Anda di halaman 1dari 20

HADIS-HADIS TENTANG METODE PEMBELAJARAN, MACAM-

MACAM, TUJUAN DAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu dan hadits tarbawi

Dosen Pengampu:
Prof. Hj. Nina Nurmila, MA., Ph.D.

Oleh:
Eva Karlina Dwi Astuti
NIM. 2190040013

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat
serta telah membukakan akal pikiran kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar. Sholawat serta salam tak lupa
penulis ucapkan kepada junjunan kami yakni Nabi Muhamad SAW yang telah
membawa kita semua dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang. Tak lupa terima kasih kepada Prof. Hj. Nina Nurmila, MA., Ph.D.
yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga penulis dapat memperluas
wawasan dalam mengkaji teori metode pendidikan yang disertai hadits-hadits
yang menerangkannya.
Makalah ini berisi pekerjaan mahasiswa diluar perkuliahan sebagai salah satu
tugas mata kuliah yang dipresentasikan di depan kelas sesuai dengan tema
masing-masing. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi kepada kita semua
agar bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dengan penuh
tanggungjawab.
Melalui makalah ini diharapkan kita bisa meniru semangat mereka dalam
memanage waktu antara kuliah dan kegiatan diluar perkuliahan, terutama
mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Bandung, 21 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
HADIST-HADIST TENTANG METODE PEMBELAJARAN, MACAM-
MACAM, TUJUAN DAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN.............3
A. Redaksi Hadits Tentang Metode Pembelajaran.............................................3
B. Proses Periwayatan dan Kualitas Hadits.......................................................5
C. Istinbath/Isi Kandungan Hadits...................................................................12
D. Aplikasi Hadis dalam Teori/Praktek Pendidikan........................................14
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
Simpulan.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

ii
DAFTAR TABEL

2.1 Urutan sanad dan periwayat hadits Imam Abu Daud No.495…………….…..7
2.2 Urutan sanad dan periwayatan hadits Imam Al-Turmudzi………………. .....7
2.3 Kualitas Periwayatan dan Persambungan Sanad HR. Imam Al-Turmudzi….....8

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Jalur Sanad Hadits Takhrij Abu Daud dan al-Turmudzi…………......6

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan dalam pendidikan dalam mencapai tujuan pembelajaran
ditentukan oleh pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Khususnya,
kemampuan guru dalam metode pembelajaran yang digunakan ketika mengajar di
kelas. Guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan pandai memilih
satu metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang hendak diajarkan kepada
murid.
Saat ini sering terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran. Hal ini
karena keterbatasan seorang pendidik dalam penyampaian materi pelajaran
kepada peserta didik. Tidak semua guru pandai menguasai metode mengajar
dengan baik, sehingga perlu adanya pendidikan mengajar bagi mereka.
Pendidikan mengajar tersebut dapat ditemukan diperguruan tinggi yang khusus
mencetak profesi guru sehingga ia menjadi seorang pendidik yang profesional.
Sebelum menerapkan suatu metode dalam proses pembelajaran, maka
alangkah baiknya mengetahui teori dari metode pembelajaran tersebut disertai
dengan hadits sehingga kita mengetahui pengertian dan penjelasan hukum yang
memaknainya. Maka dengan ini dirasa sangatlah penting untuk menuliskan
makalah yang berkaitan dengan metode pembelajaran disertai hadits-hadits yang
menerangkannya. Dengan demikian, makalah ini diberi judul “Hadis-hadis
Tentang Metode Pembelajaran, Macam-Macam, Tujuan dan Penerapan Metode
Pembelajaran”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa redaksi hadits tentang metode pembelajaran?
2. Bagaimana proses periwayatan dan kualitas hadits tentang metode
pembelajaran?
3. Bagaimana istinbath dan aplikasi hadits metode pembelajaran, macam-
macam, tujuan dan penerapan metode pembelajaran serta terjemahnya?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui redaksi hadits tentang metode pembelajaran.
2. Untuk mengetahui proses periwayatan dan kualitas hadits tentang metode
pembelajaran.
3. Untuk mengetahui istinbath dan aplikasi hadits metode pembelajaran,
macam-macam, tujuan dan penerapan metode pembelajaran serta
terjemahnya

2
BAB II
HADIST-HADIST TENTANG METODE PEMBELAJARAN, MACAM-
MACAM, TUJUAN DAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

A. Redaksi Hadits Tentang Metode Pembelajaran


1. Hadits Tentang Metode Reward dan Punishment
a. Metode Reward
‫عن عبد الله بن الحارث قال كضان رسسسول اللسسه صسسلى اللسسه عليسسه‬
‫وسلم يصف عبد الله وعبيد الله وكثيرا من بنى العبسساس ثسسم يقسسول‬
‫من سبق الي فله كذا وكذا قال فيسبقون اليه فيقعون على ظهره‬
(‫وصدره فيقبلهم ويلزمهم )رواه أحمد‬
Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bi Haris, ia berkata bahwa
Rasulullah Saw. membuat barisan dengan Abdullah, Ubaidillah, dan
banyak lagi dari keluarga pamannya yaitu Abbas Ra., kemudian Nabi
bersabda: “Siapa yang lebih dulu kepadaku, ia akan mendapatkan
demikian dan demikian.” Mereka pun berlomba-lomba untuk sampai pada
punggung dan dada Nabi. Lantas, Nabi mencium dan menepati janjinya
kepada mereka.” (HR. Ahmad)1.

b. Metode Punishment

‫ن‬ ‫د‬ ‫مل نسس ة‬ ‫جرر ا ن ج‬ ‫حد دث نننا ن‬


‫ة بسسن عبسسد العزيسسز بسسن الرعب عي جسسعع ب جسس ع‬ ‫حجر ن‬‫خب ننرننا ن‬ ‫ح ج‬
‫على بن ح‬ ‫ن‬
‫مهع عبد الملك بن الربيع بن سبرة عن ابيه عن‬ ‫ن عن م‬ ‫ي عن ج‬ ‫جهجن ع ي‬‫سب جنرة ن ال ح‬ ‫ن‬
‫ي‬
‫صسسب ع د‬ ‫واال د‬ ‫م ج‬ ‫م‬
‫ ع نل ح‬:‫ قال رسول الله صسسلى اللسسه عليسسه وسسسلم‬،‫جده قال‬
‫شر‬ ‫ضرعب حوجه ح ع نل ني جنها ا عب ج ن‬
‫ن عن ج‬ ‫ن( نوا ج‬ ‫سن عي ج ن‬
‫سب جعع ) ع‬‫ن ن‬ ‫صنلة ن اب ج ن‬‫نال د‬
Artinya: Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Harmalah bin Abdul
Aziz bin Rabi’ bin Sabrah al-Juhni mengabarkan kepada kami, dari
pamannya: Abdul Malik bin Rabi’ bin Sabrah dari Ayahnya, dari
Kakeknya, Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ajarkanlah anakmu
shalat ketika telah berusia tujuh tahun dan pukullah dia pada saat berusia
sepuluh tahun (apabila meninggalkannya). (HR. Al-Turmudzi)2
‫ ثنااسسسماعيل عسسن‬- ‫ ي نجعنسسي اليشسسكري‬- ‫هشسسام‬ ‫حسسد دث نننا ح‬
‫مؤُمل بسسن ن‬ ‫ن‬
‫جد دهع‬
‫ن ن‬ ‫ن‬
‫ن اب عي جهع ع ن ج‬
‫ب عن ج‬ ‫ن ح‬
‫شعني ج ع‬ ‫محروب ج ح‬
‫ن عح ن‬
‫ ع ن ج‬،‫سوارابي حمرة المصيرفي‬
1
Hasbiyallah dan Sulhan. hlm. 24.
2
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Tsaurah, Sunan Al-Turmudzi (Beirut: Darul Fikr, 1988), jil. 2 hlm.
259.

3
‫م‬ ‫مسسحرجوا ا نوج ن‬
‫ل د نك حسس ج‬ ‫ ح‬:‫م‬ ‫سسسل د ن‬
‫ه ع نل نيسسهع ون ن‬ ‫صسسدلى اللسس ح‬ ‫ل اللسسهع ن‬ ‫سسسوج ح‬ ‫ل نر ح‬‫ نقا ن‬: ‫ل‬
‫نقا ن‬
‫ي‬
‫م فعسس ج‬ ‫شسسنر ونفندرقحسس ج‬
‫وا ب ني جن نهحسس ج‬ ‫ن‬
‫م اب جن نسسانء ع ن ن‬ ‫ضسسرعب حهح ج‬
‫ن نوا ج‬‫سن عي ج ن‬ ‫ن‬
‫م اب جنناحء ع‬ ‫صلةع ونهح ج‬‫عبال د‬
(‫جعع )رواه ابو داود‬ ‫ضا ع‬
‫م ن‬‫ال ج ن‬
Artinya: Mu’mal bin Hisyam yakni al-Yaskuri menceritaka kepada kami,
Ismail menceritakan kepada kami, dari Sawwar Abi Hamzah as-Sairofi,
dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, dia berkata,
Rasulullah Saw. bersabda: “Perintahkanlah anakmu untuk melakukan
shalat pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada
saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat, dan
pisahkanlah mereka hal tempat tidur” (HR. Abu Dawud)3.
2. Hadits Tentang Metode Tanya Jawab
‫ه ع نل نجيسسهع‬‫صدلى الل ح‬ ‫ل اللهع ن‬ ‫سوج ح‬
‫ل نر ح‬ ‫ نقا ن‬: ‫ل‬ ‫ه نقا ن‬‫ه ع نن ج ح‬
‫ي الل ح‬ ‫ض ن‬ ‫ي نر ع‬ ‫ن ع نل ع ي‬ ‫ن ا عب ج ح‬
‫عن ج‬
‫جحر فعي جسسهع‬ ‫ه ي حسسؤُ ن د‬ ‫سئ نل ح ج‬
‫وا فنسسا عن د ح‬ ‫ل نالَ نفا ج‬ ‫ؤُا ح‬ ‫س د‬
‫حنها ال ح‬ ‫مفَعتا ح‬ ‫ن ون ن‬ ‫خنزئ ع ح‬ ‫م ن‬ ‫ ا نل جععل ج ح‬: ‫م‬‫سل د ن‬ ‫ون ن‬
(‫م‬ ‫وا ن حعني ج ع‬‫م )نرنواه ح ا نب ح ج‬ ‫ب ل نهح ج‬‫ح ي‬ ‫معح نوال ج ح‬
‫م ع‬ ‫ست ن ع‬ ‫م نوال ج ح‬
‫م ج‬ ‫ل نوال جنعال ع ح‬‫سائ ع ح‬ ‫ نال د‬: ‫ة‬ ‫ا نجرب نعن ة‬
Artinya: Dari Ibnu Ali Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Ilmu
itu laksana lemari (yang tertutup rapat), dan sebagai anak kunci
pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian,
karena sesungguhnya dalam tanya jawab akan diberi pahala empat
macam, yaitu penanya, orang yang berilmu, pendengar, dan orang yang
mencintai mereka” (HR. Abu Mu’aim)4.
‫ه ع نل ني جسسهع‬
‫صسسدلى اللسس ح‬ ‫سسسوج ح‬
‫ل اللسسهع ن‬ ‫ قنسسا ن‬: ‫ل‬
‫ل نر ح‬ ‫ه نقا ن‬
‫ه ع نن ح ح‬
‫ي الل ح‬‫ض ن‬‫جاب عرر نر ع‬ ‫ن ن‬ ‫عن ج‬
(‫سنئوال )رواه ابو داود و الترمذي‬ ‫ي ال ي‬‫فَاحء ال جعع د‬
‫ش ن‬ ‫ما ع‬ ‫سل د ن‬
‫ أ عن د ن‬: ‫م‬ ‫ون ن‬
Artinya: Dari Jabir Ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya obat kebodohan itu tak lain adalah bertanya” (HR. Abu
Daud)5.
3. Hadits Tentang Metode Dialog Interaktif Antara Pendidik dan Peserta
Didik
‫عن ابي هريرة رضي الله أن رسول اللسسه صسسلى اللسسه عليسسه وسسسلم‬
‫أرأيتم لو أن نهرا بباب أحد كم يغتسل منه كسسل يسسوم خمسسس مسسرات‬

3
Abu Daud Sulaiman bin Asy’ad al-Sijistani, Sunan Abu Daud (Beirut: Darul Fikr, 1990),
jil.1 hlm. 119.
4
Hasbiyallah dan Sulhan, Hadis Tarbawi, 1 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),
hlm. 20.
5
ibid.

4
‫هل يبقى من درنه شيء قالوا لَ يبقى من درنه شسسيء قسسال فسسذالك‬
(‫مثل الصلوات الخمس يمحو الله بهن الخطاي )رواه مسلم‬
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra., sesungguhnya Rasulullah
Saw. bersabda: “Apakah pendapat kalian jika sebuah sungai berada di
depan pintu salah seorang dari kalian, di mana ia mandi di sana setiap
hari lima kali, apakah akan tersisa kotoran pada badannya?” Para
sahabat menjawab: “Tidak sedikit pun kotoran tersisa pada badannya.”
Sabda Rasulullah Saw.: “Demikian shalat yang lima waktu, yang
dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Muslim)6.

B. Proses Periwayatan dan Kualitas Hadits


1. Proses Periwayatan
a. Takhrij Hadits
Berdasarkan penelusuran hadits tentang metode punishment
(hukuman), diperoleh hasil penelusuran hadits sebagai berikut:
1) Hadits ditakhrij oleh Al-Turmudzi dalam Sunan Al-Turmudzi, kitab
Mawaqit, nomor urut bab 182.
2) Hadits ditakhrij oleh Abu Daud dalam Sunan Abi Daud, kitab
shalat, nomor urut bab 26.
3) Hadits ditakhrij oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnah Ahmad, juz
2, halaman 180 dan 187.
b. Deskripsi Sanad
Pertama, melakukan i’tibar, yaitu mengenali secara lengkap
seluruh periwayat hadits beserta mukharrij-nya. Dari hadits yang sudah
dikutip di atas, dapat dikurip seperti apa sebenarnya skema periwayatan
(yang menggabungkan) dua skema dari mukharrij hadits itu, sebagaimana
skema yang tertuang di bawah ini:
Gambar 2.1 Skema Jalur Sanad Hadits Takhrij Abu Daud dan al-Turmudzi

6
Hasbiyallah dan Sulhab. hlm. 23.

5
Nabi Muhammad
‫قال‬

Sabrah bin Ma’bad Abdullah bin Amr

‫ع‬ ‫ع‬
‫ن‬ ‫ن‬
Rabi’ bin Sabrah Syuaib bin Muhammad

‫ع‬ ‫عن‬
‫ن‬
Umar bin Syuaib
Abdul Malik Rabi’
‫ع‬
‫ع‬ ‫ن‬
‫ن‬
Sawwar Abi Hamzah
Harmalah bin Abd. Aziz Ibrahim bin Sa’ad ‫ع‬
‫حدث‬ ‫ن‬
‫اخب‬ Isma’il
‫رنا‬ ‫نا‬
‫حدث‬
Ali bin Hujr Muhammad bin Isa ‫نا‬
‫حدث‬ Mu’mal bin Hisyam
‫نا‬
Al-Turmudzi ‫حدث‬
‫نا‬
Abu Daud
Dari skema di atas, dapat dijelaskan bagaimana hadits yang di-
takhrij oleh Imam Abu Daud dan juga oleh Imam Al-Turmudzi. Hadits
yang di takhrij oleh Imam Abu Daud, yaitu melalui Mu’mal bin Hisyam,
Ismail, Sawwar Abi Hamzah, Umar bin Syuaib, Syuaib bin Muhammad
dan Abdullah bin Amr bin Ash.
Tabel 2.1 Urutan sanad dan periwayat hadits Imam Abu Daud No.495
Imam Abu Daud Mukharrij Periwayat 7
Mu’mal bin Hisyam Sanad 1 Periwayat 6
Isma’il Sanad 2 Periwayat 5
Sawwar Abi Hamzah Sanad 3 Periwayat 4
Umar bin Syuaib Sanad 4 Periwayat 3
Syuaib bin Muhammad Sanad 5 Periwayat 2
Abdullah bin Amr bin Ash Sanad 6 Periwayat 1
Lambang periwayatan yang diucapkan oleh Abu Daud, Mu’mal bin
Hisyam, Isma’il, adalah haddatsana. Artinya, metode periwayatan yang
digunakan adalah as-sama’. Lambang periwayatan yang digunakan

6
Sawwar Abi Hamzah, Umar bin Syuaib, Syuaib bin Muhammad, Abdullah
bin Amr bin Ash adalah an. Jadi hadits ini tergolong hadits mu’anan.
Metode yang digunakan melalui lambang periwayatan an adalah as-sama’.
Dengan penjelasan di atas, dapatlah dipahami bahwa bila sanad
Abu Daud yang melalui Mu’mal bin Hisyam yang diteliti, maka
Muhammad bin Isa berstatus sebagai tabi’ bagi Mu’mal bin Hisyam dan
Sabrah bin Ma’bad berstatus sebagai syahid bagi Abdullah bin Umar, dan
sebaliknya.
Tabel 2.2 Urutan sanad dan periwayatan hadits Imam Al-Turmudzi
Imam Al-Turmudzi Mukharrij Periwayat 6
Ali bin Hujr Sanad 1 Periwayat 5
Harmalah bin Abdul Aziz Sanad 2 Periwayat 4
Abdul Malik bin Rabi’ Sanad 3 Periwayat 3
Rabi’ bin Sabrah Sanad 4 Periwayat 2
Sabrah bin Ma’bad Sanad 5 Periwayat 1
Lambang periwayatan yang diucapkan oleh Al-Turmudzi, Ali bin
Hujr adalah haddatsana. Itu berarti metode periwayatan yang digunakan
adalah as-sama’. Lambang periwatan yang digunakan oleh Harmalah bin
Abdul Aziz adalah akhbarona. Itu berarti metode periwayatannya juga
menggunakan as-sama’. Lambang periwayatan yang digunakan Abdul
Malik bin Rabi’, Rabi’ bin Sabrah dan Sabrah bin Ma’bad adalah an. Ini
berarti hadits ini tergolong sebagai hadits mu’anan.
Dari penggabungan skema sanad di atas, tampak bahwa kekuatan
sanad dari tiap-tiap jalur sanad yang diteliti mengalami peningkatan, jika
dikaitkan dengan pendukung (corroboration) berupa tawabi’ dan
syawahid. Seluruh rangkaian sanad tersebut memiliki syahid dan tabi’,
kecuali Umar bin Syu’aib. Akan tetapi, hal ini tidak mempengaruhi
kekuatan periwayat, karena ia telah (memiliki kualitas) tsiqah, meskipun
berada pada ta’dil yang rendah, yaitu pada derajat tsiqah la ba’sa bih.
Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan bahwa seluruh sanad hadits
tentang perintah shalat pada anak sejak usia tujuh tahun ini mengandung
syuzuz (kejanggalan) ataupun illat (cacat).
Kedua, deskripsi Rijal al-Hadits. Dengan telah diketahuinya dua
jalur sanad hadits Nabi tentang perintah shalat pada anak sejak usia tujuh

7
tahun, seperti dipaparkan dalam skema di atas, maka tampaklah bahwa
periwayatan hadits dalam rangkaian sanad tersebut memiliki kualitas
tsiqah meskipun berada pada ta’dil yang rendah.
Untuk memperjelas kenyataan dari data di atas, berikut ini penulis
paparkan salah satu dari jalur sanad dalam rekaman penilaian data yang
lengkap. Yaitu data kualitas personal sanad masing-masing, untuk
menunjukkan kenyataan adanya persambungan dalam periwayatan hadits.
Agar tampak spesifik, dan hasilnya mewakili semua jalur sanad yang ada,
maka di sini penulis memilih sanad dari Al-Turmudzi dapat dilihat rincian
tabel di bawah ini:
Tabel 2.3 Kualitas Periwayatan dan Persambungan Sanad HR. Imam Al-
Turmudzi
No Nama Kunyah/L Guru-guru Murid- Penilaian
aqab Murid Ulama’
1 Ali bin Abu Harmalah bin Al-Bukhori, Abu
Hujr bin Hasan/Al- Abdul Aziz, Muslim, Hajar al-
Iyas bin Hafidz Hasan bin Turmudzi, Asqalani:
Muqatil Ibrahim al- Nasa’i, tsiqatun
bin Kirmani, dan Ishaq khafidzun
Mukhodis Ayyub bin Ibrahim bin
Mudrak Isma’il
2 Harmalah Abu Pamannya Ali bin Hujr, Abu
bin Abdul Ma’bad yaitu Abdul Amr bin Hatim:
Aziz bin dan Abu Malik bin Kholid, dan tsiqah,
Rabi’ bin Sa’id/Al- Sabrah, Muhammad dan Al-
Sabrah bin Hafidz ayahnya yaitu bin Abdullah Dzahabi:
Ma’bad Abdul Aziz bin bin Abdul shuduq
bin Sabrah dan Hakim
Ausajah Utsman bin
Mudros
3 Abdul - Ayahnya yaitu Ibrahim bin Al-Ijliy:
Malik bin Rabi’ bin Sa’ad, tsiqah,

8
Rabi’ bin Sabrah al- Harmalah Abu al-
Sabrah Juhni bin Abd. Hasan
Aziz, Zaid ibn al-
bin Hubab, Qaththan:
Muhammad keadilan
bin Umar al- Abdul
Waqidi Malik
tidak
tetap
4 Rabi’ bin - Sabrah bin Abdul Aziz Al-‘Ijly:
Sabrah bin Ma’bad, Umar bin Rabi’ bin tsiqah.
Ma’bad bin Abdul Sabrah dan Al-
bin Aziz, Amr bin Abdul Malik Nasa’i:
Ausajah Murrah al- bin Rabi’ bin tsiqah.
Juhny Sabrah, Ibnu
Abdullah Hibban:
bin Luhai’ah tsiqah
5 Sabrah bin Abu Nabi SAW, dan Rabi’ bin Seluruh
Ma’bad Tsuraiyya Amr bin Sabrah al- sahabat
bin h, Abu Murrah al- Juhniy di anggap
Ausajah Tsaljah, Juhniy adil
Abu Rabi’
c. Deskripsi Matan
Berikut deskripsi matan hadits Nabi tentang perintah shalat pada
anak sejak usia tujuh tahun dinyatakan bahwa matan haditsnya tidak
bertentangan dengan lima hal, sebagai berikut:
1. Tidak bertenangan dengan rasio
Shalat merupakan ibadah yang rumit. Terdapat berbagai syarat,
rukun, sunah, dan hal-hal yang membatalkan shalat. Bahkan ada juga
ketentuan-ketentuan yang diwajibkan sebelum seseorang melaksanakan
shalat. Dengan begitu, agar setiap muslim dapat melakukan shalat
dengan baik dan benar, perlu ada upaya pendidikan shalat kepada anak
sejak dini.

9
2. Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
Al-Qur’an memerintahkan kepada setiap keluarga Muslim
untuk memerintahkan keluarganya melaksanakan shalat. Allah SWT
berfirman:
‫ن ن نجرحزقحسس ن‬
‫ك‬ ‫سا نل ح ن‬
‫ك رعجزققسسا ن ن ج‬
‫حسس ح‬ ‫صط نب عجر ع نل ني جنها لَ ن ن ن ج‬
‫صنلةع نوا ج‬
‫ك عبال د‬ ‫مجر أ نهجل ن ن‬ ‫ج‬
‫ونأ ح‬
َ‫وى‬
‫ق ن‬ ‫نوال جنعاقعب ن ح‬
‫ة عللت د ج‬
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah
bagi orang yang bertaqwa. (Q.S. Thoha/20: 132)7.
Dari aya tersebut, dapat diketahui bahwa dalam suatu rumah
tangga diperoleh melalui hubungan harmonis masing-masing anggota
keluarga satu dengan yang lain serta hubungan harmonis dengan Allah
SWT, yang tercermin antara lain dalam ibadah shalat. Sehingga ayat ini
memerintahkan nabi SAW dan setiap keluarga Muslim untuk
memerintahkan keluarganya melaksanakan shalat secara baik dan
bersinambung pada setiap waktunya dan bersungguh-sungguh serta
bersabar dalam melaksanakannya8.
Oleh karena itu, keluarga khususnya orang tua perlu
membiasakan anak untuk melaksana shalat sejak dini, agar mereka
dapat melaksanakan shalat dengan baik dan bersinambungan hari demi
hari dari shalat satu ke shalat yang lain dalam sehari semalam.
3. Tidak bertentangan dengan sunah mutawatirah
Rasulullah SAW bersabda:
‫ فنسسأ نبواه يهسسودان ع ن‬، ‫ل موحلود يسسو ل نسسد ع نل نسسى الفَط جسسرة‬
،‫ه‬
‫صسسنران ع ع‬
‫ أوج ي حن ن م‬،‫ه‬
‫ن ن ح حن م ن ع‬ ‫ن ع‬ ‫ع‬ ‫ح‬ ‫كح ي ن ج ر ح‬
‫ن‬
‫عانء‬
‫جد ج ن‬ ‫ة هن ج‬
‫ل ت ننرىَ عفينها ن‬ ‫م ن‬
‫ل الب نعهي ن‬ ‫ ك ن ن‬،‫ه‬
‫مث ن ع‬ ‫سان ع ع‬
‫ج ن‬
‫م م‬
‫أوجي ح ن‬
9

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Kemudian kedua


orangtuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani,
atau Majusi, sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang

7
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta: PT Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012), hlm, 446.
8
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol. 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 712.
9
Imam Bukhari, Shahih Bukhari (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), hlm. 421.

10
ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya.”
(HR. Al-Bukhari)
Setiap anak memiliki potensi yang dibawa sejak ia lahir, salah
satu potensinya adalah potensi agama. Potensi tersebur berkembang
sesuai dengan arahan yang diberikan oleh orang tuanya. Oleh karena
itu, kewajiban orangtuanyalah untuk mengarahkan anak agar
membiasakan diri melaksanakan shalat sejak dini, agar shalat tersebut
berubah menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi.
4. Tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berdasarkan
sunah mutawatirah
Islam adalah ibarat sebuah bangunan, yang memiliki lima tiang
penyangga. Salah satu tiangnya itu adalah shalat. Dengan demikian,
shalat menjadi salah satu unsur penting dalam islam, sehingga perlu
diajarkan kepada anak sejak dini.
5. Tidak bertentangan dengan dali-dalil qath’i
Tidak pernah kita jumpai dari berbagai sumber tentang adanya
larangan untuk melaksanakan shalat, karena keterangannya telah jelas
tercantum dalam Al-Qur’an. Telah jelas terpapar bahwa shalat
hukumnya wajib, sehingga tidak ada ijtihad khusus tentang ketentuan
shalat. Artinya, semua ulama telah sepakat bahwa ketentuan shalat
adalah wajib. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kualitas matan
hadits Nabi tentang perintah shalat pada anak usia tujuh tahun adalah
shahih lil matan.
2. Kualitas Hadits
Berdasarkan penelaahan hadits tentang perintah shalat pada anak sejak
usia tujuh tahun, yang dilihat dari skema sekaligus telaah lengkap tiap
personal periwayatan dalam hadits yang di takhrij oleh Imam Al-Turmudzi,
maka dapat diketahui bahwa sanad tersebut adalah muttasil (bersambung)
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga dinilai sebagai hasan al-isnad.
Adapun kualitas matan hadits tentang perintah shalat pada anak sejak usia
tujuh tahun adalah shahih lil matan.

C. Istinbath/Isi Kandungan Hadits

11
Berkaitan dengan metode reward dan punishment maka ini menunjukkan
bahwa kedua metode ini sangat penting dalam pendidikan, khususnya pendidikan
anak dalam ibadah shalat. Pada hadits tentang reward ini dijelaskan bahwa
memancing persaingan dan kerja keras merupakan pesan penting. Redaksi dari
‫ذا ونك نسس ن‬
hadits ‫ذا‬ ‫ي فنل نسس ح‬
‫ه ك نسس ن‬ ‫سسسب نقن ا عل نسس د‬
‫ن ن‬
‫مسس ج‬
‫ ن‬adalah motivasi bagi setiap anak untuk
berlomba-lomba dan memacu persaingan memenangkan hadiah, sehingga ia
mengenal hikmah dari perbuatan positif yang ia kerjakan bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain. Selain itu, reward berupa kabar gembira dan pahala sering juga
disebut dalam Al-Qur’an yang Allah SWT janjikan bagi manusia yang
mengerjakan perintah-Nya.
Begitu juga hadits tentang punishment (hukuman), dengan metode ini akan
menciptakan keteraturan, ketertiban, dan pra-kondisi yang dapat menciptakan
kondisi dinamis dalam belajar. Hadits tersebut diawali dengan perintah, lalu lihat
bagaimana respons yang diberikan. Jika perintah dilanggar, baru ada sanksi dalam
bentuk pukulan. Pukulan bagi anak yang melanggar shalat itu bernilai tinggi, lebih
baik dari segala dunia dan yang ada di dalamnya. Jika anak tak dibiasakan sejak
kecil shalat, kemudian dewasa melanggar shalat, inilah kerugian yang lebih besar
dari segala apa yang ada di dunia.
Namun, dalam hal ini berilah hukuman (punishment) yang tidak sedikitpun
membahayakan kesehatan anak. Walaupun dirasa punishment ini penting, tetapi
orang tua atau pendidik mesti mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh
sampai menyakiti anak. Rasulullah SAW bersabda:
‫ذا نقات ن ن‬
‫ه‬
‫ج ن‬
‫ب الون ج‬ ‫م فنل جي ن ج‬
‫جت نن ع ع‬ ‫حد حك ح ج‬
‫لأ ن‬ ‫ن‬ ‫اع ن‬
Artinya: Jika salah seorang diantara kalian akan memukul maka hendak
dia menghindari memukul wajah (HR. Muslim 2616 dari Abu Hurairah
ra.)
Hadits dari Abu Hurairah ini penting menjadi bahan renungan, sebagai
rambu-rambu agar tidak melampaui batas dan tidak membahayakan dalam
memberikan hukuman. Sebagaimana diketahui bahwa area wajah merupakan
tempat keindahan beserta ia sangat lunak. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa
perintah untuk memukul ini tidak serta merta bebas melakukan suatu kekerasan

12
pada anak, tetapi tentu saja dengan batasan-batasan tertentu dalam
mengimplementasikan hadits ini dalam kehidupan sehari-hari

D. Aplikasi Hadis dalam Teori/Praktek Pendidikan


Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai metode
reward dan punishmen, sebagai berikut:10
1. Ganjaran, hadiah, dan penghargaan merupakan bagian penting dari
pendidikan, tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi dan semangat
berkompetisi. Tanpa kabar gembira, penghargaan, dan hadiah, dianggap
kurang mampu memancing minat anak didik untuk terlibat program
belajar secara aktif. Misalnya: sebelum melakukan pembelajaran
sebaiknya guru memberikan renungan berkaitan dengan pentingnya materi
yang akan dipelajari untuk kehidupan, sehingga muncul motivasi bagi
anak didik untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.
2. Ganjaran dan hadiah tidak mesti mahal, tetapi bisa berupa hadiah hiburan,
apresiasi melalui kata-kata yang baik, atau bentuk penghargaan lainnya.
Pesan hadiah yang paling penting adalah dapat memancing dan
merangsang motivasi dan ketertiban siswa dalam belajar. Misalnya: ketika
anak mendapatkan nilai yang bagus atau menjawab bisa pertanyaan
dengan benar, maka guru memberikan apresiasi berupa pujian, acungan
jempol dan sebagainya.
3. Punishment atau hukuman juga bagian dari pendidikan. Hukuman
diartikan dalam pengertian mendidik, tidak membahayakan anak dan
bersifat memberi pelajaran yang bersifat positif. Dengan hukuman atau
sanksi pada tingkat tertentu dapat menjadi sarana untuk menciptakan
kedisiplinan, efektifitas, dan budaya sekolah yang tertib. Catatan
pentingnya adalah harus memerhatikan kadar dan bentuknya, agar tidak
berdampak kurang produktif, malas, kemarahan, dan beban mental pada
anak. Misalnya: ketika anak tidak mengerjakan tugas atau bolos, maka
diawali dengan sebuah teguran yang mendidik kemudian memanggil orang
tuanya hingga memberikan banding atau perjanjian bersama anak, orang

10
Hasbiyallah and Sulhan, Hadis Tarbawi, hlm. 25.

13
tua, dan kepala sekolah agar membuat anak jera untuk tidak
mengulanginya lagi.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Redaksi hadits yang membahas tentang metode reward dan punishment
terdapat pada HR. Ahmad yang menerangkan tentang metode reward,
sedangkan pada HR. Turmudzi dan HR. Abu Daud. yang menerangkan
metode punishment.
2. Berdasarkan penelaahan hadits tentang perintah shalat pada anak sejak
usia tujuh tahun, yang dilihat dari skema sekaligus telaah lengkap tiap
personal periwayatan dalam hadits yang di takhrij oleh Imam Al-Turmudzi
melalui Ali bin Hujr, Harmalah bin Abdul Aziz, Abdul Malik bin Rabi’,
Rabi’ bin Sabrah, dan Sabrah bin Ma’bad, maka dapat diketahui bahwa
sanad tersebut adalah muttasil, karena sanadnya bersambung kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga dinilai sebagai hasan al-isnad. Adapun
kualitas matan hadits ini adalah shahih lil matan, karena matan nya tidak
bertentangan dengan lima hal, yaitu tidak bertentangan dengan rasio, Al-
Qur’an, sunah mutawatirah, ketentuan-ketentuan yang berdasarkan sunah
mutawatirah, dan dalil-dalil qath’i.
3. Berkaitan dengan metode reward dan punishment maka ini menunjukkan
bahwa kedua metode ini sangat penting dalam pendidikan, khususnya
pendidikan anak dalam ibadah shalat. Metode ini dapat diimplementasikan
dalam pendidikan diantaranya: Ganjaran, hadiah, dan penghargaan
merupakan bagian penting untuk meningkatkan motivasi dan semangat
berkompetisi. Tidak mesti mahal, tetapi bisa berupa hadiah hiburan,
apresiasi melalui kata-kata yang baik, atau bentuk penghargaan lainnya.
Hukuman juga bagian dari pendidikan yang pada tingkat tertentu dapat

14
menjadi sarana untuk menciptakan kedisiplinan, efektifitas, dan budaya
sekolah yang tertib.
DAFTAR PUSTAKA

Abi Isa Muhammad bin Isa bin Tsaurah. Sunan Al-Turmudzi. Beirut: Darul Fikr,
1988.
Abu Daud Sulaiman bin Asy’ad al-Sijistani. Sunan Abu Daud. Beirut: Darul Fikr,
1990.
Hasbiyallah, and Sulhan. Hadis Tarbawi. 1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015.
Imam Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992.
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. Al-Qur’an Dan
Terjemahannya. Jakarta: PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol. 7. Jakarta: Lentera Hati, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai