Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI DAN METODE PENGAJARAN

A. Tinjauan Konsep Tentang Strategi dan Metode Pengajaran.


a.) Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar
untuk memilih kegiatan belajar yang digunakan selama proses
pembelajaran.Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan,karakter peserta didik yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu1.Wina
Sanjaya mengatakan bahwa strategi adalah sebuah perencanaan untuk
mencapai sesuatu.Strategi berbeda dengan metode.Kalau strategi menunjuk
pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,sedangkan metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakanstrategi. Dengan kata lain,
strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode
adalah a way in achieving something2.
b.) Metode Pengajaran
Metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam
penyampaian bahan pelajaran kepada murid supaya dapat memahami
pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh peserta didik
dengan baik. Metode mempunyai andil yang besar dalam kegiatan
pembelajaran karena tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila
metode yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran
memiliki relevansi yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Metode yang dapat dipergunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran bermacam-macam sesuai dengan rumusan tujuan.
Keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran sebagian besar dipengaruhi oleh
metode mengajar yang dikembangkan oleh guru sebagai pelaksana
kurikulum. Mengingat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ada tiga
variabel utama yang saling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis.

1
Hamzah B Uno, 2014:3
2
WinaSanjaya, 2006: 127

1
Ketiga variabel tersebut adalah Kurikulum, Guru, metode pengajaran
(instruksional).3
Tidak akan ada perselisihan antara dua orang bahwa keberpalingan
siswa dan kesibukannya dari gurunya, karena sebab apapun, adalah
penghalang baginya untuk memperoleh ilmu dan merupakan sebab yang
akan menghalanginya untuk memahami penjelasan gurunya, dan bahwa
konsentrasi siswa secara total kepada gurunya adalah unsur penting di
dalam menghasilkan ilmu dan memahaminya dengan cara yang benar.
Karena itu, dianjurkan bagi guru untuk menarik perhatian anak didiknya
kepadanya dari waktu ke waktu. Guru dapat menggunakan beberapa metode
dan tak-tik yang beragam untuk menarik perhatian anak didiknya
kepadanya. Terdapat 3 metode:

1. Metode meminta diam, yaitu meminta siswa untuk diam dan menyimak
dengan seksama. Metode ini bersifat langsung, umumnya digunakan
sebelum mulai menyampaikan materi pelajaran dan ketika metode-
metode yang lain yang bersifat tidak langsung tidak memungkinkan.
Hal itu dijelaskan oleh hadits Jarir bin Abdillah al-Bajali. Nabi SAW
berkata kepadanya ketika Haji Wada’:

‫ اَل َتْر ِج ُعْو ا َبْع ِد ي ُك َّفاًرا َيْض ِر ُب َبْعُض ُك ْم رناب َبْع ٍض‬: ‫نتِصِت الَّناَس َفَقاَل‬
“Mintalah agar orang-orang diam! Lalu beliau bersabda, “Janganlah
kalian kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku, sebagian
kalian membunuh sebagian yang lain”.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Yang demikian itu dikarenakan khutbah
tersebut pada Haji Wada’, ketka massa yang berkumpul sangat banyak
sekali dan mereka berkumpul untuk melempar jumrah dan aktifitas haji
yang lainnya. Maka, manakala beliau berkhutbah kepada mereka untuk

3
Nur’aini, Metode Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung,
2021), Cet. Ke-1, h. 1.

2
mengajari mereka, sangat tepat bila beliau memerintahkan agar mereka
diam.
2. Metode panggilan (system langsung), cara ini dipergunakan ketika
memanggil siswa sebelum memulai pelajaran, dan kadang-kadang
dipergunakan di tengah-tengah pelajaran. Metode ini banyak digunakan
oleh guru. Contohnya adalah:
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Nabi SAW naik ke mimbar, dan saat
itu adalah majelis terakhir yang beliau hadiri, beliau mengenakan
selimut yang dililitkan di kedua pundaknya dan kepala beliau tertutup
sorban warna hitam. Beliau memuji Allah dan menyanjungNya,
kemudian bersabda:

‫ َفِإَّن َه َذ ا اْلَحَّي ِم َن اَأْلْنَص اِر‬، ‫ َأَّم ا َبْعُد‬: ‫ َفَثاُبْو ا ِإَلْيِه ُثَّم َقاَل‬. ‫َأُّيَها الَّناُس ِإَلَّي‬
‫ َو َيْك ُثُر الَّناُس َفَم ْن َو ِلي َشْيًئا ِم ْن ُأَّمِة ُم َحَّمٍد ﷺ َفاْس َتَطاَع َأْن‬، ‫َيِقُّلْو َن‬
‫ َو َيَتَج اَو ْز َع ْن ُمِسْي ِءِهْم‬، ‫َيُضَّر ِفْيِه َأَح ًدا َفْلَيْقَبْل ِم ْن ُم ْح ِسِنِهْم‬
“Wahai sekalian manusia, mendekatlah kepadaku.” Mereka pun
berkumpul kepada beliau, Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya
kampung Anshar akan berkurang penduduknya, sementara manusia
akan semakin banyak. Maka barangsiapa yang berkuasa atas sesuatu
dari umat Muhammad SAW lalu didalamnya dia bisa menyakiti
seseoang, hendaklah menerima yang baik dari mereka dan memaafkan
yang berbuat tidak baik dari mereka.”
Di dalam hadits ini kita dapat cermati sabda beliau SAW, “Wahai
sekalian manusia, mendekatlah kepadaku,” yang merupakan panggilan
dari beliau dan perintahnya kepada mereka agar berkumpul dan
menyimak dengan seksama apa yang akan disampaikan kepada
mereka.4

4
Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, Al-Mu’allim al-Awwal (Qudwah Lilulli Mu’allim wa
Mu’allimah), (Jakarta: Dar al-Qasim, t.t.), Cet. Ke-195, h. 85-87.

3
3. Metode memotivasi untuk mendengar dan menyimak dengan seksama
(sistem tidak langsung), metode ini sangat bagus untuk menarik jiwa
dan memotivasinya untuk mendengarkan secara seksama, karena jiwa
manusia pada umumnya enggan dan menjauhi ungkapan-ungkapan
dalam bentuk perintah dan pengharusan. Karena itu, sangat tepat bila
guru menggunakan metode-metode yang bersifat tidak langsung dalam
menarik dan mengundang indra siswa supaya tercapai proses
pengambilan ilmu dengan jiwa yang nyaman. Guru besar SAW telah
memberikan kita contoh paling indah dalam menjelaskan cara ini:
Dari Ubadah bin ash-Samit, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda,

‫ُخ ُذ وا َع ِّني ُخ ُذ وا َع ِّني َقْد َجَعَل ُهَّللا َلُهَّن َس ِبياًل اْلِبْك ُر ِباْلِبْك ِر َج ْلُد ِم اَئٍة َو َنْفُي‬
‫َس َنٍة َو الَّثِّيُب ِبالَّثِّيِب َج ْلُد ِم اَئٍة َو الَّرْج ُم‬

“Ambilah dariku! Ambilah dariku! Allah telah membuatkan mereka


jalan keluar. Perjaka (yang berzina) dengan perawan, (hukumnya
adalah) dera seratus kali dan pengasingan setahun, dan laki-laki yang
sudah pernah menikah (yang berzina) dengan wanita yang sudah pernah
menikah (hukumnya adalah), dera seratus kali dan rajam.”
Dari sabda beliau dapat dicermati, “Ambilah dariku! Ambilah dariku!”
mengandung unsur menarik dan mencuri hati serta menggugah agar
menyimak perkara yang ingin diterangkan dan disampaikan. Juga
didalamnya terdapat pelajaran lain, yaitu pengulangan, dan akan datang
pembahasannya nanti.5

5
Ibid., h. 87-89.

4
B. Tafsir Tematik Al-Qur’an Surah An-Nahl Ayat 125

a.) Ayat dan Terjemah

‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي‬
‫َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang


baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl
ayat 125).

b.) Mufradat

Ayat/Mufradat Terjemah

‫ِباْلِح ْك َم ِة‬ Perkataan yang kuat disertai dengan


dalil yang menjelaskan kebenaran
dan menghilangkan
kesalahpahaman
‫َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة‬ Dalil-dalil yang bersifat zanni
(lawan dari qat’i), yang dapat
memberi kepuasan kepada orang
awam
‫َو َج اِد ْلُهْم‬ Percakapan dan perdebatan untuk
memuaskan penentang6

c.) Asbab-Nuzul
Para mufasir berbeda pendapat seputar asbab al-nuzul (latar belakang
turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah
Rasulullah SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam
Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi

6
Ridhoul Wahidi, Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi: Tafsir Kontekstualisasi Ayat-Ayat Pendidikan,
(Daerah Istimewa Yogyakarta: Trussmedia Grafika, 2016), Cet. Ke-1, h. 39.

5
menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan
pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat
yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.7
Abu Manshur Muhammad bin Muhammad al-Manshuri memberitahu
kami. ia berkata, Ali bin Umar al-Hafizh memberitahu kami, ia berkata,
Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz memberitahu kami, ia berkata. al-
Hakam bin Musa memberitahu kami, ia berkata, lsmail bin Ayyas
memberitahu kami, dari Abdul Malik bin Abi Ghaniyah, dari al-Hakam bin
Utaibah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ketika orang-orang
musyrik kembali pergi meninggalkan medan perang Uhud, Rasulullah saw
pun kernbali pergi. sedang beliau melihat pemandangan yang menyedihkan
dan menyayat hati. Beliau rnelihat tubuh Hamzah yang perutnya sobek,
hidungnya dipancung. kupingnva di potong. beliau bersabda. "Kalau saja
tidak akan menyedihkan para wanita. tentu aku tinggalkan (biarkan) dia.
sehingga Allah membangkitkanya dari perut binatang buas dan burung, dan
sungguh aku akan membunuh di tempatnya tujuh puluh orang dari mereka."
Kernudian beliau meminta diambilkan burdah. lalu beliau menutupi
wajahnya dengan burdah itu. dan pada kakinya yang terlihat ke luar. beliau
meletakkan sesuatu dari pusaka suci padanya. Kemudian beliau
mengedepankannya dan bertakbir sepuluh kali. Kemudian di datangkan
seseorang. dan Hamzah diletakkan di tempatnya, hingga dishalati tujuh
puluh kali. Para syuhada yang terbunuh saat itu sebanyak tujuh puluh orang.
Setelah mereka selesai dimakamkan, turun ayat: "Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih nrengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan

7
“Teks Asbab Al-Nuzul dan Analisis Tafsir QS.An-Nahl Ayat 125”, Artikel diakses pada 11
November 2023 dari http://repository.uinbanten.ac.id/3199/5/BAB%20III.pdf

6
jika kamu memberikan balasan. maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu
bersabar. sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Bersabarlah (hai Muhamrnad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan
dengan pertolongan Allah." (QS. An-Nahl: l25-127). Maka beliau bersabar
dan tidak membalas dengan hal serupa terhadap seorang pun.8

d.) Hadits Yang Terkait


Dalam ayat sebelumnya, Allah SWT. menerangkan tentang Nabi
Ibrahim a.s sebagai pemimpin yanhg memiliki sifat-sifat mulia, penganut
agama tauhid dan penegak ketauhidan. Setelah Allah memerintahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim, lalu
Allah menerangkan suatu hal yang harus diikuti oleh Nabi Muhammad
SAW, yaitu menyeru manusia kepada Allah dengan tiga cara tersebut:
hikmah, mauidhah hasanah, dan mujadalah dengan cara yang terbaik.
Seruan kepada agama dan syari’at Allah itu harus dilakukan dengan lemah
lembut. Ayat ini (surat An-Nahl ayat 125) juga menjadi sebagai penjelas
bagi ayat sebelumya, yaitu supaya mengikuti seruan Nabi Ibrahim.9 Yang
dimaksud mengikuti seruan Nabi Ibrahim adalah menetapi agama Islam,
karena agama Islam didasarkan pada ajaran-ajaran yang lurus sebagaimana
ajaran Nabi Ibrahim Lalu Allah memerintahkan untuk selalu berbuat adil
dan sabar terhadap
segala beban dan musibah. Sabar merupakan kunci keberhasilan10 Allah
memerintahkan untuk berbuat adil, tepat dalam memberi hukuman atau
siksaan, seimbang dalam memenuhi hak dan kewajiban, karena terkadang
seruan itu juga bisa menimbulkan kebencian bagi orang lain, memunculkan

8
Al-Wahidi an-Nisaburi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat al-Qur’an,
(Surabaya: Amelia Surabaya, 2014), Cet. Ke-1, h. 445-446.
9
Muhammad At-Thahrir ibn Asyur, Tafsir At-Thahriri Wat Tanwir, (Libanon: Dar AlKutub
Al-Ilmiah, 1990), cet. I, juzz XII, h. 325
10

7
pertikaian dan peperangan, maka Allah berfirman dalam ayat berikutnya11
(surat An-Nahl ayat 126)

‫َو ِاْن َعاَقْبُتْم َفَع اِقُبْو ا ِبِم ْثِل َم ا ُع ْو ِقْبُتْم ِبٖۗه َو َلِٕىْن َص َبْر ُتْم َلُهَو َخْيٌر ِّللّٰص ِبِر ْيَن‬
Artinya:
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan
yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang
lebih baik bagi orang yang sabar. (Q.S. An-Nahl/16:126)

Maksudnya adalah kaum muslimin disuruh memberi sangsi atau hukuman


kepada orang-orang yang berbuat salah sesuai dengan kadar kesalahannya tanpa
menambahi atau mengurangi. Memberi sangsi yang lebih dari nilai kesalahan adalah
perbuatan dzholim yang tidak disukai oleh Allah SWT. Dalam ayat ini (surat An-Nahl
ayat 126) Allah SWT. menegaskan kepada kaum muslimin yang akan mewarisi
perjuangan Nabi Muhammad SAW. dalam menyebarkan agama Islam, tentang sikap
yang harus menjadi pegangan mereka jika mereka menghadapi permusuhan. Pedoman
yang diberikan oleh Allah pada ayat yang lalu adalah pedoman dalam menyeru dengan
lisan. Seruan berjalan dalam tenang dan damai. Tetapi jika seruan itu mendapat
tantangan yang keras, misalnya berupa siksaan atau pembunuhan, maka Islam
menetapkan sikap tegas untuk menghadapi keadaan seperti itu.

e.) Tafsir Ayat

Menurut M. Quraish Shihab, sementara ulama memahami bahwa ayat


ini menjelaskan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan
sasaran dakwah. Terhadap cendikiawan yang memiliki intelektual tinggi
diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog
dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap
kaum awam diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah, yakni
memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan

11
Wahbah al-Zuhaily, Tafsir Munir, (Libanon: Dar al-Fikr, 1994), juz. XIII, h. 269

8
taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap Ahl alkitab dan
penganut agama-agama lain yang di perintahkan menggunakan jidal ahsan/
perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika yang
halus, lepas dari kekerasan dan umpatan12

f.) Relasi Ayat Dengan Topik Pembahasannya

Dari beberapa penafsiran di atas tentang surat An-Nahl ayat 125, ayat
ini merupakan ayat dakwah yang merupakan seruan yang dilakukan oleh
Rasulullah kepada umat manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk
Islam maupun mereka yang belum masuk Islam (musyrikin). Setelah
Rasulullah menyaksikan sendiri bahwa pamannya, Hamzah, meninggal
dunia dalam perang Uhud dengan tubuh yang tercabik-cabik, maka sebagai
manusia biasa tentunya Rasulullah merasa geram kepada kaum musyrikin
sebagai ganti nyawa pamannya. Dalam situasi hati beliau yang sedih dan
geram inilah maka turunlah sebuah ayat (surat An-Nahl ayat 126) yang
antara lain tujuannya adalah untuk meredam gelora hati beliau agar tidak
dikuasai rasa dendam13
Pada zaman Rasulullah, satu-satunya media untuk menyeru kejalan
Allah adalah melalui kegiatan dakwah. Dakwah merupakan kegiatan sentral
yang dilakukan Rasulullah setiap hari sebagai upaya untuk mengajak kaum
musyrikin agar mau mengikuti beliau memeluk agama Islam. Dakwah juga
diperuntukkan bagi mereka yang telah memeluk agama Islam dengan tujuan
agar lebih memantapkan keislamannya. Ketika itu belum dikenal istilah
pendidikan, karena pendidikan baru muncul pada saat ini, yaitu belasan
abad setelah meninggalnya beliau. Yang ada saat itu hanyalah dakwah

12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, Cet. IV, Jilid.
6 (Jakarta: Lentera Hati, 2011), 774.
13
Zain Fannani, Tafsir Surah An-Nahl Ayat 125 (Kajian Tentang Metode Pembelajaran),
(Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam), Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014, h. 45-46.

9
beliau. Dan apapun bentuk dan aktifitasnya asalkan di dalamnya terdapat
unsur penyebaran ajaran agama Islam maka itu disebut dakwah.14
Dengan pemaparan di atas, maka ayat tersebut (surat An-Nahl ayat 125)
yang semula merupakan ayat dakwah sekarang bisa dijadikan ayat tentang
pendidikan, sesuai dengan kondisi dan situasi saat ini. tentu banyak sekali
ayat atau hadist yang pada saat ini bisa dikatakan sebagai ayat atau hadist
tentang pendidikan. Salah satu contohnya adalah dialog yang dilakukan
oleh Rasulullah dan malaikat Jibril, dimana malaikat Jibril bertanya tentang
Iman, Islam dan Ihsan dan sekaligus memberikan jawaban dari
pertanyaanpertanyaan tersebut. Jelaslah bahwa ini merupakan hadist tentang
pembelajaran, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur pendidikan.
Ayat ini merupakan ayat tentang pendidikan keislaman, yaitu
ketauhidan. Hal ini bisa dilihat dari kata sabili rabbika. Arti kata rabb di sini
adalah Allah yang Maha Esa. Sementara kata sabili bermakna jalan atau
agama. Jadi dengan demikian Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk
memberikan pendidikan kepada umat manusia agar mau memeluk agama
Islam dan mengikuti jalan-Nya, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Di dalam ayat ini penulis juga menyimpulkan ada 3 macam metode
pendidikan yang terkandung di dalamnya. Karena seperti yang telah penulis
katakan di bab sebelumnya, pembelajaran (proses pendidikan) tidak akan
berjalan dengan sempurna tanpa adanya metode. 3 macam metode tersebut
adalah: Hikmah, mau’idhzah Hasanah, dan jidal atau debat.15

C. Tafsir Tematik Al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 159


a.) Ayat dan Terjemah

14
Zain Fannani, Tafsir Surah An-Nahl Ayat 125, h. 46.
15
Zain Fannani, Tafsir Surah An-Nahl Ayat 125, h. 47.

10
‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِّم َن ِهّٰللا ِلْنَت َلُهْۚم َو َلْو ُكْنَت َفًّظا َغ ِلْيَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض ْو ا ِم ْن َح ْو ِلَۖك‬
‫َفاْعُف َع ْنُهْم َو اْسَتْغ ِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ُهْم ِفى اَاْلْم ِۚر َفِاَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِۗهّٰللا‬
‫ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم َتَو ِّك ِلْيَن‬

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu,
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting).
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS.
Ali Imran ayat 159).

b.) Mufradat

Ayat Terjemah

‫ِلْنَت َلُهْۚم‬ Kamu bergaul bersama mereka


dengan sikap lemah lembut dan
kasih sayang.
‫َفًّظا‬ Bersikap kasar dalam bergaul dan
berakhlak buruk.
‫اْنَفُّض ْو ا‬ Mereka akan bubar, pergi
meninggalkanmu dan dakwahmu.
‫َفاْعُف َع ْنُهْم‬ Maka maafkanlah mereka, jika
mereka bersalah atau berlaku buruk.
‫َو َش اِو ْر ُهْم ِفى اَاْلْم ِر‬ Mintalah saran dan pendapat mereka
pada setiap urusan yang penting,
seperti masalahmasalah yang terkait
dengan peperangan dan
perdamaian.16

c.) Asbab-Nuzul

16
Abu Bakar Jabir Al-Jaziri, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, (Jakarta: Darus Sunnah, 2012), Cet.
Ke-4, h. 240-241.

11
Asbabun nuzul terdiri dari dua kata: asbab (jamak dari sabab) berarti
sebab atau latar belakang dan nuzul yang berarti turun. Dari para ulama,
kita menemukan beberapa definisi asbabun nuzul tetapi maknanya senada.
Diantaranya ialah pendapat Subhi Shalih, asbabun nuzul itu sangat
bertautan dengan sesuatu yang menjadi sebab turunnya sebuah ayat atau
beberapa ayat, atau suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat
sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang diturunkan pada waktu
terjadinya suatu peristiwa.
Sedangkan menurut Hasby Ash-Shiddiqi asbabun nuzul ialah kejadian yang
karenanya diturunkan Al-Qur‟an untuk menerangkan hukumnya pada hari
timbulnya kejadian itu, dan suasana yang didalam suasana itu al-Qur‟an di
turunkan serta membicarakan sebab tersebut, baik dibicarakan secara
langsung sesudah terjadi sebab itu atau kemudian lantaran suatu hikmah.
Dari dua pengertian diatas, dapat ditarik dua kategori tentang turunnya
suatu ayat. Pertama, suatu ayat yang turun karena adanya suatu peristiwa.
Kedua, ayat yang turun karena adanya suatu pertanyaan kepada Rasulullah,
dan ayat ini turun sebagai jawaban serta keterangan hukum atas pertanyaan
tersebut.
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 159 ini, tidak ditemukan asababun nuzul,
akan tetapi secara umum surat ini tertuju pada Rasulullah, yang pada waktu
itu terjadi suatu persoalan antara diri beliau dan kaumnya.17

d.) Hadits Yang Terkait

17
“Nilai-Nilai Demokrasi Dalam QS. Ali Imran Ayat 159”, Artikel diakses pada 11 November
2023 dari https://eprints.walisongo.ac.id/6605/4/BAB%20III.pdf

12
1. Nabi Muhammad saw bersabda: “Aku dididik oleh tuhan-Ku, maka
sungguh baik hasil pendidikan-Nya” (HR. Asyhari).
2. Dari Abi Burdah ia berkata: Nabi Muhammad mengutus kakekku Abu
Musa dan Mu’adz ke Yaman lalu bersabda: permudahlah dan jangan
mempersulit, gembirakanlah dan jangan menjauhkan (membuat orang
lari) dan berlemah lembutlah.” (HR. Bukhari muslim).
3. Al-Qur’an Surat al-Fath ayat 29:

‫ُمَحَّم ٌد َّر ُسْو ُل ِۗهّٰللا َو اَّلِذ ْيَن َم َع ٓٗه َاِش َّد ۤا ُء َع َلى اْلُك َّفاِر ُر َح َم ۤا ُء َبْيَنُهْم َتٰر ىُهْم‬
‫ۖا‬
‫ُر َّك ًعا ُسَّجًدا َّيْبَتُغ ْو َن َفْض اًل ِّم َن ِهّٰللا َو ِرْض َو اًن ِس ْيَم اُهْم ِفْي ُوُجْو ِهِهْم ِّم ْن َاَثِر‬
‫الُّسُجْو ِۗد ٰذ ِلَك َم َثُلُهْم ِفى الَّتْو ٰر ىِۖة َو َم َثُلُهْم ِفى اِاْل ْنِج ْيِۚل َكَز ْر ٍع َاْخ َر َج َش ْطَٔـٗه‬
‫َفٰا َز َرٗه َفاْسَتْغَلَظ َفاْس َتٰو ى َع ٰل ى ُسْو ِقٖه ُيْع ِج ُب الُّز َّر اَع ِلَيِغ ْيَظ ِبِهُم اْلُك َّفاَۗر َو َعَد‬
‫\ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت ِم ْنُهْم َّم ْغ ِفَر ًة َّو َاْج ًرا َع ِظ ْيًم ا‬
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (QS. Al-Fath ayat 29).18

e.) Tafsir Ayat

18
A. Fatoni, Tafsir Tarbawi: Menyingkap Tabir Ayat-ayat Pendidikan, (Nusa Tenggara Barat:
Forum Pemuda Aswaja, 2020), Cet. Ke-1, h. 135-136.

13
Tafsir Surat Ali Imran Ayat 159 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu
Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al
Munir. Harapannya, agar terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah
tetapi tetap ringkas.

1. Lemah Lembut Rahmat Allah

Poin pertama dari Surat Ali Imran ayat 159 ini adalah karakter lemah lembut
Rasulullah adalah karena rahmat Allah. Rasulullah memiliki sifat lemah
lembut. Ayat ini menyatakan, sifat lemah lembut itu disebabkan karena
rahmat Allah SWT. “Yakni sikapmu yang lemah lembut terhadap mereka,
tiada lain hal itu dijadikan Allah buatmu sebagai rahmat untukmu dan untuk
mereka,” demikian Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya. Sayyid Qutb
menjelaskan, manusia selalu membutuhkan naungan yang penuh kasih
sayang, wajah yang teduh dan ramah, cinta dan kasih sayang, serta jiwa
penyantun dan penuh kelembutan. Itu semua ada pada diri Rasulullah karena
rahmat dari Allah.Penjelasan Sayyid Qutb itu mengisyaratkan, sikap lemah
lembut harus dimiliki oleh setiap mukmin, terlebih lagi jika ia seorang
pemimpin. Dalam Tafsir Al Munir, Syaikh Wahbah Az Zuhaili mengutip
hadits, namun yang benar adalah atsar dari Umar bin Khattab19:

“Tidak ada sikap lembut yang lebih dicintai Allah dari sikap lembut dan
murah hati seorang pemimpin. Dan tidak ada sikap kasar lagi angkuh yang
lebih dibenci Allah dari sikap kasar dan arogansi seorang pemimpin”

2. Sikap Kasar Menjauhkan

Poin kedua dari Surat Ali Imran ayat 159 ini menjelaskan akibat bersikap
keras lagi kasar. “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah merek menjauhkan diri dari sekelilingmu”

Kata fadhdhan (‫ )فظا‬berasal dari kata al fadhdh (‫ )الفظ‬yang artinya adalah


keras. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maknanya adalah keras dan kasar
dalam berbicara.

19
https://bersamadakwah.net/surat-ali-imran-ayat-159/ 17/032023 02:01 wib

14
Ibnu Katsir menjelaskan maknanya. “Sekiranya kamu kasar dalam
berbicara dan berkeras hati dalam menghadapi mereka, niscaya mereka
bubar dan meninggalkanmu. Akan tetapi Allah menghimpun mereka di
sekelilingmu dan membuat hatimu lemah lembut terhadap mereka sehingga
mereka menyukaimu”. Kata-kata kasar dan keras hati adalah sikap yang
secara fitrah dibenci oleh manusia. Jika ada pemimpin yang kata-katanya
kasar dan hatinya keras, manusia akan menjauhinya. Kalaupun ada yang
mendekat, mereka mendekat bukan karena cinta tapi karena takut dan
terpaksa.

Sedangkan Rasulullah adalah pemimpin yang agung. “Beliau tidak pernah


marah karena persoalan pribadi,” terang Sayyid Qutb, “tak pernah sempit
dadanya menghadapi kelemahan mereka selaku manusia dan tak pernah
mengumpulkan kekayaan untuk dirinya sendiri bahkan memberikans segala
yang beliau punya. Kesantuan, kesabaran, kebajikan, kelemahlembutan dan
cinta kasih sayangnya yang mulia senantiasa meliputi mereka.”20.

3. Seni Memaafkan Dan Sikap Demokrasi

Poin ketiga dari Surat Ali Imran ayat 159 ini perintah untuk memaafkan
dan memohonkan ampun serta bermusyawarah. “Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu”

Meskipun sebagian kaum muslimin berbuat salah, Allah memerintah


Rasulullah untuk memaafkan mereka dan memohonkan ampunan kepada
Allah. Allah juga memerintahkan untuk mengajak mereka bermusyawarah.
“Islam menerapkan prinsip musyawarah dalam sistem pemerintahan.
Sehingga Rasulullah sendiri melakukannya,” tegas Sayyid Qutb

20
https://bersamadakwah.net/surat-ali-imran-ayat-159/ 17/032023 02:09 wib

15
dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. Rasulullah selalu bermusyawarah dengan
mereka. Saat Perang Badar, Rasulullah bermusyawarah meminta pendapat
para sahabat tatkala yang akan mereka hadapi adalah tentara kafir Quraisy
bukan lagi kafilah dagang Abu Sufyan. Lalu para sahabat pun menyatakan
kesiapannya untuk berperang bersama Rasulullah.21

Saat Perang Uhud, Rasulullah juga mengajak para sahabat


bermusyawarah apakah menghadapi musuh dengan menyambutnya di luar
Madinah atau bertahan di Madinah. Ketika perang Ahzab juga Rasulullah
mengajak musyawarah terkait strategi pertahanan. Ketika perjanjian
Hudaibiyah juga musyawarah.

Begitu banyak contoh musyawarah Rasulullah dan sahabat dalam


sejarah. Sehingga dalam istilah modern, Rasulullah sangat demokratis. Tidak
otoriter dalam memutuskan sesuatu. Beliau mengajak para sahabat
musyawarah kecuali dalam hal yang telah ditetapkan wahyu dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pentingnya musyawarah atau syuro, Buya Hamka ketika


menafsirkan Surat Ali Imran ayat 159 ini membuat sub judul “syuro sebagai
sendi masyarakat Islam.” Panjang lebar beliau menjelaskan contoh-contoh
musyawarah di masa Rasulullah.

“Pertumbuhan syura islami itu hampir sama jugalah dengan


pertumbuhan demokrasi pada kota-kota Yunani purbakala. Demokrasi sudah
ada sejak semula. Tiap kota memiliki demokrasi sendiri dan semua orang
berhak menghadiri pertemuan serta mengeluarkan pendapat. Kemudian
demokrasi itu pun boleh berkembang menurut perkembangan zaman dan
tempat, ruang dan waktu,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al- Azhar.

21
https://bersamadakwah.net/surat-ali-imran-ayat-159/ 17/032023 02:10 wib

16
f.) Relasi Ayat Dengan Topik Pembahasannya
Relevansi QS. Ali ‘Imran dengan pendidikan khususnya bagi seorang
pendidik yang mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik,
membimbing, membina, mengarahkan peserta didinya sesuai dengan fitah
yang telah diberikan Allah kepada mereka. Tanggung jawab ini harus di
emban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan dari
pendidikan yaitu membentuk Insan kamil, menjadi hamba Allah yang selalu
taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, dan menjadi manusia yang mempunyai
wawasan keilmua yang tinggi sehingga bisa menjadi orang yang bahagia
dunia dan akhirat.
Di antara hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika
melaksankankan kegiatan pembelajaran, adalah harus bersikap lemah
lembut, menyenagkan untuk anak didiknya, tidak membosankan, menjadi
tempat untuk berlindung dan tempat untuk memecahkan masalah. Jangan
sampai menjadi seorang pendidik yang tempra mental, cepat marah, kasar,
keras hati, tidak mempedulikan peserta didiknya. Sikap – sikap itu akan
membuat peserta didik jauh dan menjauhi sang pendidik dan tujun dari
pendidikan kemungkinan besar akan susah untuk dicapai.22
Kemudian ketika kita menemukan kesalahan dari peserta didik,
kekurang mampuan dalam, menyerap pelajaran, bandel dan sebainya.
Jangan lantas kita membeci mereka, memperlakukan mereka dengan kasar
dan keras, menghukum mereka secara berlebihan atau bahkan mengatakan
mereka dengan perkataan yang kotor. Karena hal itu tidak akan
menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan meimbulkan banyak
masalah bagi pendidik itu sendiri lebih-lebih bagi peserta didik yang masih
dalam tahap pembelajaran. Maafkanlah semua kesalahan mereka seraya
menesehati mereka dengan lemah lembut, bukan berarti lemah lembut itu

22
Ibid., h. 136-138

17
tidak tegas, tetapi lemah lembut dalam menasuhatinya denagan tutur kata
yang baik dan tidak menyudutkan mereka, karena mereka adalah tanggung
jawab pendidik dan seorang pendidik haru intropeksi diri.
Setelah berusahan dengan keras melakukan pendidikan dengan
memberikan arahan, bimbingan, wawasan pengetahuan kepada peserta
didik, Sebagai seorang muslim, kita harus selalu menyerahkan segala
urusan kepada Allah. Keinginan, cita-cita, harapan, semuanya dikembalikan
kepada Allah. Tentu saja setelah usaha maksimal (tentu yang dibenarkan
syara`), bermusyawah, berkonsultasi kepada para ahli, dan berdoa dengan
sungguh-sungguh. Ketakwaan seseorang kepada Allah, adalah bukti
kebenaran keimanan seorang hamba karena hanya kepada Allah dan
bersandar. Karena Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.23

23
Ibid., h. 136-138

18

Anda mungkin juga menyukai