Anda di halaman 1dari 16

Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

TAFSIR TEMATIK PENDIDIKAN


"KONSEP TARBIYAH, TA’LIM DAN TADRIS DALAM AL QUR’AN"

[Muhammad Alinafiah, S.E]

Mahasiswa Prodi PAI Non Reguler program Megister (S2) UIN-SU Medan Kampius II UIN- SU
Medan : Jl. Willian Iskandar Pasar V Medan Estate 20371
alinafiah16@gmail.com

Abstrak

Pembahsan ini dilatarbelakangi oleh berbagai konsepsi tentang pendidikan dalam Islam

yang ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, karena

menunjukkan kekayaan makna kata-kata dalam ayat dan setiap kalimatnya. Konsep atau teori

pendidikan mengalami perdebatan sengit bagi para ahli atau ilmuwan. Sebenarnya banyak istilah

yang dianggap dekat dengan makna pendidikan, di antaranya: Al-Tarbiyah, At-Ta'lim, dan At-

Tadris,. Mengapa istilah tarbiyah digunakan? Apakah istilah tarbiyah memang mampu

menggambarkan secara tepat konsep dan prinsip dasar pendidikan Islam yang bersumber dari

ajaran Islam? Tujuan dari pembahsan ini adalah untuk menjelaskan dan Membandingan antara

konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris.

Kata Kunci : Tarbiyah, Ta’lim, Tadris


Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

A. PENDAHULUAN

Al Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
secara bertahap melalui perantara malaikat jibril, di dalamnya berisi tentang berbagai macam ilmu-
ilmu ketauhidan, syariat, aqidah, muamalah dan ilmu-imu yang lain. Al-Quran merupakan kitab
penyempurna dari tiga kitab yang diturunkan Allah SWT kepada nabi-nabi sebelumnya yaitu
Taurat, Zabur dan Injil. Ciri bahasa Al Quran adalah global atau masih bersifat umum, oleh
karenanya dalam memahami Al Quran dibutuhkan penafsiran secara mendalam. Penafsiran Al
Quran yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW kemudian berlanjut pada masa
sahabat-sahabat nabi diteruskan oleh tabi’in. di dalam Al-Quran akan banyak dijumpai ayat-ayat
yang menyebutkan tentang Pengertian Tarbiyah, Ta’lim dan Tadris. Kata-kata ilmu tercatat
muncul sebanyak 80 kali, yang tersebar dalam 37 surah. Dalam makalah ini kami akan mencoba
menyampaikan beberapa ayat yang menyajikan tentang Pengertian Tarbiyah, Ta’lim dan Tadris
dalam Al Quran, serta dengan didukung literatur-literatur yang telah kami dapatkan.
B. PENGERTIAN TARBIYAH, TA'LIM DAN TADRIS
1. Definisi Tarbiyah
Istilah tarbiyah berasal dari kata rabb, walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan
tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara,
merawat, mengatur, dan menjaga kelestariannya atau eksistensinya.1
Sedangkan menurut istilah kata tarbiyah merupakan tindakan mengasuh, mendidik
dan memelihara. Kata tarbiyah pada arti yang luas menjadi pengembangan,
peningkatan, ketinggian, kelebihan dan perbaikan.2 Kata yang mengandung pengertian
tarbiyah adalah kata rabb yang memiliki arti memperbaiki, mengurus, mengatur dan
juga mendidik.
Dalam mendefenisikan tarbiyah para pakar pendidikan Islam memberikan arti yang
beragam di antaranya :
a. Menurut Athiyah Al-Abrasyi, istilah tarbiyah mencakup keseluruhan aktivitas
pendidikan, sebab di dalamnya tercakup upaya mempersiapkan individu untuk
kehidupan yang lebih sempurna, mencapai kebahagiaan hidup, cinta tanah air,
memperkuat fisik, menyempurnakan etika, sistematisasi logika berfikir,
mempertajam intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi terhadap perbedaan,
fasih berbahasa, serta mempertinggi keterampilan.3

1
Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansharī al-Qurthubī, Tafsīr Qurthubī, Juz 1, Kairo: Dar al- Sya’biy. tt, h. 120
2
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki Press,2012),h.16.
3
Muhammad Al-Athiyah Al-Abrasyi, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha, cet. 2, tth: Dar al-Fikr Al-Arabi, tt.
h.22.
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

b. Menurut Abdul Fatah Jalal sebagai mana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir istilah
tarbiyah adalah proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan
manusia atau istilah yang dipakai saat ini ialah pada fase bayi dan kanak-kanak.4
c. Menurut M. Quraish Shihab, istilah tarbiyah berakar dari kata rabb, sebagaimana
yang terdapat pada ayat kedua surah al-Fatihah yaitu mengarahkan sesuatu tahap
demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya.5
d. Menurut al Rasyidin istilah tarbiyah yang berakar dari kata rabb adalah
mengarahkan, menuntun dan memelihara peserta didik agar tumbuh menjadi
manusia dewasa, bertambah ilmu pengetahuan dan keterampilannya, menjadi baik
perilaku atau akhlaknya, sehingga mampu menguasai suatu urusan untuk
menunaikan tujuan, fungsi, dan tugas penciptaanya oleh Allah Swt.6
2. Definisi Ta’lim
Secara eksplisit kata ta’lim tidak ditemukan di dalam al-Quran. Istilah ini biasanya
diterjemahkan dengan pengajaran. Kata ta’lim mempunyai asal kata dan makna dasar
dari kata ‘allama, yu’allimu yang berarti mengajar.7 Mahmud Yunus mendefenisikan
dengan singkat bahwa ta’lim adalah hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih.8
Para ahli berbeda pendapat dalam memaknai ta’lim di antaranya:
a. Abdul Fatah Jalal sebagaimana dikutip oleh M. Ridwan Nasir mendefenisikan
ta’lim sebagai proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung
jawab, dan penanaman amanah sehingga penyucian9 atau pembersihan diri
manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-
hikmah10 serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan tidak
diketahuinya.11
b. Menurut Naquib al-Attas istilah ta’lim terlalu sempit, karena hanya bermakna
pengajaran saja, sehingga kurang bermakna untuk adanya unsur bimbingan,
pengarahan dan latihan untuk memperoleh ilmu dan kebajikan.12
c. Rasyid Ridha, mengartikan ta’lim, sebagai proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.13

4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Ramaja Rosdakarya, 1992, h. 31.
5
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Jakarta:Lentera Hati, 2000., h. 107
6
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012. h. 109.
7
Ragib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Al-faju Al-Qur’an, Beirut: Daru al-Fikri, tt. h. 356.
8
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia Jakarta: Hida Karya Agung, 1989, h. 277.
9
Kata menyucikan pada ayat di atas dapat diidentikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali mengisi
benak anak didik dengan pengetahuan berkaitan dengan alam metafísika serta físika. Lihat M. Quraish Shihab,
Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992, h. 172
10
Kata hikmah juga mempunyai arti mampu menangkap gejala dan hakikat di balik sebuah peristiwa. Mereka tidak
hanya melihat apa yang tampak, tetapi dengan mata bathinnya (bashirah), mereka mampu mengenal apa yang
berada di balik yang tampak tersebut. “Inilah yang dimaksudkan dengan hikmah yang tidak lain diartikan sebagai
kearifan (the man of wisdom)”. Lihat Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), Jakarta:
Gema Insani Press, 2001, Cet. Ke II, h. 5
11
M. Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.h. 47.
12
Muhammad al-Naquid Al-Attas, Konsep Pendidikan Islam, Bandung: Mizan, 1992., h. 26.
13
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsīr al-Qur’an al-Hakim Asy-Syahiru Bi Tafsīr al-Manar, ttp: dar al-Fikri, tt.., h. 262.
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

d. Menurut al-Asfahany, istilah ta’lim pemberitahuan yang dilakukan dengan


berulang-ulang dan sering, sehingga berbekas pada diri.14

3. Definisi Tadris
Tadris merupakan masdar yang asal katanya dari ‫سا‬
ً ‫دَر‬-‫س‬
َُ ‫در‬
ُ َ‫ي‬-‫س‬
ََ ‫ دَ َر‬yang berarti
pengajaran atau pembelajaran. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengajaran berarti
proses, cara, perbuatan mengajar. Dalam pengajaran adanya interaksi antara yang
mengajar (mudaris) dan yang belajar (mutadaris). Selain itu,Menurut Abuddin Nata di
dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, kata tadris juga berarti baqa’
atsaruha wa baqa al-atsar yaqtadli inmihauhu fi nafsihi yang artinya: sesuatu yang
pengaruhnya membekas menghendaki adanya perubahan pada diri seseorang.
Jadi berdasarkan definisi di atas. kata al-tadris dapat ditarik pengertian secara
universal yang berarti pengajaran atau pembelajaran, yakni menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan
menimbulkan perubahan pada dirinya.
C. Analisis Perbedaan Antara Konsep Tarbiyah, Ta’lim dan Tadris dalam al-Quran
Istilah Tarbiyah, Ta’lim dan Tadris dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau
dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu
sama lain.
1. Konsep Tadris dalam al-Quran
Dalam konsep tarbiyah ada beberapa ayat yang berkenaan dengan pengajaran yang
didasari oleh ayat al-Quran. Di berbagai buku referensi atau kitab-kitab Tafsir
menjelaskan beberapa ayat al-quran yang memiliki konsep tadris.
a. Surah Al An’am ayat 105

َ َ‫َِو ِليَقُولُواَْدَ َرسْت‬


ََ‫َو ِلنُبَ ِِّينَهَُ ِلقَ ْو ٍمَيَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫فَٱآليَات‬ َ ُ‫َوك َٰذلِكَ َن‬
ُ ‫ص ِ ِّر‬
“Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang
beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyrik mengatakan: `Kamu
telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab), dan supaya Kami menjelaskan Al
quran itu kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS. 6:105)15
Kemudian dari pada itu Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah memberikan
bukti-bukti kebenaran secara berulang-ulang di dalam ayat-ayat-Nya dengan gaya
bahasa yang beraneka ragam dengan maksud supaya dapat memberikan keyakinan
yang penuh kepada sekalian kepada manusia dan untuk menghilangkan keragu-
raguan, juga untuk memberikan daya tarik kepada mereka agar mereka dapat
menerima kebenaran itu dengan penuh kesadaran. Lagi pula untuk memberikan alasan
kepada kaum muslimin dalam menghadapi bantahan orang-orang musyrikin. Hal itu

14
Ragib Al-Asfahani, Loc. Cit
15
Departemen Agama Republik Indonesia. Qur’an dan Terjemahnya Surabaya: Mahkota 2002, h.190
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

adalah karena orang-orang musyrikin mendustakan ayat-ayat Allah dengan


mengatakan Nabi Muhammad saw mempelajari ayat-ayat itu dari orang lain atau
menghafal berita-berita dari orang-orang yang terdahulu seperti firman Allah SWT:
َ‫يل‬ ِ َ‫َوأ‬
ًَ ‫ص‬ َ ً ‫علَ ْي ِهَبُ ْك َرة‬
َ َ‫يَت ُ ْملَى‬
َ ‫فَ ِه‬
Artinya:
"Maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang". (Q.S Al
Furqan: 5)
Menurut seorang mufassir bernama Al Farra', Alquran mengandung ayat-ayat yang
benar dan dapat diterima oleh orang-orang yang bersih hatinya dan mempunyai bakat
untuk menerima ilmu pengetahuan sehingga dapat menerima kebenaran itu dengan
penuh keinsafan.

َ ُ ‫َوفيَقراءةَ«دَ َرسْتَ »َأيَ ُكت‬.‫{َ دَ َرسْتَ َ}َذاكرتَأهلَالكتاب‬


َ{َ‫بَالماضينَوجئتَبهذاَمنها‬
.16}َََ‫َو ِلنُبَيِِّنَهَُ ِلقَ ْو ٍمَيَ ْعلَ ُمون‬
Menurut Pemakalah yang dinamakan darosa (belajar) menurut tafsir jalalain adalah
membaca atau mempelajari apa yang tercantum di dalam buku atau kitab. Dan belajar
dari masa lalu, dan kita lihat pada akhir surat ini di akhiri dengan kata kata Ya’lamun,
artinya hanya orang orang yang belajarlah yang pada akhirnya akan mendapatkan
pengetahuan.
َ‫َ{َو ِليَقُولُواَدَ َرسْتَ َ}َيعني‬:‫اءَأهلَالمدينةَوالكوفة‬
َ ‫َفقرأتهَعامةَقر‬،‫ذلك‬
ِّ ََ‫واختلفتَالقراءَفيَقراءة‬
ِّ
َ‫َوقرأَذلكَجماعةَمنَالمتقدِّمينَمنهمَابنَعباسَعلىَاختلفَعنه‬.‫قرأتَأنتَياَمحمدَبغيرَألف‬
َ َ‫«و ِليَقُولُواَد‬:‫اءَأهلَالبصرة‬
َ،‫ارسْتَ »َبألف‬ َ ‫َوهوَقراءةَبعضَقر‬،‫َوغيرهَوجماعةَمنَالتابعين‬،‫فيه‬
ِّ
ْ ‫س‬
َ‫َقرئت‬:‫ت»َبمعنى‬ َ ‫َ«د ُِر‬:‫َور ِوىَعنَقتادةَأنهَكانَيقرؤه‬.‫َمنَأهلَالكتاب‬
ُ َ‫َقارأتَوتعلمت‬:‫بمعنى‬
.17‫ت‬ ْ ‫س‬
َ ‫َانمح‬:‫ت»َبمعنى‬ َ ‫َ«دَ َر‬:‫َوعنَالحسنَأنهَكانَيقرؤه‬.‫وتليت‬
Menurut Qotadah yang dimaqsud dengan darosa adalah quriat dan taliat yang ber
arti membaca, yaitu membaca yang tersirat maupun yang tersurat. Berbeda dengan
pendapat Hasan, darosa bima’na inmahat atau terhapus.
َ‫َودرستَبمعنى‬.‫َ«دارست»َأيَدارستَالعلماء‬:‫َوقرى َء‬.‫ومعنىَ{َ دَ َرسْتَ َ}َقرأتَ وتعلمت‬
َ‫َأي‬،‫َمبالغةَفيَدرست‬،‫َودرستَبضمَالراء‬،‫َأساطيرَاألولين‬:‫قدِّمتَهذهَاآلياتَوعفتَكماَقالوا‬
َ‫َ وفسروها‬.‫َ ودارست‬.‫ََبمعنىَ قرئتَ أوَ عفيت‬-ََ‫ََعلىَ البناءَ للمفعول‬-ََ‫َ ودرست‬.‫اشتدَ دروسها‬
َ‫َوجازَاإلضمار؛َألنَالشهرةَبالدراسةَكانتَلليهود‬،‫بدارستَاليهودَمحمداًَصلىَهللاَعليهَوسلم‬
َ‫َوهم‬،ً‫َأيَدارسَأهلَاآلياتَوحملتهاَمحمدا‬،‫َوهوَألهلها‬،‫َويجوزَأنَيكونَالفعلَلآليات‬.‫عندهم‬
َ‫َ أوَ ذات‬.‫َ أيَ قديمات‬،‫َ هيَ دارسات‬:‫َ على‬،‫َ ودارسات‬.‫َ ودرسَ أيَ درسَ محمد‬.‫أهلَ الكتاب‬
.18‫دروس‬
Menurut tafsir Al Kassyaf ma’na dari darosta adalah membaca dan mempelajarinya

16
Jalaluddin As Suyuty, Jalaluddin Al Mahally. Tafsir Jalalaini Jilid 1. Jeddah: Sankgkapurah. h. 123.
17
Ibnu Jarir At thobariy Tafsir jami’al bayan fi tafsir Al Quran, Beirut Libanon: Darul Kitabul Ilmiyah. h. 80
18
Al Zamakhsyariy. Tafsir Al Kassyaf Beirut Libanon. h. 51
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

secara mendalam, menggali semua informasi yang terdapat dalam sebuah masalah.
b. Surah Al A’raf Ayat 169

َ‫َاَو ِإن َيَأْتِ ِه ْم‬ َ َ َ‫َويَقُولُون‬


َ ‫سيُ ْغف َُرَ لَن‬ َ ‫ضَ َه ٰـذَاَٱأل َ ْدن َٰى‬
َ ‫ع َر‬َ َ َ‫بَ يَأ ْ ُخذُون‬ َ َ‫َٱل ِك ٰت‬
ْ ْ‫َو ِرثُوا‬ َ ‫ف‬ ٌ ‫َمنَ بَ ْع ِد ِه ْمَ خ َْل‬ ِ ‫ف‬َ َ‫فَ َخل‬
َ‫سواَْ َماَ فِي ِه‬ ُ ‫َودَ َر‬
َ ‫ق‬ ْ َّ‫ىَٱَّللَ ِإال‬
ََّ ‫َٱل َح‬ ِ َّ َ َْ‫بَ أَنَ الََّ ِيقُولُوا‬
َ‫عل‬ ْ ‫َمي ٰثَ ُق‬
ِ َ‫َٱل ِك ٰت‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ِه ْم‬َ َ‫َمثْلُهَُ َيأ ْ ُخذُوهَُ أَلَ ْمَ يُؤْ َخ ْذ‬
ِّ ِ ‫ض‬ ٌ ‫ع َر‬ َ
ََ‫َٱآلخ َرةَُ َخي ٌْرَ ِِّللَّذِينَ َ َيتَّقُونَ َأَفَلََتَ ْع ِقلُون‬
ِ ‫َّار‬ُ ‫َوٱلد‬
Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang
mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata:` Kami akan diberi ampun.
Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya
mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari
mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang
benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan
kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu
sekalian tidak mengerti? (QS. 7:169)19
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan suatu angkatan dari Yahudi yang
menggantikan golongan bangsa Yahudi tersebut di atas. Mereka adalah bangsa Yahudi
yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw. mereka mendapati Kitab Taurat dari
nenek moyang mereka dan menerima begitu saja segala apa yang tercantum di
dalamnya. Hukum halal dan haram, perintah dan larangan dalam kitab itu mereka
ketahui, tetapi mereka tidak mengamalkannya. Mereka mengutamakan kepentingan
duniawi dengan segala kemegahan yang akan lenyap itu. Mereka mencari harta benda
dengan usaha-usaha yang lepas dari hukum moral dan agama, mengembangkan riba,
makan suap, pilih kasih dalam hukum dan lain-lain sebagainya, karena mereka
berpendapat bahwa Allah swt. kelak akan mengampuni dosa perbuatan mereka itu.
Orang-orang Yahudi itu menganggap dirinya kekasih Allah dan bangsa pilihan.
Anggapan demikian yang menyesatkan pikiran mereka. Maka setiap ada kesempatan
untuk memperoleh keuntungan duniawi seperti uang suap, riba dan sebagainya,
tidaklah mereka biarkan luput dari mereka.
Allah swt. kemudian menegaskan kesalahan pendapat dan anggapan mereka.
Mereka berkepanjangan dalam kesesatan dan tenggelam dalam nafsu kebendaan.
Allah mengungkapkan adanya ikatan perjanjian antara mereka dengan Tuhan yang
tercantum dalam Taurat, bahwa mereka itu tidak akan mengatakan terhadap Tuhan
kecuali kebenaran. Tetapi mereka memutarbalikkan isi Taurat, karena didorong oleh
keinginan untuk memperoleh keuntungan duniawi padahal mereka telah memahami
dengan baik isi Taurat itu dan sadar akan kesalahan perbuatan itu. Seharusnya mereka
lebih mengutamakan kepentingan ukhrawi dengan berbuat sesuai petunjuk Tuhan dan
Taurat daripada keuntungan duniawi. Bagi orang yang takwa, kebahagiaan di akhirat
adalah tujuan terakhir dari kehidupannya, karena kebahagiaan akhirat lebih baik

19
ibid, h. 231
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

daripada kebahagiaan duniawi yang terbatas itu. Mengapa mereka tidak merenungkan
hal yang demikian?
Ayat ini menjelaskan bahwa kecenderungan kepada materi dan hidup kebendaan
merupakan faktor yang menyebabkan kecurangan orang Yahudi sebagai suatu bangsa
yang punya negara. Karena kecintaan yang besar kepada kehidupan duniawi, mereka
kehilangan petunjuk agama serta ketinggalan dalam kehidupan kerohanian.
Apa yang menimpa orang Yahudi zaman dahulu mungkin pula menimpa orang-
orang Islam zaman sekarang, karena mereka lebih banyak mengutamakan kehidupan
materiil dan menyampingkan kehidupan spirituil kerohanian.
c. Surah Al Qolam Ayat 37

ُ ‫أَ ْمَلَ ُك ْمَ ِكَتَابٌ َفِي ِهَتَد ُْر‬


ََ‫سون‬
Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu
pelajari?20
Dalam ayat ini, dinyatakan bahwa pendapat atau jalan pikiran orang-orang kafir
itu tidak berdasarkan wahyu dari Allah, karena tidak ada satu pun dari kitab Allah
yang menerangkan seperti yang demikian itu, dengan menamkan kepada mereka,
"Apakan kamu hai orang-orang kafir mempunyai suatu Kitab yang diturunkan dari
langit, yang kamu terima dari nenek moyangmu, kemudian kamu pelajari secara turun-
temurun yang mengandung suatu ketentuan seperti yang kamu katakan itu. Apakah
ada pada kamu kitab yang semacam itu yang membolehkan kamu memilih apa yang
kamu ingini, sesuai dengan kehendak kamu.
Ayat ini dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya. Biasanya kalimat tanya itu
maksudnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi kalimat tanya di
sini untuk mengingkari dan untuk menyatakan kejelekan suatu perbuatan, seakan-akan
Allah menyatakan kepada orang-orang kafir itu bahwa tidak ada suatu-pun wahyu
Allah yang menyatakan demikian dan ucapan mereka itu adalah ucapan yang mereka
ada-adakan dan cara mengada-adakan yang demikian itu adalah cara yang tidak
terpuji.
21
‫} فِي ِهَتَد ُْرسُونَ َ}َأيَتقرأون؟‬
Makna dari darosu dalam ayat ini masih sama dengan penjelasan sebelumnya yaitu
membaca
َ‫َوهوَعطفَعلىَ{َأَلَ ْمَيُؤْ َخ ْذَ}َمنَحيثَالمعنى‬،‫سواَْ َماَفِي ِهَ}َأيَقرأوهَفهمَذاكرونَلذلك‬
ُ ‫َودَ َر‬
َ‫َوجوزَكونهَعطفاًَعلى‬،‫وإنَاختلفاَخبراًَوإنشاءاًَإذَالمعنىَأخذَعليهمَميثاقَالكتابَودرسواَالخ‬
َ‫واالستفهامَالتقريريَداخلَعليهماَوهوَخلفَالظاهرَأوَعلىَ{َو ِرثُواَْ}َوتكون‬
َ َ }َ‫{َ أَلَ ْمَ يُؤْ َخ ْذ‬
َ‫جملةَ{َ أَلَ ْمَ يُؤْ َخ ْذَ}َمعترضةَوماَقبلهاَحاليةَأوَيكونَالمجموعَاعتراضاًَكماَقيلَوالَمانعَمنه‬
َ‫خلَانَالطبرسيَنقلَعنَبعضهمَتفسيرَدرسواَعلىَهذاَالوجهَمنَالعطفَبتركواَوضيعواَوفيه‬

20
Departemen Agama Republik Indonesia. Qur’an dan Terjemahnya Surabaya: Mahkota 2002, h. 829
21
Jalaluddin As Suyuty, Jalaluddin Al Mahally. Tafsir Jalalaini Jilid 2. Jeddah: Sankgkapurah. h. 230
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

َ‫َإنَالجملةَفيَموضعَالحالَمنَضميرَيقولواَبإضمارَقدَأيَأخذَعليهمَالميثاقَبأنَال‬:‫َوقيل‬.‫بعد‬
َ.َ‫يقولواَعلىَهللاَإالَالحقَالذيَتضمنهَكتابهمَفيَحالَدراستهمَماَفيهَوتذكرهمَلهَوهوَكماَترى‬

َ‫وقرأَ السلميَ {َ ادارسواََ}َ بتشديدَ الدالَ وألفَ بعدهاَ وأصلهَ تدارسواَ فادغمتَ التاءَ فيَ الدال‬
.22‫واجتلبتَلهاَهمزةَالوصل‬
Penjelasan ini juga sama dengan yang di atas membaca dan belajar kembali dari
peristiwa yang sudah terjadi, dan Mahmud Al alusi mengatakan posisi dari waw
sebelum darosu adalh atof ke iz akhoza. Berarti membaca apa yang sudah di lakukan.
d. Surah As Saba’ Ayat 44

‫ِير‬ ِّ ِ َ‫س ْلنَاَ ِإلَ ْي ِه ْمَقَ ْبلَك‬


ٍَ ‫َمنَنَّذ‬ َ ‫اَو َمآَأَ ْر‬
َ ‫سونَ َه‬ ٍ ُ ‫َم ْنَ ُكت‬
ُ ‫بَيَد ُْر‬ ِّ ِ ‫َو َمآَآتَ ْينَا ُه ْم‬
Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan
sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang
pemberi peringatanpun.(QS. 34:44)23
Pada ayat ini Allah SWT membantah tuduhan mereka dan menyatakan kebatilan
pengakuan mereka bahwa agama nenek moyang mereka itulah agama yang benar.
Sebaliknya Allah SWT menyatakan bahwa agama yang benar ialah agama yang
berdasarkan wahyu dari Allah dan Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya untuk
disampaikan kepada manusia, yang di dalamnya diterangkan syariat dan hal-hal yang
membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana agama yang
dibawa oleh junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yaitu agama Islam. Apa alasan
mereka menetapkan bahwa agama syirik yang mengingkari keesaan Allah SWT, itulah
agama yang benar, padahal belum pernah didatangkan kepada mereka kitab sebelum
Alquran dan belum pernah diutus kepada mereka seorang Rasul sebelum Nabi
Muhammad saw.
.24‫َأيَيقرؤونها‬:}َ‫سونَها‬ ٍ ُ ‫َم ْنَ ُكت‬
ُ ‫بَيَد ُْر‬ ِ ‫} َوماَءاتَـيْنا ُه ْم‬
Pendapat imam Thabariy arti dari yadrusunaha adalah yaqroauna atau membaca
َ،‫َويدرسونها‬:‫سَالكتب‬
ِّ ‫َودر‬،‫سَالكتاب‬
ِّ ‫َأوَمنَدر‬.‫منَالتدريسَوهوَتكريرَالدرس‬
ِّ َ{‫يدرسونها‬
ِّ }
.25‫َيفتعلونَمنَالدرس‬،‫بتشديدَالدال‬
Menurut Zamarkhasyariy bacaannya adalah Yudarrisuna yang di ambil dari kata
darrosa berarti membaca atau mempelajarinya berulang ulang atau berkesinambungan.
.26‫َماَأنزلناَعلىَالعربَكتباًَسماويةَيدرسونَفيها‬:‫سونَ َهاَ}َأي‬ ٍ ُ ‫َو َماَءاتَ ْينَ ٰـ ُه ْمَ ِّم ْنَ ُكت‬
ُ ‫بَ َيد ُْر‬
Menurut Syaukani makna dari yadrusuna adalah belajar dari kitab kitab samawi
َ‫{َوما َآتيناهمَمنَكتبَيدرسونهاَوماَأرسلناَإليهمَقبلكَمنَنذيرَ}َوالجملةَحاليةَأيَوعدَِّالذين‬
َ‫َالحقَالصريحَالظاهرَلهمَسحراًَمبيناًَوالحالَأناَلمَنعطهمَكتباًَيدرسونها‬-َ‫َأيَكفارَقريش‬-َ‫كفروا‬

22
Ibid. Tafsir Ruhul ma’ani.
23
ibid, 613
24
Ibid Jamiul bayan
25
Ibid Al Kassyaf
26
Ibid Fathul Qodir.
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

َ‫حتىَيميزواَبهاَالحقَمنَالباطلَولمَنرسلَإليهمَقبلكَمنَرسولَينذرهمَويبينَلهمَذلكَفيقولوا‬
.27‫َإنهَحقَأوَباطل‬:‫َإلىَالكتابَاإللهيَأوَإلىَقولَالرسولَالنذير‬
ِ ً ‫استنادا‬
Pengertian Darosa yang di Kemukakan oleh thabathaba’i adalah mempelajarinya
secara mendalam sehingga nampak perbedaan antara yang dan yang bathil.
2. Konsep Ta’lim dalam al-Quran
Dalam konsep ta’lim ada beberapa ayat yang berkenaan dengan pengetahuan yang
didasari oleh ayat al-Quran. Kata Taklim secara umum hanya terbatas pada pengajaran
(proses transfer ilmu pengetahuan) dan Pendidikan kognitif semata-mata (proses dari
tidak tahu menjadi tahu).28 Di berbagai buku referensi atau kitab-kitab Tafsir
menjelaskan beberapa ayat al-quran yang mengenai konsep ta’lim.

a. Surah Al-baqarah Ayat 31


ٓ
‫ن‬
َ ‫ص ِدقَِي‬ ٓ َ ‫بُُ ونِيَبِأ َ أس َما ٓ ِءَ ٰ َٓهؤ‬
َ ٰ َ‫ُال ِءَإِنَ ُكنت ُ أم‬ ََ ‫علَىَٱ أل َم ٰلَئِ َك َِةَفَقَا‬
ِ ِٔ ‫لَأَ ۢن‬ َ َ‫ض ُه أم‬ َ َ‫علَّ َمَ َءادَ َمَٱ أأل َ أس َما ٓ ََءَ ُكلَّ َهاَث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
Artinya: “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (bendabenda
seluruhnya), kemudian mengemukakannya kepada para malaikat. Kemudian
Allah berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama itu jka kamu memang
orang-orang yang benar. (Q.S. al-Baqarah: 31)29
Ayat ini dalam al-qur’an yang menjelaskan tentang potensi manusia yakni
menurut M. Quraish Shihab,30 ayat ini menginformasikan bahwa manusia
dianugerahi potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-
benda, misalnya fungsi api, fungsi angin dan sebagainya. Dia juga dianugerahi
potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak-anak)
bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih
dahulu nama-nama (yang mudah), seperti ini papa, ini mama, itu pena, itu pensil
dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami oleh para ulama dari
firman-Nya: Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia itu dianugerahi Allah potensi untuk
mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api,
fungsi angin, dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa.
Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan dimulai dengan
mengajarkannya kata kerja, tetapi mengajarkannya terlebih dahulu nama-nama.
Ini papa, itu mama, itu pena, dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang
dipahami oleh para ulama’ dari firman-Nya “Dia mengajar Adam nama-nama

27
Muhammad Husein Thabathaba’i Al Mizan fi tafsiril Quran. Beiut Libanon: 1991. H. 200
‫ كنا نعلم اوالدنا مغازي رسول هلال صلى هلال عليه وسلم كما نعلمهم السورة من القرأن‬28
Dari perkataan Sa’ad bin waqash, “memberi makna anak-anak yang tidak tahu tentang riwayat Rasulullah, diajarkan
sehingga menjadi tahu”.
29
Departemen Agama RI,(2002) Mushaf Al-quran Terjemah…, hal.
30
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,Jakarta: Lentera Hati, 2002 Vol.1
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

(benda) seluruhnya.
Setelah pengajaran Allah dicerna oleh Adam as, sebagaimana dipahami dari kata
kemudian, Allah mengemukakannya benda-benda itu kepada para malaikat lau
berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu benar dalam
dugaan kamu bahwa kalian lebih wajar menjadi khalifah.
Mengajar tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau menyampaikan
suatukata atau idea, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki
peserta didik sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan
aneka pengetahuan.
Apapun makna pnggalan ayat ini, namun yang jelas salah satu keistimewaan
manusia adalah kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas dalam
benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya
“mengetahui”. Di sisi lain kemampuan manusia merumuskan idea dan memberi
nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia
berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.
b. Surah Ar-rahman Ayat 2 & 4

ْ ‫علَّ َمه‬
ََ‫َُالبَيَان‬ َ َ.ََ‫سان‬ ْ ‫علَّ َم‬
َ ‫َ َخلَقَ َاإل ْن‬.ََ‫َالقُ ْرآن‬ َ

artinya:"Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia.


Mengajarnya pandai berbicara". (QS Ar-Rahman: 2-4)31
Kata ‘allama/ mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak ulama menyebutkan
objeknya adalah manusia, tetapi Thabathabai menambahkan bahwa jin juga
termasuk karena ssurah ini diturunkan kepada manusia dan jin. Kesimpulannya
bisa saja objeknya mencakup kedua objek tersebut. Bagaimana mungkin malaikat
Jibril dapat menagajarkan firman Allah itu kepada malaikat kalau malaikat itu
sendiri tidak memperoleh pengajaran dari Allah. Di sisi lain tidak disebutkannya
objek kedua kata tersebut, mengisyaratkan bahwa ia bersifat umum dan mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pengajaran-Nya.
Al-quran adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad Saw dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa
yang membacanya, dan manjadi bukti kebenaran mukjizat nabi Muhammad Saw.
Kata (‫)القران‬Al-Qur’an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya yang
enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk walau satu ayat
saja atau bagian dari satu ayat.
Kata (‫ )البيان‬pada mulanya berarti jelas. Kata tersebut di sini dipahami
kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam benak.
Tidaklah dapat terwujud kehidupan bermasyarakat manusia, tidak juga makhluk
ini dapat mencapai kemajuan yang mengagumkan dalam kehidupannya –

31
Ibid, hal.532
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

sebagaimana yang telah dicapai dewasa ini – kecuali dengan kesadaran tentang
al-kallam/pembicaraan itu, karena dengan demikian dia telah membuka pintu
untuk memperoleh dan memberi pemahaman. Dengan demikian manusia tadi
mampu untuk menyempurnakan dirinya sekaligus menyempurnakan selainnya.
c. Surah Al-kahfi Ayat 66

ُ َ‫ع ِلِّ ْمت‬


‫َر ْشدًا‬ ُ َ‫َم َّما‬ َ ٓ‫ع ٰل‬
ِ ‫ىَاَ ْنَتُعَ ِلِّ َم ِن‬ َ َ َ‫قَالََلَهٗ َ ُموسٰ ىَه َْلَاَتَّبِعُك‬
“Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan
kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi)
petunjuk?”.32
Dalam pertemuan kedua tokoh tersebut Nabi Musa berkata kepada Nabi Khindr
dengan mangajukan pertanyaan apakah ia diperbolehkan mengikuti Nabi Khindr
agar dapat memperoleh ilmu secara luas. Namun, Nabi Khindr menolak dengan
halus bahwasannya Nabi Musa tidak akan sanggup sabar bersama dengan Nabi
Khindr.
Nabi Khindr secara tegas menyatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sabar, bukan
saja karena Nabi Musa dikenal berkepribadian tegas dan keras, tetapi lebih-lebih
karena peristiwa dan apa yang akan dilihatnya dari hamba Allah yang saleh itu
sepenuhnya bertentangan dengan hukum-hukum syariat yang bersifat lahiriah dan
yang dipegang teguh oleh Nabi Musa as.
Kata attabi’uka asalnya dari kata tabi’a yakni mengikuti. Kata attabi’uka yang
mandapat tambahan ta’ mengandung makna kesungguhan dalm mengikuti itu.
Memang demikianlah seharusnya seorang pelajar, harus bertekad bersungguh-
sungguh mencurahkan perhatian bahkan tenaganya, terhadap apa yang akan
dipelajarinya.
Ucapan Nabi Musa ini sungguh sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajari
tetapi permintanyaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan. Beliau juga
menggarisbawahi kegunaan pengajaran itu untuk dirinya secara pribadi yakni
umtuk menjadi petunjuk baginya. Di sisi lain beliau mengisyaratkan keluasaan
ilmu hamba yang saleh itu sehingga Nabi Musa hanya mengaharap kiranya dia
mengajarkan apa yang sebagian telah diajarkan kepadanya.
Di sini kita menemukan hamba yang saleh itu penuh dengan tata krama. Beliau
tidak langsung menolak prmintaan Nabi Musa tetapi menyampaikan penilainnya
bahwa Nabi Agung itu tidak akan bersabar mengikutinya dengan menyampaikan
alasan yang sungguh logis dan tidak menyinggung perasaan tentang sebab
ketidaksabaran itu.
Ucapan hamba Allah ini meberi isyarat bahwa seorang pendidik hendaknya
menuntun anak didiknya dan memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan

32
Ibid, hal.532
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

dihadapi dalam menuntut ilmu, bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari


sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai
dengan bidang ilmu yang akan dipelajari.
3. Konsep Tarbiyah dalam al-Quran

Dalam konsep tarbiyah ada beberapa ayat yang berkenaan dengan pendidikan yang
didasari oleh ayat al-Quran. Dalam leksikologi Al-quran dan As-Sunnah tidak
ditemukan istilah al tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar
dengannya, yaitu al-rabb, rabbayaani, nurabbi, yurbi, rabbiyuun, rabbaani, dan
yarubbu dengan segala bentuk derivasinya terulang sebanyak 952 kali.33 Oleh karena
itu penulis hanya mengutip 2 surah yang menurut pemakalah sesuai untuk konsep
tarbiyah, yakni surah al-fatihah ayat 2 dan al-Isra’ ayat 24.
a. Surah Al-Fatihah ayat 2
ْ ِ ِّ‫َرب‬
ََ‫َال ٰعلَ ِميْن‬ ِ ‫اَ ْل َح ْمد ِ ه‬
َ ‫ََُّلل‬
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”.34
Ayat ini merupakan pujian kepada Allah karena kesempurnaan sifat-Nya dan
pemberi kenikmatan baik lahir maupun batin, didalam ayat ini pula Allah
memerintahkan kepada hamba untuk memuji-Nya, karena Dialah satu-satunya
yang berhak atas segala pujian, Dialah yang menciptakan seluruh alam semesta
beserta isinya. Pujian yang diberikan seorang hamba akan semakin sempurna
apabila didiringi dengan rasa cinta dan ketundukan dalam dirinya terhadap Allah.
Karena pujian yang semata tidak diiringi dengan rasa cinta dan ketundukan adalah
pujian yang tidak sempurna.
Makna dari kata Rabb adalah Murabbi (yang mentarbiyah: pembimbing dan
pemelihara). Allah lah zat yang memelihara seluruh alam semesta ini dengan
berbagai macam bentuk tarbiyah. Allah lah yang menciptakan mereka, yang
member rizki kepada mereka, yang memberi nikmat kepada mereka baik nikmat
lahir maupun nikmat batin. Inilah bentuk tarbiyah umum yang diberikan kepada
seluruh makhlukNya, baik yang jahat ataupun yang baik. Adapun tarbiyah khusus
yaitu hanya Allah berikan kepada para nabi dan pengikut-pengikutnya. Selain
memberikan tarbiyah yang umum itu kepada para nabi, Allah juga memberikan
tarbiyah yang khusus berupa membimbing keimanan mereka dan
menyempurnakannya. Selain itu, Allah juga menolong mereka dengan
menyingkirkan berbagai penghalang dan rintangan yang menjauhkan mereka dari
kebahagiaan dan kesenangan yang abadi. Allah member mereka berbagai
kemudahan dan menjauhkan mereka dari hal-hal yang dilarang oleh syariat.

33
Colle Said, Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah al-Alaq, dalam Jurnal Studia Islamika: Vol. 13, No.1,
Juni 2016/1438H, hal. 96
34
Departemen Agama RI,(2002) Mushaf Al-Quran Terjemah…, hal. 1
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

Dari sini kita mengetahui betapa besar kebutuhan ala mini terhadap rabbil alamin,
karena Dialah yang menguasai segala alam dan isinya, Allah satu-satunya
pengatur, pemberi hidayah dan Allah lah Yang Maha kaya. Oleh sebab itu semua
makhluk yang ada di langit dan di bumi ini meminta kepada-Nya. Mereka semua
meminta kepada-Nya, baik dengan ucapan lisannya maupun dengan ekspresi
dirinya. Kepada-Nya lah mereka mengadu dan meminta tolong di saat-saat
genting yang mereka alami.
b. Surah Al-Isra ayat 24

َ َ‫اَربَّ ٰينِ ْي‬


َ‫ص ِغي ًْرا‬ َ ‫َار َح ْم ُه َماَ َك َم‬ َّ ‫َوقُ ْل‬
ْ ِ ِّ‫َرب‬ َ ‫َالرحْ َم ِة‬ ِ ‫ضَلَ ُه َماَ َجنَا َحَالذُّ ِِّل‬
َّ َ‫َمن‬ ْ ‫َو‬
ْ ‫اخ ِف‬
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil”.35
Ayat ini menjelaskan tentang tuntunan berbakti kepada orangtua. Orangtualah
yang telah mendidik dan merawat kita sejak kecil. Didalam ayat ini anak
diwajibkan berbuat baik kepada orang tua karena orangtua telah berbuat ihsan
kepada anak, telah mengandung selama sembilan bulan, telah merawat dan
mendidik sejak kecil. Ihsan orangtua terhadap anak sangat urgen, sebab seorang
anak dilahirkan didunia ini dalam keadaan lemah tidak berdaya, tidak tahu apa-
apa, dan perlu pertolongan orang lain. Anak sangat bergantung kepada orangtua
dan menunggu bagaimana arahan dan didikan yang akan diberikan kepadanya.
Ketika Allah mewajibkan anak untuk berbuat baik kepada orangtua sebagai alasan
balasan orangtua yang telah memperlakukan anak dengan baik, maka secara
otomatis orangtua juga dituntut hal yang sama yakni memperlakukan anak dengan
baik. Anak memerlukan perhatian dan kasih saying yang tulus dari
orangtua.pemberian materi yang banyak tanpa dibarengi dengan perhatian dan
rasa cinta dari orangtua membuat anak merasa tidak ada ikatan antara anak dan
orangtua. Akibatnya anak tidak peka terhadap apa yang dirasakan orangtua dan
hubungan anak dan orangtua menjadi renggang.
Memperlakukan anak dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang bukan hanya
memanjakan anak,tetapi juga dengan memberikan hal-hal yang positif terhadap
anak. Disaat orangtua bersikap lemah lembut dan sayang kepadanya, maka anak
tersebut juga akan mudah diajak kerjasama dan alkan bersikap menurut.
Memperhatikan aspek psikologis anak dapat diwujudkan dengan sikap dan
perkataan. Allah mewajibkan anak untuk berkata lembut dan tidak menghardik
orangtua ketika mereka telah pikun karena orangtua telah berlaku sabar, bersikap
lembut dan tidak menghardik anak.
Penghinaan dan pencelaan adalah hal yang dilarang dalam pendidikan, karena

35
Ibid, hal.285
Konsep Tarbiyah, Ta'lim dan Tadris Dalam Al Qur'an

seorang anak kecil sangat peka perasaannya. Orangtua diharapkan dengan


kesabaran dalam mendidik anaknya. Misalnya ketika seorang anak kecil
melakukan kesalahan, maka sebagai orangtua jangan langsung bertindak kasar
atau mengucapkan kata-kata yang kasa, karena dengan bentakan atau sesuatu
yang kasar lainnya, anak akan merasa tertekan dan sikap orangtuanya tersebut
akan membekas difikiran anak dan akhirnya membekas sampai dewasanya.
Anak berkewajiban mendoakan kedua orangtuanya sebagaimana perintah yang
tercantum dalam penggalan akhir ayat ini. Sudah semestinya pengorbanan
orangtua yang diberikan kepada kita selama ini kita balas dengan sesuatu yang
berarti,salah satunya yaitu mendoakan kedua orangtua karena salah satu cirri anak
yang sholih adalah yaitu mendoakan orangtunya baik ketika orangtua masih
hidup ataupun sudah meninggal.
Dengan demikian konsep pendidikan yang terdapat dalam surat al-isra’ ini yaitu
konsep hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat. Anak mendoakan dan
berbuat baik kepada orangtua karena konsekuensi dari pengorbanan orangtua.
Oleh karena itu, orangtua mendapatka hak karena orangtua telah melaksanakan
kewajiban terlebih dahulu kepada anak, dan juga sebaliknya anak memberikan
hak kepada orangtua karena anak telah mendapatkan haknya yaitu diberi
pendidikan yang penuh kelembutan, keikhlasan, dan keridhaan dari orangtua.
Sehingga terbentuklah pendidikan karakter bagi seorang anak.
Sedangkan pengertian pendidikan adalah proses membimbing anak atau
memimpin mereka agar ia memiliki tabiat yang baik dan berpribadi utama (insan
kamil). Maksudnya adalah pribadi yang berakhlak baik dan bertanggung jawab
terhadap segala perbuatannya serta berguna bagi bangsa dan negara. Jadi didalam
istilah mendidik tuntutan yang diharapkan adalah pembentukan pribadi anak.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
beberapa hal dari pemakalah ini. Istilah pendidikan dalam al-Quran diwakili dengan
beberapa konsep. Adapun konsep yang sesuai dengan ritme/ketentuan ayat-ayat al-
quranul karim yaitu :
Konsep Tarbiyah adalah mengarahkan, menuntun dan memelihara peserta didik
agar tumbuh menjadi manusia dewasa, bertambah ilmu pengetahuan dan
keterampilannya, menjadi baik perilaku atau akhlaknya. Pada konsep Tarbiyah ini di
dasari oleh surah Al-fatihah ayat 2 dan Al-isra ayat 24.
Konsep Ta’lim adalah sebuah proses pemberian pengetahuan, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah. Pada konsep Tarbiyah ini di dasari
oleh surah al-baqarah ayat 31, Ar-rahman ayat 2-4 dan Al-kahfi ayat 66.
Konsep Tadris berarti pengajaran atau pembelajaran, yakni menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan
menimbulkan perubahan pada dirinya. Pada konsep Tarbiyah ini di dasari oleh surah
Al-An’am ayat 105, Al-A’raf ayat 169, Al-Qalam ayat 37 dan Saba’ ayat 44.
Menurut hemat pemakalah bahwa konsep-konsep yang diampuh yang sesuai
dengan ayat-ayat al-quran ini, sangat baik untuk peserta didik. Agar menciptakan nilai-
nilai adab, akhlakul karimah yang patuh dan taat kepada Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki Press,2012)
al-Qurthuby, Ibn Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshary, Tafsir alQurthuby, (al-Qahirah:
Durusy, t.th.
Taimiyah, Ibnu, Majmu al-Fatawa, Saudi Arabia: Percetakan Mushaf Raja Fahd, 1416 H
Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-quran Terjemah, Jakarta: Al Huda.
`Abdûh, Muḥammad dan Riḍâ, Muḥammad Rasyîd. Tafsîr al-Manâr. Vol. 1-11. Beirut: Dâr al-
Fikr, 2007.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1994.
Shihab, M. Quraish.Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Vol. 1-15,
Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Shihab, Quraish, (2002), Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran , Jakarta:
Lentera Hati.
Al Zamakhsyariy. Tafsir Al Kassyaf Beirut Libanon.
Departemen Agama Republik Indonesia. Qur’an dan Terjemahnya Surabaya: Mahkota 2002,
Ali, Muhammad. bin Muhammad As Syaukani. Fathul Qodir beirut Libanon: Darul Kutubil
Ilmiyah.
Husein, Muhammad Thabathaba’i Al Mizan fi tafsiril Quran. Beiut Libanon: 1991.
Fahkruddin, Imam Ar Raziy. Mafatihul Gohib At Tafsirul Kabir. Beirut Libanon: Darul kutubil
Allamah
Al Alusi, Mahmud. Tafsir Ruhul ma’ani Beirut Libanon: Darul Kutubil Ilmiyah 1994.
At thobariy, Ibnu Jarir Tafsir jami’al bayan fi tafsir Al Quran, Beirut Libanon: Darul Kitabul
Ilmiyah 1993)

Anda mungkin juga menyukai