Anda di halaman 1dari 12

RESUME KITAB

ISMAIL ALI
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Tarbawi)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Muhammad Akmansyah, M.A

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Charisma Adinda (2386108010)
Ade Erlangga (

PRODI PENDIIDKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
RADEN INTAN LAMPUNG
2024
BAB IV
METODE DAN TEKNIK PENGAJARAN

A. Muqaddimah
Proses pendidikan adalah proses “mentransfer” dan “menyampaikan” suatu muatan
tertentu, yang dapat berupa pengetahuan tentang informasi, data, dan fakta, atau nilai-nilai,
tren, dan kecenderungan, atau keterampilan praktis, kepada siapa pun yang ingin kita ajarkan.
Oleh karena itu, para sarjana pendidikan dan psikologi menaruh perhatian besar pada
“metode” dalam mentransfer dan mengkomunikasikan konten pendidikan yang dimaksudkan
untuk diajarkan kepada orang lain, sampai pada tingkat yang dapat disepakati oleh sebagian
besar sarjana ini, bahwa sesuai dengan sejauh mana kualitas dan penguasaan dalam proses
transfer dan penyampaiannya maka keberhasilan akan tercapai Dan penyampaiannya, yaitu
pendidikan, sehingga yang menjadi persoalan bukan hanya nilai isinya, namun “sarananya”.
Dan “cara” penularannya kepada orang lain. Karena misi para rasul pada umumnya adalah
“mengajar” manusia secara mendidik dituntut oleh misi keagamaan yang dipercayakan Tuhan
Yang Maha Esa kepada mereka, hal itu wajar saja terjadi. Pilihan mereka untuk
menyampaikan pesan didasarkan di antara banyak kriteria dan karakteristik lainnya pada
kemampuan mereka.
B. Metode Cerita Ala Rasulullah
Di bawah ini kami sajikan metode dan metode yang digunakan untuk mengajar sesuai
dengan bimbingan Nabi Muhammad SAW. Pertama: ceritanya Sejak awal kehidupan
manusia, manusia telah dikenal karena hasratnya yang kuat untuk mendengarkan cerita, dan
mungkin periode yang paling dapat Anda perhatikan adalah periode masa kanak-kanak
khususnya, ketika ada minat atau motivasi lain yang mungkin penting bagi seorang anak.
Anak-anak hampir menghilang ketika dihadapkan pada kesempatan untuk mendengar atau
menonton sebuah cerita, dan tentu saja tidak. Hal ini hanya berhenti pada masa kanak-kanak,
namun meluas ke berbagai tahap kehidupan. Bahkan orang dewasa pun mendapati diri mereka
tertarik pada “sandiwara”, “permainan”, dan “film” lebih dari ceramah, pidato, pembicaraan,
dan artikel yang mengandalkan bimbingan langsung.
Oleh karena itu, wajar jika para pendidik tertarik pada cerita sebagai metode pendidikan
untuk menyampaikan informasi tertentu, menanamkan nilai-nilai, atau mengubah sikap.
Pengaruh cerita terhadap hati anak tidak hanya sebatas menceritakan, mendengar, atau
membacanya, melainkan sering kali mereka meniru kata-kata yang terjadi dalam cerita
tersebut serta peristiwa, akhlak, dan perilaku yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan
nyata mereka. kehidupan praktis sehari-hari. Kemudian efek cerita tersebut menemani
individu manusia dalam semua tahap perkembangan psikologis, pendidikan dan sosial.
Al-Qur'an telah menyoroti pentingnya kisah-kisah positif dan dampak psikologis dan
moralnya terhadap pendidikan dan pemurnian jiwa.Tuhan Yang Maha Kuasa berfirman:
“Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah yang terbaik, karena Kami telah menurunkan
kepadamu Al- Qur'an ini, bahkan padahal sebelumnya kamu termasuk orang-orang yang
lalai” (Yusuf). Beliau juga menyoroti peran cerita dalam perenungan, pemikiran, dan
pertimbangan.Tuhan Yang Maha Esa bersabda: “…Maka ceritakanlah kisah-kisah yang dapat
direnungkan (177)” [Al-A’raf].
Beberapa kisah yang disebutkan dalam Al-Qur'an: seperti kisah Musa dan Al-Khidr,
saw, kisah Kain dan Habel, kisah Qarun, kisah Fir'aun, kisah Dzul-Qarnayn, kisah-kisah
sejumlah nabi, saw, dan lain-lain. Kisah-kisah ini berfokus pada aspek spiritual dan moral
yang menyucikan jiwa, memurnikan jiwa, meninggikan hati nurani, menyucikan tubuh,
menegakkan kebajikan dan cinta pada kebaikan, serta menyerukan petunjuk dan kebenaran di
kedua dunia: dunia dan akhirat. Rasulullah SAW adalah orang pertama yang mengikuti
pendekatan Al-Qur'an, dan langkahnya dapat ditelusuri menggunakan cerita dalam rangka
menyebarkan kesadaran dan memperdalam prinsip-prinsip Islam dalam jiwa, sebagaimana
kita temukan beliau menggunakan cerita sebagai metode penting dalam dakwah dan
pendidikan, membawa nilai-nilai dan makna Islam, dan membesarkan para sahabat. generasi
pertama Islam di dalamnya, dan mengarahkan mereka melaluinya untuk mengambil ilham
dari agama ini sebagai doktrin dalam pemikiran dan persepsi serta metode dalam Perilaku dan
realitas kehidupan. permintaan dari para sahabat dan orang lain untuk menceritakan kepada
mereka.Orang- orang musyrik, misalnya, akan meminta Rasulullah SAW untuk menceritakan
kepada mereka berita-berita masa lalu.
Kisah ini sangat penting di mata Rasulullah, sang guru, yang membuatnya
menggunakan kisah tersebut dalam pidatonya di hadapan umat Islam dari para sahabatnya
yang terhormat dalam skala yang sangat luas, dan dalam berbagai topik.
Kita harus mengingatkan pembaca bahwa ketika kita membahas kisah dalam hadis
Nabi, kita tidak memaksudkannya dalam pengertian modern, atau dengan makna yang
dikembangkan terkait dengan konsep ini, namun yang kita maksudkan adalah apa yang kita
temukan secara singkat atau tepat. teks panjang, di mana makna umum cerita tercapai.
Sehingga teks naratif menggambarkan suatu peristiwa yang terpadu dengan awal,
tengah, dan akhir. Faktanya, Rasulullah, sang guru, sangat ingin menyadarkan para
sahabatnya tentang kisah tersebut. Al-Darimi meriwayatkan dalam Sunan-nya: “Atas
wewenang Abd al-Malik ibn Maysara, dia berkata: Saya mendengar Kardoosa, dan dia
seorang pendongeng.
Beliau bersabda: Seorang laki-laki dari kaum Badar menceritakan kepadaku bahwa dia
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bagiku, duduk dalam pertemuan seperti itu lebih aku
sukai daripada memerdekakan empat orang budak. .” Beliau menjawab: Saya bertanya:
Pertemuan apa? Maksud saya? Dia berkata: Saat itu dia sedang memotong.
Yang menguatkan hal ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
Musnadnya. Syu'bah menceritakan kepada kita atas wewenang Abu al- Tayyah. Beliau
berkata: Aku mendengar Abu al-Ja'ad meriwayatkan atas wewenang Abu Umamah. Beliau
bersabda: Rasulullah “Ya Tuhan, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian,
pergi menemui seorang pendongeng, dan dia berhenti. Kemudian Rasulullah, semoga Tuhan
memberkati dia dan memberinya kedamaian, berkata: Pemotongan, jadi saya ingin duduk di
pagi hari sampai matahari terbit. Daripada membebaskan empat orang budak, dan setelah salat
zuhur sampai matahari terbenam, aku ingin melakukan lebih dari sekedar membebaskan
empat orang budak.
Yang meneguhkan ketertarikan Rasulullah SAW terhadap kisah membesarkan dan
mendidik para sahabat adalah karena beliau sering mengulang kisah yang sama lebih dari satu
kali dan lebih dari satu kali pertemuan. disebabkan pembaharuan para sahabat yang datang
pada majelisnya dan bergantian belajar darinya, seperti yang biasa dilakukan Umar bin Al-
Khattab dengan sahabatnya Al-Ansari, dimana mereka sepakat salah satu dari mereka akan
berangkat ke sana.
Utusan Tuhan, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian,
mendengarkan dia, dan yang lain pergi ke pekerjaannya, dan setelah bertemu dia memberi
tahu siapa pun yang mendengarkan. Dia menemaninya dengan apa yang dia dengarkan dari
kisah-kisah Rasulullah, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian.
Melalui kisah-kisah yang beliau sampaikan, Rasulullah SAW berupaya mencapai
beberapa tujuan yang dapat disebutkan
Yang paling penting adalah sebagai berikut:
a) Menggunakannya sebagai sarana pendidikan
b) Memanfaatkannya untuk tujuan kognitif
c) Menggunakannya sebagai pendekatan advokasi
d) Menggunakannya untuk menjelaskan dan memperjelas Al-Qur'an
e) Memanfaatkannya untuk menanamkan akhlak yang baik
C. Pentingnya Hukuman dalam Kurikulum Pendidikan
Kisah ghaib “Al-Zeer” mengusulkan nama ini atas dasar bahwa peristiwa
peristiwa jenis ini, beserta rinciannya, mempunyai satu sumber, yaitu sumber wahyu. Kisah-
kisah ini seperti ghaib yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya, dan peristiwa-peristiwa itu
tidak terlihat, baik peristiwa-peristiwa itu terjadi di masa lampau, misalnya kisah-kisah
sejarah, atau peristiwa-peristiwa itu terjadi di masa yang akan datang, di akhir kehidupan,
sebelum datangnya Hari Kiamat, atau sesudahnya, atau peristiwa-peristiwa itu akan terjadi.
Mereka mendukung keraguan yang mereka coba sebarkan. Di sini, “kegaiban” mengacu pada
“sumber pengetahuan” dan bukan pada “sifat subjek,” seperti yang umum di kalangan filsuf
dan ahli logika.
Kisah lain menunjukkan bahwa dua malaikat dibuat bingung oleh perkataan
seorang hamba yang bersyukur kepada Allah, yaitu sabdanya: “Ya Tuhan, puji bagi-Mu
sebagaimana layaknya keagungan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu, maka mereka
naik ke surga”. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, hamba-Mu telah mengatakan sesuatu yang
kami tidak tahu cara menulisnya?. Tuhan berkata Maha Suci Dia. Tuhan Yang Maha Esa:
Tulislah seperti yang hamba-Ku katakan, sampai dia bertemu dengan-Ku dan Aku
membalasnya dengan itu yang juga termasuk dalam jenis ini adalah kisah-kisah yang
membahas hal-hal yang berkaitan dengan kebangkitan dan Hari Akhir. Hal ini merupakan
salah satu permasalahan yang sangat serius, apalagi masyarakat pada saat itu berada dalam
kondisi nomaden dan buta huruf, sehingga sulit membayangkan seseorang akan hidup
kembali dan ada akhirat di masa depan. yang mana seseorang akan dimintai
pertanggungjawaban sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya di dunia ini. Oleh karena itu
desakan Rasulullah SAW, untuk mengibarkan spanduk jenis ini khususnya dalam berbagai
bentuk dan bentuk, bahkan mengulangi beberapa adegan.
Hal ini hanya menunjukkan pentingnya pahala dan hukuman dalam kurikulum
pendidikan Islam dan bahwa keyakinan akan pahala di akhirat itulah yang mengatur tingkah
laku manusia di dunia, sesuai firman-Nya Yang Maha Kuasa: “Maka barangsiapa
mengerjakan kebaikan seberat atom, maka dia akan melihatnya. dan barangsiapa yang
melakukan kejahatan seberat atom pun, dia akan melihatnya” (Al-Zalzalah).
D. Alasan Rasulullah saw Menggunakan Metode Cerita
Cerita sejarah : Materi cerita ini berasal dari peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Tentu saja, tetapi perlu dicatat bahwa cerita didasarkan pada pemilihan aspek-aspek tertentu
dari peristiwa-peristiwa cerita dan menyorotinya, dan kriteria pemilihan di sini adalah
kemampuan dan kemungkinan bagian-bagian ini untuk berkontribusi pada struktur agama dan
moral manusia. dengan mentransmisikan nilai- nilai yang diinginkan dan memperingatkan
terhadap tren perilaku negatif. Oleh karena itu, tujuan cerita sejarah tidak sama dengan tujuan
penelitian sejarah yang diketahui, yaitu dalam hal pencatatan dan pembuktian peristiwa
menganalisisnya, menghubungkan unsur-unsurnya, dan menghasilkan interpretasi dan
keputusan.
Tidak ada keraguan bahwa salah satu alasan yang membuat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam menggunakan metode cerita di antara metodenya dalam mengajar adalah
karena semakin luasnya kesempatan cerita bagi guru, karena cerita tersebut
memungkinkannya. untuk memperluas apa yang ingin ia capai dalam pidatonya di satu sisi,
dan di sisi lain memungkinkannya mewujudkan isu-isu mental abstrak dan konsep-konsep
yang ia sajikan kepada pendengarnya dalam bentuk sensorik melalui penggambaran naratif
dari pidatonya. peristiwa, seperti yang kita temukan, misalnya, dalam cerita-cerita yang
representatif dengan jelas, hal ini mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu memperdalam
konsep-konsep tersebut dan meneguhkannya dalam jiwa pendengarnya, dan gaya naratifnya
membuat pendengarnya. dan menantikan pelajarannya, yang memungkinkan mereka
memperoleh pemahaman yang baik dan pemahaman yang mendalam.
E. Metode Teladan
Islam berkeyakinan bahwa teladan adalah sarana pendidikan yang paling agung, dan
Islam menilai pola asuh permanennya atas dasar ini. Anak harus mempunyai teladan dalam
keluarga dan orang tuanya agar ia dapat menyerap prinsip-prinsip Islam sejak kecil dan
mengikuti pendekatannya yang luhur. Manusia harus mempunyai teladan dalam
masyarakatnya yang membekas dalam diri mereka hakikat Islam dan tradisi-tradisinya yang
murni, sehingga mereka dapat melahirkan kesetiaan kepada orang yang membesarkannya.
Generasi, dan masyarakat harus mempunyai teladan dalam diri pemimpin, pemimpin, atau
penguasa, agar prinsip-prinsip terpenuhi dalam dirinya, dan yang diperintah mengikuti
teladannya. Teladan yang menjadi guru dan pendidik bagi semua orang, yang tidak akan
bosan kami tekankan, adalah akhlak Rasulullah, yang di dalamnya terwakili seluruh prinsip,
nilai dan ajaran Islam. pendekatan atas dasar bahwa dialah yang mengarahkan kemudi
masyarakat dan kemudi kehidupan.
Pendidikan Islam tidak menjadikan pendidikan sebagai suatu usaha individual yang
gagal atau berhasil dan terhempas oleh angin dan badai, melainkan menjadi kurikulum yang
komprehensif dan terpadu yang dimulai dari puncak masyarakat yang diwakili oleh wali dan
diakhiri pada bayi. pemerintahan, masyarakat Islam, dan pendidikan Islam. Ini merupakan
permasalahan yang jelas. Setiap sistem menetapkan pendekatannya atas dasar dialah yang
melaksanakannya, dan Islam adalah sistem pertama dari peraturan yang terbukti dengan
sendirinya. Karena dia tidak bisa bekerja dengan alat orang lain, dan dia harus menggunakan
alatnya sendiri untuk mencapai pendekatan uniknya sepanjang sejarah, dan ketika masyarakat
Islam terbentuk, anak-anaknya menyerap prinsip-prinsip Islam melalui teladan yang ada
dalam masyarakat ini, yang diwakilinya. oleh keluarga dan orang tua.
Al-Qur'an, dalam sejumlah ayat mulianya, berfokus pada perlunya meneladani
Rasulullah. Tuhan Yang Maha Esa berfirman: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah telah ada
contoh yang baik bagimu bagi siapa saja yang berharap kepada Tuhan dan Hari Akhir...[Al-
Ahzab], dan Dia berfirman: Dan apa pun yang diberikan Rasul kepadamu, ambillah, dan apa
yang dilarangnya. Jauhi itu dan hentikan... [Al-Hashr], dalam dua ayat ini perlu mencontoh
Rasulullah, damai Alhamdulillah, yang merupakan guru dan pendidik, sesuai dengan aturan
dasar bahwa siapa pun yang menjadi teladan, dialah yang pertama-tama akan menaati apa
yang dia katakan dan berseru kepada-Nya yang maknanya diungkapkan dalam ayat Al-
Qur’an: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
mengerjakan Yang paling menjijikkan di sisi Allah adalah kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan [As-Saff].
Dari sudut pandang ini, metode teladan dalam pendidikan Islam diperlukan untuk
mempersiapkan individu Muslim untuk mengikuti jejak para nabi dan rasul, damai dan berkah
besertanya, dan Rasulullah adalah teladan kesempurnaan manusia, dan dialah panutan bagi
setiap muslim, dan dia melestarikan bagi kita hadits mulia dan biografi Rasulullah dan bagi
generasi Islam mendatang.
F. Bersikap Baik Terhadap Siswa
Dan jika kalian bersabar maka itu lebih baik bagi orang-orang yang bersabar. Seruan
umum datang kepada Nabi dan para pengikut Nabi untuk bersabar dalam menghadapi bahaya
dari musuh, dan dalam membesar-besarkan bahaya ini dengan memutilasi. mati. Persoalan
tidak berhenti sampai di situ saja, justru Nabi diberi petunjuk khusus: “Dan bersabarlah,
kesabaranmu hanya pada sisi Allah, dan janganlah kamu bersedih.” atas mereka, dan
janganlah kamu merasa tertekan karena apa yang mereka rencanakan.) [An-Nahl]
Sebuah penghiburan yang indah dari Tuhan semesta alam kepada Nabi- Nya yang mulia
dalam situasi di mana beliau kehilangan tujuh puluh orang syahid. Kemudian adegan tersebut
diakhiri dengan kesimpulan yang menyerukan ketakwaan dan kebajikan: “Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” [An-Nahl],
dan dari ketakwaan dan kebajikan adalah memaafkan orang-orang yang jahil dan menyikapi
pelanggaran-pelanggaran mereka dengan kebajikan dan ampunan: “Dan tidak ada amal
kebaikan yang tiada bandingannya.” Dan aku tidak menolak keburukan dengan keburukanku.
Lebih baik, orang yang bermusuhan antara kamu dan kamu, seolah-olah dia adalah orang
terdekat. sahabat. Rasulullah hanya menyebut kemenangan dan bantuan itu, dengan
perlawanan dan permusuhan, karena ketidakadilannya merugikan dirinya sendiri. Dalam
kehidupannya sekarang.
Oleh karena itu, bersikap lunak terhadap siswa yang lalai bukan berarti “bersikap baik”
kepada mereka, namun justru tidak adil bagi mereka, karena itu “membiasakan” mereka
melakukan penyimpangan dan kelalaian. Oleh karena itu, jika kamu memperlakukan murid-
murid yang menyimpang dengan keras, maka bersikaplah lembut terhadap mereka, karena hal
itu akan mengembalikan mereka ke jalan yang benar, dan mereka akan mendapatkan
keridhaan Allah, bukan kemurkaan-Nya.
G. Penggunaan Media dalam Mengajar
Karena proses pendidikan adalah proses komunikasi, maka sangat penting bagi guru
untuk menggunakan media yang melaluinya ia dapat memastikan bahwa pesannya akan
sampai ke peserta didik. Media ini memiliki banyak nama, dan kami memilih nama
tradisional ini karena kami berurusan dengan pendidikan yang dilaksanakan pada masa awal
Islam yaitu lebih dari empat belas abad yang lalu, menjadi berlebihan jika menggunakan
terminologi masa kini Sarana dan metode yang telah kami sampaikan, dan yang belum kami
sampaikan, dianggap sebagai sarana pendidikan, namun di sini kita membahas apa yang
dimaksud dengan “alat” dalam artian Sensorik yang diketahui Ada pendapat yang menyatakan
bahwa media pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pendidikan,
yang dapat diringkas dalam poin-poin berikut: Media memberikan kepada pembelajar
landasan materi untuk berpikir sensorik-perseptual, dan dengan demikian mengurangi Siswa
menggunakan kata-kata yang maknanya tidak mereka pahami. Ini sangat menarik minat
pembelajar membuat apa yang mereka pelajari mempunyai dampak yang bertahan lama Hal
ini memberikan pengalaman realistis yang mengundang pelajar untuk melakukan aktivitas
mandiri yang berkontribusi pada pertumbuhan makna, dan dengan demikian juga pada
pertumbuhan kekayaan verbal pelajar.
Ini memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh melalui alat lain, dan
berkontribusi Jadikan apa yang dipelajari pembelajar lebih memadai dan mendalam.
Diketahui bahwa lingkungan tempat tinggal umat Islam pada awal Islam berada pada tingkat
yang tinggi Metode ini sangat sederhana dan primitif sehingga tidak mungkin membayangkan
penggunaan metode pendidikan khusus. Selain itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
buta huruf dan tidak bisa membaca atau menulis, oleh karena itu penggunaan alat dan
sarananya sesuai dengan apa yang tersedia di lingkungan ini dan apa yang tidak tersedia.
ketergantungan lebih pada sarana indera daripada pada tubuh manusia itu sendiri, yaitu
dengan mengacu pada organ ini atau Itu, terutama tangannya Nabi Muhammad SAW sering
menggunakan cara ini untuk menyadarkan orang yang lalai dan menguatkan orang yang
waspada.
Contohnya: Pepatahnya dalam hadis riwayat Muslim dan lain-lain: “Ketakwaan itu ada
di sini,” dan beliau menunjuk Dadanya tiga kali.Penyebutan dada dalam menjelaskan hakikat
ketakwaan dan tempatnya jauh lebih fasih Dari sabdanya: Tempat takwa adalah hati,
perkataan ini mungkin terlintas di benak banyak orang tanpa mereka mendengarnya, atau
mereka mendengarnya namun tidak membawa serta hati yang sadar Demikian pula hadits
Jabir dari riwayat Muslim: (Aku dan Hari Kiamat diutus seperti ini, dan dia menunjuk dengan
kedua jarinya: telunjuk dan jari tengah, lalu memisahkannya). Gerakan jari-jarinya ini sebagai
petunjuk. kedekatan keberangkatannya dengan Hari Kiamat mempunyai dampak terhadap
jiwa selain apa yang beliau ucapkan: Aku diutus mendekati Hari Kiamat. Begitu pula dengan
hadits Al-Bukhari dan lain-lain: (Aku dan orang yang mengasuh anak yatim akan masuk
surga seperti ini, dan dia menunjuk dengan jari telunjuk dan jari tengahnya lalu
memisahkannya) dari hadits Sahl bin Saad Referensi ini memperjelas apa yang dimaksud
dengan hadis mulia lebih dari apa yang diberikan oleh ungkapan biasa, seperti: Orang yang
mengasuh anak yatim dekat dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di surga.
Termasuk percakapannya dengan Muadh bin Jabal ketika beliau menasihatinya dengan
seperangkat perintah lalu berkata kepadanya: “Maukah aku memberi petunjuk padamu?” Pada
malaikat dari semua itu)? Dia berkata: Ya, dia berkata: (Hentikan ini) dan menunjuk ke
lidahnya. Rujukan sensual terhadap lidah ini membuat Muadh dan semua orang yang
menghadiri pidato ini tidak melupakan pentingnya lidah, dan momoknya yang
menjerumuskan manusia ke dalam dosa. api di hidung mereka. Oleh karena itu, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat ingin menggabungkan dalam ajarannya sebuah
pernyataan dengan kalimat dan isyarat dengan tangan yang murah hati, untuk memperjelas
tujuan dan mengingatkan pentingnya apa yang dia sebutkan. kepada pendengar atau mengajari
mereka.
H. Menunjukkan Kasih Sayang dan Cinta Pada Siswa
Berikut ini adalah ungkapan yang menggambarkan betapa besarnya minat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mengajarkan tashahhud ini, dan dalam hadits di antara
masalah pendidikan: hendaknya guru menunjukkan minat yang besar terhadap hal-hal penting
yang diajarkannya kepada penerima manfaat, dan membuat mereka merasakannya, sehingga
mereka dapat memahaminya dengan pendengaran, penglihatan, dan hati mereka, serta
menjadi. Mereka harus memperhatikan sepenuhnya apa yang mereka pahami tentang dirinya,
sehingga mereka mengontrol perkataan, tindakan, gerak tubuh, dan ekspresinya, tanpa
menambah, mengurangi, mengubah, mengubah, atau kelalaian.
Juga dari sudut pandang ini, Nabi Muhammad SAW kadang-kadang memukul paha
beberapa sahabatnya untuk menyadarkan dan menenangkan pikiran orang-orang tentang apa
yang dia katakan. Muslim meriwayatkan dari otoritas pengikut yang terhormat. Abu Al-
Aliyah, yang berkata: "Pangeran - Ibnu Ziyad - menunda shalat, dan Abdullah bin Al-Samit
mendatangi saya. Jadi saya melemparkannya sebuah kursi dan dia duduk di atasnya. Saya
menyebutkan kepadanya akta Ibn Ziyad , lalu dia menggigit bibirnya dan memukul pahaku
dan berkata: Aku bertanya kepada Abu Dharr seperti yang kamu minta padaku, maka dia
memukul pahaku seperti kamu memukul pahamu, dan berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah, semoga Tuhan memberkati dia dan mengabulkannya. damai, seperti yang kamu
minta kepadaku, maka dia memukul pahaku seperti yang kamu minta. Kamu memukul
pahamu lalu berkata: Sholatlah pada waktu yang telah ditentukan, dan jika kamu mengejar
mereka dalam sholat, maka itu lebih utama, dan jangan berkata: Aku sudah sholat, maka aku
tidak akan sholat, karena itu adalah tambahan kebaikan.)
Diriwayatkan juga bahwa Rasulullah, damai dan berkah besertanya, meletakkan
tangannya di kepala penerima untuk menunjukkan kedekatan yang ekstrim, seperti setiap kali
Guru menunjukkan kasih sayang dan cinta kepada pelajar setiap kali ini membantunya untuk
mendapatkan lebih banyak pemahaman dan keyakinan, dan bahkan membuat isi pembelajaran
lebih konsisten untuk jangka waktu yang lama.
I. Teknik Pengulangan dalam Pembelajaran
Pengulangan juga dianggap sebagai sarana penting untuk membantu pembelajaran,
terutama topik-topik yang tidak jelas bagi pembelajar dan tidak menjadi jelas baginya kecuali
dengan penjelasan lebih lanjut dan penafsiran berulang-ulang hingga ia menyerap fakta-
faktanya, memahami aspek-aspeknya, dan menyadari apa yang ingin dicapainya. Banyak
sekali topik yang sangat diperlukan untuk menggunakan metode pengulangan agar dapat
tertanam dalam benak peserta didik, dengan memperhatikan tingkat pembelajarannya.
Kecerdasan dan kemampuan mentalnya, termasuk misalnya kaidah dan prinsip dasar berbagai
ilmu pengetahuan seperti matematika, bahasa, dan lain-lain.Tentu saja setiap benda
mempunyai batas-batas yang jika dilampaui akan menimbulkan akibat yang berlawanan.
terhadap apa yang kita inginkan, begitu pula dengan pengulangan, yang ada batasnya, jika
melebihi mengulangi batasan ini akan menimbulkan kebosanan, dan mungkin penolakan.
Sunnah Nabi yang mulia menaruh perhatian pada metode pengulangan karena efektivitasnya
dalam menjelaskan dan meneguhkan banyak aturan dan ajaran agama, terutama di masyarakat
buta huruf yang diajak bicara. Rasulullah SAW, mengulangi ajaran dan petunjuknya kepada
kaum muslimin, dan bersegeralah hingga mereka memahami apa yang beliau sampaikan,
memahami apa yang beliau sampaikan kepada mereka, memahami apa yang beliau ajarkan
kepada mereka, dan yakin dengan apa yang dia katakan.
Pengulangan juga dianggap sebagai sarana penting untuk membantu pembelajaran,
terutama topik-topik yang tidak jelas bagi pembelajar dan tidak menjadi jelas baginya kecuali
dengan penjelasan lebih lanjut dan penafsiran berulang-ulang hingga ia menyerap fakta-
faktanya, memahami aspek-aspeknya, dan menyadari apa yang ingin dicapainya. Banyak
sekali topik yang sangat diperlukan untuk menggunakan metode pengulangan agar dapat
tertanam dalam benak peserta didik, dengan memperhatikan tingkat pembelajarannya.
Kecerdasan dan kemampuan mentalnya, termasuk misalnya kaidah dan prinsip dasar berbagai
ilmu pengetahuan seperti matematika, bahasa, dan lain-lain.Tentu saja setiap benda
mempunyai batas-batas yang jika dilampaui akan menimbulkan akibat yang berlawanan.
terhadap apa yang kita inginkan, begitu pula dengan pengulangan, yang ada batasnya, jika
melebihi
Mengulangi batasan ini akan menimbulkan kebosanan, dan mungkin penolakan. Sunnah
Nabi yang mulia menaruh perhatian pada metode pengulangan karena efektivitasnya dalam
menjelaskan dan meneguhkan banyak aturan dan ajaran agama, terutama di masyarakat buta
huruf yang diajak bicara. Rasulullah SAW, mengulangi ajaran dan petunjuknya kepada kaum
muslimin, dan bersegeralah hingga mereka memahami apa yang beliau sampaikan,
memahami apa yang beliau sampaikan kepada mereka, memahami apa yang beliau ajarkan
kepada mereka, dan yakin dengan apa yang dia katakan.

Anda mungkin juga menyukai