyak berhubungan dengan Teknologi Informasi. Perkembangan SIA dan proses audit sebagai
akibat dari adanya kemajuan Teknologi Informasi dan perkembangan akuntansi akan
memunculkan peluang bagi akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan yang
mempunyai pengetahuan memadai tentang SIA dan audit berbasis komputer. Sebaliknya,
akuntan yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang SIA dan audit berbasis
komputer akan tergusur posisinya karena tidak mampu memberikan jasa yang diperlukan oleh
klien ataupun perusahaan.

Menurut Oktavia (2015), Auditor dalam melaksanakan audit, tidak hanya harus
mengembangkan kemampuan konseptual mereka berkaitan dengan teknik audit yang selama ini
digunakan, namun juga kemampuan mereka untuk mengaplikasikan teknik-teknik tersebut.
Dalam masa perkembangan teknologi seperti sekarang, komputer mempunyai peranan besar
dalam proses audit. Saat ini, hampir semua transaksi akuntansi dikerjakan dengan komputer
sehingga pengolahan data audit juga harus terkomputerisasi agar lebih memudahkan para auditor
untuk menganalisanya. Para auditor, baik itu auditor internal maupun auditor eksternal dapat
menggunakan piranti komputer (teknologi informasi) sebagai bagian dari prosedur audit mereka
untuk memproses data terutama yang berkaitan dengan sistem informasi auditan. Pemahaman
auditor akan teknologi informasi dan pengendalian yang berkaitan dengan teknologi informasi
tersebut membantu mereka untuk lebih mendalami tentang sistem informasi yang relevan untuk
pelaporan keuangan beserta kendala-kendalanya.

Penggunaan piranti komputer (teknologi informasi) dalam audit memudahkan auditor


dalam membuat kertas kerja audit, memperoleh informasi berkaitan dengan auditan, mendeteksi
kecurangan (fraud), melakukan monitoring secara berkala, membuat laporan audit, memudahkan
penyimpan file-file audit, dan mempermudah auditor dalam melakukan analisis data.
Penggunaan teknologi informasi dalam proses audit selain untuk memudahkan auditor dalam
melaksanakan audit juga mengurangi biaya yang timbul dalam pelaksanaan proses audit.
Sehingga proses audit menjadi lebih efektif dan efisien.

Peningkatan penggunaan teknologi informasi menuntut auditor untuk memasukkan bukti-


bukti audit elektronik dalam audit karena saat ini banyak data-data akuntansi seperti jurnal, buku
besar, transfer dana, faktur, dan informasi keuangan lain yang hanya tersedia dalam bentuk
elektronik (soft copy).Meningkatnya kebutuhan akan audit, menuntut auditor untuk
menggunakan teknik yang lebih canggih dalam membuat keputusan, menyimpan catatan dan
melakukan segudang fungsi manajemen audit lainnya. Auditor juga harus belajar menilai dan
mengevaluasi berbagai teknik yang digunakan oleh auditan, mengenali peluang untuk
menggunakan teknik yang lebih canggih agar dapat melaksanakan fungsi audit dengan cara yang
lebih efisien dan efektif. Teknologi informasi bisa menjadi alat yang sangat berharga untuk
melaksanakan kegiatan audit agar lebih efektif dan efisien.

Guna menilai tingkat kesesuaian penyajian laporan keuangan, seorang auditor harus
mengevaluasi internal control dan memperoleh bukti-bukti, yaitu segenap informasi yang bias
diperoleh untuk menentukan tingkat kesesuaian tersebut dalam laporan auditing, serta sumber-
sumber lain yang dimungkinkan dan dibenarkan (Islahuzzaman, 2014).
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, makalah ini dibuat dengan
judul, “Dampak teknologi informasi terhadap proses audit”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :

1. Bagaimana dampak teknologi informasi terhadap proses audit ?


2. Bagaimana contoh dari dampak teknologi informasi terhadap proses audit ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam makalah ini antara lain :

1. Mengetahui dampak teknologi informasi terhadap proses audit


2. Mengetahui contoh dari dampak teknologi informasi terhadap proses audit.

1.4 Sistematika Penulisan

Sebagaimana makalah pada umunya, makalah ini terdiri dari antara lain :

BAB 1 : Pendahuluan

Di dalam bab Pendahuluan terdapat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan makalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka

Di dalam bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan tema makalah ini.

BAB 3 : Pembahasan dan Kasus

Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai dampak teknologi informasi dalam proses
audit serta contoh kasus yang disajikan.

BAB 4 : Kesimpulan

Bab ini berisi kesimpulan dan saran makalah.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

(Sufi isi sendiri ya, copas aja dari banyak sumbernya)


BAB 3

PEMBAHASAN DAN KASUS

3.1 Dampak Teknologi Informasi Dalam Proses Audit

Menurut Islahuzzaman (2014), Penggunaan TI dapat meningkatkan pengendalian


internal dengan menambahkan prosedur pengendalian baru yang dilakukan oleh komputer, dan
dengan mengganti pengendalian manual yang dapat terpengaruh oleh keslahan manusia.
Perubahan pengendalian internal yang diakibatkan oleh pengintegrasian TI ke dalam sistem
akuntansi:

1. Pengendalian komputer menggantikan pengendalian manual. Karena komputer


memroses informasi secara konsisten, sistem TI dapat mengurangi salah saji dengan
mengganti prosedur manual dengan pengendalian terprogram yang menerapkan
pengecekan dan penyeimbangan setiap transaksi yang diproses. Ini mengurangi
kesalahan manusia yang sering terjadi dalam pemrosesan transaksi secara manual.
Pengendalian keamanan secara online atas aplikasi, database, dan sistem operasi dapat
memperbaiki pemisahan tugas, yang mengurangi kesempatan untuk melakukan
kecurangan.
2. Tersedianya informasi yang bermutu lebih tinggi. Aktivitas TI yang kompleks biasanya
dikelola secara efektif karena kerumitan itu memerlukan organisasi, prosedur, dan
dokumentasi yang efektif. Ini biasanya menghasilkan informasi yang bermutu lebih
tinggi bagi manajemen.

Menilai Risiko Teknologi Informasi

Jika sistem TI gagal, organisasi dapat lumpuh karena tidak mampu mendapatkan
kembali informasi atau menggunakan informasi yang tidak andal karena kesalahan
pemrosesan. Risiko ini meningkatkan kemungkinan salah saji yang material dalam laporan
keuangan. Risiko khusus pada sistem TI meliputi:

1. Risiko pada Perangkat Keras dan Data


 Ketergantungan pada kemampuan berfungsinya perangkat keras dan lunak.
Sangat penting untuk melindungi secara fisik perangkat keras, perangkat lunak,
dan data yang terkait dari kerusakan fisik yang mungkin diakibatkan ileh
penggunaan yang tidak semestinya, sabotase, atau kerusakan lingkungan.
 Kesalahan sistematis versus kesalahan acak. Ketika organisasi mengganti
prosedur manual dengan prosedur berbasis-teknologi, risiko kesalahan acak
akibat keterlibatan manusia akan berkurang. Namun, risiko kesalahan sistematis
dapat meningkat karena setelah prosedur diprogramkan ke dalam perangkat
lunak komputer, komputer akan memroses informasi tentang semua transaksi
secara konsisten sampai prosedur yang diprogramkan itu diubah. Pemrograman
perangkat lunak yang cacat dan perubahan perangkat lunak itu akan
mempengaruhi reliabilitas pemrosesan komputer, yang sering kali
mengakibatkan banyak salah saji yang signifikan.
 Akses yang tidak sah. Tanpa pembatasan online yang tepat seperti kata sandi
dan ID pemakai, aktivitas yang tidak sah dapat dilakukan melalui komputer,
yang mengakibatkan perubahan yang tidak semestinya dalam program perangkat
lunak dan file induk.
 Hilangnya data.
2. Jejak Audit yang Berkurang.
 Visibilitas jejak audit. Karena sebagian besar informasi dimasukkan secara
langsing kedalam komputer, penggunaan TI sering kali mengurangi atau bahkan
meniadakan dokumen dan catatan sumber yang memungkinkan organisasi untuk
menelusuri informasi akuntansi. Dokumen dan catatan tersebut disebut jejak
audit.
 Keterlibatan manusia yang berkurang. Dalam banyak sistem TI, karyawan yang
terlibat dengan pemrosesan awal transaksi tidak pernah melihat hasil akhirnya.
Karena itu, mereka kurang mampu mengidentifikasi salah saji pemrosesan.
 Tidak adanya otorisasi tradisional. Sistem TI yang canggih sering memprakarsai
jenis transaksi tertentu secara otomatis , seperti perhitungan bunga atas rekening
tabungan di bank dan pemesanan persediaan apabila tingkat pesanan yang
ditentukan sebelumnya telah tercapai.
3. Kebutuhan akan Pengalaman TI dan Pemisahan Tugas TI
 Pemisahan tugas yang berkurang. Apabila organisasi beralih dari sistem manual
ke sistem komputerisasi, komputer akan melaksanakan banyak tugas-tugas yang
secara tradisional dipisahkan, seperti otorisasi dan pembukuan.
 Kebutuhan akan pengalaman TI. Meskipun perusahaan membeli paket
perangkat lunak akuntansi yang dijual dipasaran, perusahaan juga harus
merekrut personil dengan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk
memasang, memelihara, serta menggunakan sistem tersebut. Dengan
meningkatnya penggunaan sistem TI, kebutuhan akan spesialis TI yang
berkualitas juga meningkat.

Pengendalian Internal Khusus atas Teknologi Informasi

1. Pengendalian Umum
a. Administrasi Fungsi TI Sikap dewan direksi dan managemen senior tentang TI
mempengaruhi arti penting TI yang dirasakan dalam suatu organisasi. Pengawasan,
alokasi sumber daya, dan keterlibatannya dalam setiap keputusan kunci TI
memberikan isyarat pentingnya TI.
b. Pemisahan Tugas-tugas TI Sebagai respons terhadap risiko menggabungkan
tanggung jawab penyimpanan tradisional, otorisasi, dan administrasi ke dalam
fungsi TI, organisasi yang dikendalikan dengan baik memisahkan tugas-tugas kunci
dalam TI. Sebagai contoh, tugas-tugas TI harus dipisahkan untuk mencegah personil
TI mengotorisasi dan mencatat transaksi untuk menutupi pencurian aktiva.
c. Pengembangan Sistem Pengembangan sistem meliputi:
 Membeli perangkat lunak atau mengenbangkan sendiri perangkat lunak itu
di kantor (in-house) yang memenuhi kebutuhan organisasi. Kunci untuk
mengimplementasikan perangkat lunak yang tepat adalah melibatkan tim
dari personil TI maupun personil non-TI, termasuk para pemakai utama
perangkat lunak itu dan auditor internal.
 Menguji semua perangkat lunak guna memastikan bahwa perangkat lunak
baru itu kompatibel dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang ada,
serta menentukan apakah perangkat keras dan perangkat lunak itu dapat
menangani volume transaksi yang diinginkan.
d. Keamanan Fisik dan Online Pengendalian fisik atas komputer dan pembatasan
online ke perangkat lunak serta file data terkait mengurangi risiko dilakukannya
perubahan yang tidak diotorisasi ke program dan penggunaan program serta file
yang tepat.
e. Backup dan Perencanaan Kontinjensi Untuk mencegah hilangnya data selama
mati listrik, banyak perusahaan mengandalkan sumber tenaga cadangan atau backup
atau generator sendiri. Untuk bencana yang lebih serius, organisasi memerlukan
backup yang terinci dan rencana kontinjensi seperti menyimpan semua salinan
perangkat lunak dan file data yang sangat penting untuk mengoutsourcing
perusahaan yang berspesialisasi dalam mengamankan penyimpanan data tersebut.
Backup dan rencana kontinjensi juga harus mengidentifikasi perangkat keras
altermatif yang dapat digunakan untuk memroses data perusahaan.
f. Pengendalian Perangkat Keras Pengendalian ini sudah dipasang dalam peralatan
komputer pleh pabrik pembuatnya untuk mendeteksi dan melaporkan kegagalan
peralatan.
2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian aplikasi dirancang untuk setiap aplikasi perangkat lunak dan
dimaksudkan untuk membantu perusahaan memenuhi enam tujuan audit yang terkait
dengan transaksi. Pengendalian aplikasi yang dilakukan oleh personil klien disebut
pengendalian manual. Keefektifan pengendalian manual bergantung pada kompetensi
orang-orang yang melaksanakan pengendalian itu dan kemahiran mereka ketika
melaksanakannya. Pengendalia yang dilakukan oleh komputer disebut pengendalian
otomatis. Karena sifat pemrosesan komputer, pengendalian otomatis, jika dirancang
secara tepat, akan menghasilkan operasi pengendalian yang konsisten. Pengendalian
aplikasi terdiri dari tiga kategori:
 Pengendalian input dirancang untuk memastikan bahwa informasi yang
dimasukkan ke dalam komputer sudah diotorisasi, akurat, dan lengkap. Untuk
sistem TI yang mengelompokkan semua transaksi yang serupa ke dalam batch,
penggunaan total batch keuangan, total hash, dan total perhitungan record akan
membantu meningkatkan keakuratan serta kelengkapan input.
 Pengendalian pemrosesan mencegah dan mendeteksi kesalahan ketika data
transaksi diproses. Pengendalian umum, terutama pengendalian yang
berhubungan dengan pengembangan sistem dan keamanan, merupakan
pengendalian yang sangat penting guna meminimalkan kesalahan. Pengendalian
pemrosesan aplikasi khusus sering diprogram ke dalam perangkat lunak untuk
mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi kesalahan pemrosesan.
 Pengendalian ouput berfokus pada mendeteksi kesalahan setelah pemrosesan
diselesaikan, bukan pada mencegah kesalahan. Pengendalian output yang paling
penting adalah review kelayakan data oleh seseorang yang memahami output
itu.

Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit

1. Pengaruh Pengendalian Umum Terhadap Risiko Pengendalian


a. Pengaruh pengendalian umum terhadap aplikasi sistem. Pengendalian umum yang
tidak efektif akan menimbulkan potensi salah saji material pada semua aplikasi
sistem, tanpa memperhatikan mutu dari setiap pengendalian aplikasi. Jika
pengendalian umum dianggap sudah efektif, auditor akan sangat bergantung pada
pengendalian aplikasi. Kemudian auditor dapat menguji pengendalian aplikasi
menyangkut keefektifan operasinya dan mengandalkan hasilnya untuk mengurangi
pengujian substantif.
b. Pengaruh pengendalian umum terhadap perubahan perangkat lunak. Ketika klien
mengganti perangkat lunak, auditor harus mengevaluasi apakah diperlukan
pengujian tambahan. Jika pengendalian umumnya efektif, auditor dapat dengan
mudah mengidentifikasi kapan perubahan perangkat lunak itu dilakukan.
c. Memahami pengendalian umu klien. Biasanya auditor memperoleh informasi
tentang pengendalian umum dan aplikasi melalui cara-cara berikut:
 Wawancara dengan personil TI dan para pemakai kunci
 Memeriksa dokumentasi sistem seperti bagan arus, manual pemakai,
permintaan perubahan program, dan hasil pengujian
 Mereview kuesioner terinci yang diselesaikan oleh staf TI
2. Pengaruh Pengendalian TI terhadap Risiko Pengendalian dan Pengujian Substantif
a. Mengaitkan pengendalian TI dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Karena pengendalian umum mempengaruhi tujuan audit dalam beberapa siklus,
maka jika pengendalian umumnya tidak efektif, kemampuan auditor dalam
menggunakan pengendalian aplikasi untuk mengurangi risiko pengendalian pada
semua siklus akan berkurang. Auditor dapat menggunakan matriks risiko
pengendalian guna membantunya mengidentifikasi pengendallian manual maupun
pengendalian aplikasi yang terotomatisasidan defisiensi pengendalian bagi setiap
tujuan audit yang terkait.
b. Pengaruh pengendalian TI terhadap pengujian substantif. Setelah mengidentifikasi
pengendalian aplikasi khusus yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko
pengendalian, auditor lalu mengurangi pengujian substantif. Karena pengendalian
aplikasi yang terotomatisasi bersifat sistematis, hal itu akan memungkinkan auditor
mengurangi ukuran sampel yang digunakan untuk menguji pengendalian tersebut
baik dalam audit laporan keuangan maupun audit pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
3. Auditing dalam lingkungan TI yang kurang kompleks. Banyak organisasi yang
memiliki lingkungan TI yang tidak rumit sering kali sangat bergantung pada
mikrokomputer untuk melakukan fungsi-fungsi sistem akuntansi. Penggunaan
mikrikomputer dapat menimbulkan pertimbangan audit berikut ini:
 Ketergantungan yang terbatas pada pengendalian yang terotomatisasi
 Akses ke file induk.apabila klien menggunakan mikrokomputer, auditor harus
memperhatikan akses ke file induk oleh orang-orang yang tidak berwenang.
 Risiko virus komputer
4. Auditing dalam lingkungan TI yang lebih kompleks. Auditor menggunakan tiga
kategori pendekatan pengujian ketika mengaudit melalui komputer:
a. Pendekatan Data Pengujian. Dalam pendekatan ini auditor memroses sata
pengujiannya sendiri dengan menggunakan sistem komputer klien dan program
aplikasi untuk menentukan apakah pengendalian yang terotomatisasi memroses
dengan tepat data pengujian itu. Auditor merancang data pengujian dengan
menyertakan transaksi yang harus diterima atau ditolak oleh sistem klien. Setelah
data pengujian diproses pada sistem klien, auditor membandingkan output aktual
dengan output yang diharapkan untuk menilai keefektifan pengendalian program
aplikasi yang terotomatisasi tersebut.
b. Simulasi Paralel. Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak yang
dikendalikan auditor untuk melaksanakan operasi yang sama dengan yang
dilaksaksanakan oleh perangkat lunak klien, dengan menggunakan file data yang
juga sama. Tujuannya adalah untuk menentukan keefektifan pengendalian yang
terotomatisasi dan untuk mendapatkan bukti tentang saldo akun elektronik.
Pendekatan pengujian ini disebut pengujian simulasi paralel. Biasanya auditor
melakukan pengujian simulasi paralel dengan menggunakan perangkat lunak audir
tergeneralisasi (GAS) yaitu program yang dirancang khusus untuk tujuan audit.
c. Pendekatan Modul Audit Tertanam. Ketika menggunakan pendekatan ini, auditor
menyisipkan modul audit dalam sistem aplikasi klien untuk mengidentifikasi jenis
transaksi tertentu. Pendekatan modul audit tertanam memungkinkan auditor untuk
terus mengaudit transaksi dengan mengidentifikasi transaksi aktual yang diproses
oleh klien yang dibandingkan dengan data pengujian dan pendekatan simulasi
paralel, yang hanya memperkenankan pengujian sela.

Permasalahan Pada Lingkungan TI yang Berbeda

Walaupun semua organisasi memerlukan pengendalian umum yang baik tanpa


memperhatikan struktur fungsi TI-nya, beberapa masalah pengendalian umum bervariasi
tergantung pada lingkungan TI.

1. Masalah pada Lingkungan Jaringan


Dalam lingkungan jaringan, perangkat lunak aplikasi dan file data yang digunakan
untuk memroses transaksi berada pada beberapa komputer yang saling terhubung.
Sudah lazim bahwa jaringan komputer terdiri dari berbagai gabungan peralatan dan
prosedur, yang mungkin tidak mempunyai opsi keamanan standar. Kurangnya
kompabilitas peralatan di seluruh jaringan dapat terjadi apabila tanggung jawab atas
pembelian peralatan dan perangkat lunak, pemeliharaan, administrasi, dan keamanan
fisik sering berada pada kelompok pemakai utama, bukan pada fungsi TI yang terpusat.
Apabila klien mempunyai aplikasi akuntansi yang diproses dalam lingkungan jaringan,
auditor harus mempelajari konfigurasi jaringan, termasuk lokasi server komputer dan
workstation yang saling berhubungan satu sama lain, perangkat lunak jaringan yang
digunakan untuk mengelola sistem, serta pengendalian atas akses dan perubahan
program aplikasi serta file data yang ada pada server. Pengetahuan ini dapat
berimplikasi bagi penilaian auditor ketika merencanakan audit laporan keuangan dan
ketika menguji pengendalian dalam audit pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
2. Masalah pada Sistem Manajemen Database
Sistem manajemen database memungkinkan klien membuat database yang meliputi
informasi yang dapat digunakan bersama dalam banyak aplikasi. Klien
mengimplikasikan sistem manajemen database untuk mengurangi kelebihan data,
meningkatkan pengendalian atas data, dan menyediakan informasi yang lebih baik bagi
pengambilan keputusan dengan mengintegrasikan informasi di semua fungsi dan
departemen.
Pengendalian sering kali meningkat apabila data tersentralisasi dalam sistem
manajemen database dengan menghilangkan file data duplikat. Namum, sistem
manajemen database juga dapat menimbulkan risiko pengendalian internal. Risiko akan
meningkat apabila semakin banyak pemakai, termasuk individu di luar bagian
akuntansi, yang dapat mengakses dan memperbarui file data.
Auditor klien yang menggunakan sistem manajemen database harus memahami
perencanaan, organisasi, dan kebijakan serta prosedur klien untuk menentukan seberapa
baik sistem itu dikelola.
3. Masalah pada Sistem E-commerce
Perusahaan yang menggunakan sistem e-commerce untuk melakukan transaksi bisnis
secara elektronis akan menghubungkan sistem akuntansi internalnya dengan sistem
pihak eksternal, seperti pelanggan dan pemasok. Akibatnya, risiko yang dihadapi suatu
perusahaan sebagian bergantung pada seberapa baik mitra e-commerce-nya
mengidentifikasi dan mengelola risiko dalam sistem TI-nya sendiri. Untuk mengelola
risiko interdependensi ini, perusahaan harus memastikan bahwa mitra bisnisnya
mengelola risiko sistem TI sebelum melaksanakan bisnis dengannya secara elektronis.
Penggunaan sistem e-commerce juga membuat data perusahaan yang sensitif, program,
dan perangkat keras terbuka terhadap kemungkinan campur tangan atau sabotase oleh
pihak luar. Untuk membatasi keterbukaan ini, perusahaan menggunakan firewall, teknik
enkripsi, dan tanda tangan digital.
Auditor harus memahami sifat firewall dan pengendalian enkripsi guna memastikan
bahwa hal itu diimplementasikan dan dipantau secara tepat. Auditor mungkin harus
memahami dan menguji pengendalian enkripsi untuk memenuhi tujuan transaksi serta
saldo akun.
4. Masalah yang Timbul Ketika Klien Mengoutsource TI
a. Memahami Pengendalian Internal dalam Sistem Outsource
Auditor menghadapi kesulitan untuk memahami pengendalian klien dalam situasi
tersebut karena banyaknya pengendalian yang ada di pusat jasa dan auditor tidak
dapat mengasumsikan bahwa pengendalian itu memadai hanya karena pusat jasa
tersebut merupakan perusahaan independen. Standar auditing mengharuskan auditor
mempertimbangkan kebutuhan untuk memahami dan menguji pengendalian pusat
jasa, jika aplikasi pusat jasa itu melibatkan pemrosesan data keuangan yang penting.
Untuk memahami dan menguji pengendalian pusat jasa, auditor harus menggunakan
kriteria yang sama dengan yang digunakan dalam mengevaluasi pengendalian
internal klien.
b. Ketergantungan pada Auditor Pusat Jasa
Dalam tahun-tahun terakhir, semakin umum bagi pusat jasa untuk menugaskan
kantor akuntan publik dalam memahami dan menguji pengendalian internal pusat
jasa itu, serta mengeluarkan laporan untuk digunakan oleh semua pelanggan dan
auditor independennya. Tujuan penilaian independen ini adalah untuk menyediakan
pelanggan pusat jasa suatu kepastian yang layak tentang memadainya pengendalian
umum dan aplikasi pusat jasa itu, serta untuk menghilangkan kebutuhan akan audit
yang berlebihan oleh auditor pelanggan.

3.2 Contoh Dampak Teknologi Informasi Dalam Proses Audit

Biasanya auditor melakukan pengujian simulasi parallel dengan menggunakan perangkat


lunak audit tergeneralisir (GAS), yaitu program yang dirancang secara khusus untuk tujuan
auditing (Cushing, et all, 1994). Perangkat lunak audit yang tersedia secara komersial
adalah seperti ACL atau IDEA. Perangkat lunak audit tergeneralisir memiliki tiga
keunggulan, antara lain relative mudah melatih staf audit untuk menggunakannya,
meskipun mereka hanya mempunyai pelatihan yang minim di bidang TI yang berkaitan
dengan audit, perangkat lunak tersebut dapat diterapkan pada berbagai klien dengan
penyesuaian yang minimal, dan mampu melaksanakan pengujian audit jauh lebih cepat dan
lebih terinci ketimbang menggunakan prosedur manual yang tradisional. Contoh dibawah
ini adalah beberapa penggunaan umum dari perangkat lunak audit tergeneralisir antara lain:

1. Perangkat lunak tergeneralisir digunakan untuk menguji pengendalian yang


terotomatisasi.
2. Perangkat lunak audit tergeneralisir digunakan untuk memverifikasi saldo akun klien.

Dibawah ini adalah contoh penggunaan perangkat lunak audit yang telah tergeneralisir:

Penggunaan Uraian Contoh


Memverifikasi perkalian dan Memverifikasi keakuratan Memfooting neraca saldo
footing perhitungan klien dengan piutang usaha
menghitung informasi secara
independen
Memeriksa catatan tentang Memindai semua catatan Mereview file penggalian
mutu, kelengkapan, dengan menggunakan kriteria untuk karyawan yang
konsistensi, dan kebenaran tertentu berhenti.
Membandingkan data pada Menentukan bahwa informasi Membandingkan perubahan
file terpisah dalam dua file data atau lebih saldo diantara dua tanggal
dengan menggunakan file
pada transaksi
Memilih sampel audit Memilih sampel dari data Secara asak memilih piutang
yang dibaca mesiin usaha untuk dikonfirmasi
Mengikhtisarkan atau Mengubah atau Mengurutkan kembali item
mengurutkan kembali data mengagregatkan data persediaan sesuai lokasi untuk
dan melaksanakan analisis memudahkan observasi fisik
Membandingkan data yang Membandingkan data yang Membandingkan respon
diperoleh melalui prosedur dapat dibaca mesin dengan konfirmasi dengan file induk
audit lain dengan catatan bukti audit yang dikumpulkan akun pada perusahaan
secara manual, yang dapat
diubah ke format yang dapat
dibaca mesin
Mencetak permintaan Mencetak data dari item Mencetak nama pelanggan,
konfirmasi sampel yang dipilih untuk alamat, dan informasi tentang
pengujian konfirmasi akun dari file induk,

BAB 4

KESIMPULAN
Hal yang perlu diperhatikan oleh auditor adalah saat suatu entitas banyak menggunakan
data secara elektronik, auditor harus mempunyai keyakinan atas validitas data yang ada.Auditor
juga harus fokus pada masalah keamanan dengan memeriksa dan mengidentifikasi sumber
data.Pengendalian internal untuk mencegah penipuan dan penyalahgunaan informasi juga harus
diperhatikan. Software audit umum merupakan suatu software yang digunakan untuk mengambil
dan menganalisa data. Software ini didesain untuk menyajikan audit dan analisis statistik yang
lebih spesifik.

Software audit umum mensyaratkan pengujian keseluruhan data yang ada sehingga
auditor lebih memilih menggunakan prosedur audit manual dengan menggunakan sampling atas
transaksi keuangan daripada menguji keseluruhan data yang ada karena cara ini lebih cepat dan
lebih murah. Sistem pertukaran data elektronik menuntut auditor untuk menggunakan prosedur
audit yang tepat untuk memastikan kecukupan dan efektivitas pengendalian internal klien
mereka. Sistem juga membutuhkan kontrol yang memadai yang dapat mendeteksi kesalahan
dengan cepat dan mengambil tindakan dengan segera karena transaksi terjadi secara terus
menerus.Pengamanan yang tepat sangat dibutuhkan dalam sistem ini.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang berjalan dengan cepat, auditor harus terus
mengikuti perkembangan teknologi tersebut dan dampaknya pada sistem pengolahan data.
Auditor juga harus mampu menyusun prosedur audit yang sejalan dengan perkembangan
teknologi yang ada karena suatu saat transaksi akuntansi mungkin hanya akan disajikan dalam
bentuk elektronik tanpa dokumentasi dalam bentuk kertas. Penggunaan perdagangan secara
elektronik juga akan mengubah transaksi bisnis. Oleh karena itu, auditor mempunyai tantangan
lebih besar di masa depan berkaitan dengan semakin meluasnya penggunaan teknologi informasi
sehingga auditor harus berpacu untuk meningkatkan integritasnya terutama berkaitan dengan
penggunaan teknologi informasi.

Daftar Pustaka
Hiererra, 2014, Continuous Audit : Implementasi dan Pengendalian berbasis teknologi informasi
dalam menjalankan fungsi audit yang lebih efektif dan efisien, Comtech, Jakarta

Laudon, K.C., Jane P. Laudon. 2004. Management Information Systems. 8th edition. New Jersey :
Prentice- Hall, Inc

Noviari, Noniek. 2007. Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi Terhadap Perkembangan


Akuntansi. Jurusan Akuntansi Fakultas EkonomiUniversitas Udayana

Oktavia, Ika. 2015. Peranan Teknologi Informasi Dalam Audit. Bhirawa Vol.2. Sragen

Islahuzzaman, 2014. Dampak Teknologi Informasi Terhadap Audit Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai