Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang

paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Mulyasa, 2009:

24). Setiap kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh

aspek operasional penyelenggaraan sekolah, mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, sampai pada pengawasan. Dalam

menjalankan tugasnya seorang kepala sekolah wajib memiliki 5 (lima)

kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,

kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial

(Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah). Kompetensi manajerial kepala sekolah

meliputi berbagai hal, salah satunya adalah bahwa kepala sekolah mampu

menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik.( Endah Pusveni, 2020:2)

Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah menjadi

faktor penentu, penggerak segala sumber daya yang ada di sekolah agar

semua komponen-komponen sekolah dapat berfungsi secara maksimal

dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, dalam perspektif

kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2004), kepala sekolah berperan

sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, pencipta iklim


kerja, dan wirausahawan (Hermino, 2014:142).

Kepala sekolah menjadi salah satu komponen pendidikan yang

paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Setiap kepala

sekolah memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh aspek operasional

penyelenggaraan sekolah, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, sampai dengan pengawasan. Untuk

menjalankan tugasnya tersebut, seorang kepala sekolah harus memiliki

kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial

(Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007). Dari kompetensi yang dimiliki

tersebut, kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan

dalam sekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah juga menjadi figur sentral yang paling

bertanggung jawab dalam membangun pendidikan di sekolah yang

dipimpinnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mulyasa, bahwa: “Kepala

sekolah merupakan pemimpin di satuan pendidikan yang harus

bertanggung jawab terhadap maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya

serta harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat” (Mulyasa E. ,

2015:16).

Selain itu, kepala sekolah juga dituntut untuk memiliki berbagai

kemampuan, baik berkaitan dengan masalah manajemen maupun

kepemimpinannya. Hal ini diperlukan agar kepala sekolah mampu

mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sudarwan Danim dan Suparno bahwa:


“Kepala sekolah bertanggungjawab menjaga dan memotivasi guru, peserta

didik, dan staf administrasi sekolah agar mau dan mampu melaksanakan

ketentuan dan peraturan yang berlaku di sekolah” (Danim & Suparno,

2009:13). Dari sini dapat diketahui bahwa, pada hakikatnya kepala sekolah

harus mampu menjalankan peran kekepalasekolahan dan kemampuannya di

bidang manajemen sekolah.

Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu mendayagunakan

seluruh sumber daya yang ada di sekolah dalam rangka mewujudkan visi

dan misi agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Seperti,

keberhasilan dalam mengelola kantor, mengelola sarana prasarana sekolah,

membina pendidik dan tenaga kependidikan, atau mengelola kegiatan

sekolah lainnya, semua itu banyak ditentukan oleh kepemimipinan kepala

sekolah. Apabila kepala sekolah mampu mempengaruhi, menggerakkan,

membimbing, dan mengarahkan seluruh anggotanya secara tepat, maka

segala kegiatan yang ada di dalam organisasi sekolah akan bisa terlaksana

secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota secara

efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal. Jadi keberhasilan

kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat dari bentuk

kepemimpinan kepala sekolahnya.

Melihat peranan kepala sekolah yang sangat kompleks tersebut,

kepala sekolah mempunyai berbagai tantangan untuk dapat menjalankan

pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan dengan

menetapkan sebuah kebijakan dan memberikan ide yang dapat


meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan sangat berhubungan erat

dengan kepemimpinan dan manajemen yang efektif oleh kepala sekolah.

Dukungan dari bawahan akan berpengaruh dan berkelanjutan ketika

pemimpinnya benar-benar berkualitas. Sekolah akan dapat maju ketika

kepala sekolah mempunyai visioner, keterampilan manajerial serta

integritas dalam melakukan perbaikan mutu (Syafarudin, 2002: 49).

Keterampilan manajerial harus dimiliki oleh kepala sekolah, karena

keterampilan manajerial merupakan kemampuan kepala sekolah dalam

mengelola sumber daya yang ada di sekolah, berdasarkan kompetensi yang

ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan (Wahyudi,

2009:68). Dengan keterampilan manajerial yang dimiliki kepala sekolah

tersebut diharapkan dapat memberikan kebijakan- kebijakan atau keputusan

yang dapat menghasilkan efektifitas program dan peningkatan mutu

pendidikan.

Manajerial kepala sekolah juga menjadi hal yang penting dalam

mencapai tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi yang diemban,

sehingga kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial.

Kemampuan manajerial kepala sekolah menentukan arah peningkatan

kualitas pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2009:73). Tujuan pendidikan di

sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efisien, jika kepala sekolah dapat

melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, seperti perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengawasan


(controlling) (Daryanto, 2013:47). Semua fungsi tersebut kemudian

diaplikasikan dalam program penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Untuk menjalankan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah

hendaknya mampu memanajerial dengan baik. Pengelolaan sekolah yang

baik ditunjukkan dengan adanya manajerial kepala sekolah yang baik pula.

Kontrol dan perbaikan merupakan tanggung jawab yang harus dilakukan

secara terus menerus dan sistematis terhadap kondisi-kondisi ruangan

sekolah beserta perlengkapannya termasuk halaman, toilet, dan tempat-

tempat bermain. Hal sekecil apapun harus menjadi target pengawasan dan

hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab kepala sekolah beserta stafnya

dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, efektif dan tentu

saja harus menarik peserta didik untuk berinternalisasi di dalam sekolah

tersebut, sehingga kepala sekolah sebagai manajer harus bekerja seoptimal

mungkin dan mempunyai komitmen terhadap proses dan hasil kerja yang

bermutu.

Dalam konsep mutu pendidikan, pembangunan pendidikan bukan

hanya terfokus pada penyediaan aspek in put saja, akan tetapi juga

memperhatikan pada aspek proses dan out put pendidikan. Proses

pendidikan dikatakan bermutu apabila dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Selain aspek

out put dikatakan bermutu jika hasil belajar akademik maupun non

akademik peserta didik tinggi.

Mutu pendidikan dapat tercapai jika manajemen sekolah dapat


dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Seperti yang dikatakan oleh Hadari

Nawawi, bahwa tujuan menajemen pendidikan adalah “meningkatkan

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan operasional

kependidikan dalam mencapai mutu pendidikan” (Nawawi, 2008:12).

Selain itu, Husaini Usman juga mengatakan bahwa salah satu

diselenggarakannya manajemen pendidikan adalah teratasinya masalah

mutu pendidikan (Usman, 2006:8).

Masalah mutu pendidikan salah satunya disebabkan oleh

manajemennya. Sebagaimana yang dikatakan oleh W. Erward Deming yang

dikutip oleh Muhammad Mustari, bahwa: “80% masalah mutu pendidikan

disebabkan oleh manajemennya dan 20% sisanya adalah sumber daya

manusia (Mustari, 2014:7). Jadi, jika kepala sekolah dapat melaksanakan

manajemen dengan baik, maka masalah mutu pendidikan dapat teratasi.

Meningkatkan mutu pendidikan, Pendidikan Agama Islam juga harus

dijadikan tolok ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik

serta membangun moral bangsa (nation character building) (Alim, 2006:8).

Hal ini perlu, karena akhlak sebagai salah satu bagian terpenting dalam

pendidikan. Pendidikan akhlak diharapkan akan mampu mengembangkan

nilai-nilai yang dimiliki peserta didik menuju manusia dewasa yang

berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Mutu Pendidikan Agama Islam lebih berfokus pada proses

pembelajaran dan hasil belajar mengikuti kebutuhan dan harapan

stakeholder pendidikan. Mutu dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan


Agama Islam meliputi mutu in put, proses, dan out put (Priansa, 2013:53).

Hal tersebut harus diperhatikan betul oleh kepala sekolah sebagai manajer

yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan di sekolah,

agar tujuan dan harapan dari stakeholder pendidikan dapat tercapai..

Kepala MTS HIKMAH KAMILAH Brebes telah melaksanakan

kegiatan pengawasan diantaranya sebagai berikut: pengawasan terhadap

pelaksanaan operasional mengenai penerimaan peserta didik baru,

menempatkan dan mengembangkan sesuai kapasitas peserta didik,

pengawasan terhadap pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

dengan melalui pengaturan lingkungan fisik yang kondusif dan

kelengkapan sarana prasarana belajar yang mendukung siswa termotivasi

untuk belajar. Dengan motivasi belajar yang meningkat diharapkan prestasi

siswa akan semakin meningkat sehingga kualitas sekolah akan meningkat

juga

Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka peneliti berupaya

untuk menguji lebih dalam terhadap permasalahan tersebut yang dituangkan

dalam bentuk tesis yang berjudul “KOMPETENSI MANAJERIAL

KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS HIKMAH KAMILAH

BREBES”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka

rumusan masalah yang akan diajukan yaitu sebagai berikut:


1. Mengapa kompetensi manajerial kepala sekolah dapat meningkatkan

mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes?

2. Apa saja kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes?

3. Bagaimana penerapan sistem manajerial kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di MTS HIKMAH

KAMILAHN Brebes.

4. Bagaimanakah dampak sistem manajerial kepala sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis kompetensi manajerial kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH

KAMILAH Brebes.

2. Untuk mengetahui kompetensi manajerial kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH

KAMILAH Brebes.

3. Untuk mendeskripsikan sistem manajerial kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di MTS HIKMAH

KAMILAH Brebes

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

mendalam dan komprehensif tentang manajerial kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH

KAMILAH Brebes. Idealnya penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa

kepentingan, di antaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritiss

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan khususnya yang menyangkut tentang manajerial kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam.

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai

manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan

Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi lembaga

yang bersangkutan, dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan

Agama Islam.

b. Dapat digunakan sebagai masukan bagi kepala sekolah tentang

pentingnya manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

Pendidikan Agama Islam.

c. Masukan bagi kepala sekolah untuk dapat mengoptimalkan semua

sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan

Agama Islam melalui kegiatan manajerial.


d. Untuk memberikan kontribusi dan solusi pada kepala sekolah di

MTS HIKMAH KAMILAH Brebes dalam peningkatan mutu

pendidikan agama Islam.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan

penelitian lapangan (field research). Field research itu sendiri adalah

suatu penelitian di mana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk

mencari bahan-bahan yang mendekati kebenaran (Arikunto, 2010:13).

Jadi, peneliti mengadakan penelitian secara langsung di tempat yang

hendak diteliti, yaitu di MTS HIKMAH KAMILAH di wilayah Brebes,

yaitu SNP NU AL Maarif dan MTS HIKMAH KAMILAH Darul

Muqomah. Kedua sekolah tersebut dipilih karena disitu menejerial

kepala sekolahnya bagus samping itu, penelitian ini bersifat kualitatif.

Menurut Moleong, penelitian yang bersifat kualitatif yaitu penelitian

yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang- orang atau perilaku yang diamati

(Moleong, 2012:3).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis mengambil tempat atau lokasi penelitian di MTS

HIKMAH KAMILAH di wilayah Brebes, yaitu MTS HIKMAH

KAMILAH NU AL Maarif dan MTS HIKMAH KAMILAH Hikmah


Kamilah Brebes. Dengan pertimbangan bahwa Manajerial Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MTS

HIKMAH KAMILAH NU AL MAARIF dan MTS HIKMAH

KAMILAH Hikmah Kamilah sudah berjalan dengan baik, sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti di sana.Untuk waktu penelitian di MTS

HIKMAH KAMILAH NU AL MAARIF Brebes peneliti membuat

rancangan agar penelitian dapat berjalan dengan sistematis, rancangan

sebagai berikut:

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti atau

diharapkan untuk mendapatkan informasinya mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu orang atau apa saja yang

menjadi sasaran penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah beberapa orang

yang mempunyai kompetensi dengan penelitian yang peneliti lakukan.

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah MTS HIKMAH KAMILAH NU AL MAARIF

dan MTS HIKMAH KAMILAH Hikmah Kamilah Brebes. Dari

kepala sekolah MTS HIKMAH KAMILAH NU AL MAARIF

Brebes akan diperoleh data tentang sejarah, letak geografis, visi misi,

tujuan serta fungsi-fungsi manajerial di MTS HIKMAH KAMILAH NU

AL MARIF Dan MTS HIKMAH KAMILAH Hikmah Kamilah.

b. Guru Pendidikan Agama Islam MTS HIKMAH KAMILAH NU AL

MAARIF Dan MTS HIKMAH KAMILAH Hikmah Kamilah


Brebes. Dari guru Pendidikan Agama Islam, akan diperoleh data

tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

c. Kepala TU di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes. Dari kepala TU

dapat diperoleh daftar nama guru, jumlah peserta didik, dan sarana

prasarana di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes.

d. Waka bidang mutu dan pengembangan sumber daya manusia

(SDM) di MTS HIKMAH KAMILAH. Dari kepala bidang mutu

dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dapat diketahui

tentang pelaksanaan peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di

MTS HIKMAH KAMILAH Brebes.

e. Waka kurikulum MTS HIKMAH KAMILAH. Dari Waka

kurikulum dapat diketahui tentang kegiatan manajemen kurikulum

dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di MTS

HIKMAH KAMILAH Brebes.

f. Waka sarana prasarana MTS HIKMAH KAMILAH Brebes. Dari

Waka sarana prasarana dapat diketahui tentang kegiatan manajemen

sarana prasarana dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama

Islam di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes.

Sedangkan objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini

adalah manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan

Agama Islam di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes, dengan penjelasan


sebagai berikut:

 Aspek manajerial administratif kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu Pendidikan Agama Islam, meliputi: perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang berkaitan

dengan mutu in put, proses, dan out put.

 Aspek manajerial operatif kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

Pendidikan Agama Islam, meliputi: kurikulum,

kepegawaian/personalia, dan sarana prasarana yang berkaitan

dengan mutu in put, proses, dan out put.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah

sebagai berikut:

• Observasi

Observasi adalah metode penelitian dengan cara

pengamatan terhadap objek yang menjadi titik pusat perhatian

penelitian (Muliawan, 2014:62). Menurut jenisnya ada dua bentuk

observasi, syaitu pengamatan langsung, artinya peneliti berperan

aktif mengamati objek penelitian dan pengamatan tidak langsung,

artinya peneliti tidak berperan dalam mengamati objek penelitian di


lapangan tetapi melalui bantuan pihak ketiga. Sedangkan dalam

melakukan pengamatan di lapangan dapat menggunakan alat antara

lain, daftar cek (check lish), daftar isian, dan skala penilaian (Hadeli,

2006:85-87).

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasi langsung, di mana peneliti mengamati objek secara

langsung tanpa melalui perantara. Metode ini digunakan oleh

peneliti untuk memperoleh data secara langsung mengenai kondisi

manajerial kepala sekolah dan mutu Pendidikan Agama Islam di

MTS HIKMAH KAMILAH Brebes.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar cek

(checklish) dan skala penilaian, yang digunakan untuk memudahkan

penulis dalam membuat laporan bagaimana manajerial kepala

sekolah dan mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH

KAMILAH Brebes.

• Wawancara

Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada informan (Singarimbun & Effendi, 2008,

hal. 192). Wawancara digunakan oleh penulis untuk menilai keadaan

seseorang (Arikunto, 2010:198).

Wawancara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

wawancara terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono,

2015:138). Dalam wawancara terstruktur kemungkinan jawaban


pertanyaan telah disiapkan penulis, sehingga jawaban responden

tinggal mengkategorikan kepada alternatif jawaban yang telah

dibuat. Sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur, penulis tidak

perlu menyiapkan jawaban tapi responden bebas mengemukakan

pendapatnya (Sudjana & Ibrahim, 2010:112).

Metode wawancara digunakan peneliti untuk memperoleh

informasi secara langsung dari subyek penelitian yaitu: kepala

sekolah, guru PAI, kepala TU, dan kepala bidang mutu dan SDM,

serta untuk memperoleh data yang berkenaan dengan manajerial

kepala sekolah dan mutu Pendidikan Agama Islam di MTS

HIKMAH KAMILAH Brebes

• Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik yang digunakan untuk mencari

catatan- catatan peristiwa atau dokumen yang sudah berlalu.

Dokumen adalah segala bentuk catatan, baik catatan dalam bentuk

kertas (hardcopy) maupun dalam bentuk elektronik (softcopy) yang

berupa buku, artikel, catatan harian, undang-undang, blog, halaman

web, foto, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Hasil penelitian

dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel kalau didukung

oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan.

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data

tentang gambaran umum sekolah dan bukti fisik yang berkaitan

dengan manajerial kepala sekolah dan mutu Pendidikan Agama


Islam di MTS HIKMAH KAMILAH NU AL MAARIF Dan MTS

HIKMAH KAMILAH Hikmah Kamilah Brebes.

• Instrumen Pengumpul Data

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti harus

diperlukan, karena peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus

sebagai pengumpul data. Sedangkan instrumen selain manusia

dapat juga digunakan, namun fungsinya tersebut hanya sebagai

pendukung dan pembantu dalam penelitian. “Dalam penelitian

kualitatif, yang menjadi intrumen atau alat penelitian adalah

peneliti itu sendiri” (Sugiyono, 2015:305).

Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti terjun langsung

bersama objek penelitian untuk dapat mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya. Fungsi peneliti sebagai informan dalam

proses pengambilan data, peneliti realisasikan semua dalam bentuk

dialog dan mengamati secara langsung dengan beberapa pihak dan

elemen yang berkaitan dengan penelitian.

Saat penelitian akan dilaksanakan, maka peneliti sendirilah

yang akan menjadi intrumen penelitian. Selain itu, peneliti juga

membuat instrumen penelitian secara tertulis untuk membantu

peneliti saat berada di lapangan dan juga sebagai angket.

F. Sistemtika Pembahasan
Secara garis besar, penulisan dalam penelitian ini dapat dibagi

dalam lima bab. Adapun pembahasan dalam masing-masing bab dapat

dijabarkan sebagai berikut:


Bab Satu merupakan pendahuluan yang menguraikan kerangka

dasar penelitian yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah

yang membantu pada fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian pustaka yang menjelaskan perbedaan, persamaan serta

orisinalitas penelitian ini dengan penelitian yang lain, metode penelitian

yang berfungsi sebagai cara untuk memperoleh data penelitian serta

sistematika pembahasan yang menjelaskan alur kajian dalam penelitian.

Bab Dua adalah kajian riset pustaka yang berisi kajian riset

terdahulu, kajian teori dan kerangka berpikir penelitian. Kajian teori dalam

penelitian ini meliputi: Kmpetensi manajemen , meningkatkan mutu dan

Pendidikan agama islam

Bab Tiga berisi tentang paparan pendapat dan temuan penelitian.

Dalam bab ini menguraikan tentang;

1. Mengapa kompetensi manajerial kepala sekolah dapat meningkatkan

mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes?

2. Apa saja kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu Pendidikan Agama Islam di MTS HIKMAH KAMILAH Brebes?

3. Bagaimana sistem manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan agama Islam di MTS HIKMAH KAMILAHN

Brebes?

Bab Empat adalah pembahasan hasil penelitian, yaitu membahas dan

menganalisis data-data penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian

dan telah dipaparkan pada bab sebelumnya serta menguraikan hasil


penelitian. Data yang akan diuraikan meliputi kompetensi manajerial kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di MTS

HIKMAH KAMILAH Brebes

Bab Lima yang merupakan bagian penutup. Bab ini berisi

kesimpulan dan saran atas hasil pembahasan dari penelitian

Anda mungkin juga menyukai