Anda di halaman 1dari 9

LATAR BELAKANG

Pada era zaman saat ini, dunia digital mengalami perkembangan yang
pesat. Tingginya minat penggunaan teknologi dalam memenuhi kebutuhan
manusia menjadi peluang dan tantangan kedepannya salah satunya penggunaan
fintech. Fintech (financial technology) merupakan salah satu inovasi teknologi
pada bidang keuangan yang memberikan layanan digital untuk mempermudah
masyarakat. Perkembangan fintech secara inovatif telah memasuki sektor
asuransi bertujuan untuk meringankan beban keuangan individu dan memberikan
kemudahan pembiayaan. Nyatanya, pada tahun 2020 merebaknya kasus
kecurangan asuransi Jiwarasya menyebabkan tingkat kepercayaan dan minat
terhadap produk asuransi mengalami penurunan.

Islam adalah agama yang sempurna, mengajarkan pemeluknya


merencanakan kebutuhan sehari-hari untuk menghindari resiko yang akan terjadi.
Perencanaan yang baik, menghindari kita dari segala macam resiko (kerugian)
yang lebih besar. Perusahaan Asuransi sebagai perusahaan layanan jasa yang
memberikan pertanggungan risiko. Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tahun
2019 indeks literasi asuransi masih ditingkat rendah sebasar 19,4%. Kemudian,
kontribusi asuransi syariah pada november 2020 tumbuh 6,4 persen per-tahunnya.
Dalam memperluas layanannya, perusahaan asuransi melakukan inovasi dengan
memanfaatkan platform digital atau fintech. Adanya Asuransi berbasis teknologi
atau insurtech dapat merubah cara pandang masyarakat bahwa benefit dan
keterjangkaun dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Penggunaan program digitalisasi dalam asuransi dapat mengurangi biaya


hingga 65%, pengefisien waktu penyelesaian mencapai 90% dan tingkat konversi
lebih dari 20% (Catlin, Paliath, dkk, 2014). Perlunya transformasi digital pada
perusahaan asuransi dilakukan untuk mengintegrasikan seluruh proses bisnis
secara digital dengan tujuan mempermudah akses kepada nasabah dan sejumlah
perubahan dalam gaya hidup. Pengaplikasian Insurtech pada industri asuransi
digunakan agar dapat bersaing ditengah kondisi pasar global yang tidak menentu.
Kemudian, penggunaan Insurtech dalam sisi syariah didasari prinsip syariah
dengan akad tabarru (tolong-menolong) dan pemanfaatan teknologi tersebut harus
relevan dengan kebutuhan masyarakat yang diukur melalui strategi dan pengunaan
teknologi tersebut. Saat ini inovasi fintech pada asuransi atau Insurtech masih
memiliki beberapa masalah yang harus diperbaiki diantara kurangnya SDM
dikarenakan peran pemerintah yang masih minim dan tantangan regulasi yang
masih terbilang lambat terutama dalam perizinan ke OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). Maka dari itu, melihat fenomena diatas peneliti merumuskan masalah
yang dijabarkan sebagai berikut,

1. Apa yang dimaksud Insurtech?


2. Bagaimana distrupsi penggunaan Insurtech pada industri asuransi?
3. Bagaimana model bisnis dari Insurtech?
4. Bagaimana regulasi atau peraturan dari Insurtech?
5. Faktor-faktor apa saja mendorong individu menggunakan Insurtech?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Insurtech
Insurtech merupakan penggabungan dari kata insurance dan technology.
Insurtech merupakan salah satu produksi hasil dari kehadiran fintech. Saat ini,
sektor keuangan mulai bergeser ke digital (fintech), kemudian sektor asuransi pun
mulai bertransformasi ke arah digital dengan munculnya insurtech. Hal ini
memiliki tujuan supaya asuransi lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, karena
melihat keadaan selama ini bahwa angka kepemilikan asuransi individu masih
jauh lebih rendah daripada asuransi industri. Adanya e-commerce yang
memperjualbelikan asuransi menjadi salah satu bukti nyata hadirnya insurtech.
Insurtech adalah perusahaan yang dipimpin oleh teknologi yang memasuki
sektor asuransi yang memanfaatkan teknologi baru untuk memberikan
perlindungan kepada basis pelanggan yang lebih cerdas secara digital. Insurtech
merupakan teknologi platfrom yang dapat membantu mengoptimalkan salah satu
prinsip kesuksesan asuransi. Hal ini menggambarkan penggunaan teknologi dalam
transaksi dan proses asuransi kini telah menjadi sektor industri tersendiri.
Penggunaan teknologi di sektor asuransi telah dipercepat untuk meningkatkan
proses dan model asuransi tradisional. Dengan merujuk pada pelaksanaan inovasi
teknologi yang bertujuan untuk menekan penghematan dan efisiensi dari model
industri asuransi saat ini. Sehingga saat ini, perusahaan rintisan asuransi sedang
berjuang untuk mendapatkan tempat terbaik mereka dengan penawaran yang lebih
mudah diakses, kecepatan layanan yang lebih tinggi, dan personalisasi yang lebih
baik. Untuk perusahaan asuransi yang sudah mapan, perusahaan asuransi dapat
menjadi pendukung digital yang mendorong adopsi teknologi digital di sepanjang
rantai nilai.
McKinsey insurtech database mencakup lebih dari ~500 perusahaan
rintisan insurtech yang sukses secara komersial. Setiap model bisnis start-up
dianalisis secara rinci untuk memahami area rantai nilai, lini bisnis, segmen
pelanggan, dan lainnya dimana mereka fokus dan untuk mendapatkan wawasan
tentang model monetisasi mereka. Database dapat menjadi alat khusus untuk
memetakan dan menavigasi dunia insurtech untuk menemukan peluang investasi
atau kemitraan. Hal ini juga berguna untuk membentuk visi industri asuransi,
memetakan potensi arah masa depan bisnis asuransi untuk memprioritaskan
inovasi yang relevan.

B. Gangguan Yang Dibuat Insurtech Pada Industri Asuransi


Menurut penelitian McKinsey, lebih dari $10 miliar telah diinvestasikan
ke insurtech sejak tahun 2012. Dan, sementara investasi agak berkurang dalam
beberapa tahun terakhir, melihat dari tiga tren utama yang menggarisbawahi
bagaimana ruang insurtech telah berkembang dan matang dari waktu ke waktu:
diversifikasi, profesionalisasi, dan kerjasama. Insurtech jelas mewakili risiko
pasar untuk pemain lama. Dengan model operasi yang gesit dan inovasi digital,
mereka pada awalnya akan menargetkan kumpulan keuntungan menarik yang
dibuka oleh digital dan menangkap pangsa di antara segmen pelanggan tertentu.
Perusahaan rintisan Insurtech baru mulai menangani kumpulan nilai potensial;
insurtech masih dalam masa pertumbuhan, tetapi sudah mulai berdampak pada
industri.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan pertumbuhan industri
asuransi yang cenderung mengikuti naik dan turunnya roda ekonomi negara.
Sehingga dengan semakin pesatnya perkembangan kemunculan insurtech
beberapa tahun ini, tentu saja akan terdapat disrupsi atau gangguan yang
dilakukan insurtech terhadap industri asuransi. Dengan banyaknya jumlah data
dan teknologi analitik dapat menciptakan suatu ancaman dan peluang bagi
perusahaan asuransi. Di dalam asuransi, siapa pun yang memegang data berarti
memegang kekuasaan karena data merupakan kunci untuk penilaian risiko dan
underwriting yang efektif. Sehingga perusahaan asuransi dinilai harus siap dengan
mengantisipasi sedini mungkin sebagai langkah yang paling tepat untuk
menghindari disrupsi tersebut. Perusahaan harus bisa untuk menyesuaikan diri
dengan generasi milenial yang merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja.
Insurtech sebagai preferensi jalur distribusi yang selama ini popular
mengikuti alur kemajuan teknologi di industri asuransi. Bagian industri asuransi
yang selalu mendapatkan dampak positif atas pertumbuhan dari bagian lainnya
membawakan inovasi baru bagi peta jalan revolusi industri asuransi ke depannya
sehingga dampaknya terukur. Dengan adanya penggunaan teknologi pada industri
asuransi nantinya akan menjadi variabel baru yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ke depan, tidak lagi sekadar hanya perpindahan jalur distribusi saja.
Hal ini dapat menjadi tantangan bagi seluruh insan praktisi asuransi yang concern
akan pertumbuhan asuransi ke depannya, sebagaimana dampak disrupsi teknologi
ini mampu menjadikan asuransi lebih memiliki nilai dan memberikan dampak
sosial serta sekaligus ekonomi nasional.

C. Model Bisnis Insurtech


Dalam penelitian McKinsey disebutkan bahwa keunggulan insurtech
adalah dalam adopsi awal dan adaptasi teknologi baru. Hampir semua perusahaan
asuransi mengandalkan antarmuka pelanggan digital untuk layanan dan penjualan,
tetapi banyak perusahaan asuransi juga mengadopsi teknologi dan konsep baru
yang baru saja mulai bereksperimen dengan perusahaan lama. Delapan teknologi
baru yang penting dan belum banyak diadopsi oleh pemain lama telah digunakan
oleh insurtech untuk memecahkan masalah bisnis yang sebenarnya. Beberapa
teknologi baru tersebut secara khusus mendukung inovasi produk asuransi,
termasuk asuransi mikro, asuransi berbasis penggunaan, dan asuransi peer-to-
peer; lainnya memiliki aplikasi di banyak industri dan termasuk pembelajaran
mesin, robo-advisory, dan Internet of Things
Di negara Indonesia, perkembangan insurtech masih belum terlalu tinggi
jika dibandingkan dengan fintech, terutama pada platform pinjaman online.
Penggunaan teknologi yang muncul merupakan inti dari program inovasi
insurtech, yang membuat pengembangan dan penerapan produk dan layanan
bernilai tambah lebih efisien, sambil sepenuhnya mendefinisikan ulang
keterlibatan pengguna. Adanya insurtech ini diharapkan supaya dapat mendorong
peningkatan penggunaan produk asuransi. Dengan memanfaatkan insurtech suatu
perusahaan akan lebih mudah untuk mendigitalisasikan produk mereka yaitu
dimana proses back-end yang manual dapat diotomatisasi dan hitungan premi
yang rumit akan menjadi jauh lebih sederhana.
Terdapat beberapa model bisnis insurtech yang diklasifikasikan menjadi lima
kategori:
1. Marketplace / Aggregator
Marketplace yaitu model penyaluran yang bekerja sama dengan beberapa
perusahaan asuransi dan / atau produk. Saat ini, model seperti ini yang
banyak sekali berkembang di Indonesia. Menyasar produk-produk asuransi
yang memiliki ukuran pasar yang sangat besar contohnya asuransi
kendaraan bermotor (mobil/motor), asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan
asuransi properti (rumah, ruko, apartment). Seperti halnya marketplace,
konsumen dengan mudah membandingkan fitur produk asuransi dari
setiap perusahaan asuransi sebagai vendor. Dengan model ini, konsumen
dapat dengan mudah membeli produk asuransi bahkan hanya dalam
hitungan menit saja.
2. Direct Insurer / Tied Agent
Direct insurer yaitu sistem penjualan produk asuransi dimana pelakunya
ialah agen atau broker yang bekerjasama dengan satu atau lebih
perusahaan asuransi.
3. Insurance Management
Model ini mengembangkan pada pelayanan manajemen asuransi yang
dimulai dari manajemen kontrak dan kebijakan. Pelayanan tersebut dapat
diakses dengan lebih mudah dari sebelumnya yang mengutamakan
kemudahan akses melalui perangkat mobile, sehingga manajemen asuransi
dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
4. Sales Tools / Software
Dalam model ini perusahaan teknologi asuransi yang menawarkan alat dan
perangkat lunak atau software kepada pihak ketiga yang terkait dengan
asuransi, misalkan perusahaan asuransi dan pialang atau broker asuransi.
5. Peer-to-Peer
Model peer-to-peer ini berfokus pada produk yang mengganti (sebagian)
premi asuransi atau dimana klaim dan kerusakan dibagi di antara
kelompok pembeli tertutup. Sistem ini banyak dikembangkan dengan
menggunakan blockchain, sehingga distribusinya menjadi lebih cepat,
lebih terbuka, dan lebih aman.

Jika dilihat dari beberapa model insurtech yang dijelaskan di atas, maka di
Indonesia model bisnis insurtech yang mendominasi adalah model bisnis yang
pertama yaitu Marketplace atau Aggregator. Masih banyak model insurtech yang
belum dikembangkan atau masih sedikit yang mengembangkannya saat ini di
Indonesia dengan masing-masing memiliki target pasar yang berbeda. Mengingat
pasar asuransi di Indonesia masih sangat besar, sehingga masih layak jika semua
model tersebut suatu saat akan berkembang di negara Indonesia sehingga dunia
asuransi mampu bertransformasi menuju ke digital yang kemudian asuransi dapat
dimengerti dan dirasakan oleh semua orang dengan lebih mudah.

D. Kerangka Peraturan Insurtech


Menurut Direktur AAUI Dody AS Dalimunthe menilai sejauh ini belum
ada regulasi khusus kegiatan insurtech tetapi, hanya ada POJK yang membahas
manajemen risiki TI secara praktek. Mengenai pembentukan “Insurtech”
mengacu pada peraturan OJK Nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi
Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan sebagai ketentuan yang memayungi
pengawasan dan pengaturan industri keuangan digital. Penelitian PwC (price
waterhouse Cooper) bahwa sebagain besar masyarakat menyukai transaksi secara
online karena lebih cepat, efesien dan praktis.
Hal ini berpotensi memajukan perkembangan Insurtech di Indonesia.
Dimana, mengacu pada data asosiasi, sebesar 65% perusahaan asuransi umum
memiliki proses back end terintegrasi dalam proses bisnisnya dan melakukan
pemasaran digital melalui media website sedangkan, sebesar 45% telah
bekerjasama dengan salah satu agregator dalam memasarkan produknya.

Kemudian, pemanfaatan Insurtech secara efektif dengan menyediakan


layanan produk asuransi mikro sederhana yang terintegrasi dengan platform e-
commerce dapat meningkatkan penggunaan produk asuransi dan memudahkan
konsumen dalam mengakses produk tersebut. Sebagai contoh perusahaan Allianz
telah meningkatkan layanan digitalisasinya seperti Allianz EAZy Connect dan
Allianz Smart. Beberapa perusahaan asuransi yang sudah memasuki tahap
digitalisasi diharuskan mengikuti Undang-Undang No.40 tahun 2014 pasal 87
tentang perasuransian, UUS sudah harus spin-off (berdiri sendiri) paling lambat
17 oktober 2021. Penerapan kebijakan ini dapat membantu memaksimalkan pasar
industri teknologi asuransi.

E. Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Untuk Menggunakan


Insurtech
InsureTech atau Tech Insurance merupakan platform yang mendukung
salah satu prinsip keberhasilan atau persyaratan asuransi secara maksimal. Dengan
perluasan, setiap perusahaan yang menyediakan asuransi dapat berpartisipasi
dengan teknologi dengan cara yang berpusat pada pengguna. Insurtech mengacu
pada penggunaan inovasi teknologi yang dirancang untuk menekan penghematan
dan efisiensi dari model industri asuransi saat ini.
Sektor InsureTech merupakan sektor yang paling populer pada masa
pandemi. Karena, pandemi mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih
mengenal dunia digital dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya asuransi. Perubahan perilaku masyrakat inilah yang menyebabkan
kebanyakan orang lebih memilih yang gampang dalam artian segala sesuatu yang
telah digitalisasi.
Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menggunakan insurtech:
1. Memberikan pelayanan yang unik kepada konsumen mulai dari promosi
produk, penjualan, analisis risiko, pelayanan transaksi pembayaran
langsung premi maupun klaim.
2. Munculnya insurtech dapat meningkatkan penggunaan produk asuransi
melalui penyediaan produk asuransi mikro yang sederhana dan terintegrasi
dengan platform e-commerce sehingga memudahkan konsumen dalam
mengakses produk asuransi. karena di Indonesia, masih banyak orang yang
kekurangan atau sulit mendapatkan akses ke perbankan dan layanan jasa
keuangan lainnya, termasuk asuransi.
3. memiliki beragam pilihan sehingga memudahkan konsumen dalam
memilih produk asuransi yang sesuai kebutuhan mereka.
4. Insurtech dapat langsung menyelesaikan masalah data dan analisis.
Dengan menggunakan masukan dari semua perilaku perangkat seperti
pelacak GPS, semua perusahaan asuransi dapat mengelompokkan risiko
yang dideskripsikan dengan lebih baik dan membuat harga produk lebih
kompetitif.

KESIMPULAN

InsurTech (Insurance Technology) merupakan salah satu sektor keuangan


yang bertransformasi ke arah digital sehingga menjadi produk fintech. Penggunaan
teknologi digital pada asuransi dapat membantu mengembangkan industri asuransi yang
sedang berada di bawah tekanan. Hanya dengan satu portal pengguna insurtech dapat
menyelesaikan seluruh proses jual beli dari memilih layanan, melakukan
transaksi, mengajukan klaim, dan membayar tagihan. Sistem yang diberikan
insurtech sudah praktis yang memudahkan interaksi antara institusi dan
pelanggan, insurtech juga mendorong program cashless society. Meskipun
sistemnya sudah praktis, namun masyarakat belum memanfaatkan insurtech ini
secara maksimal.

Selain perlindungan kesehatan dan jiwa, sudah banyak platform yang


menyediakan berbagai macam jenis produk asuransi sesuai kebutuhan saat ini.
Sehingga insurtech diharapkan dapat meningkatkan jumalah pengguna produk
asuransi mikro yang mudah dan selaras dengan platform e-commerce dan juga
dapat mengembangkan angka penetrasi asuransi, baik di premi industri maupun
individu.

Dari kemudahan yang diberikan tidak dapat dipungkiri bahwa layanan


insurtech ini memiliki tantangan seperti risiko pembocoran data pribadi maupun
data penjualan yang diakibatkan oleh tidak handalnya teknologi yang digunakan,
sehingga perusahaan harus memiliki teknologi yang benar benar maju dan
tentunya memiliki SDM yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai