Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Asyariyah dan Maturidiyah


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH: ILMU KALAM
DOSEN PENGAMPU:

Disusun oleh :
Nanda Fatimatus Zahra (21104127)
Queen oase thursina (21104126)

PRODI PSIKOLOGI ISLAM KELAS D


FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah nya
hingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASYARIAH DAN
MATURIDIYAH.” Dan tak lupa sholawat serta salam kami hanturkan kepada junjungan kita
nabi besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai
zaman pencerahan. Dan untuk beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah kami:

1) Untuk bapak dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam karena telah memeberikan
bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.

2) Kami ucapkan terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang telah mendukung
proses peyelesaian makalah ini.

Yang terakhir dalam penyelesaian makalah ini kemungkinan masih memilki kesalahan yang
disengaja ataupun tidak disengaja.

Kediri, 11 oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

1. Bab pendahulu........................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ...........................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................1
2. Bab pembahasan.....................................................................................2
2.1 Latar belakang Munculnya Asyariyah............................................2
2.2 Tokoh-Tokoh Asyariyah.................................................................4
2.3 Latar Belakang munculnya Maturidiyah.........................................6
2.4 Tokoh-tokoh Maturidiyah................................................................8
3. Penutup...................................................................................................9
3.1 Kesimpulan .....................................................................................9
3.2 Saran ..............................................................................................9
4 Daftar pusaka..........................................................................................10

iii
I
PENDAHULU

A. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita ketahui setelah wafatnya nabi muncul berbagai aliran
islam dengan segala pemikirannya. Salah satu faktor munculnya berbagai macam
aliran adalah faktor politik, dalam hal kami akan membahas aliran asyariah dan
maturidiyah yang diantara keduanya pasti memiliki pemikiran yang berbeda satu
sama lain.
Asyariah sendiri dapat dikatakan memiliki pemikiran yang berkebalikan
dengan mu’tazilah, karena pada aliran mu’tazilah memiliki corak pemikiran yang
rasional atau menggunakan logika. Sedangkan asyariah memiliki corak pandangan
yang tradisional, yang menyebabkan dua aliran tersebut berbeda. Dalam hal lain
aliran Asyariah dan Maturidiyah adalah aliran yang menentang ajaran mu’tazilah.

B. Rumusan masalah
a. Bagaimana latar belakang adanya aliran asyariah dan maturidiah?
b. Bagaimana paham pemikiran tokoh asyariah?
c. Bagaimana paham pemikiran tokoh Maturidiyah ?

C. Tujuan
a) Mengetahui latar belakang berkembangnya Asyariah dan maturidiyah.
b) Mengetahui tokoh Asyari’ah dan paham pemikirannya
c) Mengetahui tokoh maturidiyah dan paham pemikirannya.

1
II
PEMBAHASAN
2.1 Latar belakang adanya aliran Asyariah
Aliran ini muncul karena adanya keberanian yang dilakukan oleh seorang
bernama Abu AL-Hasan Al-Asyariyah sekitar tahun 300 H, karena ia lahir
pada tahun 260H dan menganut aliran Mu’tazilah selama 40 tahun. Maka
dapat di simpulkan bahwasannya aliran Asyariyah sendiri muncul setelah
keluar dari aliran mu’tazilah. Dalam hal ini ada dua faktor keluarnya Al-Hasan
dari Mu’tazilah, faktor pertama adalah ia bermimpi bertemu Rasulullah
sebanyak tiga kali, yang pada mimpinya mazab Mu’tazilah itu salah, dan juga
faktor kedua adalah adanya perdebatan yang di lakukan Al-Hasan dengan
gurunya A-Jubba’i (Salah seorang terkemuka di aliran Mu’tazilah). Pada
perdebatan tersebut al-jubba’i tidak dapat menjawab pertanyaan dari al-hasan,
yaitu salah satu pertanyaannya;
Al-Hasan : Bagaimana kedudukan ketiga orang berikut; mukmin, kafr, dan
anak kecil di akhirat?
Al-Jubba’i : Yang mukmin mendapat tingkat baik di surga, yang kafir masuk
neraka, dan yang kecil terlepas dari bahaya neraka.
Al-Hasan : Kalau yang kecil ingin mendapat tingkat tertinggi di surga,
mungkinkah itu?
Al-Jubba’i : Tidak, yang mungkin mendapatkan tempat yang baik itu karena
kepatuhannya terhadap tuhan. Yang kecil belum mempunyai
kepatuhan yang serupa.
Al-Hasan : Kalau anak kecil itu berkata kepada Tuhan; itu bukankah salahku.
Jika sekiranya engkau bolehkan aku terus hidup aku akan
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik seperti yang dilakukan oleh
orang mukmin tersebut.
Al-Jubba’i : Allah akan menjawab; “Aku tahu jika engkau terus hidup engkau
akan berbuat dosa dan oleh karena itu akan mendapatkan hukum.
Maka untuk kepentinganmu, aku akan cabut nyawamu sebelum
engkau sampai pada umur tanggung jawab.”

2
Al-Hasan : Sekiranya yang kafir mengatakan; “Engkau mengetahui masa
depanku sebagaimana engkau ketahui masa depannya. Apa sebabnya engkau
tidak jaga kepentinganku?”
Disini Al-Jubba’i terpaksa diam.

Tentunya dalam perdebatan tersebut kelompok asyariah merasa ragu-ragu dengan


aliran mu’tazilah. Menurut Ibn ‘Asakir, ayah al-asy’ari adalah seorang yang
berpaham ahlusunnah dan ahli hadis. Setelah terjadinya perdebatan tersebut al-
hasan mengasingkan diri di dalam rumah selama 15 hari, setelah itu ia keluar dari
rumah dan menuju ke mesjid dan menaiki mimbar dengan pidato, “Wahai
sekalian manusia, barang siapa mengenalku sungguh dia telah mengenalku.
Barang siapa mengenalku maka aku mengenalnya sendiri. Aku adalah fulan bin
fulan, dahulu aku berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, bahwa
sesungguhnya Allah tidak melihat dengan mata, bahwa perbuatan–perbuatan jelek
aku sendiri yang memperbuatnya. Aku bertaubat dan menolak faham-faham
Mu’tazilah dan keluar daripadanya.”Para ahli sepakat al-Asy’ari keluar dari
Mu’tazilah tepat pada bulan Ramadhan tahun 280H/912 atau 300H/915.

Asy’ari menerima Ilmu Kalam bukan cuma dalam pembicaraan


dan perdebatan, melainkan juga dengan menulis berbagai buku, ada yang
menyebutkan kira-kira 90 buah buku karangan yang berkaitan dengan
ilmu kalam, tapi yang paling penting terkenal dikatakan oleh A. Hanafi
MA ada tiga yaitu :

1. Maqalat al Islamiyyin (pendapat golongan-golongan islam), yaitu kita


yang pertama kali dikarang tentang kepercayaan golongan islam dan
merupakan sumber terpenting karena ketelitian dan kejujuran
pengarangnya. Kitab ini dibagi tiga, pertama berisi pendapat
bermacam-macam golongan islam, kedua tentang pendiri ahli hadist
dan sunnah, dan ketiga tentang bermacam-macam persoalan ilmu
kalam.
2. Al-Ibanah ‘an Ushul Addiyanah (keterangan tentang dasar-dasar
agama). Kitab ini menguraikan kepercayaan ahli sunnah dengan pujian
Ahmad bin Hanbal dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya.

3
3. Alluma’ (sorotan) isinya untuk membantah lawan-lawannya dalam
persoalan ilmu kalam.1

Salah satu hasil rumusan Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dalam bidang akidah,
yang diikuti oleh umumnya kaum muslimin yang bermazhab al-Syafi’i adalah “
sifat dua puluh” dasar pemikiran adanya rumusan “sifat dua puluh” bagi Allah
adalah pemikiran filsafat Yunani tentang wujud. Dalam filsafat Yunani, seperti
terlihat pada pemikiran Ibn Sina, wujud itu terbagi tiga, wajib al-wujud, mukmin
al-wujud, dan mustabil al-wujud yaitu wujud yang wajib, wujud yang mungkin
dan wujud mustahil.

2.2 Tokoh-tokoh Asyariyah dengan Paham Pemikirannya.

a) Al-Baqillany (wafat 403H-1013H)

Beliau memeiliki nama Abu bakr Muhammad Ibn Toyyib, beliau memiliki otak
yang cerdas dan simpetatik, dan memiliki banyak jasa dalam pembelaan agama.
Kitabnya yang terkenal adalah “At-Tamhid” (pendahulu/persiapan). kitab tersebut
berisikan pendahuluan sebelum memasuki ilmu kalam, yang lebih menjelaskan
atom, aradl, dan cara pembuktiannya.

- Menurutnya alam ini hanyalah jauhar (badan tunggal) yang tidak dapat dibagi-
bagi lagi, akan tetapi benda tersebut tidak termasuk kedalam wujud kecuali jika
sudah di tambahi dengan ardl, jisim, yaitu benda-benda tersusun. Al-Baqillany
sendiri mengambil teori atom dari kaum mu’tazilah untuk menunjukkan bahwa
Allah itu tak terbatas.

- Menurutnya setiap aradl pasti memiliki kebalikan aradl lain, seperti ketika kita
hidup kita pasti memiliki mati, dsb.

Tetapi sangat disayangkan tentang kitab yang diciptakan oleh Al-Baqillany karena
tidak termut dalam Al-quran ataupun Hadist, sedangkan penyelidikan akal dapat
berbeda-beda menurut perbedaan orangnya.

b) Al-Juainy (419-478 H./ 1028M-1085M.)

1
Ibid.,hlm.96.

4
Namanya Abu Al-M’ally Ibn Abdillah, ia mendapatkan gelar “Imama Al-
Haramain” karena mengulang pelajarannya pada kedua tanah suci yaitu Makkah
dan Madinah. Ia yang membentuk pertama ilmu fiqh Syafi’i berdasarkan aliran
asyariyah.
Paham pemikiran menurut al juwariyah
1) Sifat Tuhan dibagi menjadi dua ; Sifat Nafsiyah (sifat yang ada pada allah
tanpa Illat) dan Ma’nawiyah (sifat yang berkelanjutan setelah sifat nafsiyah)
2) Sifat-sifat Tuhan ialah ; Wujud, Baqa, Tidak ada yang menyamai, dan tidak
berukuran. Sifat ini membawa al-juwainy pada pena’wilan terhadap nas-nas yang
berisi kejisiman dan ruang bagi tuhan.
3) Sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat disaksikan maupun diketahui, kecuali
dengan melihat alam yang dapat kita saksikan. Yaitu, pertalian illat dengan
ma’lut, seperti pengetahuan yang mejadi illat seseorang mengetahui. Yang kedua,
pertalian syarat dengan masyrut, seperti hidup menjadi syarat seseorang
mengetahui. Yang ketiga, hakekat atau tabiat, hakikat orang yang mengetahui
ialah orang yang memiliki ilmu. Dalil, menurut keharusan harus ada sesuatu pada
alam lahir, begitupun pada alam yang bukan lahir, seperti pencipta menunjukkan
adanya dengan ciptaannya.
C) Al-Ghazali (450H-505H)
Beliau adalah salah seorang murid dari Al-Juwainy, yang bernama Abu
Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali. Al-Ghazali merupakan seorang
ahli fikih islam terkenal dan memiliki pengaruh yang besar. Kedudukan Al-
Ghazali sangatlah penting karena ia meninjau persoalan yang telah ada dan
memberikan pendapat-pendapatnya yang hingga kini masih dipegang oleh para
ulama, karena ia mendapat gelar "Hujjatul-Islam"Beliau sendiri sebenarnya bukan
pengikut aliran asyariah ataupun lainnya, karena ia sering merasa cocok dengan
pendapat asyariah, namun tak banyak ia juga sering merasa tak cocok dengan
pendapat aliran asyariyah.

4. Al-Sanusy (833 H-895 H)


Nama lengkapnya yaitu, Abu Abdillah Muhammad Ibn Yusuf

5
Dengan paham pemikirannya; Akidah Ahli Tauhid (akidah tauhid besar), dan
Umm Al-Barahim (disebut dengan akidah akhlak kecil) Kitab yang terakhir
memanglah kecil namun pengaruh yang didapatkan sangat besar, karena pada
kitab tersebut berisikan pembagian sifat-sifat tuhan, Rasul-rasul_Nya, pembagian
jumplah tertentu dan membaginya pada wajib, mustahil dan jaiz.

2.3 Sejarah Munculnya Paham Ma’turidiyah


Abu Manshur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Ian
dilahirkan disebuah kota kecil didaerah Samarkhan yang bernama Maturid, di
wilayah Temsoxiana di Asia Tengah di daerah yang sekarang disebut Uzbekistan.
Tahun kelahirannya tidak diketahui pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan
abad ke-3 H. Ia wafat pada tahun 333 H / 944 M. Gurunya dalam bidang fiqh dan
teologi yang bernama Nasyir bin Yahya Al-Balakhi, ia wafat pada tahun 268 H.
Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutwakil yang memerintah pada tahun
232-274 H / 847-861 M. Karir pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan
untuk menekuni bidang teologi daripada fiqh. Pemikiran-pemikirannya banyak
dituangkan dalam bentuk karya tulis, diantaranya adalah kitab Tauhid, Ta’wil Al-
Qur’an Makhas Asy-syara’I, Al-Jald, dll. Selain itu ada pula karangan-karangan
yang diduga ditulis oleh Al-Maturidi yaitu Al-Aqaid dan Syarah Fiqh.
Al-Maturidiyah merupakan salah satu sekte Ahl-al-sunnah Al-jamaah, yang
tampil dengan Asy’ariyah. Maturidiyah dan Asy’ariyah dilahirkan oleh kondisi
sosial dan pemikiran yang sama. Kedua aliran ini datang untuk memenuhi
kebutuhan mendesak yang menyerukan untuk menyelamatkan diri dari
ekstriminasi kaum rasionalis, dimana yang berada paling depan.
Menurut ulama-ulama Hanafiah, hasil pemikiran Al-Maturidi dalam bidang
aqidah sama besar dengan pendapat-pendapat Imam Abu Hanifah. Imam Abu
Hanifah sebelum terjun dalam fiqh dan menjadi tokohnya, telah lama
berkecimpung dalam bidang aqidah serta bamyak pula mengadakan tukar
pendapat dan perdebatan-perdebatan seperti yang dikehendaki oleh suasana
zamannya, dan salah satu buah karyanya dalam bidang aqidah ialah bukunya yang
berjudul “Al-Fiqhul Akbar”.

6
Al-maturidi dinilai sebagai ilmu kalam sunni yang menghidupkan aqidah ahlu
assunnah dengan metode akal. Meskipun al-maturidi hidup semasa dengan al-
asy’ari tetapi antara keduanya tidak ada komunikasi dan saling mengenal
pendapatnya. Jadi, meskipun keduanya terdapat banyak kesamaan dalam tujuan
dan cara menuju tujuan, tetapi al-maturidi mempunyai cara yang berbeda dengan
asy’ari. Latar belakang fiqih ikut berpengaruh. Al-asy’ari bermadzhab syafi’I
yang dikenal moderat, tetapi dekat dengan tradisionalis, banyak terikat kepada
nash nash naqli, sedang al-maturidi bermadzhab fiqih Imam Abu Hanifah yang
dikenal ahl ra’yi lebih cenderung rasionalis.
Dalam pemikiran itu ternyata, bahwa pikiran-pikiran al-maturidi sebenarnya
berintikan pikiran-pikiran Abu Hanifah dan merupakan penguraiannya yang lebih
luas. Kebanyakan ulama-ulama maturidiyah terdiri dari orang-orang pengikut
aliran fiqih hanafiah, seperti Fahrudin Al-Bazdawi, At-Taftazani, An-Nasafi,
Ibnul Hammam, dll.
Memang aliran asy’ariyah lebih dulu menentang paham-paham dari aliran
mu’tazilah. Seperti yang kita ketahui, al-maturidi lahir dan hidup di tengah-tengah
iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapat antara Mu’tazilah
dan asy’ariyah sekitar masalah kemampuan akal manusia. Maka dari itu, al-
maturidi melibatkan diri dalam pertentangan itu dengan mengajukan pemikiran
sendiri. Pemikirannya itu merupakan jalan tengah antara aliran Mu’tazilah dan
Asy’ariyah.
Pemikiran- pemikiran AL-Mathuridi bertujuan untuk membendung paham
Mu’tazilah seperti jga aliran Asy-‘Ariyah. Namun demikian tidak seluruh
pemikirannya bertentangan dengan Mu’tazilah. Bahkan dalam beberapa hal
pemikirannnya hampir sama dengan pendapat Mu’tazialh. Oleh karena itu, sering
kali Al-Maturidi disebut “Berada diantara teologi dan mu’tazilah dan Asy’ariyah.
Dalam perkembangan sejalanjutnya aliran Maturidi menjadi terbagi dua sekte
yakni Sekte Al-Maturidiyah Samarkhan (Abu Mansur Al-Maturidiyah) dan Al-
Maturidiyah Al-Bukhoro (Abu Al-Alyusr Muhammad Bazdawi).
2.4 Tokoh – tokoh Al – Ma’turidiyah
1. Tokoh al Maturidiyah Samarkhan

7
Nama aslinya Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad Abu Mansur al
Maturidi. Asalanya dari Maturidi yaitu sesuatu daerah yang di Samarkhan.
Sehingga terkadang namanya disandarkan pada samarkhan dan biasa dipanggil
Abu Mansyur Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud al-
Maturidi as-Samarkhan. Beliau dilahirkan tepatnya di Maturid, Uzbekistan para
paruh kedua abad ke 9 M. Sebenarnya tahun kelahirannya tidak diketahui secara
pasti, namun Muhammad Ab Zahrah menuliskan, diperkiirakan pada pertengahan
abad ke 3 H. karena beliau mereguk ilmu fikih madzhab Hanafi dan ilmu kalam
dari Nasr Ibn Yahya al-Baikhi yang wafat pada tahun 268 H.
Abu Mansur al-Maturidi merupakan seorang teologian (mutakallimin) pembentuk
ilmu kalam dari Nasr Ibn Yahya al-Balkhi yang wafat pada tahun 268 H.
Pandangan lain mengatakan bahwa Abu Mansur al-Maturidi merupakan seorang
teologian (mutakillimin) pembentuk ilmu kalam (teologi Islam) yang wafat pada
tahun 333 H./944 M. Beliau hidup pada sekitar abad ketiga dan keempat Hijriyah
atau pada pertengahan abad kesembilan sampai dengan pertengahan abad
kesepuluh Masehi.
Semasa hidupnya al-Maturidi menerima ilmu dari banyak guru, di antaranya dari
Abu Nashr Ahmad ibn al-Abbas al-Bayadi, Ahmad ibn Ishak al-Jurjani dan Nashr
ibn Yahya al-Balkhi yang merupakan ulama terkemuka dalam mazhab Hanafiah.
Al-Maturidi dalam bidang yang dikajinya menyusun sejumlah kitab yang cukup
banyak. Di antaranya adalah : “Kitab Ta‘wil al-Qur’an, Kitab al-Ma‘khuz al-
Syara‘i, Kitab al-Jadal, Kitab al-Usul fi Usul al-Din, Kitab al- Maqalat fi al-
Kalam, Kitab Radd Tahdzib al-Jadal li al-Ka’bi, Kitab Radd al-Usul al-khamsah li
Abi Muhammad al-Babili, Radd Kitab al-Imamah li Ba’dhi al-Rawafid dan al-
Radd ‘ala al-Qaramitah”

III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

8
Alira ini muncul karena adanya keberanian dari seorang bernama Abu Al-Hasan
Al-Asyariah sekitar tahun 300 H. Beliau sendiri lahir pada tahun 260 H, yang
sebelumnya telah menganut aliran Mu'tazilah selama kurang lebih 40 tahun.
Dalam hal ini keluarnya Al-Hasan dari aliran Mu'tazilah karena ada 2 faktor,
1) faktor pertama adalah Al-Hasan bermimpi bertemu dengan Rasulullah selama 3
kali, yang inti dari mimpi tersebut adalah aliran Mu'tazilah itu salah.
2) perdebatan yang dilakukan oleh Al-Hasan dengan gurunya Al-Jubbaiyah
(orang yang terkenal di aliran Mu'tazilah). Yang pada saat ditanya guru tersebut
tidak dapat menjawab, dan menjadikan Al-Hasan ragu-ragu pada aliran
Mu'tazilah.
Tak lama setelah perdebatan terse…

3.2 Saran
Karena kurangnya literasi yang kami baca maka kami menyarankan untuk ananda
sekalian menambahwawasan sendiiri dengan cara membaca buku lebih banyak
ataupun melihat youtube dengan chanel yang dipercaya.

Daftar Pusaka

Hasbi, Dr.H. Muhammad. Ilmu Kalam, memotret berbagai aliran teologi dalam
islam. Yogyakarta 2015, djanurkoening.

9
Mulu, Beti, sejarah timbul Asyariah dan pokok-pokok ajarannya.

Yusuf Musa, et al, al-Aqidah Wasyari’ah fil Islam, Cet. 2, Dar al-Kutub al-Haditsh,

10

Anda mungkin juga menyukai