Disusun Oleh
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi saat ini banyak memberikan kemudahan pada berbagai
aspek kegiatan bisnis (Mc.Leod. R.J, 1997). Teknologi informasi telah membawa perubahan
yang sangat mendasar bagi organisasi baik swasta maupun publik. Oleh karena itu, teknologi
informasi menjadi satu hal yang sangat penting dalam menentukan daya saing dan
kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja bisnis di masa mendatang. Sumber daya
teknologi informasi menjadi sebuah pertimbangan baik itu bagi para manajer dan konsultan,
dalam menentukan keberhasilan perusahaan di masa mendatang (Devaraj dan Kohil, 2003).
Teknologi informasi digunakan untuk memperlancar dan mempermudah semua kegiatan
bisnis. Hal ini juga dialami oleh para akuntan, yang berprofesi sebagai pengelola keuangan
yang dituntut untuk melakukan pengendalian dan pemantauan terhadap efisiensi dan
efektifitas pengelolaan keuangan.
Komputer merupakan salah satu bagian dari teknologi yang digunakan sebagai alat
pemrosesan data dan sebagai sistem informasi dalam perusahaan yang dilengkapi dengan
teknologi telekomunikasi dalam jaringan komputer. Mengikuti dan mengadaptasi
perkembangan teknologi, khususnya teknologi produksi dan teknologi informasi merupakan
tantangan yang sangat berat bagi akuntan, karena sebagai pelaku bisnis, industri, ekonomi,
dan ilmu pengetahuan, menggunakan teknologi informasi dengan intensitas yang berbeda.
Dapat dikatakan bahwa akuntan sebagai penguasa proyek, pada saat terjadi perencanaan
sistem, perekayasaan, uji coba dalam pemeliharaan sistem, akuntan selalu terlibat dominan,
terutama dalam penggunaan software audit dalam audittrail. Profesi akuntan yang srategis
menuntut para akuntan untuk bekerja lebih baik, tertib, tidak menyalahi aturan yang berlaku,
serta mampu menghasilkan prediksi secara tepat dan memberikan saran yang membangun
dalam berbagai masalah keuangan. Sejalan dengan tanggung jawabnya tersebut akuntan
mengemban kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat bukan sebagai penyedia informasi
keuangan, tetapi mereka juga menempatkan diri sebagai pengambil keputusan, pengguna dan
pengkoordinir sistem.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi sistem informasi harus
dilakukan oleh akuntan. Sebagai akuntan yang dipercaya oleh masyarakat, KAP harus dapat
memanfaatkan secara optimal kemampuannya, sehingga hal ini menjadi tugas etis yang
disandang akuntan publik sebagai pihak ketiga yang dipercaya untuk melaksanakan audit,
yang hasilnya bukan hanya untuk klien, tetapi juga bagi pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut. Dengan demikian KAP berkepentingan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas proses audit, serta kualitas auditnya. Cara yang dapat ditempuh
adalah dengan meningkatkan kemampuan dan pemahaman auditor dalam memanfaatkan
teknologi informasi untuk membekali akuntan dalam menyelesaikan tugasnya.
Telah banyak penelitian yang mengutamakan teknologi sebagai salah satu faktor peningkatan
kinerja, tetapi belum bisa memberikan bukti yang meyakinkan akan pentingnya pemanfaatan
teknologi sistem informasi yang dilakukan oleh seorang akuntan, karena pada dasarnya
peningkatan kinerja tersebut tidak hanya didasari oleh teknologi, tetapi faktor lain juga,
misalnya keahlian/kemampuan yang dimiliki dalam memanfaatkan teknologi tersebut, sosial,
budaya dan organisasi. Oleh karena itu penulis ingin mengembangkan penelitian teknologi
informasi untuk menjelaskan hubungannya dengan peningkatan kinerja akuntan.
Beberapa hal yang telah disampaikan tersebut merupakan alasan yang melatarbelakangi
penelitian yang berobyekan auditor yang bekerja pada KAP. Untuk itu penelitian ini berjudul
“PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA AUDITOR”
PEMBAHASAN
Di dalam teknologi informasi memiliki beberapa bagian yang harus kita pahami yaitu Keahlian
dan Pengetahuan Auditor, Penggunaan Sistem Teknologi Informasi, dan Persepsi Penggunaan.
Dalam hal ini penulis membuat variabel x dengan bagian tersebut agar lebih menjurus pada alur
yang diteliti, mengingat system informasi sangatlah luas.
Menurut Venkatesh et. al (2003), salah satu kunci pembangun Unified Theory of Acceptance and
Use of Technology (UTAUT) adalah facilitating condition. Faktor ini mempengaruhi niat
perilaku untuk menggunakan teknologi dan/atau penggunaan teknologi. Termasuk diantara
faktor atau kondisi yang menunjang seseorang (dalam hal ini auditor) untuk menggunakan
teknologi informasi dalam pekerjaannya adalah keahlian dan pengetahuan auditor dalam bidang
teknologi informasi. Masing-masing KAP biasanya menggunakan aplikasi sistem teknologi
informasi berupa software audit yang berbeda-beda. Pengadopsian sistem teknologi ini bertujuan
untuk memudahkan pekerjaan auditor dalam mengaudit. Untuk dapat memanfaatkan kegunaan
dari sistem teknologi ini secara optimal maka auditor harus menguasai teknologi informasi yang
diadopsi oleh KAP tempatnya bekerja
Davis (1989) dalam Herusetya (2011), menunjukkan bahwa Perceived Usefilness memiliki
pengaruh langsung atas maksud untuk menggunakan dan actual usage. Dengan adanya
keterkaitan antara persepsi penggunaan (perceived usefulness) dengan penggunaan system
teknologi informasi, maka penelitian ini menggunakan variabel system usage atau penggunaan
system untuk mengukur seberapa besar intensi responden untuk menggunakan sistem teknologi
informasi. System usage atau information system use mengukur seberapa banyak penggunaan
dari sistem informasi yang mendukung penugasan dari seorang auditor. Variabel independen ini
merupakan variabel kunci yang mengukur seberapa efektif pemanfaatan sumber daya sistem
informasi dalam organisasi.
Menurut Ajzen (1985) dalam Yosua (2014), persepsi penggunaan berkaitan dengan nilai manfaat
yang dirasakan oleh pengguna berkaitan dengan penggunaan suatu teknologi informasi.
Pernyataan itu sesuai dengan penelitian Manson et al.(1998) yang menunjukan bahwa
penggunaan teknologi dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan seorang auditor melakukan
pengolahan data dibanding jika melakukan secara manual.
Variabel ini mengukur seberapa jauh persepsi pengguna sistem informasi percaya bahwa
penggunaan sistem tersebut akan meningkatkan kinerja mereka. Adam et al. (1992) dan Davis et
al. (1989) di dalam Herusetya (2011) menemukan bahwa persepsi kegunaan merupakan
determinan utama dalam perilaku (yaitu penggunaan/system usage). Literatur dalam sistem
informasi memberi bukti adanya hubungan positif dengan penggunaan sistem (system usage)
(Davis, 1989; Igbaria, 1990 dalam Igbaria dan Tan, 1997)
No Peneliti dan Tahun Sampel dan periode Variabel dan Hasil Penelitian
penelitian metode analisa
1 Fany Dewi , 2015 Obyek yang dteliti Variabel Berdasarkan hasil
dalam penelitian ini Independen: analisis data yang
adalah Kantor Skill& knoeledge, diperoleh, selanjutnya
Akuntan Publik system usage, dapat disimpulkan
(KAP) yang ada di perceived sebagai berikut ini: 1.
Semarang usefulness Skill and knowledge
memiliki pengaruh
Variabel yang signifikan
Dependen: terhadap kinerja
Kinerja Auditor auditor dengan arah
positif. Hal ini berarti
Metode Analisa: semakin banyak atau
purposive sampling luas pengetahuan dan
kemampuan auditor
di bidang IT, maka
akan semakin baik
pula kinerjanya
dalam mengaudit. 2.
System usage
memiliki pengaruh
terhadap kinerja
auditor dengan arah
positif. Hal ini berarti
responden telah
secara aktif
menggunakan atau
memanfaatkan
fasilitas teknologi
informasi dalam
menunjang
pekerjaannya sebagai
seorang auditor. 3.
Perceived usefulness
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
auditor dengan arah
positif. Hal ini berarti
responden atau
auditor meyakini
bahwa teknologi
informasi bermanfaat
dalam membantu
menyelesaikan tugas-
tugas atau pekerjaan
mereka sebagai
auditor.
2 Andi Muhammad Obyek yang dteliti Variabel disimpulkan sebagai
Ismail, 2016 dalam penelitian ini Independen: berikut: (1)
adalah Kantor Skill& knoeledge, Penggunaan
Akuntan Publik system usage, teknologi informasi
(KAP) yang ada di perceived yang diukur oleh
Makassar usefulness Persepsi kemanfaatan
(perceived
Variabel usefulness) memiliki
Dependen: rata-rata persentase
Kinerja Auditor skor aktual sebesar
82% berada pada
Metode Analisa: tingkat sangat baik.
suevei dengan Meskipun masih
menggunakan terdapat satu
kuesioner. indikator yakni
makes job easier
berada dibawah rata-
rata persentase skor
aktual walaupun
dalam kategori sangat
baik. Sedangkan
persepsi kemudahan
pemakaian (perceived
ease of use) memiliki
rata-rata persentase
skor aktual sebesar
78% berada pada
tingkat baik. (2)
Kinerja auditor yang
diukur oleh tiga
indikator yaitu
kualitas pekerjaan,
kuantitas pekerjaan,
dan ketepatan waktu.
Kualitas pekerjaan
dengan rata-rata
persentase skor aktual
sebesar 84% berada
pada tingkat sangat
baik. Meskipun
demikian masih
terdapat empat
pernyataan yakni
keakuratan temuan
audit, sikap kehati-
hatian profesional
auditor, berpedoman
pada prinsip dasar
etika profesi akuntan
publik, dan
berpedoman pada
standar audit berada
dibawah ratarata
persentase skor aktual
walaupun dalam
kategori sangat baik
3 Yohanis Tasik Allo, Obyek yang dteliti Variabel Berdasarkan hasil
Anthon Paranoan, dalam penelitian ini Independen: analisis data yang
Yeheschiel Bartin adalah Kantor Skill& knoeledge, diperoleh, selanjutnya
Marewa, 2018 Akuntan Publik system usage, dapat disimpulkan
(KAP) yang ada di perceived sebagai berikut ini:
Makassar usefulness 1. Skill and
knowledge memiliki
Variabel pengaruh yang
Dependen: signifikan terhadap
Kinerja Auditor kinerja auditor
dengan arah positif.
Metode Analisa: Hal ini berarti
purposive sampling semakin banyak atau
luas pengetahuan dan
kemampuan auditor
di bidang TI, maka
akan semakin baik
pula kinerjanya
dalam mengaudit. 2.
System usage
memiliki pengaruh
terhadap kinerja
auditor dengan arah
positif. Hal ini berarti
responden telah
secara aktif
menggunakan atau
memanfaatkan
fasilitas teknologi
informasi dalam
menunjang
pekerjaannya sebagai
seorang auditor.
Perceived usefulness
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
auditor dengan arah
positif. Hal ini berarti
responden atau
auditor meyakini
bahwa teknologi
informasi bermanfaat
dalam membantu
menyelesaikan
tugastugas atau
pekerjaan mereka
sebagai auditor.
Keahlian dan
pengetahuan auditor
Penggunaan system
teknologi informasi Kinerja Auditor
Persepsi penggunaan
Skill and knowledge atau keahlian dan pengetahuan auditor yang dimaksud di dalam penelitian
ini adalah kemampuan dan keahlian yang dimiliki auditor dalam bidang teknologi informasi.
Pemahaman dan penguasaan teknologi informasi ini khususnya adalah terkait dengan sistem
teknologi informasi yang diadopsi oleh KAP dimana auditor bekerja. Bentuk atau jenis aplikasi
software yang digunakan oleh KAP biasanya adalah jenis Group Decision Support System yang
memungkinkan pekerjaan tim audit menjadi lebih mudah dan terintegrasi. Berdasarkan uraian di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Keahlian dan pengetahuan auditor berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
Penggunaan sistem teknologi informasi atau TI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
apakah staf auditor sudah memanfaatkan atau menggunakan bantuan teknologi tersebut dengan
optimal. Masing-masing KAP tentu tidak lepas dari penerapan sistem TI yang terpadu dan
dinamis. Apabila tidak dimanfaatkan oleh staf audit yang bekerja di dalamnya, tentu hal tersebut
akan menjadi sia-sia. Davis (1989) dalam Herusetya (2011) menunjukkan bahwa perceived
usefulness memiliki pengaruh langsung atas maksud untuk menggunakan dan actual usage.
Dengan adanya keterkaitan antara persepsi penggunaan (perceived usefulness) dengan
penggunaan system teknologi informasi, maka penelitian ini menggunakan variabel system
usage atau penggunaan sistem untuk mengukur seberapa besar intensi responden untuk
menggunakan sistem teknologi informasi. System usage atau information system use mengukur
seberapa banyak penggunaan dari sistem informasi yang mendukung penugasan dari seorang
auditor. Variabel independen ini merupakan variabel kunci yang mengukur seberapa efektif
pemanfaatan sumber daya sistem informasi dalam organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Penggunaan sistem teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
2.4.3 3 Persepsi Penggunaan
Menurut Ajzen (1985) dalam Putra (2013) dan O’Brien (2014), persepsi penggunaan berkaitan
dengan nilai manfaat yang dirasakan oleh pengguna berkaitan dengan penggunaan suatu
teknologi informasi. Pernyataan itu sesuai dengan penelitian Seftriadi (2008) yang menunjukkan
bahwa penggunaan teknologi dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan seorang auditor
melakukan pengolahan data dibanding jika melakukan secara manual.
Variabel ini mengukur seberapa jauh persepsi pengguna sistem informasi percaya bahwa
penggunaan sistem tersebut akan meningkatkan kinerja mereka. Adam et al. (1992) dan Davis et
al. (1989) di dalam Herusetya (2011) menemukan bahwa persepsi kegunaan merupakan
determinan utama dalam perilaku (yaitu penggunaan/system usage). Literatur dalam sistem
informasi memberi bukti adanya hubungan positif dengan penggunaan sistem (system usage)
(Davis, 1989). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
METODOLOGI
Variabel Dependen adalah suatu variabel yang nilainya dipengaruhi atau bergantung pada nilai
dari variabel lainnya, variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit.
Variabel Independen adalah suatu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (terikat) yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh
peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi, dala penelitian ini
variabel independennya adalah keahlian dan pengetahuan auditor, penggunaan system teknologi
informasi dan persepsi penggunaan.
3.2 Sampel
Penelitian ini mengacu pada Jurnal Fany Dewi Rengganis yang melakukan populasi dan sampel
di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Kota Semarang. Sampel pada penelitian ini
adalah auditor yang bekerja di KAP di Kota Semarang. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode Purposive Sampling. Metode Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampel yang didasarkan pada tujuan tertentu. Para auditor tersebut dipilih karena didasarkan
pada pertimbangan professional bahwa mereka adalah orang-orang yang terlibat secara langsung
dalam interes penelitian (widiyanto, 2013).
Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode survey. Kuesioner penelitian dibagikan
langsung di lapangan kepada responden praktisi auditor dari KAP di Kota Semarang. Kuesioner
penelitian ini merupakan pengembangan dari berbagai instrument pengukuran yang telah
digunakan peneliti sebelumnya. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden
dan diawasi secara langsung pengembalian dan kelengkapan pengisiannya oleh peneliti.
Model Pengukuran Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana ketepatan alat
pengukur penelitian (kuesioner) tentang arti sebenarnya yang diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2011). Menurut Priyatno (2012) dalam Octriani (2014), suatu item dikatakan valid
apabila terjadi korelasi yang signifikan dengan skor totalnya. Sedangkan uji reliabilitas
dimaksudkan menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu kontrak yang sama atau
stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Uji validitas dilakukan
dengan Corrected Item-Total Correlation yaitu membandingkan nilai Corrected Item-Total
Correlation dengan hasil perhitungan r-tabel. Adapun nilai r-tabel dapat diketahui dengan
melihat tabel dengan yang disesuaikan dengan nilai degree of freedom (df) yaitu jumlah sampel
(n) – 2. Asumsinya jika r-hitung lebih besar dari r-tabel dan nilai positif, maka butir pertanyaan
tersebut dinyatakan valid. (Ghozali, 2006:45). Sedangkan reliabilitas diukur dengan mengukur
korelasi antar jawaban pertanyaan. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,70 Imam Ghozali, 2006).
3.4.3 Uji Asumsi Klasik dan Heteroskedastisitas
Sebelum dilakukan pengujian regresi terhadap hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu
dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi; uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak adanya kesamaan deviasi standar
nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Bila terjadi gejala heteroskedatisitas
akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval
melebar sehingga uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Heteroskedastisitas suatu regresi
berganda dapat dideteksi dengan uji Glesjer.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut
ini:
1. Keahlian dan Pengetahuan Auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
auditor dengan arah positif. Hal ini berarti semakin banyak atau luas pengetahuan dan
kemampuan auditor di bidang IT, maka akan semakin baik pula kinerjanya dalam
mengaudit.
2. Penggunaan Sistem Teknologi Informasi memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor
dengan arah positif. Hal ini berarti responden telah secara aktif menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dalam menunjang pekerjaannya sebagai seorang
auditor.
3. Persepsi Penggunaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor dengan
arah positif. Hal ini berarti responden atau auditor meyakini bahwa teknologi informasi
bermanfaat dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan mereka sebagai
auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Chrisma, Yosua (2014). “Pengukuran Terhadap Penggunaan Teknologi Informasi Audit dan
Persepsi Kegunaan”. Semarang: Universitas Diponegoro
Dewi Fanny R (2015). “Pengaruh Penggungaan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Auditor”.
Semarang: Universitas Diponegoro
Tasik Yohanis (2018). “Penggunaan Teknologi Informasi Dan Kinerja Auditor”. Jurnal Akun
Nabelo,Jurusan Akuntansi FE, Universitas Tadulako