Anda di halaman 1dari 20

HADIS TENTANG

METODE DAN
ETIKA
PEMBELAJARAN

1. Anis Nurul Fadhilah 23030160170


2. Deka Feby Monika 23030160085
3. Istikomah 23030160106
A. Pengertian Metode
Pembelajaran
• Metode (method) secara harfiah berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos.
Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Metode berarti
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
• Secara bahasa metode dalam bahasa arab disebut dengan istilah al-thariq
(jalan). Jalan adalah sesuatu yang dilalui supaya sampi ke tempat tujuan.
• Sedangkan dalam pandangan Abdur Rahim Ghunaimat metode mengajar adalah
berbagai cara yang praktis untuk menjalankan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dari proses pembelajaran.
• Metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru yang terdiri
dari berbagai kegiatan yang telah diatur secara sistematis, bertahap, dan
dilandasi berbagai prinsip untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Hadis Tentang Metode
Pembelajaran

1. Hadis tentang metode peragaan dan demonstrasi


Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang
menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia
seperti ini di dalam surga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telunjuk
dan tengah (HR. Imam Muslim).
Pada hadist tersebut menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah
dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan
juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa
kedudukan beliau dengan orang yang memelihara anak yatim di surga begitu
dekat, seperti kedekatan jari tengah dan jari telunjuk. Dalam dunia pendidikan
sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk bisa meneladani Rasulullah
SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam
metode pengajarannnya. Metode peraga ini sekarang lebih dikenal dengan
sebutan media pendidikan. Media pendidikan adalah suatu benda yang dapat
dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam
maupun luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses
pembelajaran.
2. Hadis tentang metode cerita dan kisah
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda :
“Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus
sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum,
kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-
julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing
itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi
sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia
beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni,
sahabat bertanya wahai Rasulullah: apakah kita mendapat pahala karena kita
menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah
ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori).
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat
menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi
anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah
ini merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah
dalam menyampaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari
Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
3. Hadis tentang metode tanya jawab
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab :
“Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih
dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim).
Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab
sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari
sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode
pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik
dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara
guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para
guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
4. Hadis tentang metode diskusi
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah
saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai
Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab :
“tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya
itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari).
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang paling
banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah
bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi
sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan tetapi
dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar
segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada permusuhan,
karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah perang
argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan
pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi
sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.
5. Hadis tentang metode ceramah
Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata,
“Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn
Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala diturunkan ayat ini: “Dan
peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat (Q.S. Al-Syu’ara:125), maka
Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah meraka berkumpul,
Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai
Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi
Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Manaf,
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri
kalian dari neraka!, wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku
tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya
hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-
sungguh”. (H.R. Muslim ).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa menyampaikan suatu wahyu, atau mengajak
orang lain untuk mengikuti ajaran yang telah ditentukan, bahkan memberi
peringatan kepada siapapun dapat menggunakan metode ceramah. Seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus dihadapan
orang-orang Quraisy dengan tujuan mengajak orang-orang Quraisy dan lainnya
untuk menyelamatkan diri dari neraka dengan usahanya sendiri, karena Rasulullah
tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap umatnya.
6. Hadis tentang metode eksperimen
Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi dan Abu Kamil al-
Jahdari dan pada satu lafaz, Qutaibah berkata, “Menceritakan kepada kami Abu
Awanat, dari Sima, dari Musa ibn Thalhah, dari ayahnya RA, katanya, “Aku
berjalan bersama-sama Rasulullah SAW, maka di tengah jalan kami bertemu
dengan sekelompok orang yang sedang diatas pohon kurma. Beliau bertanya, “Apa
yang sedang kalian perbuat?” Jawab mereka, “Kami sedang mencangkok pohon
kurma.” Kata Rasulullah SAW, “Menurut dugaanku, pekerjaan itu tidak ada
gunanya.” Lalu mereka hentikan pekerjaan mereka. Tetapi kemudian dikabarkan
orang kepada beliau bahwa pekerjaan mereka itu berhasil baik. Maka Rasulullah
SAW bersabda, “Jika pekerjaan itu ternyata bermanfaat bagi mereka,
teruskanlah! Aku hanya menduga-duga. Maka janganlah di ambil peduli duga-
dugaan itu. Tetapi jika aku berbicara mengenai agama Allah, maka pegang
teguhlah itu, karena aku sekali-kali tidak akan berdusta terhadap Allah.”(H.R
Muslim).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah memutuskan suatu perkara hanya
dengan menduga-duga seperti mencangkok pohon kurma. Namun setelah
dikabarkan orang kepada Beliau bahwa hal tersebut menghasilkan (berhasil baik).
Maka Rasulullah bersabda “jika pekarjaan itu bermanfaat maka teruskanlah, dan
jangan memperdulikan dugaan-dugaan itu”
C. Pengertian Etika
Pembelajaran
– Secara etimologi, istilah etika berasal dari kata latin “Ethicos” yang berarti
kebiasaan.
– Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai
mengenai nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Kata etika pun dapat diartikan dengan adab bahasa arab yaitu aduba, ya’dabu,
adaban, yang mempunyai arti bersopan santun, beradab.
– Etika belajar mengajar adalah bagaimana interaksi seorang guru dan peserta
didik selama proses belajar mengajar.
D. Hadis Tentang Etika
Pembelajaran
1. Ikhlas dalam Belajar Mengajar (Mengharap Ridho Allah SWT)
– “Janganlah kalian mempelajari ilmu untuk menandingi para ulama, dan jangan
untuk mendebat orang-orang bodoh, dan jangan bertujuan untuk bisa
menguasai pertemuan dan majlis-majlis. Barangsiapa yang berbuat seperti itu,
maka neraka baginya, neraka baginya.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah, dan Al
Hakim)
– Seorang penuntut ilmu hendaknya memasang niat yang iklas. Penuntut ilmu
harus memurnikan niatnya dalam menuntut ilmu semata-mata hanya karena
Allah, bukan untuk menyombongkan ilmunya.
2. Sabar dalam Belajar Mengajar, Tidak Boleh Bersikap Keras atau Kasar
– “Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian bersikap keras, karena sesungguhnya
mengajar ilmu lebih baik dari orang yang bersifat keras.” (HR. Al-Harits, Ath-
Tayalisi, dan Al-Baihaqi)
3. Bersikap Adil
– Dari Ali r.a., Ia berkata: “Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap
orang yang hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga
diantara mereka tidak ada yang merasa paling diistimewakan.”(H.R Tirmidzi)
4. Membuat Mudah, Gembira, dan Kompak
– Dari Anas bin Malik r.a.: Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,
“Ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah
membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira
dan janganlah membuat mereka melarikan diri (dari Islam).”
5. Tenang, Sopan, dan Rendah Hati
– Dari Umar Ibnu Khattab r.a. beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan
tenang dan sopan, rendah hatilah kami kepada orang yang belajar kepadanya.”
(H.R Abu Nu’aim)
Kesimpulan

– Metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru yang terdiri
dari berbagai kegiatan yang telah diatur secara sistematis, bertahap, dan
dilandasi berbagai prinsip untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada
berbagai macam metode pembelajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW,
diantaranya yaitu metode peragaan dan demonstrasi, metode cerita dan
kisah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode ceramah, dan metode
eksperimen.
– Sedangkan etika belajar mengajar adalah bagaimana interaksi seorang guru
dan peserta didik selama proses belajar mengajar. Rasulullah SAW
mengajarkan kita berbagai etika pembelajaran, diantaranya adalah ikhlas
dalam belajar mengajar, sabar dalam belajar mengajar (tidak boleh bersikap
keras atau kasar), bersikap adil, membuat mudah, gembira, dan kompak, dan
yang terakhir yaitu tenang, sopan, dan rendah hati.

Anda mungkin juga menyukai