Anda di halaman 1dari 36

Khawarij

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Eskatologi Islam
KembangkanTokoh

KembangkanMakhluk gaib

KembangkanLokasi

KembangkanPeristiwa

 l
Portal Islam
 b

 s

Khawārij (Arab: ‫خوارج‬ baca Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang


Keluar") ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang
awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya.
Disebut Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan
pemimpin kaum muslimin.[1]
Awal keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman
khalifah Ali bin Abi Thalib ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka
berkumpul disuatu tempat yang disebut Khouro (satu tempat di
daerah Kufah). Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al Khoruriyyah.
[2]
 Dalam mengajak umat mengikuti garis pemikiran mereka, kaum Khawarij
sering menggunakan kekerasan dan pertumpahan darah.
Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬menjuluki kaum ini dengan julukan
"anjing neraka."[3][4]

Daftar isi

 1Terminologi
 2Asal mula Khawarij

 3Perkembangan

 4Ajaran

 5Tokoh utama

 6Sekte

 7Referensi

 8Rujukan

Terminologi[sunting | sunting sumber]
Kata Khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang kemudian keluar dan
meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang
menerima arbitrase (tahkim), dalam perang Shiffin pada tahun 37/648 Masehi
dengan kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan perihal persengketaan khalifah.

Asal mula Khawarij[sunting | sunting sumber]


Sumber pemikiran, sifat dan karakter Khawarij awalnya dari seseorang yang
bernama Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim.[5][6] Awalnya dia telah menuduh
Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬tidak adil dalam pembagian harta
rampasan perang, ucapannya membuat Umar bin Khattab atau Khalid bin
Walid[7][8][9] hendak memenggal lehernya, akan tetapi dicegah oleh Rasulullah
Muhammad ‫ﷺ‬. Ciri khas Khawarij lainnya adalah mengkafirkan
pemerintah kaum muslimin dan orang-orang yang bersama pemerintah
tersebut (karena melakukan dosa-dosa besar), memberontak kepada
pemerintah kaum muslimin, menghalalkan darah dan harta kaum muslimin.
Dalam riwayat lain disebutkan, "Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu
kaum yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak sampai melewati
kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para
penyembah berhala. Mereka terlepas dari Islam sebagaimana anak panah
yang terlepas dari busurnya. Kalau aku menjumpai mereka sungguh akan aku
perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” [10]

Perkembangan[sunting | sunting sumber]
Kemudian perkembangan gerakan Khawarij membesar pertama kali muncul
pada pertengahan abad ke-7, terpusat di daerah yang kini ada di Irak selatan,
disuatu tempat yang disebut Khouro, Kuffah. Khawarij merupakan bentuk
yang berbeda dari Sunni dan Syi’ah. Gerakan ini berakar sejak zaman
Khalifah Utsman bin Affan dibunuh, dan kaum Muslimin kemudian
mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ketika itu, kaum Muslimin
mengalami kekosongan kepemimpinan selama beberapa hari.
Setelah Utsman bin Affan dibunuh oleh orang-orang yang membencinya,
kaum muslimin mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, setelah
beberapa hari kaum muslimin hidup tanpa seorang khalifah. Kabar kematian
'Ustman kemudian terdengar oleh Mu'awiyyah, yang mana dia masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan 'Ustman bin Affan.
Sesuai dengan syariat Islam, Mu'awiyyah berhak menuntut balas atas
kematian 'Ustman. Mendengar berita ini, orang-orang Khawarij pun ketakutan,
kemudian menyusup ke pasukan Ali bin Abi Thalib. Mu'awiyyah berpendapat
bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan 'Ustman harus
dibunuh, sedangkan Ali berpendapat yang dibunuh hanya yang membunuh
'Ustman saja karena tidak semua yang terlibat pembunuhan diketahui
identitasnya. Akhirnya terjadilah perang shiffin karena perbedaan dua
pendapat tadi. Kemudian masing-masing pihak mengirim utusan untuk
berunding, dan terjadilah perdamaian antara kedua belah pihak. Melihat hal
ini, orang-orang khawarijpun menunjukkan jati dirinya dengan keluar dari
pasukan Ali bin abi Thalib. Mereka (Khawarij) merencanakan untuk
membunuh Mu'awiyyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib, tetapi yang
berhasil mereka bunuh hanya Ali bin Abi Thalib.

Ajaran[sunting | sunting sumber]
Secara umum, ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah:

 Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat
Islam.
 Khalifah tidak harus berasal dari keturunan suatu suku, bangsa
atau keturunan Rasulullah Muhammad ‫( ﷺ‬bangsa
Arab) saja, bahkan dari kalangan mana saja. Dengan demikian
setiap orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah
memenuhi syarat.
 Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam. Ia harus dijatuhkan
bahkan dibunuh kalau melakukan kezaliman.
 Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, Utsman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya Utsman dianggap
telah menyeleweng.
 Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia
dianggap telah menyeleweng.
 Mengharuskan seorang khalifah berbuat adil dan menetapi syariat
Islam.
 Khalifah yang dianggap telah menyimpang dari syariat Islam wajib
diturunkan, bila perlu secara paksa dan dibunuh.
 Melakukan pemberontakan kepada Khalifah yang mereka anggap
dzalim dan tidak adil.
 Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.
 Pasukan perang Jamal yaitu Aisyah, Thalhah, dan Zubair yang
melawan Ali adalah kafir.
 Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim dan dia
bisa disebut kafir, sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis
(kacau) lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat
menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang
telah dianggap kafir dengan risiko ia menanggung beban harus
dilenyapkan pula.
 Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan
mereka. Bila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup
dalam Dar al-Harb (negara musuh), sedang golongan mereka
sendiri dianggap berada dalam Dar al-Islam (Negara Islam).
 Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
 Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga,
sedangkan orang yang jahat harus masuk ke dalam neraka).
 Memalingkan ayat-ayat Al-quran yang tampak mutasabihat
(samar).
 Quran adalah makhluk.
 Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
 Membolehkan membunuh golongan di luar kelompoknya.

Aliran Khawarij dalam perkembangan selanjutnya pecah lagi menjadi


beberapa sekte dari yang paling keras adalah sekte Azariqah di bawah
pimpinan Nafi Ibnu Azraq. Golongan ini berpendapat bahwa orang-orang
Islam yang tidak sefaham dengan mereka adalah kafir dan akan kekal
selama-lamanya dalam neraka, walaupun ia meninggal ketika masih anak-
anak. Termasuk dalam sekte ini adalah Abdurrahman bin Muljam yang
membunuh Khalifah Ali ketika sedang sholat Subuh di Kufah. Ada juga sekte
yang lebih lunak seperti kelompok Najdah Ibnu Amir Al-Hanafi dari Yamamah,
kelompok Ziad Ibnu Asfar. Sedangkan yang paling lunak adalah sekte Ibadiah
pimpinan Abdullah bin Ibad yang tidak sampai mengkafirkan dan masih
menganggap Islam kelompok di luar mereka.

Tokoh utama[sunting | sunting sumber]


Tokoh-tokoh utama Khawarij antara lain:

 Urwah bin Hudair


 Mustarid bin Sa'ad
 Hausarah al-Asadi
 Quraib bin Maruah
 Nafi' bin al-Azraq
 'Abdullah bin Basyir

Sekte[sunting | sunting sumber]
Akibat perbedaan pendapat di antara tokoh-tokohnya, Khawarij terpecah
menjadi beberapa sekte, antara lain:

 Sekte Muhakkimah, yang merupakan sekte pertama, yakni


golongan yang memisahkan diri dari 'Ali bin Abi Thalib.
 Sekte Azariqoh yang lebih radikal, sebab orang yang tidak
sepaham dengan mereka dibunuh.
 Sekte Najdat yang merupakan pecahan dari sekte Azariqoh.
 Sekte al-Ajaridah yang dipimpin 'Abd Karim bin Ajrad, yang dalam
perkembangannya terpecah menjadi beberapa kelompok kecil
seperti Syu'aibiyyah, Hamziyyah, Hazimiyyah, Maimuniyyah, dll.
Perpecahan itulah yang menghancurkan aliran Khawarij. Satu-satunya yang
masih ada, Ibadi dari Oman, Zanzibar, dan Maghreb menganggap dirinya
berbeda dari yang lain dan menolak disebut Khawarij.

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Fat, juz 12 hal. 283
2. ^ Mu'jam Al-Buldan li Yaqut Al-Hamawi, juz 2 hal. 245
3. ^ ُ‫ار َشرُّ َق ْتلًى َتحْ تَ أَ ِدي ِْم ال َّسمَا ِء َخ ْي ُر َق ْتلَى َمنْ َق َتلُوه‬
ِ ‫" ِكالَبُ ال َّن‬Mereka adalah anjing-anjing neraka.
seburuk-buruknya makhluk yang terbunuh di bawah kolong langit, sedang
sebaik-baiknya makhluk yang terbunuh adalah yang dibunuh oleh mereka." HR.
At-Tirmidzi, (no. 3000), dari Abu Umamah Al-Bahili, dihasankan dalam Al-
Misykah, (no. 3554).
4. ^ Rasulullah ‫ ﷺ‬menjuluki kaum ini dengan julukan anjing-anjing
neraka. Abu Ghalib berkata, ‫َت عَ لَى دَرَ ِج ِد َم ْشقَ جَ ا َء أَبُو أُمَا َم َة َفلَمَّا‬ ْ ‫ار َق ِة َف ُنصِ ب‬ ِ ‫ُوس اأْل َز‬
ِ ‫لَمَّا أتِيَ ِب ُرء‬
ُ
َ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ‫اَل‬ َ َ َ َّ ‫اَل‬ َ َ َ ْ
ِ ‫ِيم ال َّسمَا ِء َوخ ْي ُر قتلى ق ِتلوا تحْ تَ أد‬
‫ِيم‬ ِ ‫ت هَؤُ ِء شرُّ قتلى ق ِتلوا تحْ تَ أد‬ ٍ ‫ار ثالث مَرَّ ا‬ ِ ‫رَ آ ُه ْم دَ مَعَ ت عَ ْيناهُ فقا َل ِك بُ الن‬
َ‫ت عَ ْي َناكَ َقا َل رَ حْ م ًَة َل ُه ْم إِ َّن ُه ْم َكا ُنوا مِنْ أَهْ ِل اإْل ِسْ اَل ِم َقا َل قُ ْل َنا أَ ِبرَ ْأ ِيك‬ ْ َ‫ت َفمَا َشأْ ُنكَ دَ مَع‬ ُ ‫ال َّسمَا ِء الَّذِينَ َق َتلَ ُه ْم هَؤُ اَل ِء َقا َل َفقُ ْل‬
ِ ‫ُول هَّللا‬ِ ‫ُول هَّللا ِ صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم َقا َل إِ ِّني َلجَ ِري ٌء َب ْل سَ مِعْ ُت ُه مِنْ رَ س‬ ِ ‫ار أَ ْو َشيْ ٌء سَ مِعْ َت ُه مِنْ رَ س‬ ِ ‫قُ ْلتَ هَؤُ اَل ِء ِكاَل بُ ال َّن‬
‫ث َقا َل َفعَ َّد مِرَ ارً ا‬ ٍ ‫ْن َواَل ثَاَل‬ ِ ‫” صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم غَ ْيرَ مَرَّ ٍة َواَل ِث ْن َتي‬Ketika didatangkan kepala orang-
orang Azariqah (salah satu sekte khawarij yang dicetuskan oleh Nafi’ bin Al-
Azraq.) dan dipancangkan di atas tangga-tangga Kota Damaskus, datanglah
Abu Umamah Al Bahili radhiyallahu anhu. Ketika melihat mereka, air matanya
pun mengalir dari kedua pelupuk matanya dan berkata, “Mereka adalah anjing-
anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka. Mereka ini (Khawarij)
adalah sejelek-jelek orang yang dibunuh di bawah kolong langit ini, dan sebaik-
baik orang yang terbunuh di bawah kolong langit adalah orang-orang yang
dibunuh oleh mereka (Khawarij). Abu Ghalib kemudian bertanya,”Kenapa
engkau menangis?” Abu umamah radhiyallahu anhu menjawab, ”Saya kasihan
kepada mereka, dahulunya mereka itu ahlul islam” Abu Ghalib berkata lagi,
”Apakah pernyataanmu, “Mereka adalah anjing-anjing neraka” adalah
pendapatmu sendiri atau perkataan yang engkau dengar (langsung) dari nabi
‫ ”?ﷺ‬Abu Umamah radhiyallahu anhu menjawab, ”Kalau saya
mengatakan dengan pendapatku sendiri, maka sungguh saya adalah orang
yang lancang. Tapi perkataan ini saya dengar dari Rasulullah ‫ﷺ‬
tidak hanya sekali, bahkan tidak hanya dua kali atau tiga kali.” (HR. At-Tirmidzi
(3000), Ibnu Majah (176), Ahmad (V/253)).
5. ^ Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata,
telah mengabarkan kepada saya Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu
Sa’id Al Khudriyberkata; Ketika kami sedang bersama rasulullah ‫ﷺ‬
yang sedang membagi-bagikan pembagian (harta), datang Dzul Khuwaishirah,
seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata, "Wahai rasulullah, tolong engkau
berlaku adil." Maka dia berkata: "Celaka kamu! Siapa yang bisa berbuat adil
kalau saya saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami
keburukan dan kerugian jika saya tidak berbuat adil." Kemudian ‘Umar bin
Khattab berkata, "Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk memenggal batang
lehernya!" Dia berkata: "Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-
teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh salatnya dibanding
salat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an
namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti
melesatnya anak panah dari target. (Karena sangat cepatnya anak panah yang
dilesakkan), maka ketika ditelitilah ujung panahnya maka tidak ditemukan suatu
bekas apapun, lalu ditelitilah batang panahnya namun tidak ditemukan suatu
apapun lalu, ditelitilah bulu anak panahnya namun tidak ditemukan suatu
apapun, rupanya anak panah itu sedemikian dini menembus kotoran dan darah.
Ciri-ciri mereka adalah laki-laki berkulit hitam yang salah satu dari dua lengan
atasnya bagaikan payudara wanita atau bagaikan potongan daging yang
bergerak-gerak. Mereka akan muncul pada zaman timbulnya firqah/golongan."
Abu Sa’id berkata, "Saya bersaksi bahwa saya mendengar hadits ini dari
rasulullah ‫ﷺ‬, dan saya bersaksi bahwa ‘Ali bin Abu Thalib telah
memerangi mereka, dan saya bersamanya saat itu lalu dia memerintahkan untuk
mencari seseorang yang bersembunyi lalu orang itu didapatkan dan dihadirkan
hingga saya dapat melihatnya persis seperti yang dijelaskan ciri-cirinya oleh nabi
‫ﷺ‬." (HR Bukhari 3341).
6. ^ HR al-Ajurri, Lihat asy-Syari’ah, hal. 33, dengan kisah yang sedikit berbeda.
7. ^ Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sari telah menceritakan
kepada kami Abul Ahwash dari Sa’id bin Masruq dari Abdurrahman bin Abu
Nu’m dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata, "Ketika Ali bin Abi Thalib berada di
Yaman, dia pernah mengirimkan emas yang masih kotor kepada rasulullah
‫ﷺ‬. Lalu emas itu dibagi-bagikan oleh rasulullah ‫ﷺ‬
kepada empat kelompok. Yaitu kepada Aqra` bin Habis Al Hanzhali, Uyainah bin
Badar Al Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al Amiri, termasuk Bani Kilab dan Zaid Al
Khair Ath Thay dan salah satu Bani Nabhan." Abu Sa’id berkata, "Orang-orang
Quraisy marah dengan adanya pembagian itu. kata mereka, Kenapa pemimpin-
pemimpin Najed yang diberi pembagian oleh rasulullah, dan kita tidak
dibaginya?" Maka rasulullah ‫ ﷺ‬pun menjawab, "Sesungguhnya saya
lakukan yang demikian itu, untuk membujuk hati mereka." Sementara itu,
datanglah laki-laki berjenggot tebal, pelipis menonjol, mata cekung, dahi
menjorok dan kepalanya digundul. Ia berkata, "Wahai Muhammad! Takutlah
Anda kepada Allah!" Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Siapa pulakah lagi
yang akan mentaati Allah, jika saya sendiri telah mendurhakai-Nya? Allah
memberikan ketenangan bagiku atas semua penduduk bumi, maka apakah
kamu tidak mau memberikan ketenangan bagiku?" Abu Sa’id berkata, Setelah
orang itu berlaku, maka seorang sahabat (Khalid bin Al Walid) meminta izin
kepada rasulullah ‫ ﷺ‬untuk membunuh orang itu. Maka rasulullah
‫ ﷺ‬pun bersabda, "Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-
orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati
kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan
membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah
yang meluncur dari busurnya. Seandainya saya masih mendapati mereka, akan
kumusnahkan mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad." (HR Muslim 1762).
8. ^ Al-Imam Al-Bukhari -Rahimahullah- meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri,
bahwa dia berkata, ‫َن‬ ِ ‫ُول هَّللا ِ صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم مِنْ ْال َيم‬ ِ ‫ب رَ ضِ يَ هَّللا ُ عَ ْن ُه إِلَى رَ س‬ ٍ ِ‫ث عَ لِيُّ بْنُ أَ ِبي َطال‬ َ َ‫بَع‬
َ
‫س َوز ْي ِد‬ ْ َ
ِ ‫ْن ب َْد ٍر َوأقرَ عَ ب‬ َ َ َ َ َ َ َ
ِ ‫ص ْل مِنْ ترَ ِابهَا قا َل فقسَ َمهَا َب ْينَ أرْ بَعَ ِة نف ٍر َب ْينَ ُع َي ْينة ب‬ َ ُ َّ َ‫ِيم َم ْقرُوظٍ ل ْم تح‬
ُ َ َ ُ
ٍ ‫حاب‬ ِ ‫ْن‬ ٍ ‫ِبذ َه ْي َب ٍة فِي أد‬
َ‫ِك‬ ‫ل‬ َ
‫ذ‬ َ‫غ‬ َ ‫ل‬ ‫ب‬ َ
‫ف‬
َ َ ِ ‫ل‬‫ا‬ َ
‫ق‬ ‫ء‬ ‫اَل‬ ُ‫َؤ‬‫ه‬ ْ‫ِن‬
‫م‬ ‫ا‬ َ
‫َذ‬‫ه‬‫ب‬ِ َ‫ح‬‫ق‬َّ َ ‫أ‬ ُ‫ن‬ ْ‫ح‬‫ن‬َ ‫ا‬ َّ
‫ن‬ ُ
‫ك‬ ‫ه‬ ِ ‫اب‬ِ َ‫ح‬ ْ‫ص‬َ ‫أ‬ ْ‫ِن‬
‫م‬ ٌ
‫ل‬ ‫ج‬
ُ َ‫َ ر‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫ق‬ َ
‫ف‬ ‫ْل‬ِ ‫ي‬‫ف‬َ ُّ
‫الط‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ‫ر‬ُ ‫م‬
ِ ‫ا‬ ‫َّا‬
‫م‬ ‫إ‬ ‫و‬
َ‫ِ ِ عَ َ َ ِ ع‬ ُ
‫ة‬ ‫م‬ ‫ق‬َ ْ
‫ل‬ ‫َّا‬‫م‬‫إ‬ ‫ع‬
ُ ‫اب‬ َّ‫الر‬ ‫و‬َ ِ َ ‫ْال‬
‫ْل‬ ‫ي‬ ‫خ‬
‫ال َّن ِبيَّ صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم َف َقا َل أَاَل َتأْ َم ُنونِي َوأَ َنا أَمِينُ َمنْ فِي ال َّسمَا ِء يَأْتِينِي َخ َب ُر ال َّسمَا ِء صَ َباحً ا َومَسَ ا ًء َقا َل َف َقا َم رَ ُج ٌل‬
‫ار َف َقا َل يَا رَ سُو َل هَّللا ِ ا َّت ِق هَّللا َ َقا َل‬ ْ
ِ ‫س ُم َش َّم ُر اإْل ِ َز‬ ِ ‫وق الرَّ أ‬ ُ ُ ‫ث اللِّحْ َي ِة َمحْ ل‬ ُّ ‫ْن َناشِ ُز ْالجَ ْب َه ِة َك‬ ِ ‫ْن ُم ْش ِرفُ ْال َوجْ َن َتي‬ ِ ‫غَ ا ِئ ُر ْالعَ ْي َني‬
َ َ ُ َ ‫اَل‬ َ ‫هَّللا‬ ْ
‫ض أنْ َيتقِيَ َ قا َل ث َّم َولى الرَّ ُج ُل قا َل خالِد بْنُ ال َولِي ِد يَا رَ سُو َل ِ أ أضْ ِربُ ُعنق ُه قا َل‬ ُ َ َ َّ ُ َ ‫هَّللا‬ َّ َ َ
ِ ْ‫ت أَحَ ق أهْ ِل ا ر‬
‫أْل‬ َ َّ ُ ْ‫َو ْيلَكَ أَ َولَس‬
‫اَل لَعَ لَّ ُه أَنْ َي ُكونَ يُصَ لِّي َف َقا َل َخالِ ٌد َو َك ْم مِنْ مُصَ ٍّل َيقُو ُل ِبلِسَ ا ِن ِه مَا لَ ْيسَ فِي َق ْل ِب ِه َقا َل رَ سُو ُل هَّللا ِ صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم‬
‫ئ ه ََذا‬ ِ ِ‫ج مِنْ ضِ ْئض‬ ‘ُ ‫ُطو َن ُه ْم َقا َل ُث َّم َن َظرَ إِلَ ْي ِه َوه َُو ُم َقفٍّ َف َقا َل إِ َّن ُه ي َْخ ُر‬ ُ ‫ش َّق ب‬ ُ َ‫اس َواَل أ‬ ِ ‫ب ال َّن‬ ِ ‫إِ ِّني لَ ْم أُو َمرْ أَنْ أَ ْنقُبَ عَ نْ قُلُو‬
ُ ْ َ َ ُّ ُ َ
‫ُق ال َّس ْه ُم مِنْ الرَّ ِم َّي ِة َوأظن ُه َقا َل لئِنْ أ ْدرَ كت ُه ْ‘م‬ ُ ‫ِّين َكمَا َيمْ ر‬ ُ
ِ ‫اوز حَ َنا ِجرَ ُه ْم َيمْ ُرقونَ مِنْ الد‬ ُ ِ َ‫َق ْو ٌم َي ْتلُونَ ِك َتابَ هَّللا ِ رَ ْطبًا اَل يُج‬
َ‫“ أَل َ ْق ُتلَ َّن ُه ْم َق ْت َل َثمُود‬Ali pernah mengirim dari Yaman untuk Rasulullah ‫ﷺ‬
sepotong emas dalam kantong kulit yang telah disamak, namun emas itu belum
dibersihkan dari kotorannya. Maka Nabi ‫ ﷺ‬membaginya kepada
empat orang; ‘Uyainah bin Badr, Aqra’ bin Habis, Zaid Al-Khail dan yang ke
empat, ‘Alqamah atau ‘Amir bin Ath-Thufail. Maka seseorang dari para
sahabatnya menyatakan,”Kami lebih berhak dengan (harta) ini dibanding
mereka”. Ucapan itu sampai kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, maka Dia
bersabda, “Apakah kalian tidak percaya kepada saya? Padahal saya adalah
kepercayaan Dzat yang ada dilangit (Allah), wahyu turun kepada saya dari langit
diwaktu pagi dan sore”. Kemudian datanglah seorang laki-laki (Dzul
Khuwaishirah) yang cekung kedua matanya, menonjol kedua atas pipinya,
menonjol kedua dahinya, lebat jenggotnya, botak kepalanya, dan tergulung
sarungnya. Orang itu berkata,” Bertaqwalah kepada Allah, wahai Rasulullah!!”
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ”Celaka engkau!! Bukankah saya
manusia yang paling bertakwa kepada Allah?!” Kemudian orang itu pergi. Maka
Khalid bin Al-Walid radhiyallahu anhu berkata,”Wahai Rasulullah bolehkah saya
penggal lehernya?” Nabi bersabda,”Jangan, barangkali dia masih salat (yakni,
masih muslim).” Khalid berkata,”Berapa banyak orang yang salat dan berucap
dengan lisannya (syahadat) ternyata bertentangan dengan isi hatinya.” Nabi
bersabda, “Saya tidak diperintah untuk mengorek isi hati manusia, dan membela
dada-dada mereka.” Kemudian nabi ‫ ﷺ‬melihat kepada orang itu,
sambil berkata,“Sesungguhnya akan keluar dari keturunan orang ini sekelompok
kaum yang membaca Kitabullah (Al-Qur’an) dengan mudah, namun tidak
melampaui tenggorokan mereka. Mereka melesat dari (batas-batas) agama
mereka seperti melesatnya anak panah dari sasarannya”. Saya (Abu Sa’id Al-
Khudriy) yakin dia bersabda, َ‫“ َلئِنْ أَ ْدرَ ْك ُت ُه ْم ألَ ْق ُتلَ َّن ُه ْم َق ْت َل َثم ُْود‬Jika saya menjumpai
mereka, niscaya saya akan bunuh mereka seperti dibunuhnya kaum Tsamud”.
(HR. Al-Bukhari dalam Kitab Al-Maghozi (4351), dan Muslim dalam Kitab Az-
Zakah (2448).
9. ^ Lihat Al-Muntaqo An-Nafis (hal. 89).
10. ^ H.R. Bukhori (2/232) dan Muslim (2/741 dan 742)

Rujukan[sunting | sunting sumber]
 Hamid, Syamsul Rijal 2002. Buku Pintar Agama Islam: Edisi
Senior. Bogor: Penebar Salam.

https://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij/ Senin 16/11/2020


Mengenal Pokok-Pokok Aqidah
Kaum Khawarij (Bag. 1)
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.  4 Comments
 Share on Facebook
 Share on Twitter

Kelompok khawarij dikenal dengan ciri khas mereka, yaitu: (1)


berlebih-lebihan dalam memvonis kafir sesama kaum muslimin; (2)
keluar memberontak dari penguasa kaum muslimin yang sah; dan (3)
menghalalkan tumpahnya darah kaum muslimin yang menyelisihi
aqidah mereka.

Bibit-bibit kaum khawarij sudah muncul sejak zaman Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam.  Namun, mereka benar-benar muncul dan eksis
ketika zaman khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala
‘anhu [1].  Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenal siapakah
khawarij dan bagaimanakah aqidah mereka yang rusak, untuk kita
jauhi sejauh-jauhnya.

Dalam tulisan ini, akan kami sebutkan pokok-pokok (ushul) ‘aqidah


kaum khawarij dan kami mulai dengan menyebutkan julukan-julukan
bagi kaum khawarij yang secara sekilas sudah menggambarkan
bagaimanakah ushul ‘aqidah mereka.

Julukan bagi Kaum Khawarij

Kelompok khawarij disebut oleh para ulama dengan banyak sebutan,


di antaranya adalah berikut ini.

Khawarij

Disebut khawarij karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  mensifati


mereka dengan,

ِ ‫ِين فُ ْر َق ٍة مِنَ ال َّن‬


‫اس‬ ِ ‫َي ْخ ُر ُجونَ َعلَى ح‬

“Mereka keluar (khuruj) (muncul) ketika terjadi perpecahan di tengah-


tengah kaum muslimin.” (HR. Bukhari no. 3414, 5810, 6534 dan
Muslim no. 1064)

Yaitu, ketika adanya perselisihan antara dua sahabat yang mulia,


khalifah ‘Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu
Ta’ala ‘anhuma, karena adanya provokator yang sengaja ingin
menciptakan kerusuhan. Pada awalnya, kelompok khawarij memihak
khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu.

Disebut khawarij karena mereka juga keluar (khuruj)  dari pemimpin


(pemerintah atau penguasa) kaum muslimin yang sah dan keluar dari
jamaah kaum muslimin bersama penguasanya (yaitu khalifah ‘Albi bin
Abi Thalib). Mereka keluar (memberontak) dengan pedang didorong
oleh aqidah mereka yang rusak dan batil.

Ini adalah ciri yang umum bagi siapa saja yang mengikuti jejak mereka
sampai hari kiamat.

Al-Muhakkimah

Disebut al-muhakkimah karena mereka keluar dari kepemimpinan


khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu  dan jamaah kaum
muslimin di bawah kepemimpinan ‘Ali disebabkan karena
masalah tahkim (usaha perdamaian). Ketika itu, mereka menuduh
khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu  menyerahkan
urusan perdamaian kepada utusan (negoisator), bukan kepada Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Mereka pun meneriakkan,

‫الحكم اال هلل‬

“Laa hukma illa lillaah (Tidak ada hukum kecuali milik Allah).”

Mereka pun memvonis kafir sahabat yang mulia, khalifah ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, dua orang negoisator dari dua belah
pihak (yaitu Abu Musa Al-‘Asyari radhiyallahu Ta’ala ‘anhu  dari pihak
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dan ‘Amr bin
Al-‘Ash radhiyallahu Ta’ala ‘anhu  dari pihak Mu’awiyah bin Abi
Sufyan radhiyallahu Ta’ala ‘anhu) dan memvonis kafir siapa saja yang
menyetujui keputusan ‘Ali bin Abi Thalib dan ridha dengannya.

Al-Muhakkimah  adalah julukan bagi kelompok khawarij  generasi awal.

Al-Haruriyyah

Disebut Haruriyyah,  karena ketika mereka keluar memberontak


khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu,  mereka
berkumpul di suatu tempat (daerah) bernama Haruraa’, yang berada
di Irak. Al-Haruriyyah juga merupakan julukan bagi
kelompok khawarij generasi awal.

Ahlu Nahrawan

Khawarij generasi awal juga disebut dengan “ahlu


nahrawan”, merujuk pada suatu tempat (Nahrawan) dimana khalifah
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu akhirnya memerangi
mereka (yaitu kaum khawarij al-muhakkimah) dalam suatu
pertempuran yang sangat besar.

Asy-Syuraah

Khawarij disebut juga dengan asy-syuraah, karena mereka


menganggap dan menyangka bahwa tindakan mereka membunuh
َ ) dengan keridhaan Allah Ta’ala.
kaum muslimin mereka tukar (‫ش َرى‬
Mereka menyangka bahwa pembunuhan kaum muslimin tersebut bisa
membeli atau mendatangkan ridha Allah Ta’ala. Sehingga julukan ini
pun menjadi julukan yang disenangi oleh kaum khawarij.

Mereka menyangka bahwa tindakan mereka itu termasuk dalam


firman Allah Ta’ala,

‫س ُه ْم َوأَ ْم َوالَ ُه ْم بِأَنَّ لَ ُه ُم ا ْل َج َّن َة‬ ْ ‫إِنَّ هَّللا َ ا‬


َ ُ‫ش َت َرى مِنَ ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ أَ ْنف‬
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri
dan harta mereka, dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-
Taubah [9]: 111)

Padahal, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya berlepas diri dari tindakan keji
yang mereka lakukan.

Al-Maariqah

Ini adalah penamaan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika


mensifati khawarij dengan sebutan “al-maariqah”, yaitu orang yang
keluar (memberontak). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

‫الر ِم َّي ِة‬


َّ َ‫س ْه ِم مِن‬ ِ ‫َي ْم ُرقُونَ مِنَ ال ِّد‬
َّ ‫ين ُم ُروقَ ال‬

“Mereka keluar dari agama (Islam) sebagaimana keluarnya anak


panah dari sasaran anak panah tersebut.“ (HR. Bukhari no. 3414,
4771, 5811, 6532 dan Muslim no. 1063)

Rasulullah gambarkan keluarnya mereka dari agama seperti anak


panah yang mampu menembus tubuh hewan sasaran panah karena
begitu kuatnya anak panah tersebut melesat.

Al-Mukaffirah

Disebut al-mukaffirah karena mereka hobi


mengkafirkan (mukaffir) sesama kaum muslimin yang terjatuh dalam
dosa besar (yang bukan termasuk dosa kekafiran kufur akbar). Mereka
juga memvonis kafir kaum muslimin yang menyelisihi keyakinan dan
manhaj mereka.

As-Sabaiyyah

Disebut as-sabaiyyah karena awal kemunculan mereka berasal dari


fitnah (kerusakan) yang ditimbulkan oleh ide ‘Abdullah bin Saba’ Al-
Yahudi. ‘Abdullah bin Saba’ memimpin orang-orang Kufah menuju
Madinah dalam rangka membunuh khalifah ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu Ta’ala ‘anhu. Akhirnya, khalifah ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu Ta’ala ‘anhu pun meninggal dunia di tangan kaum
khawarij.

As-Sabaiyyah adalah nama (julukan) bagi generasi khawarij awal dan


tokoh-tokoh pembesar mereka di kala itu.

An-Naashibah
Karena mereka memasang (naashaba)  khalifah ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dan keluarganya sebagai musuh yang
harus diperangi, mereka terang-terangan membenci khalifah ‘Ali bin
Abi Thalib. Ucapan (perkataan) khawarij tentang “vonis kafir bagi
pelaku dosa besar” adalah ucapan mereka pertama kali yang
memecah belah kaum muslimin. Ini adalah di antara pokok (ushul)
‘aqidah kaum khawarij.

Semua ini kembali lagi ke syiar ‘aqidah kaum khawarij, yang


dengannya mereka keluar memberontak dari jamaah kaum muslimin
di bawah penguasa yang sah (khalifah’Ali bin Abi Thalib), dengan
meneriakkan,

‫الحكم اال هلل‬

“Laa hukma illa lillaah (Tidak ada hukum kecuali milik Allah).”

Dengan teriakan dan semboyan itu, kaum muslimin menurut


pandangan mereka adalah sama dengan orang-orang kafir.

Oleh karena itu, kaum khawarij pun mengangkat pemimpin (khalifah)


bagi kelompok mereka sendiri. Karena mereka menganggap bahwa
kelompok merekalah yang masih beriman, sedangkan selain mereka
(khalifah ‘Ali dan kaum muslimin yang bersamanya) adalah orang-
orang kafir.

Orang yang mereka angkat dan mereka baiat sebagai khalifah


adalah ‘Abdullah bin Wahb Ar-Rasibi pada hari ke sepuluh bulan
Syawwal tahun 37 hijriyah.

‘Abdullah bin Wahb Ar-Rasibi adalah tokoh pembesar kaum khawarij,


dia sesat dan menyesatkan.  ‘Abdullah bin Wahb Ar-Rasibi berasal
dari kabilah (suku) Bani Rasib, sebuah suku yang terkenal. ‘Abdullah
bin Wahb Ar-Rasibi memimpin pasukan khawarij ketika berperang
melawan khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu di
perang Nahrawan. Dia pun berhasil dibunuh dalam peperangan
tersebut oleh pasukan khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala
‘anhu.

[Bersambung]

***

Diselesaikan di pagi hari berkabut, Rotterdam NL, 26 Sya’ban 1439/


13 Mei 2018

Penulis: M. Saifudin Hakim


 

Catatan kaki:

[1]    Sejarah kemunculan kaum khawarij secara lebih detil akan kami


sampaikan dalam tulisan tersendiri.

[2]    Disarikan dari kitab Diraasaatun fil Bid’ati wal


Mubtadi’in,  karya Syaikh Dr. Muhammad bin Sa’id Raslan, penerbit
Daarul Minhaj, cetakan pertama tahun 1436, hal. 147-149.

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi


lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

🔍 Bid Ah, Asal Syiah, Tanya Jawab Tentang Riba , Kapan Nabi


Muhammad Dilahirkan, Cara Sholat Sunah Fajar

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/39878-mengenal-


pokok-pokok-aqidah-kaum-khawarij-bag-1.html

https://muslim.or.id/39878-mengenal-pokok-pokok-aqidah-kaum-khawarij-bag-
1.html/Senini/16/11/2020

Mengenal Pokok-Pokok Aqidah


Kaum Khawarij (Bag. 2)
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.  No comments
 Share on Facebook
 Share on Twitter


Baca pembahasan sebelumnya Mengenal Pokok-Pokok Aqidah Kaum
Khawarij (Bag. 1)

Pokok-Pokok ‘Aqidah Kaum Khawarij

Berkembangnya Paham dan ‘Aqidah Khawarij

Berdasarkan pokok-pokok keyakinan mereka tersebut, mereka


membangun ‘aqidah dan manhaj mereka di atasnya. Mereka pun
berkumpul menuju di suatu tempat bernama Nahrawan. Di tengah
perjalanan menuju Nahrawan, mereka bertemu dengan tabi’in yang
mulia, ‘Abdullah bin Khabbab Al-Aratti Al-Madani rahimahullahu
Ta’ala, dan mereka pun membunuh beliau. Lebih dari itu, mereka pun
dengan bengisnya membunuh budak perempuan [3] ‘Abdullah bin
Khabbab yang ketika itu sedang hamil. Khawarij pun membunuh dua-
duanya (sang ibu dan anak yang dikandungnya). Pembunuhan ini
terjadi pada tahun 38 hijriyah.
Khawarij akhirnya sampai dan berkumpul di Nahrawan. Kabar ini
diketahui oleh khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala
‘anhu. Khalifah Ali pun mengirim empat ribu orang pasukan menuju
Nahrawan. Ketika pasukan khalifah ‘Ali sudah berada di dekat
Nahrawan, dikirimlah utusan kepada kaum khawarij untuk
menyerahkan pembunuh ‘Abdullah bin Khabbab. Kaum khawarij pun
mengirim utusan bahwa mereka semua-lah yang bertanggung jawab
membunuh ‘Abdullah bin Khabbab. Ini merupakan bentuk perlawanan
kaum khawarij kepada khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Khalifah ‘Ali bin Abi
Thalib pun mendakwahi mereka agar mereka bertaubat. Sebagian di
antara mereka bertaubat, namun sebagian yang lainnya tetap pada
pendiriannya.

Sehingga pada akhirnya, khalifah ‘Ali bin Abi Thalib memerangi


mereka di suatu peperangan yang sangat hebat di daerah Nahrawan.
Tidak ada yang tersisa dari kelompok khawarij kecuali sekitar sembilan
orang saja. Sedangkan jumlah yang terbunuh dari pasukan ‘Ali kurang
dari sepuluh orang saja.

Dari kurang lebih sembilan orang yang tersisa, dua orang melarikan
diri ke daerah Sijistan. Di sanalah mereka memiliki pengikut-pengikut
baru menjadi khawarij Sijistan. Dua orang lainnya melarikan diri
menuju Yaman, dan lahirlah pengikut-pengikut baru mereka dari
kelompok khawarij Ibadhiyyah Yaman. Dua orang lainnya melarikan
diri ke negeri Oman, dari sana lahirlah khawarij Oman. Dua orang
lainnya melarikan diri menuju Jazirah, suatu daerah antara Dijlah dan
sungai Efrat di dekat negeri Syam. Dari sana, lahirlah khawarij
Jazirah. Satu orang sisanya melarikan diri ke suatu daerah bernama
Tallu Muuzan.

Inilah di antara sebab berkembang dan meluasnya pengikut khawarij,


menjadi banyak sekte dengan berbagai macam ideologinya, hingga
saat ini. Namun semua mereka tidak lepas dari tiga ciri khas yang
telah kami sebutkan sebelumnya di awal tulisan ini. [4]

Semoga Allah Ta’ala menjaga negeri-negeri kaum muslimin dari


bahaya ‘aqidah dan pemahaman khawarij.

[Selesai]

***

Diselesaikan di siang hari, Lab EMC Rotterdam NL, 26 Sya’ban 1439/


13 Mei 2018

Penulis: M. Saifudin Hakim


 

Catatan kaki:

[1]    Hal ini bertentangan dengan ‘aqidah ahlus sunnah dalam


menyikapi pemimpin muslim yang dzalim. Silakan disimak tulisan kami
sebelumnya (total ada enam seri tulisan):

https://muslim.or.id/38935-petunjuk-nabi-dalam-menyikapi-penguasa-
muslim-yang-dzalim-01.html

[2]    Yaitu hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir (tidak


memenuhi syarat hadits mutawatir).

[3]    Yang statusnya adalah ummu walad, yaitu budak perempuan


yang disetubuhi oleh tuannya dan melahirkan anak darinya. Dalam
syariat Islam, hal ini diperbolehkan.

[4[    Disarikan dari kitab Diraasaatun fil Bid’ati wal


Mubtadi’in,  karya Syaikh Dr. Muhammad bin Sa’id Raslan, penerbit
Daarul Minhaj, cetakan pertama tahun 1436, hal. 149-152.

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi


lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/39883-mengenal-


pokok-pokok-aqidah-kaum-khawarij-bag-2.html

Khawarij Membunuh Abdullah bin


Khabbab
Yulian Purnama, S.Kom.  3 Comments
 Share on Facebook
 Share on Twitter


Kaum Khawarij, mereka wara  (sangat berhati-hati) dalam sebagian
masalah, namun sangat mudah menghalalkan darah kaum Muslimin.
Simak kisah pembunuhan Abdullah bin Khabbab berikut ini.

‫عن أبي‘ مجلز قال بينما عبد هللا بن‘ خباب في يد الخوارج إذ أتوا على نخل فتناول رجل منهم تمرة‬
‫أخذت تمر ًة ِمن تمر أهل العهد‬
َ : ‫!!! فأقبل عليه أصحابه فقالوا له‬

Dari Abu Mijlaz, ia berkata: ketika Abdullah bin Khabbab ditawan oleh
kaum Khawarij. Ketika mereka mendapati sebuah pohon kurma, maka
salah seorang dari mereka mengambil kurma (yang jatuh) dari pohon
tersebut. Maka teman-temannya (sesama Khawarij) menemuinya dan
berkata: “engkau telah mengambil kurmanya ahlul ‘ahdi  (kafir
mu’ahhad)”.

‫قتلت خنـزيراً ِمن‘ خنازير‬


َ ‫ فأقبل عليه أصحابه فقالوا له‬، ‫وأتوا على خنـزير فنفخه رجل منهم بالسيف‬
‘‫!!! أهل العهد‬

Kemudian ia mendapati seekor babi, lalu salah seorang dari mereka


membunuh babi tersebut dengan pedang. Lalu orang-orang khawarij
menemuinya dan berkata: “kamu telah membunuh babinya ahlul ‘ahdi
(kafir mu’ahhad)”.

‫ أال أخبركم َمن‘ هو أعظم عليكم حقا مِن هذا ؟‬: ‫ فقال عبد هللا‬: ‫قال‬

‘‫‘ َمن ؟‬: ‫قالوا‬

ُ
‫تركت كذا‬ ُ
‫ وال‬، ‫تركت كذا‬ ُ
‫ وال‬، ‫تركت صالة‬ ‫ أنا !! ما‬: ‫!! قال‬

‫ فقتلوه‬: ‫!!! قال‬

‫أقيدونا بعبد هللا بن‘ خباب‬: ‫علي قال‬


‘ٌّ ‫ فلما جاءهم‬: ‫قال‬

‫‘ كيف نقيدك به وكلنا شرك في‘ دمه ؟‬: ‫قالوا‬

‫فاستحل قتالهم‬

Maka melihat itu, Abdullah bin Khabbab berkata: “maukah aku


kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih besar haknya dari itu
semua (kurma dan babi)?”. Mereka berkata: “apa itu?”. Abdullah
menjawab: “itu adalah aku, aku tidak meninggalkan shalat dan tidak
meninggalkan ibadah ini dan itu”. Mendengar itu lantas kaum Khawarij
membunuh Abddullah bin Khabbab. Ketika mereka menemui Ali bin
Abi Thalib, beliau bertanya: “mengapa kalian tidak menyerahkan
Abdullah bin Khabbab kepada kami?”. Mereka menjawab: “Bagaimana
mungkin kami serahkan ia kepadamu? Sedangkan kesyirikan dalam
darahnya lebih memberatkan kami (untuk membunuhnya)”. Mereka
menganggap halal darahnya Abdullah bin Khabbab.

(Al Mushannaf, 7/560)

‫ وقال الحافظ ابن حجر‬:

‫ الخوارج –‘ فقتلوا َمن اجتاز بهم من‘ المسلمين‬: ‫فاستعرضوا الناس –‘ أي‬

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan:

Kaum Khawarij menguji orang-orang dengan pertanyaan-pertanyaan,


mereka pun membunuh orang dari kaum Muslimin yang jawabannya
tidak sesuai dengan keinginan mereka.

‫ أ َمة‬: ‫ومرَّ بهم عبد هللا بن خباب بن األرت وكان واليا لعلي على بعض تلك البالد ومعه سريَّة –‘ أي‬
‫!!!–‘ وهي‘ حامل فقتلوه وبقروا بطن سريته عن ولد‬

Abdullah bin Khabbab bin Al Arat melewati mereka. Ketika itu ia


adalah gubernur di sebagian daerah di pemerintahan Ali bin Abi
Thalib. Dan ia memiliki budak wanita yang sedang hamil. Mereka pun
membunuh Abdullah bin Khabbab dan merobek perut budaknya untuk
mengeluarkan anaknya (untuk dibunuh juga).

‫فبلغ عليا فخرج إليهم في الجيش الذي كان‘ هيأه للخروج إلى الشام فأوقع بهم بالنهروان‘ ولم ينج‘ منهم‬
‫إال دون العشرة وال قتل ممن‘ معه إال نحو العشرة‬

Berita itu sampai kepada Ali. Lalu beliau menemui kaum khawarij
bersama pasukan yang sedianya dipersiapkan untuk berangkat ke
Syam (dalam rangka menghadapi pasukan Mu’awiyah -red). Maka Ali
memerangi mereka (kaum khawarij) di Nahrawan. Tidak ada yang
selamat dari mereka kecuali sekitar 10 orang saja. Dan tidak ada yang
tewas dari pasukan Ali kecuali sekitar 10 orang saja” (Fathul Baari,
12/284)

Lihatlah begitu bengisnya kaum Khawarij dan mudahnya mereka


menghalalkan darah kaum Muslimin.

Maka jangan ikuti para da’i dan ustadz khawarij, jangan ikuti da’i dan
ustadz yang mentoleransi pemahaman khawarij. Pemahaman khawarij
merusak akidah.

Dan jangan tertipu oleh baiknya akhlak mereka, zuhud dan wara’
mereka. Lihatlah Khawarij di zaman Ali adalah orang-orang yang
wara’, namun sangat mudah sekali menghalalkan darah kaum
Muslimin.

Semoga Allah memberi kita hidayah untuk istiqamah di atas Sunnah.

***

Disarikan dari tulisan al Akh Ihsan bin Muhammad Al Utaibi, dengan


beberapa penambahan.

Penyusun: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.Or.Id

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi


lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/39633-khawarij-
membunuh-abdullah-bin-khabbab.html
Mengenal Khawarij (1)
Muhammad Singgih Pamungkas  2 Comments
 Share on Facebook
 Share on Twitter

Pendahuluan
Diantara usaha para pelaku kebatilan untuk menjauhkan manusia dari
kebenaran adalah dengan mengaburkan makna kebenaran dan
memberikannya citra yang buruk. Sebaliknya, mereka akan berusaha
memodifikasi dan menghiasi kebatilan sehingga terlihat indah dan
benar di mata manusia. Maka kebenaran dan kebatilan akan terlihat
terbalik, yang benar terlihat batil, dan yang batil terlihat benar.
Diantara bentuk perusak citraan tersebut adalah label khowarij yang
diberikan kepada dakwah salafiyah. Hal ini sudah terjadi bahkan sejak
zaman Imam Ahmad, yang juga dialami oleh Syaikhul Islam dan
muridnya Ibnul Qoyyim1, begitu juga dengan dakwah tauhid yang
dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. 2

Maka tidak perlu heran jika para pengusung dakwah salaf di indonesia
pun mengalami hal yang serupa. Orang orang yang mengajak kepada
tauhid, dan meninggalkan penyembahan kepada kuburan,
meninggalkan bidah bidah dan khurofat di labeli sebagai khowarij yang
merupakan salah satu aliran menyimpang dalam tubuh umat islam.

Maka disinilah tentunya kita sebagai ahlul hak, selain mengetahui


kebenaran itu sendiri yang direpresentasikan oleh dakwah salafiyah,
kita juga harus mengetahui kebatilan yang salah satu bentuknya
adalah paham khowarij. Dengan itu kita bisa membedakan antara
manhaj salafiyah dan manhaj khorijiyah. Kitapun menjadi lebih yakin,
bahwa jalan yang kita tempuh adalah benar.

Definisi khawarij dan nama-nama mereka


Para ulama berbeda beda dalam mendefinisikan khawarij, namun
secara umum bisa disimpulkan bahwa khawarij adalah salah satu
golongan dari tubuh umat islam yang mengkafirkan pelaku dosa besar
dan keluar dari pemerintahan yang sah. 3 Adapun dinamakan khawarij
karena mereka keluar (khuruj) dari pemerintah yang sah. Meskipun
mereka berasumsi bahwa sebab penamaan khawarij adalah karena
mereka keluar (khuruj) dari rumahnya untuk berjihad di jalan Allah 4,
tapi toh faktanya mereka keluar bukan dalam rangka berjihad di jalan
Allah, tapi justru keluar dari ketaatan kepada kepemimpinan kaum
muslimin yang sah.

Selain khawarij mereka juga dinamakan


sebagai Haruuriyah, dinisbatkan kepada tempat pendahulu mereka
berkumpul untuk memerangi Ali bin Abi Thalib, yaitu Haruro. Mereka
juga dinamakan As Syurroh, karena mereka mengatakan kami telah
menjual (Syaroinaa) diri kami di dalam ketaatan kepada Allah. Dan
nama nama yang lainnya seperti Al Maariqoh dan Al Muhakkimah.
Namun nama Khawarij adalah yang paling sering digunakan
dibandingkan nama nama yang lainnya. 5

Sejarah kemunculan Khawarij


Adapun sejarah kemunculannya para ulama berbeda beda menjadi 3
pendapat :
Yang pertama menyatakan bahwasanya Khawarij muncul pada
zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Yaitu ketika seseorang
yang dikenal dengan nama Dzul Khuwaishiroh At Tamimi mengatakan
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam –yang ketika itu beliau
sedang membagikan harta rampasan perang-, “berlaku adil lah wahai
Rasulullah!”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun
menjawab, “celaka engkau, siapa lagi yang akan berlaku adil kalau
aku tidak berlaku adil”. Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab pun
berkata, “biarkan saya membunuhnya wahai Rasulullah”.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda, “biarkan dia!
Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh
dibandingkan sholatnya, puasa kalian terasa remeh dibandingkan
dengan puasanya, mereka terlepas dari agama sebagaimana anak
panah yang terlepas dari busurnya……” 6

Dalam riwayat lain disebutkan, “sesungguhnya akan lahir dari orang ini
suatu kaum yang membaca al qur’an tapi tidak sampai melewati
kerongkongannya, mereka membunuh orang islam dan membiarkan
para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana
anak panah yang terlepas dari busurnya kalau aku menjumpai mereka
sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum
‘Ad.”7

Adapun pendapat yang kedua8 menyebutkan bahwa khawarij muncul


pada zaman kekhilafahan Utsman bin Affan, yaitu mereka para
pemberontak yang mengepung rumah Utsman untuk kemudian
membunuh beliau radhiyallahu ‘anhu.

Dan pendapat yang terakhir9 mengatakan khawarij muncul ketika


mereka membelot dan keluar (khuruj) dari pasukan Ali bin Abi Thalib
ketika terjadi peristiwa tahkim antara Ali dan Muawiyah radhiyallahu
anhuma.

Kalau kita melihat ketiga pendapat diatas bisa kita simpulkan bahwa
pada zaman Rasulullah belum muncul khawarij sebagai sebuah
kelompok yang memiliki kekuatan, namun hanya sekedar adanya
kejadian personal –yang karena tamak dengan harta- memprotes
kebijaksanaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam
membagikan harta rampasan perang. Yang dari orang ini lah muncul
orang orang yang nantinya menjadi kelompok khawarij. Maka bisa
dikatakan bahwa benih khawarij telah tumbuh pada zaman
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Adapun pada masa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, meskipun


muncul kelompok yang keluar (khuruj) dari ketaatan –bahkan sampai
membunuh- kepada Utsman selaku khalifah kaum muslimin, namun
motif mereka masih sebatas faktor kemarahan. Setelah kejadian itu
pun mereka berpencar dan tidak berkumpul menjadi sebuah kelompok
yang memiliki kekuatan.

Baru kemudan pada masa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu -


khususnya setelah terjadinya perang Siffin yang di akhiri dengan
peristiwa tahkim-, muncul khawarij sebagai sebuah kelompok yang
memiliki kekuatan serta memiliki pandangan politik dan ideologi yang
berbeda dari kaum muslimin10.

(bersambung)

___

Catatan kaki

1 Lihat Syarh Qosidah Nuniah Ibnul Qoyyim, Muhammad Khalil Harros


(1/324-325), cet 1; 1435, Dar Imam Ahmad

2 Tuduhan bahwa dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan


dakwah Khawarij di bantah oleh Muhammad Hisyam At Thohiri dalam
desertasinya “Taqriirot Aimmatud Da’wah Fie Mukholafati Manhajil Khowarij
Wa Ibthoolihi” (Ghoros, Cet 1: 1429 H, Kuwait)

3 Lihat Fikrul Khowarij Was Syiah Fie Mizani Ahlis Sunnah, Dr Ali As
Shalabi, (cet 1; 1429 H) Dar. Andalus, hal. 13-14

4 Mereka berdalil dengan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 100

5 Lihat Ushul Wa Tarikhul Firoq Al Islaamiyah, Mushtofha bin Muhammad


Mushthofa (Darul Kautsar, cet 2: 1432 H, Qohiroh) hal. 83

6 HR. Muslim, (2/743 dan 744)

7 HR Bukhori (2/232) dan Muslim (2/741 dan 742)

8 Ini merupakan pendapat Ibn Abil Izz Al Hanafi (Lihat: Syarah Tohawiyah,
hal. 472)

9 Ini merupakan pendapat kebanyakan ulama (lihat Ushul Wa Tarikhul


Firoq, hal. 88)

10 Ushul Wa Tarikhul Firoq, hal. 88-89

***

Penulis: Muhammad Singgih Pamungkas


Artikel Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/26706-mengenal-


khawarij-1.html

https://muslim.or.id/26706-mengenal-khawarij-1.html/senin/16/11/2020

Khutbah Ali bin Abi Thalib di


Depan Khawarij
Ammi Nur Baits, S.T., B.A.  3 Comments
 Share on Facebook
 Share on Twitter


Setelah berdebat dengan Ibnu Abbas , bertaubatlah sekitar 2 ribu
orang khawarij. Mereka balik ke Kufah, untuk bergabung bersama Ali
bin Abi Thalib. Kemudian Ali datang sendiri menemui mereka yang
tersisa dan belum bertaubat. Ketika Ali datang, mereka menyangka Ali
telah berpihak kepada mereka. Mereka menganggap bahwa Ali telah
bertaubat kesalahannya – menurut anggapan mereka – dan menarik
kembali keputusan tahkim.

Merekapun mendengang-dengungkan hal ini di tengah Masyarakat.


Hingga al-Asy’as bin Qais al-Kindi menemui Amirul Mukminin, Ali bin
Abi Thalib, menyampaikan informasi bahwa masyarakat
membicarakan bahwa anda telah kembali (bertaubat) dari kekufuran
anda.

Keesokan harinya, pada hari jumat, Ali berkhutbah. Beliau


menyinggung sikap orang-orang yang memisahkan diri dari negara.
Beliau mencela habis orang yang berpecah belah. Ketika turun dari
mimbar, beberapa orang di pojok masjid meneriakkan,

‘‫’ال حكم إال هلل‬


“Tidak ada hukum kecuali milik Allah”

“Hukum Allah, akan diterapkan kepada kalian.” Komentar Ali.


Kemudian beliau berisyarat dengan tangannya, menyuruh mereka
diam. Hingga ada salah satu dari khawarij itu yang maju, sambil
menyumbat telinganya, dan membaca firman Allah,

َ ‫ك َولَ َت ُكو َننَّ م َ‘ِن ْال َخاسِ ِر‬


‫ين‬ َ ‫لَئِنْ أَ ْش َر ْك‬
‘َ ُ ‫ت لَ َيحْ َب َطنَّ َع َمل‬

“Jika kamu berbuat syirik, maka amalmu akan terhapus dan kamu
akan menjadi orang yang merugi.” (QS. az-Zumar; 65).

Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu membaca firman Allah,

َ ‫ك الَّذ‬
َ ‫ِين الَ يُوقِ ُن‬
‫ون‬ ِ ‫َفاصْ ِبرْ إِنَّ َوعْ َد هَّللا ِ‘ َح ٌّق َوالَ َيسْ َت‬
‘َ ‫خ َّف َّن‬

“Bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan


sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran
ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu“. (QS. ar-Rum: 60).
(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 734).

Setelah tidak memungkinkan untuk disadarkan, Ali mengikat janji


kepada mereka,
ً ‫إن لكم عندنا‬
‫ وال نمنعكم نصيبكم من‘ هذا الفيء ما كانت‬،‫ ال نمنعكم صال ًة في‘ هذا المسجد‬:‫ثالثا‬
‫ وال نقاتلكم حتى تقاتلونا‬،‫أيديكم مع أيدينا‬

“Kalian memiliki 3 hak di hadapan kami, [1] kami tidak melarang kalian
untuk shalat di masjid ini, [2] kami tidak menghalangi kalian untuk
mengambil harta rampasan perang, selama kalian ikut berjihad
bersama kami, [3] kami tidak akan memerangi kalian, hingga kalian
memerangi kami” (Tarikh al-Umam wa al-Muluk, at-Thabari, 3/114)

Akhirnya para khawarij ini berkumpul, untuk menentukan pemimpin


mereka. Mereka berkumpul di rumah Abdullah bin Wahb ar-Rasibi.
Dia-pun berkhutbah di hadapan mereka, dengan khutbah yang sangat
memotivasi mereka untuk zuhud terhadap dunia, berharap akhirat,
menegakkan amar makruf nahi munkar dan menjauh diri dari
masyarakat yang penduduknya dzalim ini (yaitu Ali dan rakyatnya).
Sebagai bentuk pengingkaran terhadap hukum yang menyimpang –
menurut kebodohan mereka -.

Mereka kemudian menunjuk Zaid bin Hishn at-Thai (pemimpin


gembong anti-Ali), tapi dia menolak. Lalu menunjuk Huqus bin Zuhair,
dia juga menolak, lalu Hamzah bin Sinan, dan dia juga menolak. Lalu
ditawarkan kepada Abu Aufa al-Absy, dia juga menolak. Hingga
ditawarkan kepada Abdullah bin Wahb, dan dia menerimanya. Ketika
menerima, dia mengatakan,

ً
‫رغبة في الدنيا وال أدعها‘ َف َر ًقا من الموت‬ ‫أما وهللا ال أقبلها‬

“Demi Allah, aku tidak menerimanya karena berharap dunia, dan aku
juga tidak menolaknya karena lari dari kematian.” (an-Nihayah wal
Bidayah, Ibnu Katsir, 7/316)

Dalam satu kesempatan perkumpulan mereka, Zaid bin Hishn at-Thai


berkhutbah menasehatkan mereka, dengan membaca beberapa
firman Allah, diantaranya, firman Allah,

ِ ‫يل هَّللا‬ َ َّ‫اس ِب ْال َح ِّق َوالَ َت َّت ِب ِع ْال َه َوى َفيُضِ ل‬
ِ ‫ك َع ْ‘ن َس ِب‬ ِ ْ‫ك َخلِي َف ًة فِي األَر‬
ِ ‫ض َفاحْ ُك ْم َبي َ‘ْن ال َّن‬ َ ‫َيا َداوُ و ُد إِ َّنا َج َع ْل َنا‬

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah


(penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah” (QS. Shad: 26).

Lalu firman Allah,

َ ِ‫َو َم ْ‘ن لَ ْم َيحْ ُك ْم ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬


َ ‫ك ُه ُم ْال َكافِر‬
‫ُون‬

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan


Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS. al-Maidah:
44).

Kemudian firman Allah,

‫ُون‬
‘َ ‫الظالِم‬ ‘َ ِ‫َو َم ْ‘ن لَ ْم َيحْ ُك ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬
َّ ‫ك ُه ُم‬

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan


Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim” (QS. al-
Maidah: 45)

dan firman Allah,

َ ِ‫َو َم ْ‘ن لَ ْم َيحْ ُك ْم ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬


َ ُ‫ك ُه ُم ْال َفاسِ ق‬
‫ون‬

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan


Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” (QS. al-
Maidah: 47)

Lalu dia melanjutkan khutbahnya, “Saya bersaksi bahwa para ahli


kiblat (kaum muslimin) telah mengikuti hawa nafsu, membuang hukum
Allah, dan berbuat dzalim dalam ucapan dan perbuatan”.
Hingga salah satu diantara mereka menangis, dan memotivasi orang
disekitarnya untuk memberontak Ali dan para sahabat. Dia
mengatakan,

‫ فإن أنتم ظفرتم وأطيع هللا كما أردتم‬،‫اضربوا‘ وجوههم وجباههم بالسيوف حتى يطاع الرحمن‘ الرحيم‬
‫أثابكم ثواب المطيعين له العاملين بأمره‬

“Sabet wajah dan jidat mereka dengan pedang, agar Dzat yang Maha
ar-Rahman ar-Rahim kembali ditaati. Apabila kalian menang, dan aku
mentaati Allah sebagaimana yang kalian inginkan, Allah akan
memberikan pahala kepada kalian seperti pahala orang yang taat
kepada-Nya, mengamalkan perintah-Nya.!!?”

al-Hafidz Ibnu Katsir ketika menyebutkan kisah mereka, beliau


berkomentar,

‫‘ وسبق في قدره‬،‫‘ فسبحان من‘ نوّ ع خلقه كما أراد‬،‫وهذا الضرب من‘ الناس من‘ أغرب أشكال بني‘ آدم‬
‫العظيم‬

“Manusia model seperti ini adalah bentuk keturunan Adam yang paling
aneh. Maha Suci Dzat yang menciptakan jenis makhluk-Nya ini seperti
yang Dia kehendaki. Semua telah didahului oleh taqdir-Nya yang
agung” (an-Nihayah wa al-Bidayah, 7/316)

Mereka sepakat bulat untuk menjauh dari wilayah Ali. Kemudian


merekapun pergi diam-diam, satu demi satu, agar tidak ketahuan,
menuju tempat yang disepakati, Nahrawan. Hingga mereka memiliki
kekuatan.

Anda bisa perhatikan, betapa miripnya khawarij dulu dan


sekarang. Ayat yang didengung-dengungkan sama. Cara berfikir
dan berlogika juga sama. Banyak menggunakan mafhum kelaziman
untuk mengkafirkan banyak manusia, siapa yang setuju dengan selain
hukum Allah maka dia setuju dengan kekafiran, dan siapa yang setuju
dengan kekafiran maka dia kafir. dst.

Bagi anda yang pernah mendengar ceramah para ’teroris’, para ‘buron
polisi yang suka menutup wajahnya dengan surban’ akan sering
mendengarkan ayat ini diulang-ulang.

Penulis: Ammi Nur Ba’its, ST., BA.

Artikel Muslim.Or.Id
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi
lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/22323-khutbah-ali-


bin-abi-thalib-di-depan-khawarij.html

Ibnu ‘Abbas Mendebat Kaum


Khawarij
Yulian Purnama, S.Kom.  7 Comments
 Share on Facebook
 Share on Twitter


Kaum Khawarij adalah sekte pertama yang menyimpang dalam
sejarah Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahkan berwasiat
khusus mengenai kaum khawarij, beliau bersabda

‫تمرق‘ مارقة على حين فرقة من أمتي يحقر أحدكم صالته مع‬
‫ يمرقون من‘ اإلسالم مروق‬،‫ وقراءته مع قراءتهم‬،‫صالتهم‬
‘ً‫‘ أينما‘ لقيتموهم فاقتلوهم فإن‘ في قتلهم أجرا‬،‫السهم من الرمية‬
‫لمن قتلهم‬
“Mereka keluar saat terjadi perpecahan di antara umatku. Salah
seorang diantara kalian (sahabat Nabi) akan menganggap remeh
shalatnya dibanding shalat mereka. Kalian menganggap remeh
baca’an Al Qur’an kalian dibanding bacaan mereka. Mereka itu keluar
dari agama ini sebagaimana keluarnya panah dari sasarannya. Di
manapun kalian menemui mereka, bunuhlah mereka. Karena
membunuh mereka itu berpahala bagi yang membunuhnya” (HR.
Bukhari 3611)

Diantara aqidah kaum khawarij adalah menganggap kafirnya kaum


muslimin pelaku dosa besar, dan meyakini bahwa mereka kekal di
neraka. Demikian ciri khas kaum khawarij, yaitu terlalu mudah
memvonis kafir kepada seorang Muslim. Bahkan di zaman Ali bin Abi
Thalib dahulu, mereka mengkafirkan Ali bin Abi Thalib yang menjadi
khalifah dan juga mengkafirkan kaum muslimin yang tidak setuju
dengan pendapat mereka.

Bahkan sebelumnya, mereka telah membangun pemberontakan


terhadap khalifah Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu yang
menyebabkan terbunuhnya Utsman. Ini pun merupakan salah satu
sifat mereka, yaitu gemar mencari-cari kesalahan penguasa. Mereka
juga berpendapat wajibnya menggulingkan penguasa yang mereka
anggap salah dan zhalim. Sebagaimana ketika mereka mengkafirkan
Ali bin Abi Thalib, dengan alasan bahwa Ali telah berhukum dengan
selain hukum Allah yaitu berhukum kepada manusia. Mereka berdalil
dengan ayat,

‘َ ‫نز َ‘ل هللا ُ َفأ ُ ْوالَ ِئ‬


‘َ ‫ك ُه ُم ْال َكافِر‬
‫ُون‬ َ َ‫َو َمن‘ لَّ ْم َيحْ ُكم ِب َمآأ‬
“Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah
turunkan, mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al Maidah: 44).

Namun Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhuma, seorang ulama yang


faqih di kalangan para sahabat Nabi, merasa perlu untuk berbicara
dengan mereka dalam rangka mendebat mereka dan mematahkan
argumen mereka supaya mereka kembali ke jalan yang benar. Berikut
ini dialog antara Abdullah bin ‘Abbas dengan kaum Khawarij.

Diriwayatkan oleh Imam An Nasa-i dalam kitab Al Khasha-ish Amirul


Mu’minin Ali bin Abi Thalib (190), dengan sanad yang hasan,

‘‫أخبرنا‘ عمرو بن‘ علي‘ قال‘ حدثنا‘ عبد‘ الرحمن‘ بن‘ مهدي قال‬
‫حدثنا‘ عكرمة بن‘ عمار قال‘ حدثني‘ أبو زميل‘ قال‘ حدثني عبد‬
‫هللا بن‘ عباس‘ قال‬
‘Amr bin Ali mengabarkan kepadaku, ia berkata, ‘Abdurrahman bin
Mahdi menuturkan kepadaku, Ikrimah bin ‘Ammar berkata, Abu Zamil
menuturkan kepadaku, ia berkata, Abdullah bin ‘Abbas berkata:

‫لما‘ خرجت الحرورية‘ اعتزلوا‘ في دار و كانوا‘ ستة‘ آالف فقلت‬


‘‫لعلي‘ يا أمير المؤمنين‘ أبرد بالصالة‘ لعلي أكلم هؤالء القوم قال‬
‫إني أخافهم عليك‘ قلت‘ كال‬
Ketika kaum Haruriyyah (Khawarij) memberontak, mereka berkumpul
menyendiri di suatu daerah. Ketika itu mereka ada sekitar 6000 orang.
Maka aku pun berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib: “wahai Amirul
Mu’minin, tundalah shalat zhuhur hingga matahari tidak terlalu panas,
mungkin aku bisa berbicara dengan mereka kaum Khawarij”. Ali
berkata: “aku mengkhawatirkan keselamatanmu”. aku berkata: “tidak
perlu khawatir”

‫فلبست‘ وترجلت و دخلت عليهم في دار نصف النهار‘ وهم‬


‫يأكلون‘ فقالوا‘ مرحبا‘ بك يا ابن‘ عباس‘ فما جاء بك قلت‘ لهم‬
‘‫أتيتكم من عند‘ أصحاب النبي‘ المهاجرين‘ واألنصار ومن عند‬
‫ابن‘ عم النبي‘ وصهره وعليهم نزل القرآن‘ فهم أعلم بتأويله منكم‬
‘‫و ليس‘ فيكم منهم أحد ألبلغكم ما يقولون‘ وأبلغهم ما تقولون‬
‫فانتحى لي نفر منهم‬
Aku lalu memakai pakaian yang bagus dan berdandan. Aku sampai di
daerah mereka pada waktu tengah hari, ketika itu kebanyakan mereka
sedang makan. Mereka berkata: “marhaban bik (selamat datang)
wahai Ibnu ‘Abbas, apa yang membuatmu datang ke sini?”. Aku
berkata: “Aku datang mewakili para sahabat Nabi dari kaum Muhajirin
dan Anshar dan mewakili anak dari paman Nabi (Ali bin Abi Thalib).
Merekalah yang membersamai Nabi, Al Qur’an di turunkan di tengah-
tengah mereka, dan mereka lah yang paling memahami makna Al
Qur’an. Dan tidak ada salah seorang pun dari kalian yang termasuk
sahabat Nabi. Akan aku sampaikan perkataan mereka yang lebih
benar dari perkataan kalian”. Lalu sebagian dari mereka mencoba
menahanku untuk bicara.

‘‫قلت‘ هاتوا ما نقمتم على أصحاب‘ رسول هللا وابن عمه قالوا‬
‫ثالث قلت‘ ما هن قال أما إحداهن‘ فانه حكم الرجال‘ في أمر هللا‬
‘‫ ما شأن‬67 40 ‫ يوسف‬57 ‫وقال هللا إن‘ الحكم إال هلل األنعام‬
‫الرجال‘ والحكم قلت‘ هذه واحدة قالوا‘ وأما الثانية‘ فانه قاتل‘ ولم‬
‘‫يسب‘ ولم يغنم إن‘ كانوا‘ كفارا لقد حل سبيهم و لئن‘ كانوا‬
‘‫مؤمنين ما حل‘ سبيهم و ال قتالهم قلت هذه ثنتان‘ فما الثالثة‬
‫وذكر كلمة معناها قالوا‘ محى نفسه من أمير‘ المؤمنين‘ فإن‘ لم‬
‫يكن أمير المؤمنين‘ فهو أمير الكافرين‘ قلت هل عندكم شيء‬
‫غير‘ هذا‘ قالوا‘ حسبنا‘ هذا‬
Aku berkata lagi: “sampaikan kepada saya apa alasan kalian
memerangi para sahabat Rasulullah dan anak dari pamannya (Ali bin
Abi Thalib)?”. Mereka menjawab: “ada 3 hal”. Aku berkata: “apa
saja?”. Mereka menjawab: “Pertama: ia telah menjadi hakim dalam
urusan Allah, padahal Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya hukum
itu hanyalah milik Allah” (QS. Al An’am: 57, Yusuf: 40). Betapa
beraninya seseorang menetapkan hukum!”. Aku berkata: “ini yang
pertama, lalu?”. Mereka menjawab: “Kedua: ia memimpin perang
(melawan pihak ‘Aisyah) namun tidak menawan tawanan dan tidak
mengambil ghanimah. Padahal jika memang ia memerangi orang kafir
maka halal tawanannya. Namun jika yang diperangi adalah orang
mukmin maka tidak halal tawanannya dan tidak boleh diperangi”. Aku
berkata: “ini yang kedua, lalu apa yang ketiga?”. (Ketiga) Mereka
menyampaikan perkataan yang intinya kaum Khawarij berpendapat
bahwa Ali bin Abi Thalib telah menghapus gelar Amirul Mu’minin dari
dirinya, dengan demikian ia adalah Amirul Kafirin. Aku lalu berkata:
“apakah masih ada lagi alasan kalian?”. Mereka menjawab: “itu sudah
cukup”.

‫قلت لهم أرأيتكم إن‘ قرأت‘ عليكم من كتاب هللا جل ثناءه وسنة‬
‫نبيه ما يرد قولكم أترجعون‘ قالوا‘ نعم قلت أما قولكم حكم‬
‫الرجال‘ في أمر هللا فإني أقرأ‘ عليكم في كتاب هللا أن‘ قد صير‬
‫هللا حكمه إلى الرجال‘ في ثمن‘ ربع درهم فأمر هللا تبارك‬
‘‫وتعالى أن‘ يحكموا‘ فيه أرأيت‘ قول‘ هللا تبارك‘ وتعالى يا‘ أيها‬
‫الذين‘ آمنوا ال تقتلوا‘ الصيد‘ وأنتم حرم ومن قتله منكم متعمدا‬
95 ‘‫فجزاء مثل‘ ما قتل‘ من‘ النعم يحكم به ذوا عدل‘ منكم المائدة‬
Aku berkata: “bagaimana menurut kalian jika aku membacakan
kitabullah dan sunnah Nabi-Nya yang akan membantah pendapat
kalian? apakah kalian akan rujuk (taubat)?”. Mereka berkata: “ya”. Aku
katakan: “adapun perkataan kalian bahwa Ali bin Abi Thalib telah
menetapkan hukum dalam perkara Allah, aku kan membacakan
Kitabullah kepada kalian bahwa Allah telah menyerahkan hukum
kepada manusia dalam seperdelapan seperempat dirham. Allah
tabaraka wa ta’ala memerintahkan untuk berhukum kepada manusia
dalam hal ini. tidakkah kalian membaca firman Allah tabaraka wa ta’ala
(yang artinya): ‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
membunuh hewan buruan dalam keadaan  berihram. Barang siapa
yang membunuhnya diantara kamu secara sengaja, maka dendanya
adalah mengantinya dengan hewan yang seimbang
dengannya,  menurut putusan hukum dua orang yang adil diantara
kamu‘ (QS. Al Maidah: 95)”

‘‫وكان من حكم هللا انه صيره إلى رجال‘ يحكمون فيه ولو شاء‬
‫يحكم فيه فجاز‘ من حكم الرجال‘ أنشدكم باهلل‘ أحكم الرجال‘ في‬
‫صالح ذات البين‘ وحقن دمائهم أفضل أو في أرنب‘ قالوا‘ بلى‬
‘‫هذا أفضل‘ وفي المرأة‘ وزوجها وإن‘ خفتم شقاق‘ بينهما فابعثوا‬
‫ فنشدتكم باهلل حكم‬35 ‘‫حكما من أهله وحكما من أهلها‘ النساء‬
‫الرجال‘ في صالح ذات‘ بينهم وحقن دمائهم افضل من حكمهم‬
‫في بضع امرأة خرجت من هذه قالوا‘ نعم‬
Ini diantara hukum Allah yang Allah serahkan putusannya kepada
manusia. Andaikan Allah mau, tentu Allah bisa memutuskan saja
hukumnya. Namun Allah membolehkan berhukum kepada manusia.
Demi Allah aku bertanya kepada kalian, apakah putusan hukum
seseorang dalam mendamaikan suami-istri yang bertikai atau dalam
menjaga darah kaum muslimin atau dalam masalah daging kelinci itu
afdhal? Mereka menjawab: “iya, tentu itu afdhal”. Dalam masalah
pertikaian suami istri, “Dan bila kamu mengkhawatirkan perceraian
antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (penengah yang
memberi putusan) dari keluarga laki-laki dan seorang penengah dari
keluarga wanita”  (QS. An Nisaa: 35). Demi Allah telah bacakan
kepada kalian diperintahkannya berhukum kepada manusia dalam
mendamaikan suami-istri yang bertikai dan dalam menjaga darah
mereka, dan itu lebih afdhal dari pada hukum yang diputuskan
beberapa wanita. Apakah alasanmu sudah terjawab dengan ini?
Mereka menjawab: “Ya”.

‘‫قلت وأما قولكم قاتل ولم يسب‘ ولم يغنم أفتسبو‘ن‘ أمكم عائشة‬
‘‫تستح‘لون‘ منها ما تستحلون‘ من غيرها وهي أمكم فإن قلتم إنا‬
‘‫نستحل‘ منها ما نستحل‘ من غيرها فقد‘ كفرتم وان‘ قلتم ليست‬
‫بأمنا فقد كفرتم النبي‘ أولى بالمؤمنين‘ من أنفسهم وأزواجه‬
‫ فأنتم بين‘ ضاللتين‘ فأتوا‘ منها‘ بمخرج‬6 ‘‫أمهاتهم األحزاب‬
‫افخرجت‘ من هذه قالوا‘ نعم‬
Aku berkata: “adapun perkataan kalian bahwa Ali berperang (melawan
pihak ‘Aisyah) namun tidak menawan dan tidak mengambil ghanimah,
saya bertanya, apakah kalian akan menawan ibu kalian ‘Aisyah?
Apakah ia halal bagi kalian sebagaimana tawanan lain halal bagi
kalian? Jika kalian katakan bahwa ia halal bagi kalian sebagaimana
halalnya tawanan yang lain, maka kalian telah kufur. Atau jika kalian
katakan ia bukan ibumu, kalian kafir. ‘Nabi itu (hendaknya) lebih
utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-
isterinya adalah ibu-ibu mereka (kaum mukminin)‘ (QS. Al Ahdzab: 6).
Maka kalian berada di antara dua kesesatan, coba kalian pilih salah
satu? Apakah ini sudah menjawab alasan kalian?”. Mereka menjawab:
“ya”.

‘‫وأما محي نفسه من أمير المؤمنين‘ فأنا آتيكم بما ترضون إن‬
‘‫نبي هللا يوم الحديب‘ية‘ صالح‘ المشركين‘ فقال‘ لعلي اكتب يا‘ علي‬
‫هذا ما صالح عليه محمد رسول هللا قالوا‘ لو نعلم انك‘ رسول‘ هللا‬
‘‫ما قاتلناك‘ فقال رسول هللا امح‘ يا‘ علي اللهم انك‘ تعلم إني‬
‘‫رسول‘ هللا امح يا علي‘ واكتب هذا‘ ما صالح‘ عليه محمد بن‘ عبد‬
‫هللا وهللا لرسول هللا ص خير من علي و قد محى نفسه و لم‬
‫يكن‘ محوه نفسه ذلك‘ محاه‘ من النبوة‘ أخرجت‘ من هذه قالوا‘ نعم‬
Ibnu Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian bahwa Ali menghapus
gelar Amirul Mu’minin darinya, maka aku akan sampaikan hal yang
kalian ridhai. Bukankah Nabi shalallahu‘alaihi wasallam pada
Hudaibiyah membuat perjanjian dengan kaum Musyrikin. Rasulullah
berkata kepada Ali, “tulislah wahai Ali, ini adalah perdamaian yang
dinyatakan oleh Muhammad Rasulullah”. Namun kaum musyrikin
berkata, “tidak! andai kami percaya bahwa engkau Rasulullah, tentu
kami tidak akan memerangimu”. Maka Rasulullah shalallahu‘alaihi
wasallam bersabda, “Kalau begitu hilangkan tulisan “Rasulullah” wahai
Ali. Ya Allah, sungguh Engkau Maha Mengetahui bahwa aku adalah
Rasul-Mu. Hapus saja, wahai Ali. Dan tulislah, ini adalah perdamaian
yang dinyatakan oleh Muhammad bin Abdillah”. Padahal
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentu lebih utama dari pada Ali.
Namun beliau sendiri pernah menghapus gelar “Rasulullah”. Namun
penghapus gelar tersebut ketika itu tidak menghapus kenabian beliau.
Apakah alasan kalian sudah terjawab dengan ini?”. Mereka berkata:
“ya”.

‫فرجع منهم ألفان‘ وخرج سائرهم فقتلوا‘ على ضاللتهم قتلهم‬


‫المهاجرون‘ واألنصار‬
Ibnu Abbas berkata, “maka bertaubatlah sekitar dua ribu orang di
antara mereka, dan sisanya tetap memberontak. Mereka akhirnya
terbunuh dalam kesesatan mereka. Kaum Muhajirin dan Anshar lah
yang membunuh mereka”. [selesai].

Semoga banyak pelajaran yang diambil dari kisah ini, semoga Allah
menetapkan kita di jalan-Nya yang lurus.

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/19436-ibnu-abbas-


mendebat-kaum-khawarij-2.html

Anda mungkin juga menyukai