Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ASWAJA

Ahlusunnah Waljamaah

Dosen pengampu : Andi Nur Sutrawati S,Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

FADEL ABDI MUHAMMAD : A323003


FAHRIL IBRAHIM TONGASA : A323019
MUH.ANIL DWI KHAIRAN : A323009
HENDRI SUNARJI : A323033
WIDI KURNIAWAN : A323010
MUH.RIFALDI : A323016
ABD.KAHAR : A323017
DAYAT M. : A323022
ASTIYANA : A323023

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SULAWESI TENGGARA
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya- lah sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas final ini dengan baik. Tak lupa pula kami ucapkan salam dan shalawat
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu A. Nur Sutrawati, S.Pd.,M.Pdi sebagai dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, 23 Januari 2024

Penulis
Kata pengantar..................................................................................
Daftar isi ......................................................................
BAB 1.........................................................
A. PENDAHULUAN.....................................................
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
BAB 2................................................
B. PEMBAHASAN..............................................
1. Pandangan ahlussunnah waljamaah dalam masalah aqidah......
2. Pandangan ahlussunnah waljamaah terhadap masalah fiqih....
3. Pandangan ahlussunnah waljamaah terhadap masalah tasawuf.....
4. Pandangan Ahlussunnah waljamaah dalam konteks kehidupan bernegara......

BAB 3........................................................
PENUTUP.............................................
C. Kesimpulan.........................

D. Saran............................
DAFTAR PUSTAKA...............................

BAB I
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan
dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat serta perbuatan curang.
Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan
meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang orang jujur akan hancur merupakan keliru. Allah SWT
menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran. Ini merupakan bukti kesktian jujur.
Keujuran dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada ketakutan
yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu yang tidak dikatakan.
Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang seperti perilaku
mencontek yang seolah lazim bagi anak-anak dibangku sekolah.
1.2 Tujuan
Menambah wawasan baru mengenai pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.
Menguatkan sifat kejujuran dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits yang jelas.
Melaksanakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam.
1.3 Rumusan Masalah
Seberapa penting dan utamanya berperilaku jujur ?
Ada berapa macam bentuk kejujuran ?
Apakah akibat dari perilaku berbohong ?
Bagaimana hikmah dari perilaku jujur ?

BAB 2.
B. Pembahasan
1. Pandangan Ahlussunnah Waljamaah dalam masalah aqidah
Ahlussunnah waljamaah adalah paham Islam yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan generasi
salafusshalih. Dalam masalah aqidah, mereka meyakini tauhid, risalah, dan akhirat. Paham ini menolak
bid'ah dan berpegang pada Al-Qur'an, Hadis, Ijma, dan Qiyas sebagai sumber hukum Islam.
Berikut sedikit penjelasan tentang tauhid, risalah, dan akhirat:

1.Tauhid adalah konsep dalam Islam yang mengacu pada kepercayaan kepada keesaan dan keberadaan
tunggal Allah.

2.Risalah merujuk pada ajaran dan petunjuk yang Allah sampaikan kepada umat manusia melalui rasul-
rasul-Nya, termasuk kitab-kitab suci seperti Al-Qur'an.

3. Akhirat adalah kehidupan setelah mati, di mana manusia akan dihisab atas perbuatan mereka di dunia
ini dan memperoleh balasan berdasarkan kebaikan atau keburukan yang telah dilakukan.
Di antara hal yang sering disalah pahami umat Islam adalah aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Apakah
aqidah Ahlussunnah wal Jamaah itu, dan apa hubungannya dengan aqidah Islam?Aqidah Ahussunnah wal
Jama'ah tiada lain adalah aqidah Islam sendiri, yaitu aqidah yang diyakini Rasulullah saw, para sahabat,
dan ulama Islam penerusnya hingga sekarang yang terhindar dari berbagai macam bid'ah aqidah yang
menyimpang darinya. Meskipun dalam lingkungan Ahlussunnah wal Jama'ah terkenal dua ulama yang
dijadikan panutan dalam aqidah, yaitu Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324 H/874-936 M) dan Abu Manshur
al-Maturudi (238-333 H/852¬-944 M), bukan berarti keduanya merupakan penggagas aqidah baru dalam
Islam, tetapi merupakan ulama yang telah berjasa besar menjaga aqidah sesuai tantangan zamannya.

‫ َوِإَّنَم ا ُهَو ُم َقِّرٌر ِلَم َذ اِهِب الَّس َلِف ُم َناِض ٌل َع َّم ا َكاَنْت َع َلْيِه َصَح اَبُة َر ُسوِل ِهللا صّلى هللا‬.‫ِاْعَلْم َأَّن َأَبا اْلَح َس ِن َلْم ُيْبِد ْع َر ْأًيا َو َلْم ُيْنِش َم ْذ َهًبا‬
‫ َفَص اَر‬،‫ َفاِاْل ْنِتَس اُب ِإَلْيِه ِإَّنَم ا ُهَو ِباْع ِتَباِر َأَّنُه َع َق َد َع َلى َطِريِق الَّس َلِف ِنَطاًق ا َو َتَم َّس َك ِب ِه َو َأَق اَم اْلُحَّج َج َو اْلَب َر اِهيِن َع َلْي ِه‬.‫عليه وسّلم‬
‫اْلُم ْقَتِد ى ِبِه ِفي َذ ِلَك الَّساِلُك َس ِبيَلُه ِفي‬

Artinya, “Ketahuilah, sungguh Abul Hasan Al-Asy'ari tidak menyampaikan pendapat baru dan membuat
mazhab. Ia hanya menetapkan pendapat-pendapat ulama Salaf dan membela aqidah yang dipedomani
para sahabat Rasulullah saw. Karena itu, penisbatan ajaran aqidah kepadanya hanyalah karena
mempertimbangkan ia telah berperan mengokohkan kajiannya, memedomaninya, dan menetapkan hujjah
dan argumentasinya, sehingga orang yang mengikutinya dan menempuh Adapun Ahlussunnah wal
Jama'ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang
teguh dengan sunnah Nabi dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya, Mereka adalah kelompok yang
selamat.metodenya dalam dalil-dalil aqidah disebut sebagai golongan Asy'ari (orang yang bermazhab
Asya'ri).”

2. Pandangan Ahlussunnah Waljamaah dalam masalah fiqih


Dalam masalah fiqih, Ahlussunnah waljamaah mengambil pandangan yang berlandaskan kepada empat
madzhab utama: Hanafi, Maliki, Shafi'i, dan Hanbali. Mereka meyakini pentingnya mengikuti salah satu
dari madzhab-madzhab ini atau mengambil pandangan yang sesuai dengan hukum Islam yang benar.
Prinsip-prinsip ijtihad dan qiyas digunakan dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang tidak
terdapat jawabannya secara langsung dalam Al-Qur'an atau Hadis.
Berikut penjelasan singkat mengenai empat madzhab tersebut:

a. Hanafi
Madzhab Hanafi didirikan oleh al-Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit al-Kufi. Beliau lahir pada tahun
80 H, dan wafat pada 150 H di Baghdad. Abu Hanifah berdarah Persia. Imam Hanifah digelari al-Imam al-
A’zham (Imam Agung), Beliau menjadi tokoh panutan di Iraq. Menganut aliran ahl al-ra’yi dan menjadi
tokoh sentralnya. Diantara manhaj istinbathnya yang terkenal adalah Istihsan. Fiqih Abu hanifah yang
menjadi rujukan Madzhab Hanafiyah ditulis oleh dua orang murid utamanya, yitu Abu Yusuf Ibrahim dan
Imam Muhammad bin Hasan al-Syaibani[50]. Pada mulanya madzhab ini diikuti oleh kaum muslim yang
tinggal di Irak, daerah tempat kelahiran Imam Abu Hnifah. Setelah muridnya, Abu Yusuf menjabat sebagai
hakim agung pada masa Daulah Abasiyyah, madzhab Hanafi menjadi populer di negara-negara Persia,
Mesir, Syam, dan Maroko. Dewasa ini, madzhab Hanafi diikuti oleh kaum Muslim di negara-negara Asia
Tengah, yang dalam refrensi klasik dikenal dengan negri sebrang Sungai Jihun (Sungai Amu Daria dan Sir
Daria), negara Pakistan, Afganistan, India, Banglades, Turki, Albania, Bosnia dan lain-lain. Dalam bidang
teologi mayoritas pengikut madzhab Hanafi mengikuti madzhab al-Maturidi
b. Maliki
Madzhab maliki dinisbatkan kepada pendirinya, yaitu al-Imam Malik bin al-Ashbahi[52]. Beliau lahir pada
tahun 93 H, dan wafat pada 173 H di madinah. Imam Malik dikenal sebagai “Imam Dar al-Hijrah”. Imam
Malik adalah seorang ahli hadits sangat terkenal, sehingga kitab monumentalnya yang berjudul al-
Muwatha’ dinilai sebagai kitab hadits hukum yang paling shahih sebelum adanya kitab Shahih Bukhari dan
Muslim. Imam Malik juga mempunyai manhaj istinbath yang berpengaruh sampai sekarang, Kitabnya
berjudul al-Mahlahah al-Mursalah dan ‘Amal al-Ahl al-Madinah[53]. Madzhab ini diikuti mayoritas kaum
Muslim di negara-negara Afrika seperti Libia, Tunisia, Maroko, Aljazair, Sudan, Mesir dan lain-lain. Dalam
bidang teologi seluruh Madzhab Maliki mengikuti faham al-Asyari, tanpa terkecuali. Berdasarkan
penelitian al-Imam Tajuddin al-Subki.

c. Syafi`i
Madzhab ini didirikan oleh al-Imam Abu ‘Abdillah muhammad bin Idris al-Syafi’i. Lahir pada 150 H di Gaza,
dan wafat pada tahun 204 H di Mesir. Imam Syafi’i mempunyai latar belakang keilmuan yang memadukan
antara Ahl al-hadits dan Ahl al-Ra’yi. Karena cukup lama menjadi murid Imam Maliki dan Imam
Muhammad bin Hasan (Murid besar Imam hanafi) di Baghdad. Metodologi istinbathnya ditulis menjadi
buku pertama dalam bidang Ushul al-Fiqh yang berjudul al-Risalah. Pendapat Imam Syafi’i ada dua
macam, yang disampaikan selama di Baghdad disebut al-Qoul al-Qadim (pendapat lama), dan yang
disampaikan di mesir disebut al-qaul al-Jadid (pendapat baru)[55]. Madzhab Syafi’i diakui sebagai
madzhab fiqih terbesar jumlah pengikutnya diseluruh dunia, yang diikuti oleh mayoritas kaum muslim Asia
Tenggara, seperti Indonesia, India bagian selatan seperti daerah Kirala dan Kalkutta, mayoritas negara
syam seperti Siria, Yordania, Lebanon, Palestina, sebagian besar penduduk Yaman, mayoritas penduduk
Kurdistan, kaum Sunni Iran, mayoritas penduduk mesir dan lain-lain.

d. Hanabali
Imam Ahmad ibn Hambal, biasa disebut Imam Hambali, lahir pada tahun 164 H, di Baghdad. Imam
Hambali terkenal sebagai tokoh Ahl al-Hadits. Beliau merupakan murid Imam Syafi’i selama di Baghdad,
dan sangat menghormati Imam Syafi’i. Imam Hambali mewariskan sebuah kitab hadist yang terkait dengan
hukum Islam berjudul Musnad Ahmad[57]. Madzhab ini paling sedikit pengikutnya, karena tersebarnya
madzhab ini berjalan setelah madzhab-madzhab lain tersosialisasi dan mengakar di tengah masyarakat.
Madzhab ini diikuti oleh mayoritas penduduk Najd dan sebagian kecil penduduk Mesir dan Syam[58].
Dalam bidang teologi mayoritas ulama’ Hambali mengikuti aliran al-Asyari.

3. Pandangan Ahlussunnah Waljamaah dalam masalah tasawuf


Dalam masalah tasawuf, Ahlussunnah waljamaah memiliki pendekatan yang seimbang. Mereka mengakui
nilai-nilai spiritualitas dan tazkiyatun-nafs (pembersihan jiwa) yang diajarkan dalam tasawuf, asalkan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip aqidah dan syariah Islam. Ahlussunnah waljamaah menilai tasawuf
dengan hati-hati, memastikan agar praktik-praktik spiritual tidak mengarah pada bid'ah atau kepercayaan
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sahih.

Berikut adalah beberapa poin penting dalam pandangan Ahlussunnah wal Jama'ah terhadap tasawuf:
* Akidah (Keyakinan): Ahlussunnah wal Jama'ah menekankan pentingnya mempertahankan akidah Islam
yang sahih dan menghindari bid'ah (inovasi keagamaan). Sehingga, praktik tasawuf harus sesuai dengan
ajaran Islam dan tidak melanggar prinsip-prinsip ajaran agama.
* Sumber Ajaran: Ahlussunnah wal Jama'ah mengutamakan Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber utama
petunjuk. Oleh karena itu, praktik tasawuf yang sesuai dengan nash (teks agama) dianggap lebih diterima.
* Syariah sebagai Landasan: Ahlussunnah wal Jama'ah menganggap syariah (hukum Islam) sebagai
landasan bagi setiap praktik keagamaan, termasuk tasawuf. Aktivitas sufistik yang sesuai dengan syariah
diterima, sementara yang bertentangan dihindari.
* Zikir dan Meditasi: Praktik zikir (mengingat Allah) dan meditasi dianggap sah dalam kerangka tasawuf
selama tidak melibatkan hal-hal yang diharamkan oleh syariah. Zikir dianggap sebagai cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat ikatan spiritual.
* Guru dan Murid: Konsep guru dan murid dalam tasawuf diakui, namun dengan syarat bahwa hubungan
ini tidak melanggar prinsip-prinsip agama Islam. Pembimbing spiritual diharapkan untuk membimbing
murid dalam pemahaman agama dan pengembangan akhlak.

4. Pandangan Ahlussunnah Waljamaah dalam konteks kehidupan bernegara


Dalam konteks kehidupan bernegara, Ahlussunnah waljamaah menekankan prinsip-prinsip keadilan,
keamanan, dan kesejahteraan sosial. Mereka mendukung pemerintahan yang mematuhi syariah Islam,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan mengedepankan kepentingan umum. Ahlussunnah waljamaah
juga menekankan pentingnya musyawarah dan konsultasi dalam pengambilan keputusan untuk mencapai
keadilan sosial dan stabilitas politik.Dan Ahlussunnah wal Jama'ah dalam konteks kehidupan bernegara
mengambil dasar pandangan dari ajaran Islam dan prinsip-prinsip syariah. Beberapa aspek penting dalam
pandangan ini melibatkan hubungan dengan pemerintah, penegakan hukum, kewarganegaraan, dan
tanggung jawab sosial:
Kepatuhan Terhadap Otoritas Pemerintah: Ahlussunnah wal Jama'ah menekankan pentingnya ketaatan
terhadap pemerintah selama pemerintah tersebut tidak memerintahkan sesuatu yang melanggar ajaran
Islam. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Al-Qur'an yang menyerukan ketaatan kepada penguasa yang
berlaku dalam batas-batas syariah.
Penegakan Hukum: Ahlussunnah wal Jama'ah mendukung penegakan hukum yang adil dan sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam. Hukuman dianggap sebagai alat untuk menciptakan keadilan, bukan untuk
menyebabkan ketidakadilan.
Pengakuan Hak Asasi Manusia: Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang sesuai dengan ajaran Islam diakui
dan dihormati oleh Ahlussunnah wal Jama'ah. Hak-hak seperti kebebasan beragama, kebebasan
berpendapat, dan perlakuan adil di dalam hukum diperjuangkan.
Tanggung Jawab Sosial dan Ekonomi: Ahlussunnah wal Jama'ah mendorong umat Muslim untuk aktif
dalam kegiatan sosial dan ekonomi dengan semangat keadilan dan kepedulian terhadap masyarakat.
Pemberdayaan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan dianggap sebagai bagian integral dari ajaran
Islam.
Kewarganegaraan dan Kesetiaan: Ahlussunnah wal Jama'ah mengajarkan kesetiaan kepada negara dan
kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Umat Muslim diharapkan untuk berkontribusi positif dalam
pembangunan masyarakat dan negara tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama.
Penting untuk diingat bahwa pandangan Ahlussunnah wal Jama'ah tentang kehidupan bernegara dapat
bervariasi, dan umat Islam diharapkan untuk hidup selaras dengan nilai-nilai Islam dalam konteks
masyarakat tempat mereka tinggal.

BAB 3.
C. PENUTUP
Kesimpulan

Ahlussunnah waljamaah, dalam pandangan mereka terhadap aqidah, fiqih, tasawuf, dan konteks
kehidupan bernegara, menekankan kepatuhan kepada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadis. Mereka menekankan tauhid sebagai prinsip utama dalam aqidah, mematuhi hukum-hukum fiqih
berdasarkan sumber-sumber utama Islam, dan mengejar kehidupan spiritual melalui tasawuf dengan
batasan yang diakui. Dalam konteks kehidupan bernegara, Ahlussunnah waljamaah mendorong penerapan
syariah secara adil dan bertanggung jawab, dengan menjaga persatuan umat Islam serta menjauhi
ekstremisme. Kesimpulannya, pendekatan ini menekankan pemahaman yang seimbang antara dimensi
aqidah, fiqih, tasawuf, dan prinsip-prinsip kehidupan bernegara dalam kerangka ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai