Anda di halaman 1dari 4

Aliran-aliran kalam

1. Sejarah khawarij
Istilah Khawārij berasal dari Bahasa Arab “khawārij”, yang berarti mereka
yang keluar. Nama ini digunakan untuk memberikan atribut bagi pengikut Ali bin
Abi Ṭālib yang keluar dari golongannya dan kemudian membentuk kelompok
sendiri. Penamaan terhadap kelompok yang keluar dari pasukan Ali bin Abi Ṭālib
bukanlah julukan yang diberikan dari luar kelompoknya saja, tetapi mereka juga
menamakan diri dengan sebutan Khawārij dengan pengertian orang-orang yang
keluar pergi perang untuk menegakkan kebenaran.
Nama lain Khawārij adalah harūriyah yang dinisbahkan kepada perkataan
harur, yaitu nama sebuah desa yang terletak di kota Kufah di Irak, dimana kaum
Khawārij yang berjumlah 12.000 orang bertempat sesudah memisahkan diri dari
pasukan Ali. Disini mereka memilih Abdullāh bin Wahab al-Rasyidi menjadi imam
sebagai ganti Ali bin Abi Ṭālib.
Timbul-tenggelamnya Khawārij juga dapat dilacak pada akhir masa
pemerintahan Utsman bin Affan. Dr. Saleh bin Fauzan al-Fauzan menyatakan:
“Mereka adalah orang-orang yang memberontak di akhir masa pemerintahan Utsman
bin Affan yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman bin Affan”. Setelah pemerintahan
dipegang oleh Ali bin Abi Ṭalib, mereka juga memberontak dengan dalih,
pemerintahan Ali telah menyalahi hukum yang dibuat oleh Allah. Dalam
perkembangan selanjutnya, kelompok Khawārij selalu memberontak kepada
pemerintahan yang sah. Hal ini sesuai dengan salah satu doktrin politiknya, yaitu
memberontak terhadap pemerintah dan memisahkan diri dari jama’ah muslimin
merupakan bagian dari agama.
Asy-Syahratsani berkata: “Siapa saja yang keluar dari ketaatan terhadap
pemimpin yang sah, yang telah disepakati, maka ia dinamakan khariji (seorang
khawārij), baik keluarnya di masa sahabat terhadap al-Khulafa ar-Rasyidin atau
kepada pemimpin setelah mereka di masa tabi’in, dan juga terhadap pemimpin kaum
muslimin di setiap masa.”
Al-Imam an-Nawawi berkata: “Dinamakan Khawārij dikarenakan keluarnya
mereka dari jama’ah kaum muslimin. Dikatakan pula karena keluarnya mereka dari
jalan (manhaj) jamaah kaum muslimin, dan dikatakan pula karena sabda Rasulullah
Saw. .: “Akan keluar dari diri orang ini…” (HR. Muslim)

2. Sekte Khawārij dan doktrin ajarannya


a. Al-Muhakkimah
Sekte ini merupakan golongan Khawārij asli yang terdiri dari pengikut
pengikut Ali yang kemudian membangkang. Nama al-Muhakkimah berasal dari
semboyan mereka lā hukma illā lillāh ( menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah)
yang merujuk kepada QS. Al- An’ām (6): 57 berikut:
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al
Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. tidak ada padaku
apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya.
menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik". (QS. AlAn’ām
[6]: 57)

Mereka menolak tahkīm karena dianggap bertentangan dengan perintah


Allah Swt. dalam QS. al-Hujurât (49): 9 yang menyuruh memerangi kelompok
pembangkang sampai mereka kembali ke jalan Allah Swt.

Artinya: dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
(QS. Al-Hujurāt [49]: 9)

b. Al-Azariqah
Sekte ini lahir sekitar tahun 60 H (akhir abad ke-7 M) di daerah perbatasan
antara Irak dan Iran. Nama al-Azariqah dinisbahkan kepada pemimpinnya, yaitu
Abi Rasyid Nafi’ bin al-Azraq. Sebagai khalifah, Nafi’ digelari amirul mukminin.
Menurut al-Baghdadi, pengikut Nafi’ berjumlah lebih dari 20.000 orang.
Setiap orang Islam yang menolak ajaran al-Azariqah dianggap musyrik.
Bahkan pengikut al-Azariqah yang tidak berhijrah ke dalam wilayahnya, juga
dianggap musyrik. Menurut mereka, semua orang Islam yang musyrik boleh
ditawan dan dibunuh, termasuk anak dan istri mereka. Berdasarkan prinsip ini,
pengikut al-Azariqah banyak melakukan pembunuhan terhadap sesama umat Islam
yang berada di luar daerah mereka. Mereka memandang daerah mereka sebagai
dar al-Islām (negara Islam), di luar daerah itu dianggap dar al-kufr (daerah yang
dikuasai/diperintah oleh orang kafir).
Al-Azariqah mempunyai sikap yang lebih radikal dari al-Muhakkimah.
Mereka tidak lagi menggunakan istilah kafir, tetapi istilah musyrik. Di dalam
Islam, syirik merupakan dosa yang terbesar, lebih besar dari kufur.
Mereka juga mempunyai doktrin, orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka adalah termasuk orang musyrik. Begitu juga pengikut al-Azariqah yang
tidak mau hijrah kedalam lingkungan mereka juga dipandang musyrik.
c. An-Najdah
Pendiri sekte ini adalah Najdâh bin Amir al-Hanafi, penguasa daerah
Yamamah. Lahirnya kelompok ini sebagai reaksi terhadap pendapat Nafi’,
pemimpin al-Azariqah yang mereka pandang terlalu ekstrem.
Paham teologi an-Najdat yang terpenting adalah bahwa orang Islam yang
tak sepaham dengan mereka dianggap kafir. Orang seperti ini menurut mereka
akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. Pengikut an-Najdâh sendiri tidak akan
kekal dalam neraka walaupun melakukan dosa besar. Bagi mereka dosa kecil dapat
meningkat menjadi dosa besar bila dikerjakan terus-menerus. Dalam
perkembangan selanjutnya, sekte ini mengalami perpecahan. Beberapa tokoh
penting dari sekte ini, seperti Abu Fudaik dan Rasyid at-Tawil, membentuk
kelompok oposisi terhadap an-Najdâh yang berakhir dengan terbunuhnya Najdat
pada tahun 69 H/688 M.
d. Al-‘Ajaridiyah
Pendiri sekte ini adalah Abdul Karīm bin Ajarad. Dibandingkan dengan al-
Azariqah, doktrin teologi kaum al-Ajaridiyah jauh lebih moderat. Mereka
berpendapat bahwa tidak wajib berhijrah ke wilayah mereka seperti yang diajarkan
Nafi’, tidak boleh merampas harta dalam peperangan kecuali harta orang yang
mati terbunuh, dan tidak dianggap musyrik anak-anak yang masih kecil. Bagi
mereka, al-Qur’an sebagai kitab suci tidak layak memuat cerita-cerita percintaan,
seperti yang terkandung dalam surah Yusuf. Oleh karena itu, surah Yusuf
dipandang bukan bagian dari Al-Qur’an.
e. As-Sufriyah
Nama as-Sufriyah dinisbahkan kepada Ziad bin Ashfār. Sekte ini
membawa paham yang mirip dengan paham al-Azariqah, hanya lebih lunak.
Doktrin teologinya yang penting adalah istilah kufr atau kafir. Istilah kafir itu
mengandung dua arti, yaitu kufr an-ni’mah (mengingkari nikmat Tuhan) dan kufr
billāh (mengingkari Tuhan). Untuk arti pertama, kafir tidak berarti keluar dari
Islam.
f. Al-Ibadiyah.
Sekte ini dimunculkan oleh Abdullāh bin Ibad al-Murri at-Tamimi pada
tahun 686 M. Doktrin teologi yang terpenting antara lain bahwa orang Islam yang
berdosa besar tidak dikatakan mukmin, melainkan muwahhid (orang yang
dimaksud adalah kafir nikmat, yaitu tidak membuat pelakunya keluar dari agama
Islam).
Selanjutnya, yang dipandang sebagai daerah dar at-tauhid (daerah yang
dikuasai orang–orang Islam), tidak boleh diperangi. Harta yang boleh dirampas
dalam perang hanya kuda dan alat perang. Sekte al-Ibadiyyah dianggap sebagai
golongan yang paling moderat dalam aliran Khawārij.

Lengkapi tabel di bawah ini!

Aliran-aliran ilmu kalam

NO Aliran kalam Doktrin / ciri- Sekte Tokoh Sikap dalam


ciri menghadapi
aliran kalam
1. Khawarij

Anda mungkin juga menyukai