1. Pendahuluan
proses bisnis secara umum dan mengubah proses yang dilakukan oleh auditor
transaksi dan data keuangan lainnya yang terutama diperhatikan oleh auditor (Han
et al., 2016).
audit yang canggih untuk melacak bukti elektronik sehingga tugasnya dapat
dilakukan secara efektif dan efisien (Braun & Davis, 2003). Perkembangan
teknologi informasi saat ini menyebabkan perubahan yang signifikan pada setiap
tahapan proses audit. Audit secara tradisional seperti audit around the computer
untuk memeriksa dokumen yang dicetak secara manual, telah semakin berubah
menjadi audit with the computer dan audit through the computer (Rosli et al.,
(ERP) system adalah sebuah sistem yang mengintegrasikan semua aspek aktivitas
1
manufaktur, manajemen inventaris menjadi satu sistem. Sedangkan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) menurut Romney dan Steinbart (2015) adalah sumber
daya manusia dan modal dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk
sistem ERP dan SIA dalam bisnis mempengaruhi manajemen dalam pengambilan
(Salijeni et al., 2019). Adapun teknologi audit yang digunakan oleh auditor untuk
Tools and Techniques (CAATs) atau Teknik Audit Berbantu Komputer (TABK).
digunakan oleh auditor (eksternal atau internal) sebagai bagian dari prosedur audit
mereka untuk memproses data signifikansi audit yang terkandung dalam sistem
informasi entitas (Singleton & Flesher, 2003). Menurut Romney dan Steinbart
(2015) CAATs mengacu pada perangkat lunak (software) audit, atau sering juga
2
file data besar untuk mengidentifikasi catatan yang membutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut. Menurut (Mahzan & Lymer, 2014), CAATs yang digunakan oleh
kurangnya masukan dokumen atau tidak adanya jejak audit ketika melakukan
pengujian kontrol dan pengujian substantive (Tansil et al., 2019). Ahmi et al.,
(2015), dan Harum (2015) menyatakan bahwa secara empiris terbukti penggunaan
kualitas audit yang semakin baik pula. Penggunaan CAATs oleh auditor didahului
selanjutnya terjadi proses untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika
hasil dari proses tersebut adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka
pekerjaan yang lebih berkualitas sehingga penggunaan alat tersebut dapat menjadi
solusi atas permasalahan yang ada pada salah satu perusahaan pembiayaan di
Indonesia.
3
Pada akhir tahun 2018 terjadi kasus yang melibatkan antara PT Sunprima
karena adanya kelalaian yang dilakukan oleh auditor pada KAP Deloitte. Menurut
pengendalian sistem informasi terkait data nasabah dan akurasi jurnal piutang
pembiayaan, tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, serta tidak
audit yang terjadi karena kurangnya pemahaman atas sistem informasi tersebut
pernyataan yang dikemukakan oleh Sepky (2020) bahwa kegagalan audit terkait
pengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh auditor. Dampak dari Covid-19
yang dilansir dari AntaraNews (2020) disebutkan bahwa hasil survei yang
dilakukan oleh kantor akuntan publik dan konsultan RSM Indonesia menunjukkan
bahwa kasus fraud meningkat selama masa pandemi Covid-19. Hasil survei
4
online tersebut menunjukkan hasil dimana 80 persen dari 130 responden
mengalami fraud. Oleh karena itu, berdasarkan petunjuk atau guidance yang
salah satu upaya untuk mengurangi risiko fraud dapat diminimalisir dengan
CAATs masih relatif rendah dan belum banyak dilakukan oleh kantor akuntan
publik (Ahmi et al., 2016; Curtis & Payne, 2008, 2014; Debreceny et al., 2005).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widuri (2016) yang
dapat disebabkan karena seorang auditor yang belum merasakan manfaat yang
Agar dapat merasakan manfaat dari suatu teknologi, maka dari para
et. al, 2003) serta ketersediaan dari sistem informasi itu sendiri (Tornatzky &
informasi dapat dilihat dari persepsi individual yang disebut dengan model
aspek individual dijelaskan oleh model UTAUT, maka dari aspek sistem
informasi itu sendiri dijelaskan oleh model TOE (Technology, Organization and
5
Environment). Model ini menilai penerimaan suatu teknologi dari segi teknologi,
yang dilakukan oleh Siew et al., (2020). Pada penelitian ini pengembangan
yaitu KAP yang berada di wilayah Jabodetabek, serta beberapa variabel yang
Indonesia.
manfaat yang signifikan setelah menggunakan sebuah sistem. Jika seorang auditor
lunak audit dalam proses audit (Tansil et al., 2019). Variabel ini merupakan faktor
teknologi informasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Hiyari et al., (2019)
6
penerimaan auditor internal terhadap penggunaan CAATs. Pernyataan tersebut
CAATs (Al-Hiyari et al., 2019; Bierstaker et al., 2014; Curtis & Payne, 2014;
Mahzan & Lymer, 2008a; Tansil et al., 2019). Namun, hingga saat ini peneliti di
menimbulkan perasaan minat dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai
kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan
teknologi audit (Smith et al., 2008). Dalam konteks audit, Bouaziz dan Jarboui
sistem dan kompleksitas dari sistem itu rendah maka auditor akan berniat untuk
7
dalam penggunaan dan rendahnya kompleksitas dari sebuah software audit, maka
Tansil et al., (2019), Al Hiyari et al., (2019) dan Curtis dan Payne (2014) yang
(2014), Janvrin and Lowe (2008) serta Mahzan dan Lymer (2008) menemukan
penggunaan teknologi audit seperti CAATs. Hal ini mencerminkan fakta bahwa
bukti kompeten yang cukup, sehingga faktor yang bersifat personal seperti
auditor. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Suryandini (2012) dimana kegunaan
suatu software audit tidak dipengaruhi oleh mudah tidaknya penggunaan software
tersebut. Software audit yang sulit digunakan akan tetap dimanfaatkan apabila
bagi kegiatan sistem informasi. Tingkat dari dukungan yang diberikan oleh
manajemen puncak dapat menjadi suatu faktor yang sangat penting dalam
informasi. Dukungan dari pihak manajemen dapat berupa sumber daya keuangan,
8
keahlian teknis, training untuk auditor serta komitmen manajemen untuk
Tjhai Fung Jen (2002) pun berpendapat, semakin besar dukungan yang
akuntansi. Sedangkan dukungan top management menurut Lee & Kim (1992)
keputusan tentang penggunaan teknologi dalam audit organisasi (Ahmi & Kent,
2012; Mahzan & Lymer, 2014; Rosli et al., 2013). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Mahzan & Lymer, 2014; Siew et al., 2020; Veerankutty et al.,
adalah karakteristik tertentu dari seseorang yang menghasilkan kinerja efektif atas
pekerjaan atau juga merupakan gabungan dari pengetahuan, keahlian dan perilaku
yang berdampak pada pekerjaan atau tanggung jawab sesuai dengan standar yang
9
(Siew et al., 2020). Auditor yang memiliki kompetensi atau skill IT akan menjadi
Kompetensi atau skill auditor dalam penelitian Mahzan dan Lymer (2014)
yang dilakukan oleh Mahzan dan Lymer (2014) skill auditor memainkan peran
merupakan sesuatu yang dapat berubah atau tidak mutlak. Dimana setiap individu
penggunaan ataupun sesuai dengan tuntutan pekerjaan itu sendiri. Sehingga sangat
lebih cenderung menggunakan prosedur audit yang terkait dengan komputer. Hal
tersebut tentunya akan menjadikan pekerjaan auditor lebih efektif dan efisien
karena adanya sinkronisasi antara data klien dan data auditor. (Siew et al., 2020)
10
juga menyatakan bahwa kompleksitas sistem informasi akuntansi klien menjadi
faktor pemicu terhadap penggunaan CAATs. Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Janvrin et al., 2009; Siew et al., 2020) menemukan bahwa
dilakukan oleh (Li et al., 2018) dimana ia menemukan bahwa kompleksitas sistem
aplikasi software audit seperti ACL dan IDEA. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya variasi untuk kompleksitas TI karena sekitar 90% dari perusahaan yang
penelitian ini diambil dari DOI Theory (Rogers, 2003) yaitu relative advantage
penggunaan teknologi baru dianggap lebih baik daripada ide yang digantikannya
(Rogers, 2003). Ide yang dimaksud dalam konteks audit adalah pekerjaan audit
manfaat atau keuntungan yang didapat jika menggunakan CAATs. Manfaat yang
oleh teknologi audit, maka akan meningkatkan niat atau keinginan auditor untuk
11
didalam konteks audit menurut (Siew et al., 2020) adalah adanya keselarasan
dan fitur CAATs maka akan menjadi pendorong penggunaan teknologi audit
tersebut.
penelitian ini yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit perusahaan go
dimana berdirinya KAP besar yang berafiliasi dengan KAP Big Four bertaraf
12
2) Apakah effort expectancy berpengaruh terhadap penggunaan CAATs pada
13
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
BAB II
14
TINJAUAN PUSTAKA
profesi akuntansi dan audit, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi cara
risiko yang dihadapi oleh auditor serta teknik audit yang diadopsi (Wanger, 2001).
Karenanya, di dunia teknologi, tidak mungkin bagi akuntan dan auditor untuk
pengumpulan dan evaluasi bukti untuk menentukan apakah sistem komputer yang
15
1. Audit around the computer
berbasis teknologi dan teknik analisis lainnya. Atas pernyataan tersebut, maka
auditor tidak hanya dituntut untuk menguasai audit secara konseptual, melainkan
audit. Saat ini telah dikembangkan CAATs (computer-assisted audit tools and
16
CAATs menurut Braun & Davis (2003) adalah alat dan teknik yang
digunakan oleh auditor untuk mengekstraksi dan menganalisis data klien. Menurut
(James Hall, 2011) CAATs adalah alat audit berbasis komputer yang digunakan
elektronik untuk menjadi bukti audit. Untuk dapat memperoleh dan mengevaluasi
mrngakses dan menganalisa data elektronik yang disebut dengan Teknik Audit
Techniques (CAATs).
(Zhao, Yen, & Chang, 2004). Berdasarkan hasil penelitian dari Muhayoca dan
data audit serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas waktu, biaya, dan sumber
daya manusia. CAATs memainkan peran penting pula dalam mengidentifikasi dan
sampel (AICPA, 2001; Curtis & Payne, 2008; Singleton, 2011) atau untuk
17
CAATs dapat digunakan dalam pelaksanaan berbagai prosedur audit
berikut:
lunak audit untuk menguji semua (suatu sampel) transaksi dalam file
komputer
18
Penggunaan CAATs dapat memberikan beberapa manfaat dibandingkan
risiko tersebut menjadi lebih fokus dan efektif (Bank Dunia, 2017). Hal
nilai audit (Ernst & Muda, 2015; Ghosh & Pawlewicz, 2009).
3. CAATs adalah alat audit yang kuat untuk mendeteksi kesalahan dan
(Chaney, 2003).
19
2.2.1 Regulasi CAATs
mengumpulkan bukti yang lebih luas tentang data yang terkandung di dalam file
Akuntan Publik PSA pasal 327 paragraf 12. Ayat ini menyatakan bahwa jika
dilihat maka tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengujian manual
Tools (CAATs).
(SPAP, SA 330, 2013) dimana dalam pengujian yang lebih luas mengenai arsip
elektronik dan untuk mendeteksi salah saji material akibat dari suatu kecurangan,
penerapan CAATs sangat perlu dilakukan guna meminimalisasi resiko salah saji
laporan keuangan (Zerry Sufanda, 2018). Namun menurut Ghani, Azizi, &
Zabedah (2016) di Indonesia adopsi dan penggunaan CAATs dalam proses audit
20
2.2.2 Fitur-fitur CAATs
lima (5) jenis yaitu Test Data Techniques, Integrated Test Facility (ITF), Parallel
(GAS). Sedangkan Hall (2011) dan Bambang dkk, (2020) mengkategorikan lagi
menjadi dua teknik, yaitu teknik pengujian aplikasi komputer (test data
techniques, ITF dan parallel simulation) dan teknik pengujian substantif (EAM
dan GAS).
GAS (General Audit Software) adalah perangkat lunak analisis data, yang
akuntansi. (Debreceny, Lee, Neo, & Toh, 2005; Myeni & Mvuyana 2018).
Menurut Ahmi dan Kent (2013), GAS digunakan oleh auditor untuk menganalisis
dan mengaudit secara langsung atau data yang diekstraksi dari berbagai aplikasi
21
2.2.2.2 ITF (Integrated Test Facility)
akuntansi normal. Sebagai contoh bank terkadang membuat cabang uji semacam
itu dalam Sistem Akuntansi Pelanggan mereka yang digunakan baik untuk
pengujian audit maupun untuk melatih teller dalam penggunaan sistem terminal.
Mengingat bahwa pengujian atau cabang audit telah dibuat pada sistem,
metode auditnya hampir sama dengan untuk test data. Auditor bank akan
diberikan terminal auditnya sendiri. Dia dapat mengatur pelanggan baru pada file
induk, dan dia dapat memasukkan setoran percobaan, penarikan, pesanan tetap,
dan transaksi lainnya. Dalam segala hal, dia dapat mengoperasikan cabang audit
seperti halnya cabang biasa. Transaksi akan diproses seperti biasa, dan akan
ditulis ke dalam program untuk mencegah data pengujian auditor merusak sistem
Pengujian dapat tidak terjadwal dan tidak diketahui oleh staf lain;
22
Memberikan bukti prima facie tentang fungsi program yang benar;
pengembangan sistem sehingga dampak ITF pada sistem secara keseluruhan dapat
sistem komputer yang menangani volume data yang sangat tinggi. Seperti yang
tersirat dari namanya, ini adalah aplikasi audit yang disimpan secara permanen
transaksi saat memasuki sistem. Setiap kali terjadi transaksi yang memenuhi
dilanjutkan untuk diproses lebih lanjut. File log audit secara berkala dipindai,
memilih transaksi yang memenuhi berbagai kriteria, yang dapat diubah dengan
transaksi pada tahap pemrosesan yang paling tepat, bahwa pengoperasian modul
tidak menurunkan kinerja sistem, dan bahwa parameter pemilihan audit dan file
23
Ada dua pendekatan untuk teknik ini. Yang diilustrasikan, dan dijelaskan di
sebagai "pemberian tag". Di sini rekaman yang dipilih hanya diberi tag; bidang
diidentifikasi dengan mudah untuk tujuan audit pada tahap selanjutnya dalam
proses.
Braun dan Davis (2003) mendefinisikan teknik data uji (test data
pengendalian terhadap sistem yang dimiliki klien. Metode ini digunakan untuk
mengetahui apakah suatu sistem atau program komputer klien telah berjalan
program baru atau program yang diubah, atau program yang menghasilkan
keluaran yang tidak dapat dengan mudah diprediksi atau digabungkan dengan
d. akurasi laporan
24
a. membutuhkan pengetahuan teknis yang terbatas
program penghitungan bunga berfungsi dengan baik, tetapi karena volume data
yang terlalu tinggi, auditor tidak dapat melakukannya dengan mudah. Auditor
dapat memutuskan bahwa untuk menguji data nyata, auditor harus menulis
terhadap file data sumber yang sama yang dikirimkan ke rangkaian penghitungan
diperoleh hanya terkait dengan pengujian yang auditor lakukan. Program dapat
diubah nanti, dan pengujian mungkin perlu diulang. Hall (2011) mengemukakan
mensimulasikan fitur atau proses utama dari aplikasi yang sedang ditinjau.
25
2. Mengidentifikasi proses dan pengendalian aplikasi yang penting untuk
oleh Viswanath Venkatesh et al., (2003). Model ini merupakan sebuah model
penerimaan teknologi yang muncul dari hasil sintesis delapan model penerimaan
26
Diffusion Theory (IDT), Model of Personal Computer Utilization (MPCU), the
Social Cognitive Theory (SCT) dan model kombinasi antara TAM dan TPB.
penentu, yaitu (1) ekspektasi kinerja, yaitu sejauh mana seseorang percaya bahwa
kinerja pekerjaan; (2) ekspektasi usaha, yaitu tingkat kemudahan yang terkait
dengan penggunaan sistem; (3) pengaruh sosial, yaitu sejauh mana individu
merasa bahwa penting bahwa orang lain percaya bahwa dia harus menggunakan
sistem baru, (4) kondisi fasilitasi, yaitu sejauh mana seseorang percaya bahwa
infrastruktur organisasi dan teknis ada untuk mendukung penggunaan sistem, dan
(5) niat perilaku, yang merupakan probabilitas subjektif seseorang bahwa dia akan
penentu tersebut.
Selain itu Venkatesh et al. (2003) telah memastikan bahwa model mereka
valid dan unggul, serta sangat mendukung dan menjelaskan hingga 70 persen
Gambar 2.1
UTAUT Model
27
Sumber: Venkatesh, 2003.
(1990). TOE adalah kerangka kerja klasik yang mengusulkan seperangkat faktor
(Kauffman & Walden, 2001); kondisi organisasi, konfigurasi ulang bisnis dan
(Kowath & Choon, 2001). Para peneliti (Awa et al., 2016; Siew et al., 2020;
Tornatzky & Fleischer, 1990; Widuri et al., 2016; Zhu & Kraemer, 2005)
28
Peneliti tersebut juga menjelaskan bahwa organisasi menyangkut ukuran
formalisasi, dan diferensiasi vertikal, kualitas sumber daya manusia, ukuran dan
Gambar 2.2
29
2.3.3 DOI (Diffusion of Innovation) Theory
Adapun teori pendukung pada penelitian ini diambil dari DOI (Diffusion of
Innovation) Theory yang dikembangkan oleh (Rogers 1995, 2003). DOI teori
sendiri digunakan pada penelitian ini untuk melihat dari persepektif teknologi itu
sendiri. Teknologi menurut Rogers (2003) adalah sebagai sebuah desain untuk
sebab akibat untuk mencapai hasil yang diinginkan. Teknologi terdiri dari dua
teknologi dalam bentuk suatu material atau objek fisik, sedangkan software adalah
mengkomunikasikan sebuah pesan atau ide mengenai sebuah hal baru (inovasi)
untuk dapat digunakan sebagai alat menyelesaikan problem atau masalah yang
sudah ada (Rogers, 1995). Rogers (1995) menyebut salah satu elemen pokok
Inovasi adalah gagasan, ide, praktek, atau objek yang diterima sebagai
sesuatu yang baru oleh seorang individu atau unit adopter lainnya. Karakter
sebuah inovasi teknologi menurut Rogers (1995) harus memiliki beberapa syarat
dengan sistem yang sudah ada pada perusahaan yang akan menggunakan inovasi
tersebut.
30
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan CAATs
berdasarkan penelitian Siew et al., (2020) yang terdiri atas top management
compatibility (kompatibilitas).
untuk mencapai prestasi kerja. Jika dikaitkan dalam konteks audit adalah disaat
auditor akan semakin berniat untuk menggunakan perangkat lunak audit tersebut
dalam bekerja.
31
Performance expectancy berhubungan langsung dengan penggunaan software
audit dalam membantu pekerjaan auditor. Hal ini karena auditor dianggap
informasi yang memadai terkait aktivitas auditing mereka. Dengan demikian, jika
kontribusi yang berarti dalam meningkatkan kinerjanya, dia akan cenderung untuk
menggunakannya.
kepada indikator yang dicetuskan oleh Venkatesh et al., (2003) dan kemudian
disesuaikan dalam konteks audit oleh Bierstaker (2014) dan Al Hiyari et al.,
selesai.
al., (2003) memandang effort expectancy sebagai tingkat kemudahan yang terkait
bahwa ada hubungan di antara upaya yang dilakukan di tempat kerja, hasil yang
32
dicapai dari upaya itu, dan penghargaan yang diterima dari upaya tersebut
(Ghalandari, 2012).
audit dalam membantu pekerjaan auditor. Hal ini karena penggunaan software
audit oleh auditor kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh seberapa mudah atau
dan kompleksitas perangkat lunak audit rendah maka auditor akan berniat untuk
yang dicetuskan oleh Venkatesh et al., (2003) dan kemudian disesuaikan dalam
konteks audit oleh Bierstaker (2014) dan Al Hiyari et al., (2019). Indikator
33
beberapa hal seperti sumber daya keuangan, training skill untuk auditor, serta
sarana dan fasilitas teknologi yang terkait. Tingkat dari dukungan yang diberikan
oleh manajemen puncak tersebut bagi sistem informasi organisasi dapat menjadi
suatu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan kegiatan yang
secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Tjhai Fung Jen (2002) pun
manajemen menurut Lee & Kim (1992) diartikan sebagai pemahaman manajemen
puncak tentang sistem komputer dan tingkat minat, dukungan, dan pengetahuan
indikator yang dicetuskan oleh Bradford dan Florin (2003) dan kemudian
Informasi Karyawan)
34
audit (Rosli et al., 2013). Auditor yang memiliki kompetensi dibidang Teknologi
akuntansi.
Tjhai Fung Jen (2002) berpendapat bahwa semakin tinggi kemampuan teknik
kinerja superior atas pekerjaan atau juga merupakan gabungan dari pengetahuan,
keahlian dan perilaku yang berdampak pada pekerjaan atau tanggung jawab sesuai
penelitian ini merujuk kepada indikator yang dicetuskan oleh oleh Thong (1999)
dan kemudian diadaptasi oleh Siew et al., (2020). Indikator tersebut terdiri atas:
35
5. Adanya ketersediaan karyawan yang ahli dalam CAATs pada perusahaan.
Complexity AIS Clients adalah sejauh mana perusahaan audit milik klien
memiliki sistem akuntansi yang kompleks (Siew et al., 2020). Kantor akuntan
publik yang memiliki klien dengan sistem informasi akuntansi yang rumit akan
menggunakan software audit. Hal ini karena dengan digunakannya software audit
seperti CAATs akan menjadikan pekerjaan auditor lebih efektif dan efisien serta
maka auditor harus memiliki pemahaman yang baik mengenai aliran transaksi dan
dimiliki oleh perusahaan klien dan pihak auditor sehingga baru dapat dilakukan
adaptasi software. Oleh karena itu semakin kompleks sistem informasi akuntansi
klien maka dapat didukung dengan pengadopsian dan penggunaan software audit
seperti CAATs.
36
Indikator employee information technology competency dalam penelitian ini
merujuk kepada indikator yang dicetuskan oleh Janvrin (2008) dan Ahmi Kent
(2013) dan kemudian diadaptasi oleh Siew et al., (2020). Indikator tersebut terdiri
atas:
teknologi dianggap lebih baik daripada sistem yang sudah ada. (Rogers, 2003)
Sebuah inovasi preventif merupakan sebuah penggunaan sistem yang baru untuk
mengurangi atau mencegah hal-hal tidak diinginkan dimasa yang akan datang
namun faktor sosial, kenyamanan, dan kepuasan sering menjadi komponen yang
teknologi yang dirasakan oleh perusahaan, maka akan semakin cepat tingkat
37
Indikator relative advantage didalam penelitian ini merujuk kepada indikator
yang diadaptasi oleh Siew et al., (2020) didalam penelitiannya. Indikator tersebut
terdiri atas:
dipersepsikan konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan
contoh secara umum, jika suatu inovasi teknologi tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat digunakan dengan mudah
kesesuaian antara CAATs dengan tugas auditor itu sendiri. Jika terjadi
38
atau kompatibel dengan kebutuhan auditor maka tingkat adopsi dan penggunaan
akan meningkat.
terdiri atas:
2014; Curtis & Payne, 2014; Ismail & Abidin, 2009; Janvrin et al., 2009) dan
internal auditor (Al-Hiyari et al., 2019; Mahzan & Lymer, 2008b, 2014). Sebagian
besar penelitian ini dilakukan di negara maju (Ahmi & Kent, 2012; Axelsen et al.,
2017; Bierstaker et al., 2014; Curtis & Payne, 2008, 2014). Namun, beberapa
peneliti seperti Widuri (2019) juga telah menguji penelitian ini di negara
Indonesia.
penelitian yang berdasar persepsi individual dan organisasi yang sudah ada maka
39
muncullah paradigma baru yang dicetuskan dalam penelitian Rosli et al., (2012)
dijabarkan berikut.
pemanfaatan GAS oleh KAP berukuran kecil dan menengah. Penelitian tersebut
UK. Sekitar 73 persen auditor eksternal tidak menggunakan GAS, karena manfaat
pada KAP sektor perbankan di kota Medan. Hasil dari penelitian tersebut
CAATs oleh 181 auditor dari KAP Big 4, nasional, regional, dan lokal di U.S.
dengan model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh et al. (2003) yang
40
actual usage. Hasilnya memperlihatkan bahwa variabel performance expectancy,
dari KAP di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hasil dari survey auditor
pemerintah terkait persepsi mereka mengenai jenis CAAT tertentu (GAS yang
diproksikan dengan ACL) yaitu auditor memahami manfaat potensial dari ACL,
teknis mereka dalam menggunakan aplikasi. Selain itu, mereka juga memiliki
dari KAP Big 4. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui niat auditor dalam
apabila dalam kondisi tekanan anggaran (budget pressure). Hasilnya, saat budget
Penelitian yang dilakukan oleh Yenni dan Imelda (2020) bertujuan untuk
mendapatkan bukti empiris terkait fitur GAS (Generalized Audit Software) yang
memoderasi hubungan antara perceived ease of use dan penggunaan GAS pada
auditor eksternal di KAP Big 4 dan Non Big 4 tahun 2019. Sampel penelitian
41
12 Kantor Akuntan Publik. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model persamaan struktural dan data dalam penelitian ini diolah menggunakan
bentuk tabel.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
42
(CAATS) V. moderasi mempengaruhi
By Internal Behavioural adopsi/penggunaan
Auditors In intention to CAATs didalam
Jordan use CAATs KAP
V. Dependen
Use
behaviour
to use
CAATs
3 Asniarti 77 auditor V. independen Penggunaan CAAT
dan The Effect dari 8 KAP Penggunaan yang lebih baik
Iskandar of sektor CAATs dalam aktivitas
Muda Computer perbankan V. dependen audit, maka
(2018) Assisted di kota Review operasional review
Audit Tools Medan operasional audit teknologi
on audit informasi akan
Operational teknologi meningkat dan
Review of informasi membaik.
Information
Technology
Audits
4 Bierstak What 181 auditor V. independen Performance
er et al., factors dari KAP Performance Expectancy (+)
(2014) influence Big 4, expectancy Facilitating
auditors' nasional, Effort Conditions (+)
use of regional, expectancy
computer- dan lokal di Facilitating
assisted U.S. condition
audit Social
techniques? influence
V. dependen
Penggunaan
CAATs
43
(2014) utilization Effort tinggi, niat
decisions in expectancy untuk
auditing Facilitating memanfaatkan
condition CAATs
Social didorong oleh
influence effort
V. moderasi expectancy
Budget melalui
pressure performance
V. dependen expectancy.
Niat untuk Saat tekanan
memakai anggaran
CAATs rendah, niat
didorong oleh
social influence
melalui
performance
expectancy.
7 Huang et Examining 117 internal V. independen
al., the auditors di Perceived Perceived ease
(2008) determinant Taiwan ease of use of use (-) pada
s of Perceived niat auditor
computer- usefulness menggunakan
assisted Faktor CAATs.
audit eksternal Perceived ease
techniques (dukungan of use (+) pada
acceptance organisasi perceived
from dan kualitas usefulness
internal sistem) Dukungan
auditors’ organisasi dan
viewpoints V. dependen kualitas sistem
Niat auditor (+) perceived
menggunakn ease of use dan
CAATs perceived
usefulness
44
8 Ismail Perception 95 KAP di V. independen 2) Audit IS masih
and towards the Malaysia Tingkat di tahap awal di
Abidin importance pengetahuan Malaysia namun
(2009) and IT dan GAS dianggap
knowledge kepentingan penting.
of IT 3) 21% dari KAP
information menggunakan
technology GAS, 16%
among menyediakan
auditors in layanan audit
Malaysia IT.
4) Tingkat
pengetahuan
audit IT lebih
rendah dari
pentingnya
teknologi.
9 Kim et. Information 185 dari Hubungan
Al technology 1600 V. independen negatif antara
(2016) acceptance internal Perceived fitur
in the auditor di usefulness kompleksitas
internal Perceived dan penerimaan
audit ease of use software audit
profession: Kurangnya
impact of V. Dependen dorongan
technology GAS use organisasi dan
features and sosial auditor
complexity internal dalam
menggunakan
teknologi dalam
audit.
Perceived
usefulness
berdampak
lebih besar saat
software audit
kurang
kompleks,
sedangkan
perceived ease
of use lebih
berpengaruh
pada
penerimaan saat
software audit
lebih kompleks.
10 Mahzan Examining 46 anggota V. independen Voluntariness
dan the Chartered
45
Lymer adoption of Institute of Performance dan experience
(2014) computer- Auditor expectancy tidak memiliki
assisted Internal di Effort efek moderasi
audit tools Inggris. expectancy pada Social
and Lanjutan Facilitating influence.
techniques interview condition Experience
dgn 10 Social tidak
auditor (8 influence berpengaruh
UK, 2 V. moderator pada
Malaysia) Voluntarines Facilitating
Experience condition untuk
V. dependen mengadopsi
Successful GAS CAATs.
adoption Experience
memiliki efek
moderasi pada
effort
expectancy
46
audit firms level of karyawan)
in Malaysia professional berpengaruh
body support terhadap adopsi
V. Dependen CAATs
CAATs
adoption
13 Tansil et Generalised 100 KAP di V. independen Performance
al., Audit Jakarta Performance expectancy,
(2019) Software Indonesia expectancy effort
Use by Effort expectancy dan
External expectancy facilitating
Auditor: An Social conditions
Empirical influence berpengaruh
Examinatio Facilitating pada niat auditor
n from condition menggunakan
UTAUT V. dependen GAS.
GAS Use Social influence
tidak
berpengaruh
pada niat
menggunakan
GAS.
14 Widuri Adopting 27 eksternal V. independen Faktor yang
et. al generalized auditor di Technology mempengaruhi
(2016) audit Indonesia Organization penerimaan dan
software: Environment penggunaan GAS
an V. dependen yaitu faktor
Indonesian GAS Use lingkungan
perspective (kemampuan
teknologi,
kebutuhan, harapan
dan ukuran klien),
platform IT yang
dimiliki klien,
kesesuaian dengan
tugas, sikap auditor
terhadap GAS,
peraturan
perusahaan,
kompatibilitas
bahasa dan
dukungan institusi
profesional.
15 Faktor-faktor 100 auditor perceived ease of
Yenni & yang eksternal di Variabel use tidak memiliki
Imelda Mempengaru 12 KAP independen : pengaruh
(2020) hi Big 4 dan Perceived signifikan terhadap
Penggunaan
Non Big 4 ease of use penggunaan GAS,
47
Generalized Fitur GAS kompleksitas fitur
Audit GAS memiliki
Software di Variabel pengaruh
KAP dependen : signifikan terhadap
Penggunaan penggunaan GAS
GAS sedangkan
kompleksitas fitur
GAS tidak
memoderasi
hubungan
perceived ease of
use dan
penggunaan GAS
expectancy sebagai sejauh mana auditor merasa bahwa dia akan mencapai
menurut Venkatesh et al., (2003) merupakan prediktor terkuat dari niat seseorang
penelitian yang dilakukan oleh Bedard Jackson, Ettredge, dan Johnstone (2003)
serta Loraas dan Wolfe (2006) yang menyatakan bahwa keyakinan auditor dalam
kontrol dan pengujian substantif, sehingga auditor cenderung memiliki niat yang
48
karyawan seperti auditor mengharapkan teknologi untuk meningkatkan kinerja
lebih tinggi (Rosli et al., 2012). Menurut (Tansil et al., 2019) saat auditor
semakin berniat untuk menggunakan software audit dalam proses audit, tetapi
ketika auditor tidak mendapatkan manfaat dari penggunaan software audit, tingkat
penggunaan software audit yaitu (Al-Hiyari et al., 2019; Bierstaker et al., 2014;
auditor meningkat, maka niat menggunakan CAATs oleh auditor juga akan
berikut.
(Venkatesh et al., 2003). Menurut Rosli (2012) effort expectancy diartikan sebagai
49
Kemudahan penggunaan sistem ditemukan sebagai sebuah motivasi untuk
perangkat lunak audit rendah maka auditor akan berniat untuk menggunakan
perangkat lunak audit dalam proses audit akan tetapi ketika auditor merasa
kesulitan menggunakan perangkat lunak audit karena software terlalu rumit atau
Pada penelitian yang dilakukan (Al-Hiyari et al., 2019; Curtis & Payne,
2014; Tansil et al., 2019) ditemukan hubungan positif antara effort expectancy
terhadap penggunaan audit software. Seorang pengguna pasti memiliki niat untuk
untuk menyelesaikan tugas tanpa kesulitan. Dalam konteks audit, Banker et al.,
proses penilaian auditor lebih mudah daripada laporan manual. Oleh karena itu
50
2.6.3 Pengaruh Top Management Support terhadap Penggunaan CAATs
Bradford & Florin, 2003; Curtis & Payne, 2008; Li et al., 2018; Mahzan &
2003; Rosli et al., 2013), dan bersedia mengambil resiko atas penggunaan CAATs
(Rosli et al., 2013). Komitmen dan dukungan yang kuat dari manajemen puncak
(Son, 2012; Weill, 1992). Menurut Lee et al., (2003) dukungan manajemen adalah
derajat dukungan dari manajer untuk menjamin alokasi sumberdaya dan tindakan
teknologi informasi.
menunjukkan bahwa dukungan dari tingkat atas memainkan peran kunci dalam
keberhasilan hampir semua program dalam program organisasi (Cohen & Sayag,
51
& Florin, 2003). Auditor menyarankan manajemen untuk mengalokasikan sumber
teknologi (Wang et al. 2010; Low et al. 2011) dan menjadi pendorong penting
(Ahmi & Kent, 2012; Mahzan & Lymer, 2014; Rosli et al., 2013). Oleh karena itu
Penggunaan CAATs
dan yang paling penting dapat menginterpretasikan hasil yang diperoleh (Siew et
auditor setidaknya harus memiliki pengetahuan dasar mengenai basis data dan
52
Penelitian sebelumnya menegaskan bahwa kecakapan TI yang tinggi di
Software (Widuri, 2016., Brazel et al., 2010, Li et al., 2007, Tansil, 2019).
anggota tim audit yang didedikasikan untuk IT support dapat menjadikan auditor
lebih percaya diri dalam menggunakan CAATs, yang pada akhirnya akan
Studi yang dilakukan oleh (Mahzan & Lymer, 2014) menyelidiki kesiapan
bagi suatu organisasi untuk mengetahui bahwa terdapat seseorang yang mampu
kompetensi atau skill IT akan menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Mahzan dan Lymer (2014) skill
teknologi audit. Oleh karena itu, dapat dibangun hipotesis sebagai berikut.
Penggunaan CAATs
53
bahwa risiko pengendalian dapat memengaruhi penggunaan prosedur audit
dengan komputer ketika memeriksa klien dengan kompleksitas IT (Janvrin et. al,
kegiatan auditor, tanggung jawab dan alat yang mereka gunakan. Lingkungan TI
transaksi bisnis yang spesifik dan rumit (Vasarhelyi & Alles, 2008). Maka dari
itu, sistem pengambilan keputusan tradisional audit tidak lagi berlaku (Stefanou,
2006).
sebuah Sistem Informasi Akuntansi milik klien maka anak semakin meningkatkan
et. al (2009) yang menemukan bahwa ketika kompleksitas TI klien tinggi, auditor
54
H5: Complexity Accounting Information System Client berpengaruh positif
55
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada KAP (Kantor Akuntan Publik) yang
bahwa Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia, serta daerah lainnya (Bogor,
Pemilihan Jakarta tersebut juga berdasarkan fakta bahwa kota tersebut menjadi
Sumber data penelitian ini merupakan gabungan dari sumber data primer dan
sekunder. Jenis data primer yang digunakan berasal dari jawaban responden atas
mengenai tujuan pengisian kuesioner. Sumber data primer diperoleh dari jawaban
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, serta
literatur lainnya.
3.3.1 Populasi
56
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang terdaftar pada
Buku Direktori 2020 yang diterbitkan oleh di Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). Pada buku tersebut disebutkan bahwa KAP di Indonesia berjumlah 639
KAP.
Kriteria KAP yang dijadikan sampel penelitian ini yaitu KAP yang mengaudit
berikut:
maka KAP juga harus memiliki sistem informasi yang kompatibel pula
Berikut adalah daftar KAP yang telah memenuhi syarat diatas dan terdaftar
57
Tabel 3.1
Nama Kantor Akuntan Publik
No. Kantor Akuntan Publik Kerjasama Kantor Pusat
1 KAP Abubakar Usman & GMN International Jakarta Pusat
Rekan
2 KAP Achmad, Rasyid, Jakarta Pusat
Hisbullah & Jerry
3 KAP Achsin Handoko Moores Rowland CPAs Jakarta Selatan
Tomo
4 KAP Amachi Arifin Terdaftar di OAI Prima Jakarta Pusat
Mardani & Muliadi Net
5 KAP Antadaya, EuraAudit International Jakarta Pusat
Helmiansyah & Yassirli
6 KAP Anwar & Rekan DFK International Jakarta Selatan
7 KAP Aria Kanaka & Mazars – Societe Jakarta Selatan
Rekan Cooperative a
Responsabilite Limitee
(SCRL)
8 KAP Arief Jauhari Alliott Group Jakarta Selatan
9 KAP Djoko, Sidik & Antea, Alliance of Jakarta Pusat
Indra Independent Firms
10 KAP Doli, Bambang, BKR International Jakarta Selatan
Sulistyanto, Dadang & Ali
11 KAP Dra. Suhartati & Jakarta Timur
Rekan
12 KAP Drs. Ferdinand & - Jakarta Utara
Rekan
No. Kantor Akuntan Publik Kerjasama Kantor Pusat
13 KAP Gani Sigio & Grant Thornton Jakarta Pusat
Handayani International Ltd.
14 KAP Gideon, Adi & Midsnell Group Jakarta Selatan
Rekan (Terdaftar Di OAI International
Global Assurance
Network)
15 KAP Hendrawinata Kreston International Jakarta Pusat
Hanny Erwin & Sumargo
16 KAP Hendrik & Rekan Jakarta Selatan
17 KAP Herman, Dody, Intercontinental Jakarta Selatan
Tanumihardja & Rekan Grouping Of
Accountants and
Lawyers (IGAL)
18 KAP Hertanto, Grace The International Jakarta Pusat
Karunawan Accounting Group
(TIAG)
19 KAP Husni, Mucharam & Jakarta Selatan
Rasidi
20 KAP Imelda & Rekan Deloitte Touche Jakarta Pusat
58
Tohmatsu Limited
21 KAP Ishak, Saleh, - Jakarta Selatan
Soewondo & Rekan
22 KAP Jamaludin, Ardi, Auditrust International Jakarta Pusat
Sukimto & Rekan
23 KAP Jimmy Budhi & Geneva Group Jakarta Pusat
Rekan International
24 KAP Joachim Poltak Lian The Leading Edge Jakarta Pusat
& Rekan Alliance, Inc
25 KAP Johan Malonda Baker Tilly International Jakarta Utara
Mustika & Rekan
26 KAP Johannes Juara & INAA I.N.P.A. Jakarta Pusat
Rekan
27 KAP Junaidi, Chairul & Jakarta Selatan
Rekan
28 KAP Kosasih, Crowe Horwarth Jakarta Selatan
Nurdiyaman, Mulyadi, International
Tjahjo & Rekan
29 KAP Maksum, Suyamto - Jakarta Pusat
& Hirdjan
30 KAP Mirawati Sensi Idris Moore Stephens Jakarta Pusat
International Limited
31 KAP Morhan & Rekan Allinial Global Jakarta Selatan
32 KAP Mulyamin, Sensi, Moore Stephens Jakarta Pusat
Suryanto & Lianny International Limited
33 KAP Noor Salim, Tangerang
Nursehan & Sinarahardja
No. Kantor Akuntan Publik Kerjasama Kantor Pusat
34 KAP Osman Bing Satrio Deloitte Touche Jakarta Pusat
& Eny Tohmatsu Limited
35 KAP Paul Hadiwinata, PKF International Jakarta Pusat
Hidajat, Arsono, Retno,
Palilingan & Rekan
36 KAP Purboyo Adhi Jakarta Selatan
Purnomo
37 KAP Purwantono, Ernst & Young Global Jakarta Pusat
Sungkoro & Surja Limited
38 KAP Rama Wendra Mcmillan Woods Jakarta Selatan
International
39 KAP Rexon Nainggolan Enterprise Worldwide Jakarta Timur
& Rekan
40 KAP S. Mannan, Integra International, Inc. Jakarta Selatan
Ardiansyah & Rekan
41 KAP Siddharta Widjaja & KPMG International Jakarta Pusat
Rekan Cooperative
42 KAP Soejatna, Mulyana TPL & Associates Jakarta Barat
& Rekan
59
43 KAP Suganda Akna Suhri Tangerang
& Rekan
44 KAP Tanubrata, Sutanto, BDO International Tangerang
Fahmi, Bambang & Rekan Limited
45 KAP Tanudiredja, PWC International Jakarta Selatan
Wibisana, Rintis & Rekan Limited World
46 KAP Tasnim, Fardiman, OAI Prima Net Jakarta Selatan
Sapuan, Nuzuliana,
Ramdan & Rekan
47 KAP Teramihardja, RÖdl International Jakarta Selatan
Pradhono & Chandra GmbH
WirtschaftsprÜfungsgese
llschaft
48 KAP Warnoyo Jakarta Pusat
49 KAP Y. Santosa & Rekan Praxity AISBL Jakarta Selatan
untuk dijawabnya, dapat diberikan secara langsung atau melalui internet. Jenis
angket ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal
ini adalah kuesioner tertutup yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya,
2008).
60
kepada responden prakitsi auditor dari KAP di Jabodetabek. Dalam penelitian ini
3. Netral (skor 3)
4. Setuju (skor 4)
audito yang diukur dengan intensitas pemakaian dalam proses audit sehari-hari
(Siew et al., 2020). Pengukuran variabel ini diadopsi dari literatur sebelumnya
(Rai et al., 2009; Venkatesh dan Bala, 2012), yaitu, total skor produk dari jumlah
fungsi CAATs yang digunakan dan tingkat tugas audit yang dilakukan dengan
dengan 5 poin skala Likert dari 1-20% (jarang digunakan), 21–40%, 41–60%, 61–
Tabel 3.2
Operasionalisasi dan Indikator Variabel Dependen
Variabel Deskripsi Indikator Jenis Butir
pengukuran pertanyaan
Generalized
audit software
Penggunaan Tingkat (GAS) Interval 5
61
CAATs penggunaan Integrated test
fitur-fitur facility (ITF)
CAATs oleh Test data
perusahaan Parallel
audit simulation
software
Embedded
audit modules
a. Performance Expectancy
(Venkatesh, 2003).
Bierstaker et al., (2014) yang terdiri dari 4 pertanyaan, setiap pertanyaan tersebut
sesuai skala Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N=
Netral (skor 3), TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor
1).
d. Effort Expectancy
Bierstaker et al., (2014) yang terdiri dari 4 pertanyaan, setiap pertanyaan tersebut
sesuai skala Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N=
62
Netral (skor 3), TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor
1).
(lima) alternatif jawaban dan masing-masing jawaban diberi skor sesuai skala
Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N= Netral (skor 3),
TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor 1).
penelitian Siew et al., (2020) yang terdiri dari 5 pertanyaan, setiap pertanyaan
skor sesuai skala Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N=
Netral (skor 3), TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor
1).
63
g. Complexity Accounting Information System Client
adalah sejauh mana perusahaan audit milik klien memiliki sistem akuntansi yang
Indikator Complexity AIS Clients pada penelitian ini mengacu pada penelitian
Rosli (2020) yang terdiri dari 4 pertanyaan, setiap pertanyaan tersebut memiliki 5
(lima) alternatif jawaban dan masing-masing jawaban diberi skor sesuai skala
Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N= Netral (skor 3),
TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor 1).
Tabel 3.3
pengukuran pertanyaan
Berguna
Performance Perspektif dalam Ordinal 4
Expectancy individu pekerjaan
dalam Penyelesaian
penggunaan tugas
CAATs Peningkatan
produktivitas
Kenaikan gaji
Kejelasan
Effort Perspektif interaksi Ordinal 4
Expectancy individu Kemudahan
dalam penggunaan
penggunaan Kemudahan
CAATs terampil
Kemudahan
belajar
Strategi
Top Perspektif perusahaan Ordinal 3
Management organisasi Sumber daya
Support dalam keuangan
penggunaan Dukungan
CAATs penggunaan
64
Skill IT
Employee IT Perspektif Pemahaman Ordinal 5
Competency organisasi Pengetahuan
dalam pengoperasian
penggunaan Pengalaman
CAATs Ahli CAATs
Sistem
Complexity Perspektif akuntansi Ordinal 4
AIS Client lingkungan Lingkungan
dalam bisnis
penggunaan Sistem LK
CAATs Bukti audit
a. Relative Advantage
inovasi teknologi dianggap lebih baik daripada sistem yang sudah ada.
Indikator relative advantage pada penelitian ini mengacu pada penelitian Siew
et al., (2020) yang terdiri dari 4 pertanyaan, setiap pertanyaan tersebut memiliki 5
(lima) alternatif jawaban dan masing-masing jawaban diberi skor sesuai skala
Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N= Netral (skor 3),
TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor 1).
b. Compatibility
al., (2020) yang terdiri dari 3 pertanyaan, setiap pertanyaan tersebut memiliki 5
(lima) alternatif jawaban dan masing-masing jawaban diberi skor sesuai skala
65
Likert yaitu SS= Sangat Setuju (skor 5), S= Setuju (skor 4), N= Netral (skor 3),
TS= Tidak Setuju (skor 2), dan STS= Sangat Tidak Setuju (skor 1).
Tabel 3.4
pengukuran pertanya-
an
Relative Perspektif Pengurangan Ordinal 4
Advantage teknologi dokumen
dalam Tingkat
penggunaan kesalahan
CAATs Biaya audit
Produktivitas
audit
Compatibility Perspektif Kesesuaian Ordinal 3
teknologi tugas
dalam Prosedur
penggunaan kerja
CAATs Prosedur
perusahaan
Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data yang
diperoleh sehingga dihasilkan suatu hasil analisis (Suryabrata, 2000). Hal ini
disebabkan data yang diperoleh dari penelitian tidak dapat digunakan secara
langsung tetapi perlu diolah agar data tersebut dapat memberikan keterangan yang
dapat dipahami, jelas, dan teliti. Kegiatan pengolahan data dilakukan didalam
66
model persamaan struktural yang berbasis komponen atau varian. Menurut
dikembangkan pertama kali oleh Wold (1985) sebagai metode umum untuk
berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio).
Gambar 3.1
Tahapan Analisis Menggunakan PLS
67
Merancang model struktural (inner model) yaitu merancang hubungan
antar variabel laten pada PLS dengan didasarkan pada rumusan masalah atau
hipotesis penelitian.
dimulai dengan cara melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen.
Perubahan nilai pada R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel
pengaruh yang substantif. Selain melihat nilai R-square, pada model PLS (Partial
Least Square) juga dievaluasi dengan melihat nilai Q-square prediktif relevansi
dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih besar dari
sedangkan apabila nilai Q-square kurang dari 0 (nol), maka menunjukkan bahwa
68
berkorelasi > 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur, sedangkan
menurut Chin yang dikutip oleh Imam Ghozali, nilai outer loading
apabila nilai yang dicapai adalah > 0,70 maka dapat dikatakan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
69
Agoes, Sukrisno. 2016. Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh
Ahmi, A., & Kent, S. (2012). The utilisation of generalized audit software (GAS)
https://doi.org/10.1108/02686901311284522
Ahmi, A., Saidin, S. Z., Abdullah, A., Che Ahmad, A., & Ismail, N. A. (2016).
108.
Al-Hiyari, A., Al Said, N., & Hattab, E. (2019). Factors that influence the use of
https://doi.org/doi.org/10.21427/n85q-4j66
Awa, H. O., Ukoha, O., & Emecheta, B. C. (2016). Using T-O-E theoretical
Axelsen, M., Green, P., & Ridley, G. (2017). Explaining the information systems
https://doi.org/10.1016/j.accinf.2016.12.003
Bierstaker, J., Janvrin, D., & Lowe, D. J. (2014). What factors influence auditors’
70
use of computer-assisted audit techniques? Advances in Accounting, 30(1),
67–74. https://doi.org/10.1016/j.adiac.2013.12.005
Bradford, M., & Florin, J. (2003). Examining the role of innovation diffusion
205–225. https://doi.org/10.1016/S1467-0895(03)00026-5
725–731. https://doi.org/10.1108/02686900310500488
https://doi.org/10.1111/j.1835-2561.2010.00092.x
104–121. https://doi.org/10.1016/j.accinf.2007.10.002
https://doi.org/10.1108/MAJ-07-2013-0903
Debreceny, R., Lee, S. L., Neo, W., & Shuling Toh, J. (2005). Employing
https://doi.org/10.1108/02686900510606092
71
Fitrios, R. (2015). Factors That Influence Accounting Information System
Han, S., Rezaee, Z., Xue, L., & Zhang, J. H. (2016). The Association between
https://doi.org/10.1007/s10997-011-9200-7
Ismail, N. A., & Abidin, A. Z. (2009). Perception towards the importance and
3(3), 1137–1163.
Janvrin, D., Bierstaker, J., & Jordan Lowe, D. (2009). An investigation of factors
https://doi.org/10.2308/jis.2009.23.1.97
Li, H., Dai, J., Gershberg, T., & Vasarhelyi, M. A. (2018). Understanding usage
72
28(December 2017), 59–76. https://doi.org/10.1016/j.accinf.2017.12.005
Mahzan, N., & Lymer, A. (2008a). Adoption of Computer Assisted Audit Tools
Mahzan, N., & Lymer, A. (2008b). Adoption of Computer Assisted Audit Tools
https://doi.org/10.1108/MAJ-05-2013-0877
https://doi.org/10.1080/10507050801978372
https://doi.org/10.1108/18347641311312320
Romney, Marshall B., dan Paul John Steinbart. 2015. Accounting Information
73
Systems, 13th ed. England: Pearson Educational Limited.
Rosli, K., Yeow, P. H. P., & Eu-Gene, S. (2013). Adoption of audit technology in
Rosli, K., Yeow, P., & Siew, E.-G. (2012). Factors Influencing Audit Technology
https://doi.org/10.5171/2012.876814
Salijeni, G., Samsonova-Taddei, A., & Turley, S. (2019). Big Data and changes in
https://doi.org/10.1016/j.accinf.2019.100445
Singleton, T., & Flesher, D. L. (2003). A 25-year retrospective on the IIA’s SAC
https://doi.org/10.1108/02686900310454237
Stefanou, C. J. (2006). The complexity and the research area of AIS. Journal of
https://doi.org/10.1108/17410390610636841
Tansil, A. Y. M., Widuri, R., Gui, A., & Ali, M. M. (2019). Generalised Audit
74
International Journal of Innovation, Creativity and Change, 5(2), 887–908.
Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis, G. B., & Davis, F. D. (2003). USER
https://doi.org/10.1006/mvre.1994.1019
Widuri, R., O’Connell, B., & Yapa, P. W. S. (2016). Adopting generalized audit
821–847.
Zhu, K., & Kraemer, K. L. (2005). Post-adoption variations in usage and value of
https://doi.org/10.1287/isre.1050.0045
LAMPIRAN 1
75
Kuesioner Penelitian
KUESIONER
KATA PENGANTAR
Dengan hormat,
Dalam rangka melengkapi data yang diperlukan untuk penyusunan artikel
penelitian, bersama ini peneliti (Okki Fitrian) menyampaikan kuesioner penelitian
dengan judul “ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN COMPUTER ASSISTED AUDIT TECHNIQUES (CAATs)
DENGAN KERANGKA I-TOE””. Adapun hasil dari kuesioner ini akan
digunakan untuk tesis pada Universitas Riau.
Peneliti memahami waktu Bapak/Ibu sangatlah terbatas dan berharga,
namun peneliti berharap kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.
Jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap
kinerja Bapak/Ibu selama ini.
Atas perhatian dan kerjasama dari Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Hormat saya,
Penulis,
(Okki Fitrian)
KUESIONER PENELITIAN
76
DATA RESPONDEN
1. Nama Instansi : …………………………… (boleh tidak diisi)
2. Nama Responden : …………………………… (boleh tidak diisi)
3. Tanggal Pengisian : ……………………………
4. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
5. Umur Responden : < 25 Tahun 25 –
35 Tahun
36 – 45 Tahun 46 – 55 Tahun
55 Tahun
6. Pendidikan Terakhir : D3 S2
S1 Lainnya…
5 – 10 Tahun 10 Tahun
77
Pilihan (4) = Tidak Setuju
Pilihan (5) = Sangat Tidak Setuju
4. Selain pertanyaan-pertanyaan berikut, dimohon kepada Bapak/Ibu untuk
mengisi pertanyaan mengenai fungsi aplikasi CAATs yang memiliki tujuh (7)
alternative jawaban sesuai yang tertera beserta penjelasan dari setiap fiturnya.
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi instrument ini.
Aplikasi CAATs
Fungsi Aplikasi CAATs Definisi
Metode ini menggunakan data masukan yang telah
dipersiapkan auditor dan menguji data tersebut
Test Data dengan salinan (copy) dari perangkat lunak
aplikasi auditee. Hasil pemrosesan data tersebut
akan dibandingkan dengan ekspektasi auditor.
ITF digunakan untuk menguji sistem aplikasi
dengan data tes pada saat komputer dioperasikan
dalam kegiatan rutin pada perusahaan auditee.
Integrated Test Facility Pada ITF pemeriksaan atau tes sistem
komputerisasi dilaksanakan secara kontinyu dan
(ITF) simultan antara pelaksanaan tes dan real
processing run. Dalam ITF Auditor harus
membuat dummy data dan diproses bersamaan
dengan real data yang saat itu sedang diolah.
Dalam teknik ini pelaksanaan pemeriksaan
dilakukan terhadap data sesungguhnya (data
auditee yang di-copy) dan diproses dengan
software atau komputer auditor. Laporan yang
dihasilkan dari simulasi dibandingkan oleh auditor
Parallel Simulation
dengan laporan yang dihasilkan oleh pemrosesan
Software
rutin perusahaan Jika terjadi perbedaan, asumsinya
perbedaan tersebut menunjukan bahwa software
perusahaan tidak memproses data sesuai dengan
spesifikasi yang ada (atau program auditor yang
salah).
Teknik audit dengan menggunakan modul
terprogram yang disisipkan atau “dilekatkan” ke
dalam program aplikasi, dengan tujuan untuk
memantau dan menghimpun data. Transaksi yang
Embedded Audit Modules diidentifikasi dalam cara ini dapat ditinjau oleh
auditor di real-time. Teknik ini sangat efektif
dalam mengidentifikasi transaksi besar untuk
pengujian substantif atau untuk menguji kontrol
dengan mengidentifikasi transaksi diproses dengan
78
cara yang tidak sesuai dengan kebijakan dan
prosedur.
Pendekatan yang menggunakan suatu perangkat
lunak tertentu yang dimanfaatkan untuk
menyeleksi, mengakses, mengorganisasikan data
untuk kepentingan pengujian substantif.
Pendekatan ini memungkinkan auditor untuk
General Audit Software mengakses dan mengambil berbagai file data ke
(GAS) dalam komputer untuk kemudian melakukan
berbagai pengujian yang diperlukan. Pendekatan
ini merupakan teknik yang paling populer karena
relatif lebih mudah karena tidak diperlukan
kemampuan teknik komputasi yang cukup
mendalam.
Pertanyaan :
Frekuensi penggunaan aplikasi CAATs dalam melakukan pekerjaan saya sehari-
hari :
1-
No Fungsi CAATs 20% 21 - 40% 41 - 60% 61 - 80% 81 - 100%
1 2 3 4 5
1 Test Data
Integrated Test
2
Facility (ITF)
Parallel Simulation
3
Software
Embedded Audit
4
Modules
General Audit
5
Software (GAS)
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Mayoritas klien kami memiliki sistem
akuntansi yang kompleks
79
terkomputerisasi
80
21 Menggunakan CAATs memungkinkan saya
menyelesaikan tugas lebih cepat
81